Anda di halaman 1dari 46

SIGMOIDEKTOMI, RESEKSI ANTERIOR, LOW RESEKSI ANTERIOR

13 April 2009 bedahumum Tinggalkan komentar Go to comments a. Definisi Suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat kolon sigmoid dan sebagian dari rektum beserta pembuluh darah dan saluran limfe. b. Ruang lingkup Adanya tumor di sigmoid bersifat skirotik yg menimbulkan stenosis dan obstruksi. Pada tumor sigmoid sering terjadi stenosis atau obstruksi usus karena feses mulai padat . Karsinoma sigmoid dan rektum meyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmus serta perdarahan. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait, antara lain : Patologi Anatomi, Radiologi. c. Indikasi Operasi - Untuk semua karsinoma kolon sigmoid dan rektum bagian atas yang bersifat operable d. Kontra indikasi Operasi - Umum - Khusus (inoperabel) e. Diagnosis Banding - Amuboma - Divertikulitis

- Radang granulamatous kolon sigmoid - Inflamatory bowel disease f. Pemeriksaan Penunjang - Ba enema, foto thorak, kolonoskopi-biopsi, USG abdomen, CT scan. Kolektomi Sigmoid = Sigmoidektomi Reseksi tumor pada kolon sigmoid dapat dilaksanakan dengan melakukan ligasi dan pemotongan cabang sigmoid dan cabang hemoroidalis superior dari arteri mesenterika inferior. Umumnya tumor kolon sigmoid dilakukan reseksi diatas refleksi peritoneum dilanjutkan anastomosis antara kolon descenden dan rektosigmoid setinggi

promontorium. Untuk menghindari tension anastomosis dilakukan pembebasan pada fleksura lienalis. Reseksi anterior Reseksi anterior diindikasikan untuk reseksi tumor pada rektosigmoid. Reseksi anterior dilakukan dengan memotong sigmoid dan proksimal rektum dengan melakukan ligasi dan memotong a. mesenterika inferior. Pada reseksi anterior dilakukan penyambungan antara kolon desenden dengan rectum diatas peritoneal reflection. Low reseksi anterior. Indikasi pembedahan untuk reseksi tumor pada proksimal rektum. Seperti tindakan reseksi anterior, pada low reseksi anterior penyambungan antara kolon desenden dengan rektum dilakukan dibawah peritoneal reflection. Tehnik operasi
Setelah

penderita diberi narkose dengan endotrakeal, posisi telentang.

Dilakukan

desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian

dipersempit dengan linen steril.


Dibuat

insisi mediana mulai 2 jari atas umbilikus sampai symfisis pubis. Insisi

diperdalam sampai tampak peritoneum dan peritoneum dibuka secara tajam.


Lesi

pada kolon sigmoid dan rektum diinspeksi dan dipalpasi untuk menilai dapat

tidaknya dilakukan pengangkatan tumor. Jika lesi diprediksi ganas, palpasi kelenjar limfe mesosigmoid dan hepar untuk melihat metastase (dilakukan staging tumor).
Dengan

menggunakan kasa besar, usus halus disisihkan agar ekspose dari kolon

descenden dan kolon sigmoid tampak jelas.


Peritoneum

dibebaskan dari sigmoid pada kedua sisi dan terus dibebaskan

kebawah . Indentifikasi dan isolasi ureter kanan- kiri dan pembuluh darah ovarium dan spermatika.
Lipatan

peritonum anterior rektum dibebaskan dan dipisahkan sampai dasar buli-2

atau serviks
Rektum

dibebaskan dari sisi anterior dan posterior dengan melakukan diseksi

mesorektal. Diusahakan rektum dan mesorektum dalam keadaan utuh. A.hemoroidalis medius diikat dan dipotong untuk menambah mobilitas rektum.
A.

mesenterika inferior diikat dan dipotong pada ujungnya. pada distal tumor dan sigmoid pada proksimal tumor dipotong sesuai

Rektum

kaidah onkologi.
Pastikan

segmen proksimal cukup longgar dan tidak tegang pada saat

anastomose. Bila terdapat ketegangan sisi lateral kolon desenden sampai fleksura lienalis dibebaskan untuk menambah mobilitas kolon desenden.

Dilakukan

penyambungan kolon desenden dengan rektum secara end to end. dirawat dan dilakukan peritonealisasi. Pada low reseksi anterior

Perdarahan

dianjurkan memasang rectal tube retroperitoneal untuk beberapa hari.


Luka

operasi ditutup lapis demi lapis. tumor kolon diperiksakan secara patologi anatomi.

Spesimen

Komplikasi Operasi - Kebocoran dari anastomosis, peritonitis, sepsis - Perdarahan - Cedera ureter - Cedera pleksus saraf otonom pada pelvis. Prognosis Prognosis tergantung pada jenis penyakit yang mendasarinya. Pada karsinoma sigmoid atau rektum prognosis tergantung pada stadium, jenis patologi dari tumor, komplikasi yang ditimbulkan dan penyakit lain yang mendasari (underlying disease). Mortalitas Angka kematian pada operasi kanker kolon sigmoid berkisar 3,9 % s/d 8,1 % Perawatan Pasca Bedah - Pertahankan masa gastrik tube 1-3 hari

- Diet peroral diberikan segera setelah saluran pencernaan berfungsi, dimulai dengan diet cair dan bertahap diberikan makanan lunak dan padat - Mobilisasi sedini mungkin - Kontrol rasa sakit seminimal mungkin Follow-up Untuk kasus karsinoma kolon sigmoid & rektum bagian atas: Pemeriksaan fisik termasuk colok dubur setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 6 bulan dalam 3 tahun berikutnya. Pemeriksaan kadar CEA setiap 3 bulan untuk 2 tahun pertama dan setiap 6 bulan untuk 3 tahun berikutnya. Kolonoskopi 1 tahun pasca operasi, diulang 1 tahun berikutnya bila ditemukan abnomalitas atau 3 tahun berikutnya bila ditemukan normal. Pemeriksaan lainnya seperti CT scan, pemeriksaan fungsi liver dan Bone scan dilakukan bila ada indikasi. Pemeriksaan Ro. Thoraks setiap tahun.

Sigmoidostomi pada anak


23 Januari 2009 Introduksi a. Definisi Sigmoidostomy Suatu tindakan membuat lubang pada kolon sigmoid dan berhubungan dengan dunia luar Merupakan kolokutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau menetap.(yang dilakukan pada sigmoid). b. Ruang Lingkup Lesi/ kelainan sepanjang sigmoid sampai ke rekto anal. Dalam kaitan sebagai diversi untuk pengobatan lebih lanjut. Diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan radiology. c. Indikasi operasi - Trauma anal - Diversi pada anus malformasi - Diversi pada penyakit Hirschsprung - Diversi untuk kelainan lain pada anal kanal d. Kontra indikasi (Tidak ada) e. Diagnosis banding (Tidak ada) f. Pemeriksaan Penunjang

- Foto polos abdomen 3 posisi - Colon inloop - Kolonoscopi - USG abdomen Teknik Operasi Sebelum dilakukan operasi, tempat sigmoidostomi diberi tanda terlebih dahulu, sehingga letak sigmoidostomi di Fosa iliaca kiri. Insisi abdomen dapat dilakukan tepat ditempat sigmoidestomi yaitu ditepi lateral m.rectus abdominis kiri setinggi pertengahan umbilicus atau spina ilinea anterior superior sinistra. Buat insisi transversal 3 4 cm ditempat yang telah ditentukan, insisi diperdalam hingga mencapai fascia anterior dari m.rectus abdominis, fasera diinsisi secara tajam, m.rectus abdominis displit, fasera posterior dan peritoneum dibuka hingga tampak cavum periteneum. Identifikasi kolon sigmoid, kemudian bawa keluar dinding abdomen. Buat jahitan spur 3 4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin. Komplikasi operasi Perdarahan Infeksi Hernia parastoma

Prolaps usus Retraksi Mortalitas Sesuai kasus yang mendasari Perawatan Pasca Bedah Pasca bedah penderita dirawat diruangan selama 7 10 hari,diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik. Follow-Up Penderita pasca colostomy perlu dievaluasi: - Klinis - Irigasi colon proksimal untuk persiapan operasi definitive - Antibiotik diteruskan untuk beberapa hari bila ditemukan infeksi lanjutan.

Tumor Kolon Dan Rektum


Posted on 26 Oktober 2009 by Muksin Deng Rate This

Tumor Kolon Lemak hewani juga berpengaruh pada kejadian penyakit tumor colon baik yang tipe adenoma maupun yang carcinoma. Seseorang mengkonsumsi banyak lemak hewani akan dapat meningkatkan jumlah bakteri anaerob di dalam usus yang akan meningkatkan konversi asam empedu yang normal menjadi suatu senyawa yang bersifat karsinogenik. ANATOMI DAN EMBRIOLOGI

www.colonrectal.org/anatomy_colon.htm Colon (dari caecum sampai dengan anus) memiliki panjang 1,5 m (1/5 panjang seluruh GIT) dan bagian terlebar dari colon ada di daerah caecum dan daerah tersempit ada di daerah sigmoid. Secara embriologik kolon kanan berasal dari usus tengah dan kolon kiri sampai dengan rektum berasal dari usus belakang.

Taenia colon berasal dari lapisan otot longitudinal yang membentuk 3 buah pita. Taenia tersebut menyebabkan colon menjadi lebih pendek dan berlipat-lipat dan berbentuk seperti saculus yang disebut dengan haustrae. Menurut letaknya, colon dibagi menjadi 2 : 1. ekstra peritoneal (colon ascenden dan colon descenden) 2. intra peritoneal (caecum, sigmoid, colon transversum). VASKULARISASI Pendarahan dari colon diatur oleh : 1. Arteri Mesenterika Superior > yang mempendarahi colon ascenden, sebagian colon transversum, dan caecum. 1. Arteri Mesenterika Inferior > yang mempendarahi colon descenden, sigmoid, dan proksimal rectum. Antara ke-2 sistem pendarahan colon tersebut dihubungkan dengan Arteri Marginalis. Aliran vena dan limfe colon mengikuti aliran darah arteri yang disalurkan ke dalam V.Mesenterika Superior dan V. Mesenterika Inferior FUNGSI KOLON (usus besar) Fungsi dari kolon adalah sebagai berikut : 1. menyerap air, vitamin, dan elektrolit 2. ekskresi mukus 3. menyimpan feces kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh colon, hanya 150-200 dikeluarkan sebagai feces tiap harinya. ml yang

Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. O2 dan CO2 di dalamnya diserap di usus, sedangkan Nitrogen bersama gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas dalam usus mencapai 500 ml/hari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus, gas tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatus. EPIDEMIOLOGI KARSINOMA KOLON Insidens karsinoma kolon di Indonesia cukup tinggi. Insidens pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orag muda. Sekitar 70 75 % karsinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan sigmoid. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi yang dapat meningkatkan insiden karsinoma kolon adalah : 1. 2. 3. 4. pola makan yang kurang serat polip kolon radang kronik kolon ( kolitis ulserosa atau kolitis amuba kronik ) faktor genetik

Lemak hewani juga berpengaruh pada kejadian penyakit tumor colon baik yang tipe adenoma maupun yang carcinoma. Seseorang mengkonsumsi banyak lemak hewani akan dapat meningkatkan jumlah bakteri anaerob di dalam usus yang akan meningkatkan konversi asam empedu yang normal menjadi suatu senyawa yang bersifat karsinogenik. KLASIFIKASI Secara maksroskopik terdapat 3 tipe tumor kolon dan rektum, yaitu : 1. Tipe Polipoid atau vegetatif > tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan ditemukan terutama di caecum dan kolon ascendens. 1. Tipe skirus > biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di kolon descendens, sigmoid, dan rektum. 1. Tipe ulceratif > terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi menjadi tukak yang maligna. GAMBARAN KLINIK Faktor yang menentukan gejala dan tanda : Kolon kanan Tipe tumorDiameter PolipoidLebar Isi viskus Fungsi utama Setengah cair Setengah padat Absorpsi Penyimpanan Gambaran klinik karsinoma kolon akan ditampilkan pada tabel berikut : Defekasi Kolon kiri Skirus, ulceratifSempit Rektum UlseratifLebar Padat

ObstruksiFeses Defekasi Darah pada feses Nyeri Anemia

Kolon kanan JarangNormal diare

Kolon kiri Rektum atau Hampir selaluNormal Tidak jarangPerubahan Konstipasi progresif bentuk Diare atau diare berkala Occult atau Tenesmus makroskopik Occult blood Makroskopik Perut bawah Ulu hati dan di atas Perut bawah, Panggul umbilikus dalam, dasar Lambat panggul, daerah anus Hampir selalu Lambat

Obstruksi Tumor kolon yang terletak pada daerah caecum dan colon ascendens akan jarang memberikan gejala, karena feces yang melewati daerah tersebut masih berada dalam bentuk cair. Selain itu, luas daerah caecum adalah yang terluas dibandingkan dengan daerah pada colon kiri (sigmoid), hal ini menyebabkan tumor dapat tumbuh terus sampai besar dan tidak memberikan tanda dan gejala apapun, juga tidak ada perubahan pada pola buang air besar serta pada penampilan fisik dari feces. Tumor colon yang berada di sebelah kiri biasanya akan cepat menimbulkan keluhan karena desakan tumor dan juga daerah colon kiri yang relatif sempit dibandingkan dengan colon kanan, gejala yang muncul adalah adanya kram abdomen, sumbatan, dan bahkan perforasi Anemia Pada tumor colon yang terletak pada daerah kanan (caecum) ini akan disertai kehilangan darah secara kronik dan sedikit-sedikit, darah tidak akan terlihat dengan mata biasa tetapi dapat dapat dilihat dengan percobaan tertentu seperti Benzidin test, hal demikian dinamakan occult blood loss. Gejala yang mungkin dapat dilihat pada pasien ini adalah kelelahan, palpitasi dan bahkan dapat terdapat angina pectoris. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan eritrosit yang hipokrom mikrositik karena kekurangan zat besi (Fe). Nyeri Tempat yang dirasakan sakit berbeda karena asal embriogenik yang berlainan, yaitu dari usus tengah dan belakang. Kolon yang berasal dari usus tengah akan menimbulkan nyeri di daerah ulu hati dan daerah kranial umbilikus. Kolon yang bersal dari usus belakang akan menimbulkan keluhan bermula di bawah umbilikus. STAGING

Tumor : T Tx T0 Tis T1,2,3 Tumor Primer Tumor Primer tidak dapat ditaksir Tidak terdapat bukti adanya tumor primer Karsinoma in situ Dari T1-T3 tumor primer makin besar dan makin jauh infiltrasi di

jaringan dan alat yang berdampingan Nodus: N Nx N0 N1,2,3,4 Kelenjar Limfe Regional Kelenjar limfe tidak dapat ditaksir atau diperiksa Tidak ada bukti penyebaran ke kelenjar limfe regional Menunjukan banyaknya kelenjar regional yang dihinggapi, dan ada/

tidaknya infiltrasi di alat dan struktur yang berdampingan Metastase: M Anak Sebar Jauh (Distant Metastasis)

Mx M0 M1

Tidak dapat diperkirakan adanya anak sebar Tidak ada bukti metastasis jauh Ada metastasis jauh

Berdasarkan klasifikasi UICC, P : Union Internationale Contre le Cancer = Perserikatan International melawan kanker DIAGNOSIS Diagnosa dari tumor kolon dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik. 1. Anamnesa > dapat ditanyakan tentang perubahan pola defekasi, frekuensi dari defekasi, dan konsistensi dari tinja. Nyeri perut yang hilang timbul (kolik) atau menetap juga perlu ditanyakan. Hal-hal tentang tinja juga perlu ditanyakan seperti warna tinja, ada tidaknya lendir, ada darah atau tidak, bagaimana darah yang ada apakah hitam atau merah segar. Nafsu makan pasien, apakah menurun atau tidak, dan apakah berat badan menurun serta rasa lelah. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada tumor kolon adalah adanya hematoskezia, anemia, benjolan, obstruksi, feces yang kecil-kecil seperti feces kambing, mual, muntah, penurunan berat badan, rasa sakit pada daerah tumor di colon yang terus menerus. 2. Pemeriksaan Fisik > Ditemukan massa di daerah abdomen, gejala gejala anemia 3. Pemeriksaan colok dubur > Pada pemeriksaan ini akan teraba massa tumor. 4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, feses ( benzidine test ), LFT Pemeriksaan radiologik o Ba enema o protoskopi (melihat kelainan pada anus, kanalis analis, dan bagian distal rektum) o rektosigmoidoskopi (untuk melihat rektum dan sigmoid) o colonoskopi (untuk melihat anus sampai dengan ileum terminalis dan dapat juga untuk membiopsi jaringan, evaluasi, dan tindakan terapi). 5. Biopsi

Ca Rektum www.med.uni-jena.de/kim1/Karzinom_Kolon.html DIAGNOSIS BANDING Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :

Divertikulitis

Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid / colon descendens, dimana pada colon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang bercampur dengan darah dan lendir.

Colitis Ulcerativa

Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir, tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada C.U terdapat diare sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing.

Appendicitis Infiltrat

Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor caecum stadium lanjut (tumor caecum pada stadium awal bersifat mobile).

Haemoroid

Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan pada tumor colon darah keluar bersamaan dengan feces.

Tumor Ovarium

Pada tumor ovarium dan tumor colon kiri sama-sama sering ditemukan gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor colon. TERAPI 1.

Terapi primer Operasi

1. Hemikolektomi kanan > Untuk tumor colon ascenden. Yang dibuang adalah ileum terminale sepanjang 10-12 cm dan setengah colon transversum (colon kanan sampai dengan pangkalnya di mesocolon). Ileum yang sisa di sambung dengan colon transversum, tindakan ini disebut ileotransversotomy. 2. Hemikolektomi kiri > Untuk tumor kolon descenden. Yang dibuang adalah setengah kolon transversum sampai kolon ascenden. 3. Sigmoidektomi > Untuk tumor sigmoid 4. Reseksi anterior > Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 proksimal dan 1/3 tengah. Bagian colon yang dibuang adalah colon descenden, sigmoid, dan sebagian rectum. Setengah colon descenden bagian atas disambung dengan rectum bagian tengah atau bawah. 5. Reseksi abdomino perineal (cara Miles) > Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 distal. Rectum dan sigmoid dengan messosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfe para rectal dan retroperitoneal sampai kelenjar limfe peritoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus di eksisi dan dikeluarkan seluruhnya dengan rectum melalui abdomen

Adjuvan : radioterapi, kemoterapi, imunoterapi Terapi paliatif

2.

Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi atau menghentikan pendarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada metastasis di hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui arteri hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas. KOMPLIKASI

Anemia

Anemia pada tumor colon terutama disebabkan akibat adanya perdarahan. Anemia yang terjadi adalah anemia hipokrom mikrositik.

Perforasi

Perforasi terjadi karena adanya sumbatan oleh tumor yang akan mengganggu pasase dari feses.

Ileus obstruksi Metastasis

Terutama ke hepar, paru, tulang, dan otak. PROGNOSIS Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup 5 tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai dengan diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk. Daftar Pustaka 1. Jong, Wim de & R. Syamsuhidajat : Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Jakarta : EGC, 2005. 35:658-663. 2. Mayer, Robert J : Harrisons Principles Of Internal Medicine ed.15th. New York : Mc. Graw-Hill, 2001. 90:581-586. 3. Fleshman, James W : Schwartzs Principles of Surgery ed. 7th. New York : Mc. Graw Hill, 1999. 26:1373-1374. DIarsipkan di bawah: Tumor Kolon Dan Rektum | Ditandai: anemia, DIAGNOSIS, DIAGNOSIS BANDING, EPIDEMIOLOGI KARSINOMA KOLON, ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI, faktor predisposisi, GAMBARAN KLINIK, karsinoma kolon, Klasifikasi, komplikasi, Lemak Hewani, Nyeri, Obstruksi, pola makan yang kurang serat, PROGNOSIS, TERAPI, Terapi paliatif, Terapi primer, Tumor Kolon, tumor Rektum

JURNAL TERJEMAHAN

Sebuah kasus langka pertengahan menyajikan tumor sigmoid sebagai tumor rektal intussuscepting rendah menyebabkan dilema klinis dalam 22 tahun: laporan kasus
Talal Al-Jabri Talal Al-Jabri , Yves Van Roon , Yves Van Roon , Dhananjay Kulkarni and Tony Davies dan Tony Davies , Dhananjay Kulkarni

Department of Surgery, Queen Mary's Hospital, Sidcup, Kent DA146LT, UK Department of Surgery, Queen Mary's Hospital, Sidcup, DA146LT Kent, UK author email penulis email corresponding author email penulis sesuai email

Cases Journal 2009, 2 : 8535 doi:10.4076/1757-1626-2-8535 Kasus Journal 2009, 2: 8.535 DOI: 10.4076/1757-1626-2-8535 The electronic version of this article is the complete one and can be found online at: http://www.casesjournal.com/content/2/1/8535 Versi elektronik dari artikel ini adalah menyelesaikan satu dan dapat ditemukan secara online di: http://www.casesjournal.com/content/2/1/8535 Received: Received: 25 July 2009 25 Juli 2009 Accepted: Diterima: 13 August 2009 13 Agustus 2009 Published: Published:26 August 2009 26 Agustus 2009 2009 licensee BioMed Central Ltd. 2009 licensee BioMed Central Ltd This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License ( http://creativecommons.org/licenses/by/3.0 ), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. Ini adalah Akses Buka artikel didistribusikan di bawah syarat-syarat Lisensi Creative Commons Attribution (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0), yang memungkinkan penggunaan tak terbatas, distribusi, dan reproduksi dalam media apapun, asalkan pekerjaan asli benar dikutip. Abstract Abstrak A 22-year-old man presented to clinic with a 1 year history of bloody diarrhoea and weight loss. A 22-tahun pria berusia disajikan ke klinik dengan 1 tahun sejarah berdarah diare dan penurunan berat badan. Flexible sigmoidoscopy showed the presence of a low polypoidal rectal carcinoma. Fleksibel sigmoidoskopi menunjukkan adanya karsinoma rektal polypoidal rendah. Whilst awaiting neoadjuvant chemo-radiotherapy, the patient presented to accident and emergency with an anal protrusion of the tumour. Sementara menunggu neoadjuvant kemo-radioterapi, pasien dipresentasikan kepada kecelakaan dan darurat dengan penonjolan anal tumor. An emergency

laparotomy unexpectedly revealed a mid sigmoid tumour which had intussuscepted through the anus and therefore required an anterior resection as opposed to an abdomino-perineal resection. Laparotomi darurat tak terduga mengungkapkan tumor sigmoid pertengahan yang intussuscepted melalui anus dan oleh karena itu diperlukan suatu reseksi anterior sebagai lawan ke abdominoreseksi perineal. Colorectal carcinoma presents in a specifically unique pattern in patients less than 30 years. Karsinoma kolorektal menyajikan dalam pola yang unik khusus pada pasien kurang dari 30 tahun. We present this rare case with a brief review of the literature. Kami menyajikan kasus yang jarang terjadi ini dengan singkat tinjauan pustaka. Introduction Pendahuluan The majority of rectosigmoid carcinomas are primary adenocarcinomas. Mayoritas karsinoma primer rectosigmoid adenokarsinoma. Some of the most common risk factors for the development of rectosigmoid carcinomas include age, a family or personal history of colorectal carcinoma, smoking, a personal history of inflammatory bowel disease (IBD) and suffering specific genetic conditions eg hereditary non-polyposis colorectal carcinoma (HNPCC) or familial adenomatous polyposis (FAP). Beberapa faktor risiko yang paling umum untuk pengembangan karsinoma rectosigmoid meliputi usia, keluarga atau sejarah pribadi karsinoma kolorektal, merokok, riwayat pribadi penyakit inflamasi usus (IBD) dan penderitaan kondisi genetik tertentu misalnya keturunan non-poliposis karsinoma kolorektal ( HNPCC) atau familial adenomatosa poliposis (FAP). The incidence of colorectal carcinoma (CRC) is greatest in patients older than 50 years with 90% of patients presenting in the seventh decade Insiden karsinoma kolorektal (CRC) adalah terbesar pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun dengan 90% dari pasien menyajikan dalam dekade ketujuh [ 1 ]. [1]. It is very rare for rectosigmoid adenocarcinomas to develop in patients aged less than 25 years who have no predisposing factors. Hal ini sangat jarang untuk mengembangkan rectosigmoid adenokarsinoma pada pasien berusia kurang dari 25 tahun yang tidak mempunyai faktor predisposisi. Furthermore, only 5-16% of all cases of intussusception occur in adults Lebih jauh lagi, hanya 516% dari semua kasus terjadi pada orang dewasa intususepsi [ 2 ]. [2]. Colonic carcinoma is considered a rare cause of intussusception. Karsinoma kolon dianggap sebagai penyebab langka intususepsi. We report a case of a 22-year-old gentleman who presented with a sporadic mid sigmoid carcinoma which had intussuscepted through the anus. Kami melaporkan kasus yang 22 tahun pria yang disajikan dengan karsinoma sigmoid pertengahan sporadis yang intussuscepted melalui anus. A brief review of the literature is included. Tinjauan singkat literatur disertakan. Case presentation Presentasi kasus A 22-year-old white British gentleman presented to clinic with a 1 year history of sporadic, bloody diarrhoea and a recent weight loss of 1 stone. A 22-tahun pria Inggris putih disajikan untuk klinik dengan 1 tahun sejarah sporadis, diare berdarah dan berat badan baru dari 1 batu. He reported no medical antecedents, except for well-controlled asthma. Dia tidak melaporkan riwayat medis, kecuali dikontrol baik asma. In his family history; his maternal great-grandfather died of CRC aged 60. Dalam sejarah keluarga; nya kakek buyut dari pihak ibu meninggal karena CRC usia 60. Physical examination was unremarkable. Pemeriksaan fisik biasa-biasa saja. Blood tests revealed a microcytic anaemia and a raised erythrocyte sedimentation rate (ESR) with the

carcinoembryonic antigen levels being normal (2 g/L). Tes darah mengungkapkan microcytic anemia dan mengangkat tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) dengan tingkat antigen carcinoembryonic menjadi normal (2 g / L). With the suspicion of inflammatory bowel disease, a flexible sigmoidoscopy was carried out revealing the presence of a large, polypoidal low rectal tumour almost filling the entire lumen. Dengan kecurigaan penyakit peradangan usus, yang fleksibel dilakukan sigmoidoskopi mengungkapkan kehadiran besar, tumor rektal polypoidal rendah hampir mengisi seluruh lumen. Biopsies confirmed the diagnosis of a moderately differentiated adenocarcinoma. Biopsi mengkonfirmasi diagnosis adenokarsinoma yang cukup berbeda. Staging computed tomography (CT) of the chest, abdomen and pelvis showed prominent, concentric thickening of the rectal mucosa. Staging computed tomography (CT) dari dada, perut dan panggul menunjukkan menonjol, konsentris penebalan mukosa dubur. There was no evidence of lymphadenopathy or metastatic disease. Tidak ada bukti dari metastasis limfadenopati atau penyakit. In order to further identify the origin and extent of the lesion visualized on CT, an MRI was done and this showed a 10 cm tumour extending to the rectosigmoid junction without extension into the mesocolon. Dalam rangka untuk lebih mengenali asal-usul dan sejauh mana divisualisasikan lesi pada CT, MRI dilakukan dan ini menunjukkan 10 cm tumor rectosigmoid memperluas ke persimpangan tanpa perpanjangan ke mesokolon. The treatment plan of neoadjuvant chemo-radiotherapy followed by an abdominoperineal (AP) resection was made. Rencana pengobatan kemo-radioterapi neoadjuvant diikuti oleh abdominoperineal (AP) reseksi dibuat. Whilst awaiting treatment, the patient presented to A&E with an irreducible anal protrusion of the tumour (Figure Sementara menunggu pengobatan, pasien diajukan ke A & E dengan penonjolan anal direduksikan tumor (Gambar 1A ). 1A). An emergency laparotomy was performed and this unexpectedly revealed a mid sigmoid tumour intussuscepting through the anus (Figure Laparotomi darurat dilakukan dan tak terduga ini mengungkapkan pertengahan tumor sigmoid intussuscepting melalui anus (Gambar 1B ). 1B). The surgeon therefore carried out an anterior resection of the rectum, a sigmoid colectomy and a sutured anastomosis with a covering loop ileostomy. Oleh karena itu ahli bedah yang dilakukan reseksi yang anterior pada anus, sebuah sigmoid colectomy dan dijahit anastomosis dengan menutupi ileostomi loop. Post-operatively, the patient made a good recovery and was discharged within 5 days. Post-operatively, pasien membuat pemulihan yang baik dan diperbolehkan pulang dalam waktu 5 hari.

Figure 1. (A) This shows the anal protrusion presented in A&E . (B) The mid sigmoid tumour which intussuscepted through the anus. Gambar 1. (A) Hal ini menunjukkan penonjolan anus disajikan dalam A & E. (B) pertengahan tumor sigmoid yang intussuscepted melalui anus. The final histology demonstrated a mid sigmoid moderately differentiated adenocarcinoma infiltrating through the muscularis propria. Histologi terakhir menunjukkan pertengahan adenokarsinoma berdiferensiasi moderat sigmoid infiltrasi melalui muscularis propria. No

extramural lymphovascular invasion was seen and the resection margins were clear of tumour. Tidak luar sekolah invasi lymphovascular terlihat dan margin reseksi tumor jelas. None of the 22 lymph nodes sampled showed evidence of metastases. Tak satu pun dari 22 sampel kelenjar getah bening menunjukkan bukti metastasis. A diagnosis of a mid sigmoid moderately differentiated adenocarcinoma, T3 N0 M0, Dukes stage B was made. Diagnosis pertengahan adenokarsinoma berdiferensiasi moderat sigmoid, T3 N0 M0, Dukes tahap B dibuat. Immunophenotypically, the tumour cells showed strong nuclear staining for MLH1, MSH2, MSH6 and PMS2. Immunophenotypically, sel-sel tumor menunjukkan menodai nuklir kuat untuk MLH1, MSH2, MSH6 dan PMS2. Therefore the possibility of HNPCC was unlikely. Oleh karena itu kemungkinan HNPCC itu tidak mungkin. There was normal expression of DNA mismatch repair proteins and no known mutations in the DNA mismatch repair genes. Ada ekspresi normal ketidaksesuaian perbaikan DNA protein dan tidak diketahui mutasi dalam DNA gen perbaikan ketidakcocokan. Genetic studies excluded the possibility of HNPCC or FAP as causal factors for the tumour developing. Studi genetik dikecualikan kemungkinan HNPCC atau FAP sebagai faktor kausal tumor berkembang. Neoadjuvant chemotherapy using Fluorouracil (5-FU) and Folinic Acid was well tolerated (with only a grade 1 mucositis developing). Neoadjuvant kemoterapi menggunakan Fluorourasil (5FU) dan Folinic Asam ini dapat ditoleransi dengan baik (dengan hanya kelas 1 mucositis berkembang). Having completed his chemotherapy regimen, the patient underwent a completion colonoscopy (normal findings) and a reversal of the defunctioning ileostomy. Setelah menyelesaikan regimen kemoterapi, pasien mengalami penyelesaian kolonoskopi (normal temuan) dan pembalikan defunctioning ileostomi. The screening colonoscopy of the patient's family (father and brother) revealed no abnormalities. Kolonoskopi pemutaran dari keluarga pasien (ayah dan saudara laki-laki) tidak menunjukkan kelainan. The patient is now on a regular colorectal carcinoma followup. Pasien sekarang secara ikutan karsinoma kolorektal. Discussion Diskusi The vast majority of rectosigmoid carcinomas are primary adenocarcinomas. Sebagian besar karsinoma primer rectosigmoid adenokarsinoma. Predisposing factors include increasing age, a family history, a personal history, IBD, a high-fat diet, smoking and specific genetic conditions (eg HNPCC or FAP). Faktor predisposisi termasuk peningkatan umur, sejarah keluarga, sejarah pribadi, IBD, tinggi lemak, merokok dan kondisi genetik tertentu (misalnya HNPCC atau FAP). Approximately, 1.2-5% of CRCs present in patients aged less than 40-years Kira-kira, 1,2-5% dari CRC hadir pada pasien berusia kurang dari 40-tahun [ 3 ] with 1.2% of the cases being under 30 years [3] dengan 1,2% dari kasus yang berada di bawah 30 tahun [ 4 ]. [4]. Rectosigmoid adenocarcinomas appear to be very rare in young adults aged less than 25 in whom there is no predisposition. Adenokarsinoma Rectosigmoid tampak sangat jarang pada dewasa muda berusia kurang dari 25 di antaranya tidak ada predisposisi. However, of the cases found in the literature there are a few common clinical patterns. Namun, kasus yang ditemukan dalam literatur ada beberapa pola klinis umum. We briefly discuss the timing of diagnosis, symptoms at presentation, tumour staging, histology, location and prognostic features of sporadic CRCs in young patients. Kami secara singkat membahas waktu diagnosis, gejala pada presentasi,

tumor pementasan, histologi, lokasi dan fitur prognostik CRC sporadis pada pasien muda. We then relate this to our patient. Kami kemudian menghubungkan hal ini dengan pasien kami. In the majority of young patients with CRCs the diagnosis is usually made after a considerable delay from the onset of symptoms. Pada sebagian besar pasien muda dengan CRC diagnosis biasanya dilakukan setelah penundaan yang cukup besar dari timbulnya gejala. Numerous studies show that the average delay in diagnosis since the onset of symptom is approximately 6.2 months Banyak penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterlambatan diagnosis sejak onset gejala adalah sekitar 6,2 bulan [ 5 ]- [5] -- [ 11 ]. [11]. Our patient presented 1 year after the onset of bloody diarrhea. Pasien kami disajikan 1 tahun setelah serangan berdarah diare. This delay in diagnosis and presentation may be related to a feeling of embarrassment and awkwardness in young patients Keterlambatan ini diagnosis dan presentasi mungkin berkaitan dengan perasaan malu dan kecanggungan pada pasien muda [ 6 ]. [6]. However further studies should also attempt to account for a lack of access to healthcare. Namun studi lebih lanjut juga harus berusaha untuk rekening karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan. The most frequent symptoms of CRCs in young patients were rectal bleeding (46%) and abdominal pain (55%). Yang paling sering CRC gejala pada pasien muda adalah pendarahan anus (46%) dan nyeri perut (55%). This is also consistent with our patient who presented with a 1 year history of rectal bleeding Hal ini juga konsisten dengan pasien kami yang disajikan dengan 1 tahun sejarah pendarahan anus [ 6 ]. [6]. The stage at diagnosis is specifically distinct in adults with an increasing incidence of Dukes stages A and B tumours with age. Panggung di diagnosa secara khusus pada orang dewasa berbeda dengan kejadian peningkatan tahap Pangeran tumor A dan B dengan usia. Approximately 49% of Dukes A and B tumours occur in patients over 80 years old. Sekitar 49% dari Pangeran A dan B terjadi pada pasien tumor lebih dari 80 tahun. Conversely, Dukes C and D tumours are more common in the younger age groups Sebaliknya, Dukes C dan D tumor lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih muda [ 12 ]. [12]. Contrary to the literature our patient had a Dukes stage B tumour which is unusual for a 22 year old. Bertentangan dengan literatur pasien kami memiliki tahap Dukes B tumor yang tidak biasa selama 22 tahun. A similar pattern of an increasing incidence of poorly differentiated tumours in young patients is well documented in the literature. Pola serupa peningkatan insiden tumor dibedakan buruk pada pasien muda dengan baik didokumentasikan dalam literatur. Once more, our patient was found to be unique in having a moderately differentiated tumour Sekali lagi, pasien kami ditemukan untuk menjadi unik dalam memiliki cukup dibedakan tumor [ 8 ]. [8]. The most common location for CRCs in young patients is the rectum and sigmoid colon (including the rectosigmoid junction Lokasi yang paling umum untuk CRC pada pasien muda adalah rektum dan kolon sigmoid (termasuk rectosigmoid junction [ 6 ]. [6]. Approximately 54% of CRCs are estimated to occur at this location. Sekitar 54% dari CRC diperkirakan terjadi di lokasi ini. The transverse colon is considered to be the least frequent site for CRCs with only 11% of tumours being located here Kolon transversus dianggap situs yang paling sering untuk CRC dengan hanya 11% dari tumor yang terletak di sini [ 6 ]. [6]. Consistent with this, our

patient's tumour was in a common region at the mid sigmoid colon. Konsisten dengan hal ini, tumor pasien kami berada di daerah umum di pertengahan kolon sigmoid. There are some important prognostic distinctions in sporadic CRC sufferers of different age groups. Ada beberapa perbedaan prognostik penting dalam CRC sporadis penderita kelompok usia yang berbeda. Young patients with sporadic CRCs usually have a poorer prognosis than elderly patients and this may be related to their delay in diagnosis. Muda pasien dengan CRC sporadis biasanya memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien tua dan ini mungkin berkaitan dengan keterlambatan dalam diagnosis. Further research is required into why this may be and it is vital that awareness regarding the distinct characteristics of sporadic CRCs in young patients is highlighted. Diperlukan penelitian lebih lanjut ke mengapa hal ini mungkin dan sangat penting bahwa kesadaran mengenai karakteristik yang berbeda CRC sporadis pada pasien muda akan disorot. The value of screening and improving identification of potential patients is seen in a similar context in the case of the Amsterdam and Bethesda criteria which greatly helped screen and treat individuals with familial colon carcinoma syndromes. Nilai penyaringan dan identifikasi meningkatkan potensi pasien dilihat dalam konteks yang serupa dalam kasus Bethesda Amsterdam dan kriteria yang akan sangat membantu individu-individu memperlakukan layar dan familial usus besar sindrom karsinoma. It is our view that raising awareness of these sporadic CRCs in the young population would help identify and treat potential patients. Ini adalah pandangan kami bahwa meningkatkan kesadaran CRC sporadis ini dalam penduduk muda akan membantu mengidentifikasi dan mengobati pasien potensial. Abbreviations Singkatan 5-FU: fluorouracil; A&E: accident and emergency; CRC: colorectal carcinoma; CT: computed tomography; ESR: erythrocyte sedimentation rate; FAP: familial adenomatous polyposis; HNPCC: hereditary non-polyposis colorectal carcinoma; IBD: inflammatory bowel disease; MRI: magnetic resonance imaging. 5-FU: fluorourasil; A & E: kecelakaan dan darurat; CRC: karsinoma kolorektal; CT: computed tomography; ESR: tingkat sedimentasi eritrosit; FAP: kekeluargaan adenomatosa poliposis; HNPCC: keturunan non-poliposis karsinoma kolorektal; IBD: penyakit inflamasi usus; MRI : magnetic resonance imaging. Consent Persetujuan Written informed consent was obtained from the patient for the publication of this case report and the accompanying images. Persetujuan tertulis diperoleh dari pasien untuk publikasi laporan kasus ini dan gambar yang menyertainya. A written copy of the consent is available for review by the Editor-in-chief of this journal. Sebuah salinan tertulis dari persetujuan tersedia untuk ditinjau oleh Editor-in-chief dari jurnal ini. Competing interests Kepentingan yang saling bersaing The authors declare that they have no competing interests. Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan yang saling bersaing.

Authors' contributions Authors kontribusi TAJ, YVR, DK and TWD made substantial contributions to the acquisition of data and its analysis. TAJ, YVR, DK dan TWD membuat kontribusi substansial dengan akuisisi data dan analisis. TAJ wrote the manuscript. TAJ menulis naskah. DK and TWD edited the manuscript. DK dan TWD mengedit naskah. TAJ and DK performed the literature search. TAJ dan TT melakukan pencarian literatur. TWD and DK were involved in the surgical management of the patient. TWD dan DK terlibat dalam pengelolaan operasi pasien. All authors have approved the publication of this case report. Semua penulis telah menyetujui penerbitan laporan kasus ini. References Referensi 1. Atkin WS, Cuzick J, Northover JM, Whynes DK: Prevention of colorectal cancer by once-only sigmoidoscopy. Lancet 1993, 341: 736-740. PubMed Abstract | Publisher Full Text 2. Huang BY, Warshauer DM: Adult intussusception: diagnosis and clinical relevance. Radiol Clin North Am 2003, 41: 1137-1151. PubMed Abstract | Publisher Full Text 3. Endreseth BH, Romundstad P, Myrvold HE, Hestvik UE, Bjerkeset T, Wibe A, Norwegian Rectal Cancer Group: Rectal cancer in the young patient. Dis Colon Rektum 2006, 49: 993-1.001. PubMed Abstract | Publisher Full Text 4. Chiang JM, Chen MC, Changchien CR, Chen JS, Tang R, Wang JY, Yeh CY, Fan CW, Tsai WS: Favorable influence of age on tumor characteristics of sporadic colorectal adenocarcinoma: patients 30 years of age or younger may be a distinct patient group. Dis Colon Rektum 2003, 46: 904-910. PubMed Abstract | Publisher Full Text 5. Borger JA, Barbosa J: Adenocarcinoma of the rectum in a 15 year old. Afr J Paediatr Surg 1993, 28: 1592-1593. PubMed Abstract | Publisher Full Text 6. O'Connell JB, Maggard MA, Livingston EH, Yo CK: Colorectal cancer in the young. American Journal of Surgery 2004, 187: 343-348. | | 7. Lee PY, Fletcher WS, Sullivan ES, Vetto JT: Colorectal cancer in young patients: characteristics and outcome. Am Surg 1994, 60: 607-612. PubMed Abstract 8. Minardi AJ Jr, Sittig KM, Zibari GB, McDonald JC: Colorectal cancer in the young patient. Am Surg 1998, 64: 849-853. PubMed Abstract 9. Simstein NL, Kovalcik PJ, Cross GH: Colorectal carcinoma in patients less than 40 years old. Dis Colon Rektum 1978, 21: 169-171. PubMed Abstract | Publisher Full Text 10. Martin EW Jr, Joyce S, Lucas J, Clausen K, Cooperman M: Colorectal carcinoma in patients less than 40 years of age: pathology and prognosis. Dis Colon Rektum 1981, 24: 25-28. PubMed Abstract | Publisher Full Text 11. Gallagher EG, Zeigler MG: Rectal carcinoma in patients in the second and third decades of life. Am J Surg 1972, 124: 655-659. PubMed Abstract | Publisher Full Text 12. Chiang JM, Chen MC, Changchien CR, Chen JS, Tang R, Wang JY, Yeh CY, Fan CW, Tsai WS: Favourable Influence of Age on tumor characteristics of sporadic colorectal adenocarcinoma. Dis Colon Rektum 2003, 46: 904-910. PubMed Abstract | Publisher Full Text

Karsinoma kolon sigmoid pengalihan kencing berikut: sebuah laporan kasus dan tinjauan kepustakaan
Muhammad N Khan 1 Muhammad N Khan 1 Richard E Lee 3 dan Richard E Lee 3
1

, Abul H Naqvi 2 Abul H Naqvi 2

and

General Surgery, L & D Hospital, Lewsey Road, Luton. 1 Umum Bedah, L & D Rumah Sakit, Lewsey Road, Luton. LU 4 0ET, UK LS 4 0ET, Inggris
2

General Surgery, Mullingar General Hospital, West Meath Co. Ireland 2 Umum Bedah, Mullingar Rumah Sakit Umum, Co Meath Barat Irlandia
3

Colorectal Surgery, Queens Hospital Burton, UK 3 Colorectal Surgery, Queens Hospital Burton, Inggris author email penulis email corresponding author email penulis sesuai email

World Journal of Surgical Oncology 2004, 2 : 20 doi:10.1186/1477-7819-2-20 World Journal of Surgical Oncology 2004, 2: 20 DOI: 10.1186/1477-7819-2-20 The electronic version of this article is the complete one and can be found online at: http://www.wjso.com/content/2/1/20 Versi elektronik dari artikel ini adalah menyelesaikan satu dan dapat ditemukan secara online di: http://www.wjso.com/content/2/1/20 Received: Received: 13 January 2004 13 Januari 2004 Accepted: Diterima: 8 June 2004 8 Juni 2004 Published: Published:8 June 2004 8 Juni 2004 2004 Khan et al; licensee BioMed Central Ltd. This is an Open Access article: verbatim copying and redistribution of this article are permitted in all media for any purpose, provided this notice is preserved along with the article's original URL. 2004 Khan et al; licensee BioMed Central Ltd Ini adalah Akses Buka artikel: verbatim menyalin dan redistribusi dari artikel ini diperbolehkan di semua media untuk tujuan apapun, asalkan pemberitahuan ini adalah diawetkan bersama dengan artikel URL asli. Keywords: Urinary diversion, adenocarcinoma colon, exstrophy Kunci: urin hiburan, adenokarsinoma kolon, exstrophy Abstract Abstrak Background Latar belakang The association of ureterosigmoidostomy with colonic cancer is well established. Asosiasi ureterosigmoidostomy dengan kanker kolon mapan. A 100-fold increased risk of malignancy has been proposed in association with ureterosigmoidostomy. A 100-kali lipat peningkatan risiko keganasan telah diusulkan dalam hubungannya dengan ureterosigmoidostomy. Characteristically

there is a latent period of around 2030 years before the occurrence of cancer. Khas ada periode laten sekitar 20-30 tahun sebelum terjadinya kanker. Case presentation Presentasi kasus An unusual case of adenocarcinoma of the colon in a 36-year-old patient is presented. Kasus yang tidak biasa adenokarsinoma kolon dalam 36 tahun pasien disajikan. The patient underwent three operations in his infancy for exstrophy but after failure to close bladder, ureterosigmoidostomy was attempted at the age of 5 years and was converted to an ileal conduit after 8 months. Pasien menjalani tiga operasi di masa kanak-kanak untuk exstrophy tetapi setelah kegagalan untuk menutup kandung kemih, ureterosigmoidostomy sedang dicoba pada usia 5 tahun dan sudah dikonversi ke saluran ileum setelah 8 bulan. At the age of 36 years, 30 years following ileal conduit urinary diversion for exstrophy, he presented in emergency with large bowel obstruction due to adenocarcinoma of the sigmoid colon. Pada usia 36 tahun, 30 tahun setelah ileum pengalihan untuk saluran kencing exstrophy, ia disajikan dalam keadaan darurat dengan obstruksi usus besar akibat adenokarsinoma kolon sigmoid. Conclusion Kesimpulan Patients who undergo urinary diversion for exstrophy may be kept on a regular follow-up surveillance colonoscopy as most of these young adults may later present with vague abdominal symptoms which may not be taken seriously until they increase to an extent as to present with intestinal obstruction as in the present case. Pasien yang mengalami kencing exstrophy pengalihan untuk dapat disimpan secara tindak lanjut pengawasan kolonoskopi karena sebagian besar orang dewasa muda ini dapat kemudian hadir dengan samar-samar gejala perut yang tidak boleh dianggap serius sampai mereka meningkat sampai suatu tingkatan tertentu seperti untuk menyajikan dengan obstruksi usus sebagai dalam kasus ini. Background Latar belakang The ureterosigmoidostomy is reported to increase the risk of malignancy by 100-fold increased risk of malignancy Yang ureterosigmoidostomy dilaporkan meningkatkan risiko keganasan oleh 100 kali lipat peningkatan risiko keganasan [ 1 - 3 ]. [1 - 3]. Characteristically this occurs after a latent period of 2030 years. Khas ini terjadi setelah periode laten 20-30 tahun. Colonic mucosa has been shown to be at increased risk of cancer development after prolonged exposure to urine Mukosa kolon telah terbukti dapat meningkatkan risiko kanker pembangunan setelah lama terkena air seni [ 4 ], a term urocolonic tumors was coined by Gittes to explain this phenomenon [4], sebuah istilah tumor urocolonic diciptakan oleh Gittes untuk menjelaskan fenomena ini [ 5 ]. [5]. The pathogenesis of these tumors is not clear. Patogenesis tumor ini tidak jelas. One theory suggests production of nitrite and N-nitroso compounds from nitrate by the nitrate reducing bacterial flora in the presence of neutral colonic pH Satu teori menunjukkan produksi nitrit dan N-nitroso senyawa dari nitrat oleh bakteri nitrat mengurangi flora di hadapan kolon pH netral [ 6 ]. [6]. Although this was challenged by Stribling Walaupun ini ditantang oleh Stribling [ 7 ] and Sahands et al [7] dan Sahands et al [ 8 ], who documented very low levels of N-nitroso compounds production in the rat models treated with ascorbic acid as compared to

controls, yet both groups of rats produced urocolonic tumors with same frequency. [8], yang didokumentasikan sangat rendah kadar senyawa N-nitroso produksi dalam model tikus diobati dengan asam askorbat dibandingkan dengan kontrol, namun kedua kelompok tikus yang diproduksi urocolonic tumor dengan frekuensi yang sama. To answer the question another theory of phagocytic activation response was proposed by Dell and colleagues Untuk menjawab pertanyaan teori lain fagositik respons aktivasi diusulkan oleh Dell dan rekan [ 9 ]. [9]. Excessive production of oxygen derived free radical form uncontrolled inflammatory response, leading to DNA damage forms the basis of this Produksi yang berlebihan yang berasal oksigen membentuk radikal bebas yang tidak terkontrol respons peradangan, menyebabkan kerusakan DNA membentuk dasar ini [ 10 ]. [10]. We report here a case of colonic carcinoma occurring 36 years after uretrosigmoidstomy for exstrophy. Di sini kami melaporkan kasus karsinoma kolon terjadi 36 tahun setelah uretrosigmoidstomy untuk exstrophy. Case presentation Presentasi kasus A 36-years-old male presented in emergency department with constipation for 5 days followed by colicky lower abdominal pain. A 36-tahun pria berusia disajikan dalam gawat darurat dengan sembelit selama 5 hari diikuti oleh kolik nyeri perut bagian bawah. There were no vomiting or bowel symptoms. Ada muntah atau gejala usus. He was born with exstrophy and at the age of 5 years he had underwent an ureterosigmoidostomy, after the attempts to do a primary closure of the bladder failed. Ia dilahirkan dengan exstrophy dan pada usia 5 tahun dia telah menjalani ureterosigmoidostomy, setelah upaya-upaya untuk melakukan penutupan primer gagal kandung kemih. However, due to continence problems, this was converted to an ileal conduit eight months later. Namun, karena masalah penahanan, hal ini dikonversi ke saluran ileum delapan bulan kemudian. On examination he was apyrexial, hemodynamically stable but looked pale. Pada pemeriksaan ia apyrexial, hemodynamically stabil, namun tampak pucat. Long midline and para-median scars were visible and abdomen was slightly distended. Panjang garis tengah dan para-median bekas luka yang terlihat dan perut agak buncit. Urostomy bag was present in the right iliac fossa. Tas Urostomy hadir dalam fosa iliaka kanan. He had minimal tenderness in the left half of the abdomen. Dia telah sedikit kelembutan di sebelah kiri setengah dari perut. Bowel sounds were audible and digital examination of the rectum was unremarkable. Usus Suara-suara itu terdengar dan pemeriksaan digital pada anus itu biasa-biasa saja. Routine blood tests showed mildly deranged renal functions (urea of 9.2 mmol/L and creatinine of 139 mmol/L). Tes darah rutin menunjukkan fungsi ginjal agak gila (urea sebesar 9,2 mmol / L dan kreatinin dari 139 mmol / L). Plain abdominal x-ray showed faecal loading of the left colon. Plain perut x-ray menunjukkan feses pemuatan kolon kiri. A couple of enemas were prescribed but they failed to relieve the symptoms. Beberapa enema yang diresepkan tetapi mereka gagal untuk menghilangkan gejala. Over the next two days he gradually deteriorated with increasing abdominal distension and vomiting. Selama dua hari berikutnya dia berangsur-angsur memburuk dengan meningkatnya distensi abdomen dan muntah. Repeat abdominal film showed dilated small and large bowel loops. Ulangi film perut membesar menunjukkan usus kecil dan besar loop. An unprepared gastrograffin enema was organized which showed a stricture at the rectosigmoid junction. An Enema siap diselenggarakan gastrograffin yang menunjukkan penyempitan di persimpangan recto-sigmoid. An emergency laparotomy was carried out which revealed an

annular stenosing lesion at the recto-sigmoid junction with enlarged mesenteric lymph nodes and dilated proximal bowel. Laparotomi darurat dilakukan yang mengungkapkan suatu annulus stenosing lesi di recto-sigmoid mesenterika persimpangan dengan pembesaran kelenjar getah bening dan usus proksimal berdilatasi. A loop of ileum was adherent to the surface of colon at the site of tumor. Sebuah lingkaran dari ileum yang melekat ke permukaan kolon di lokasi tumor. A Hartman's procedure was carried out and the adherent loop of ileum was also excised (figure Sebuah prosedur Hartman dilakukan dan lingkaran pemeluk ileum juga dipotong (gambar 1 ). 1). Histopathology showed it to be Dukes C, poorly differentiated adenocarcinoma of the sigmoid colon. Histopatologi menunjukkan untuk menjadi Dukes C, kurang dibedakan adenokarsinoma kolon sigmoid. Proximity of the tumor to the ectopic urothelium in the sigmoid colon was also demonstrated, which was the site of previous ureterosigmoidostomy. Jarak dari tumor ke urothelium ektopik di kolon sigmoid itu juga menunjukkan, yang merupakan situs ureterosigmoidostomy sebelumnya. Further staging investigations did not show any evidence of metastasis. Pementasan penyelidikan lebih lanjut tidak menunjukkan bukti metastasis. The Hartman's procedure was reversed 2 months later and currently he is receiving chemotherapy. Hartman prosedur yang terbalik 2 bulan kemudian dan saat ini ia menerima kemoterapi.

Figure 1. Gross view of the resected specimen. Gambar 1. Bruto melihat dari resected spesimen. Inset the same specimen opened longitudinally to display the tumor. Inset spesimen yang sama dibuka longitudinal untuk menampilkan tumor. Discussion Diskusi Development of a malignant tumor in colon at the age of 36 years without having any familial predisposition to bowel cancer highlights the possible role of urinary diversion as the predisposing factor. Pengembangan tumor ganas dalam usus besar pada usia 36 tahun keluarga tanpa memiliki kecenderungan untuk kanker usus menyoroti peran mungkin kencing pengalihan sebagai faktor predisposisi. The occurrence of large bowel tumors after ureterosigmoidostomy (USM) is well established and backed by several case reports Terjadinya tumor usus besar setelah ureterosigmoidostomy (USM) adalah mapan dan didukung oleh beberapa laporan kasus [ 1 ]. [1]. Some studies have shown a 100 fold risk of malignancy associated with USM Beberapa studi telah menunjukkan 100 kali lipat risiko keganasan yang berhubungan dengan USM [ 2 ]. [2]. A recent study showed 11% risk in those having USM for 15 years or more Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan 11% risiko pada mereka yang USM selama 15 tahun atau lebih [ 3 ]. [3]. Latent period between USM and the development of the tumor is another interesting phenomenon. Periode laten antara USM dan perkembangan tumor fenomena menarik lain. The average age at diagnosis is reported to be 33 years with a median interval of 26 years Rata-rata usia saat diagnosis dilaporkan 33 tahun dengan interval rata-rata 26 tahun [ 3 ]. [3]. Due to well established link between USM and colorectal tumors, other forms of urinary diversion have been tried, ileal conduit formation being one of them. Karena mapan hubungan antara USM dan kolorektal tumor, bentuk-bentuk lain dari pengalihan kemih telah dicoba, pembentukan saluran

ileum menjadi salah satu dari mereka. Following this procedure no case of urocolonic tumor has been reported till date, although adenocarcinoma occurring in enteric augmentations is reported. Mengikuti prosedur ini tidak urocolonic kasus tumor telah dilaporkan sampai tanggal, meskipun terjadi di usus adenokarsinoma augmentations dilaporkan. Due to the high-risk of malignant tumors following USM a large number of USM were converted to other forms of diversions, mostly ileal conduit formation. Karena risiko tinggi tumor ganas USM berikut sejumlah besar USM yang dikonversikan ke bentuk lain dari pengalihan, sebagian besar pembentukan saluran ileum. But the initial exposure of the colonic mucosa to the urine was enough to start the chain of events leading to development of tumors. Tetapi paparan awal dari mukosa kolon ke urin sudah cukup untuk memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan perkembangan tumor. Strachan and colleagues reported a case of epispadias treated with USM initially and converted to ileal conduit 4 years later, and he developed adenocarcinoma at the site of ureteric stump 24 years later Strachan dan rekan-rekannya melaporkan kasus ditangani dengan USM epispadias awalnya dan diubah menjadi saluran ileum 4 tahun kemudian, dan ia mengembangkan adenokarsinoma pada tempat ureter tunggul 24 tahun kemudian [ 11 ]. [11]. In the present case the patient had USM only for 8 months and was converted into ileal conduit, yet after 28 years, he developed adenocarcinoma of the sigmoid colon. Dalam kasus ini pasien telah USM hanya untuk 8 bulan dan diubah menjadi saluran ileum, namun setelah 28 tahun, ia mengembangkan adenokarsinoma kolon sigmoid. This is so far the shortest possible exposure of colonic mucosa to urine, reported in literature leading to the development of tumor. Ini sejauh yang sesingkat-singkatnya pemaparan dari mukosa kolon untuk urin, dilaporkan dalam literatur yang mengarah ke pengembangan tumor. Conclusion Kesimpulan The link between USM and colonic carcinogenesis is well established. Link antara USM dan karsinogenesis kolon sudah terbentuk dengan baik. The risk is there even with short term exposure of the colonic mucosa to urine and this risk is not abolished by converting USM to ileal conduits. Risiko yang ada bahkan dengan paparan jangka pendek dari mukosa kolon untuk urin dan risiko ini tidak dihapuskan dengan mengkonversi USM ke saluran ileum. USM being a very popular method of urinary diversion, many general surgeons and colorectal surgeons may be required to deal with such patients presenting to emergency with bowel related symptoms later in their life. USM menjadi sangat populer pengalihan metode kencing, banyak ahli bedah umum dan bedah kolorektal mungkin diperlukan untuk menangani pasien tersebut memberikan presentasi kepada usus darurat dengan gejala terkait kemudian dalam kehidupan mereka. It is important to be familiar with the reconstituted anatomy of the pelvis, to appreciate the possible risks and to intervene earlier. Penting untuk menjadi akrab dengan anatomi dilarutkan panggul, untuk menghargai kemungkinan resiko dan melakukan intervensi awal. After the relevant literature review, the recommendations for such cases can be summarized as follows Setelah tinjauan literatur yang relevan, rekomendasi untuk kasus-kasus seperti itu dapat diringkas sebagai berikut Avoid USM as the form of diversion in patients having benign conditions. Hindari USM sebagai bentuk pengalihan pada pasien yang memiliki kondisi jinak. Primary closure and staged

reconstruction should be attempted first in cases of exstrophy and in cases with persistent incontinence use of artificial sphincter should be considered Primer penutupan dan rekonstruksi bertahap harus dicoba terlebih dahulu dalam kasus exstrophy dan dalam kasus-kasus dengan penggunaan terus-menerus inkontinensia sfingter buatan harus dipertimbangkan [ 12 ]. [12]. Patients having USM should be on regular follow-up with surveillance colonoscopy annually. Pasien harus memiliki USM reguler tindak lanjut dengan kolonoskopi surveilans setiap tahunnya. And if they show dysplasia, polyps or tumor, USM should be changed to other forms of diversion Dan jika mereka menunjukkan displasia, polip atau tumor, USM harus diubah menjadi bentuk lain dari pengalihan [ 13 ]. [13]. Obstructive urinary symptoms, bleeding per rectum and/or change in bowel habits after USM should be taken seriously and promptly investigated by colonoscopy and CT-scan. obstruktif gejala urin, perdarahan per rektum dan / atau perubahan kebiasaan buang air besar setelah USM harus dilakukan dengan serius dan segera diselidiki oleh kolonoskopi dan CT-scan. If USM is converted to other forms of diversion, the site of implantations of the ureters into sigmoid should be excised. Jika USM dikonversi menjadi bentuk lain dari pengalihan, situs implantations dari ureter ke sigmoid harus dipotong. Competing interests Kepentingan yang saling bersaing None declared. None diumumkan. Authors' contributions Authors kontribusi KM conceived the study, did literature search and coordinated preparation of the manuscript for submission. KM - dikandung penelitian, melakukan pencarian dan terkoordinasi sastra persiapan penyerahan naskah. NA helped in literature search and in preparation of the manuscript. NA - membantu dalam literatur pencarian dan dalam persiapan naskah. LR reviewed and edited the manuscript for final submission. LR - memeriksa dan mengedit naskah untuk penyerahan akhir. All authors read and approved the manuscript. Semua penulis membaca dan menyetujui naskah. Acknowledgement Pengakuan Patient consent was obtained for publication of his case record and specimen photograph. Pasien persetujuan itu diperoleh untuk publikasi kasusnya spesimen catatan dan foto.

References Referensi 1. Zabbo A, Kay R: Ureterosigmoidostomy and bladder exstrophy a long term follow up J Urol 1986, 136 : 396-398. PubMed Abstract 2. Stewart M, Macrae FA, Williams CB: Neoplasia and ureterosigmoidostomy: a colonoscopy survey. Br J Surg 1982, 69: 414-416. PubMed Abstract 3. Strachan JR, Woodhouse CR: Malignancy following ureterosigmoidostomy in patients with exstrophy. Br J Surg 1991, 78: 1216-1218. PubMed Abstract 4. Kotanagi H, Ito M, Koyama K, Sato K, Kato T: Colon cancer in rectal bladder. J Gastroenterol 2001, 36 : 718-722. PubMed Abstract | Publisher Full Text J 5. Gittes RF: Carcinogenesis in ureterosigmoidostomy. Urol Clin North Am 1986, 13: 201-205. PubMed Abstract 6. Kalble T, Tricker AR, Mohring K, Berger MR, Geiss H, Staehler G: The role of nitrate, nitrite and N-nitrosamines in carcinogenesis of colon tumors following ureterosigmoidostomy. Urol Res 1990, 18: 123-129. PubMed Abstract 7. Stribling D, Cohen S, Fagan D, Sanchez L, Anderson D, Davis P, Warren M: The effect of ascorbic acid on urinary nitrosamines and tumor development in rat animal model for ureterosigmoidostomy. J Urol 1989, 141: 304A [abstract 540]. 8. Shands C 3rd, McDougal WS, Wright EP: Prevention of cancer at the urothelial enteric anastomosis site. J Urol 1989, 141: 178-181. PubMed Abstract 9. Dull BJ, Gittes RF, Goldman P: Nitrate production and phagocytic activation: difference among Sprauge-Dawley, Wistar-Furth and Lewis rats. Membosankan BJ, Gittes RF, Goldman P: Karsinogenesis 1988, 9: 625-627. PubMed Abstract 10. Weitzman SA, Weitberg AB, Clark EP, Stossel TP: Phagocytes as carcinogens: malignant transformation produced by human neutrophils. Science 1985, 227: 12311233. PubMed Abstract 11. Strachan JR, Rees HC, Cox R, Woodhouse CR: Mucin changes adjacent to carcinoma following ureterosigmoidosotmy. Eur Urol 1987, 13: 419. PubMed Abstract 12. Husmann DA, Spence HM: Current status of the tumors of the bowel following ureterosigmoidostomy: a review. J Urol 1990, 144: 607-610. PubMed Abstract 13. Azimuddin K, Khubchandani IT, Stasik JJ, Rosen L, Riether RD: Neoplasia after ureterosigmoidostomy. Dis Colon Rektum 1999, 42: 1632-1638. PubMed Abstract

COLORECTAL CANCER
11:59:00, Posted by Gayuh Coy, 2 Comments COLORECTAL CANCER 1. Tinjauan Umum Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya ditetapkan secara bersama-sama ( American Cancer Society / ACS 1998 ) Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 ) Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal. 2. Patofisiologi Perubahan Patologi Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a): 26 % pada caecum dan ascending colon 10 % pada transfersum colon 15 % pada desending colon 20 % pada sigmoid colon 30 % pada rectum Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ). Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk : - Kelenjar Adrenalin - Ginjal - Kulit - Tulang - Otak Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

3. Komplikasi Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk : Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis Pembentukan abses Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker. 4. Etiologi Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar ( Aliran depan feces ) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya. Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ). Tabel 56-1. Makanan yang menyebabkan resiko terhadap Ca Colorektal :

Makanan yang harus dihindari : - Daging merah - Lemak hewan - Makanan berlemak - Daging dan ikan goreng atau panggang - Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring) . Makanan yang harus dikonsumsi: - Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ) - Butir padi yang utuh - Cairan yang cukup terutama air Karena sebagian besar tumor colorektal menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma colorektal menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30 tahun. Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga mempunyai resiko terhadap kanker colorektal. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker colorektal akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut 5. Kejadian. Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama ( ACS 1993 ). Sebagian besar klien pada kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. 6. Alternatif Transcultural. Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsabangsa lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buahbuahan,sayuran,ikan dan sebagian kecil daging. COLABORATIF MANAGEMENT PENGKAJIAN 1.Sejarah Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat : 1. Sejarah dari keluarga terhadap Ca colorektal 2. Radang usus besar 3. Penyakit Crohns 4. Familial poliposis 5. Adenoma Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan . 2. Pemeriksaan fisik. Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah : Perdarahan pada rektal Anemia Perubahan feces Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya ( tetapi bisa tidak banyak ) tumor disebelah kiri kolon dan rektum. Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah : teraba massa

pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia. 3. Pemeriksaan psikososial. Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien. Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini. 4. Pemeriksaan laboratorium Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase ( Tanaman lobak dan Gula bit ) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen ) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain. Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif. Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit 5. Pemeriksaan radiografi Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. . 6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya. Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut. ANALISIS 1. Diagnosa keperawatan utama .Pasien dengan tipe Ca colorektal mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:

a. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase. b. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri. 2. Diagnosa keperawatan tambahan a. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya. b. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan. c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada peran, perubahan gaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian. d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program diagnosa. e. Ketakutan proses penyakit f. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya. g. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah : a. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup. b. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup. c. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk metastase. Intervensi : Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal.Tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan kanker. Pelaksanaan tanpa pembedahan. Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas. Terapi radiasi Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama pembedahan. Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan ,obstruksi usus besar atau metastase ke paru-paru dalam perkembangan penyakit. Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan keluarga dan memperlihatkan efek samping (contohnya diare dan kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan efek samping dari terapi . Kemoterapi Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver. Manajemen pembedahan Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan terhadap Ca kolorektal.

Reseksi kolon Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat kolostomi sementara atau permanen tergantung pada : - Lokasi dan ukuran tumor - Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi) - Kondisi klien Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon dengan tumor dan meninggalkan batas area dengan bersih. Perawatan Pre operatif Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon dengan mempertegas keterangan dari dokter terhadap prosedur rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah pembedahan sebelum evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter mungkin tidak dapat menentukan apakah kolostomo diperlukan sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter memastikan kolostomi akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti direncanakan, perawat mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan ostomi yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi umum ostomi dan rasionalnya. Terapi enterostomal adalah perawat yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap dan disahkan dalam perwatan ostomi. Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang potensial untuk laki-laki dan wanita yang mengalami Ca bedah rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk bedah abdomen dengan anestesi umum. Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah bedah elektif. Klien menerima dengan sungguh-sungguh pembersihan dari usus, atau persiapan pembersihan usus , untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk persiapan pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan diet mereka untuk membersikan cairan cairan 1-2 hari sebelum pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan pencuci perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan melavement seluruh isi perut. Untuk melavement seluruh isi perut, kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan poliyethilene glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil dan colon bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para ilmuwan memberikan antibiotik oral atau intravena untuk di berikan pada hari sebelum pembedahan Prosedur Operatif Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari tumor tersebut. Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan colon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor atau kondisi pada usus.( Contoh inflamasi) ,kolostomi meningkat. Ahli bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam lubang. Pada kolon ( Lubang kolostomi ) atau dengan membagi kolon dan terakir membawa keluar satu ( Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit pada abdomen. Kolostomi mungkin dapat meningkat pada kolon ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi sementara yang menghendaki untuk istirahat dan beberapa bagian usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli

bedah menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau eksterior pada mucus fitula. Perawatan post operatif Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima perawatan kolostomi sejenis, untuk klien yang menderita sedikit bedah abdomen. Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari pembedahan dengan sebuah sistem kantung ostomi pada tempatnya. Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat meletakkan pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk tetap lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang kering. Perpaduan dengan terapi enterostomal (ET), perawat meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di terima dari pada dengan pembalutan. Perawat mengobserfasi untuk : - Nekrosis jaringan - Perdarahan yang tidak biasa - Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan lembab. Sejumlah kecil perdarahan pada stoma adalah biasa tetapi perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga secara berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya tetap baik dan tandatand kebocoran. Colostomi harus mulai berfungsi 2 4 hari setelah operasi. Ketika colostomi mulai berfungsi , kantung perlu dikosongkan secara berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul. Kantung harus di kosongkan bila sudah 1/3 1/2 nya sudah penuh feces. Feces berbentuk cair sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung pada di mana stoma diletakkan pada kolon. Sebagai contoh feces dari kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces di kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta ( mirip dengan feces seperti biasanya yang dikeluarkan dari rektum ). Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit. Barier pelindung di letakkan pada kulit sebelum kantung di pasang. Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit kemerahan atau kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau fisik bila terjadi iritasi kulit. Pemindahan Abdominal Perineal Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal dapat perlu di pindahkan. Pemindahan abdominal perineal biasanya membutuhkan kolostomi yang permanen untuk evaluasi. Bagaimanapun dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh. Dengan demikian kebutuhan kolostomi dapat di hindari. Perawatan pra operasi Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani pemindahan A/P sama dengan yang diberikan pada pasien yang menjalani pemindahan kolon (lihat bagian awal ).

Prosedur Operasi Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid, rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal. Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid. Perawatan pasca operasi

Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta pendidikan untuk keluarga. Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka : Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada tempatnya selama 2-5 hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini, irigasi luka dan kasa absorben digunakam sampai tahap penyembuhan. Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang terkumpul didalam luka. Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan sepanjang sisi luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu kateter digunakan untuk irigasi luka dengan salin isotoni yang steril dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang bawah. Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah penting karena kemungkinan infeksi dan pembentukan abses. Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah diharapkan penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan. Luka dapat menjadi sumber rasa tidak nyaman pada irisan abdominal dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif. Pasien dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk kontrol rektal tidak diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada penjelasan secara fisiologis untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis seperti bezocain dan sitz baths. Perawat : - Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada pasien -Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau komplikasi lainnya. -Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan kenyamanan ( Bab 56-2 ). PENAANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF Rencana: Tujuan pasien Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan metode penanggulangan yang efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut kehilangan pengalaman. INTERVENSI Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor penyakit kanker kemungkinan kehilangan fungsi tubuh dan perubahan fungsi tubuh. Perawat mengamati dan mengidentifikasi : Metode baru penanggulangan pasien dan keluarganya Sumber dukungan atau semangat yang efektif digunakan pada saat setelah krsisis POKOK-POKOK ILMU KEPERAWATAN LUKA PERINEAL * Perawatan luka irigasi luka dengan normal salin povidon iodin ( betadin ) atau larutan peroksida sering seringnya diperintahkan oleh dokter menggunakan tehnik steril dengan teliti. - Letakkan kasa penghisap diatas luka - Ajarkan klien bahwa dia boleh : 1. Menggunakan serbet wanita sebagai pembalut . 2. Memakai celana dalam tipe joki dari petinju 3. Mencukur rambut perineal sering-sering * Langkah-langkah kenyamanan @ Rendam daerah luka dalam air ukuran 10 20 minimal 3 atau 4 kali per hari. @ Berikan obat sakit sesuai perintah dan taksiran yang efektif

@ Ajarkan pasien tentang aktifitas yang diperbolehkan. Klien boleh : - Mengambil posisi berbaring menyamping di tempat tidur, menghindari duduk untuk waktu lama. - Menggunakan bantal busa atau bantal yang lembut untuk duduk sewaktu-waktu dalam posisi duduk. - Menghindari penggunaan alat cincin udara tau kue karet * Pencegahan komplikadsi a. Pertahankan keseimbangan larutan dan elektrolit dengan melihat kemasukan dan pengeluaran serta melihat pengeluaran dari luka perineal. b. Observasi intregitas barisan jahitan, perhatikan eritema, edema, perdarahan ,drainage purulent, bau yang luar biasa dan berlebihan atau perasaan sakit yang teru-menerus. Klien dan keluarganya memperkenalkan ajaran tentang masalah kesehatan ke klien Perawat mendorong pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaan tentang ostmi. Perawat mengatakan bahwa kesedihan, kemarahan, perasaan kehilangan dan depresi adalah respon normal untuk perubahan fungsi tubuh. Hal itu dapat menolong diskusi tentang kolostomi sebagai satu aspek perawatan pasien dari pada membuat hal itu sebagai dari perawatan, seperti defekasi hanya satu aspek fungsi fisiologi pasien. Perawat mendorong pasien untuk melihat dan menyentuh stoma. Waktu tenaga jasmani klien mampu, perawat mendorong pasien berpartisipasi dalam perawatan kolostomi. Perawat membantu pasien dan keluarganya dalam merumuskan pertanyaan dan menungkapkan dengan kata-kata. Perwat mengobserfasi apakah pasien mempunyai informasi penting dan mempunyai kemampuan psikomotor yang di pelajari utuk perawatan kolostomi. Partisipasi dalam membantu untuk memulihkan perasaan pasien dalam mengontrol gaya hidup dan memudahkan peningkatan menghargai diri sendiri. PERENCANAAN PERAWATAN * Persiapan perawatan rumah Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan melakukan perawatan insisi dan aktifitas hidup sehari-hari ( ADL ) dalam batas-batas tertentu. Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang situasi rumah untuk membantu pasien dalam pengaturan perawatan. Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga harus menjaga persediaan ostomi di daerah ( kamar mandi lebih disukai ) dimana temperatur tidak panas juga tidak dungin ( rintangan kulit dapat menjadi keras atau meleleh dalam temperataur ekstrim ). Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi tidur. Beberapa pasien pindah ke ruangan tersendiri atau ke tempat tidur kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari suami atau istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di tempatkan di atas kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang sistem kantung. * Pengajaran kesehatan Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi menerima instruksi untuk kebutuhan spesifik di berokan sama pada pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini, perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat dan manifestasi laporan klinik untuk opstruksi usus dan perforasi. Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan keluarga belajar prinsip perawatan kolostomi dan kemampuan psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan informasi adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang terlibat dalam perawatan ostomi sebelum

pelaksanaan. Waktu latihan yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang penting lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan menggunakan semua perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan keluarga : Tentang stoma Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem kantung Pelindung kulit Kontrol diet atau makanan Kontrol gas dan bau Potensial masalah dan solusi Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal, termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan seksual. Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari irigasi kolostomi untuk mengantur eliminasi. Perawat mendiskusikan teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu dikerjakan dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar pasien dan keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai macam alat ajar dapat di gunakan. Instruksi tertulis menolong sebab clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu yang akan datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien tentang kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan semua bentuk tekanan mengubah pasien dan kemampuan keluarga pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi. Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang manifestasi klinis dari gangguan penyumbatan dengan dibuatnya lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan kolostomi untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang timbul mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar stoma. Persiapan Psikososial Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan keluarga atau orang penting lainnya, tetapi pengobatan di sambut sebab itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di rencanakan. Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana mungkin termasuk pengrusakan dan melibatkan : Perasaan sakit hati terhadap yang lain Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa Takut sebagai penolakan Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaannya. Dengan mengajarkan pasien bagaimana fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana memiliki peranan penting dalam hubungan yang kokoh dengan yang lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting dalam proses rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan meningkatkan harga diri pasien.

Sumber Perawatan Kesehatan Sumber sementara di sediakan untuk melengkapi kerja perawat, meliputi perawatan lanjutan di lingkungan rumah. Dan mendukung keperluan pasien di saat perawat tidak dapat menemui pasien. Social Services Department Perawat membuat referensi kerja untuk :

Mendukung kemajuan konseling emosionalpada pasien dan keluarganya serta orang lain yang berkepentingan Menolong dalam mengatur masalah mengenai keuangan yang mungkin di miliki pasien dan keluarganya Mengatur perawatan rumah ataupun perawatan pencegahan penyebaran bila di perlukan Terapi Enterostomal Perawat membuat referensi untuk terapi enterostomal ( ET ) untuk : Menolong memberi pengetahuan dan pengertian agar pasien tenang sebelum operasi Evaluasi dan memberi tanda pada tempat yang akan dibuat stoma Menolong dengan perawatan setelah operasi dan memberikan pengajaran Menyediakan konsultasi mengenai masalah perawatan Bersedia membantu dalam proses pelepasan Asosiasi Perkumpulan Ostomi Perawat menyediakan informasi tentang United Ostomy Assosiation, sebuah badan pembantu bagi orang-orang dengan ostomies. Literatur seperti publikasi organisasi dan informasi mengenai penerbit-penerbit lokal di berikan kepada pasien. Organisasi ini membawa program kunjungan yang mendatangkan pelatih kusus ( juga memiliki ostomi ) untuk bicara dengan pasien. Setelah memperhatikan klien, perawat membuat referensi untuk program pemeriksaan lalu fisitor dapat memantau pasien preoperatif sampai post operatif. Dokter mengijinkan untuk kunjungan. American Cancer Society Difisi lokal atau unit dari amerika cancer society dapat menyediakan peralatan obat dan supli yang penting, pelayanan kesehatan di rumah, akomodasi, dan sumber-sumber lain untuk pasien yang dalam perawata kanke ataupun operasi ostomi. Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya tentang progaram yang di sediakan melalui difisi lokal ataupun unit-unit. Home Health Agency Perawat ataupun manager kasus membuat rujukan ke agen kesehatan rumah untuk menyediakan perawatan lanjutan. Sumber ini membantu dalam perawatan fisik, pengajaran dan dukungan emosional ketika pasien kembali ke lingkungan rumah. Lokal Pharmacy Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya apakah yang di butuhkan dari suplai ostomi dan di mana mereka bisa membeli. Harga dan lokasi di jelaskan sejelasnya sebelum rekomendasi di buat untuk pasien. EVALUASI Perawat mengevaluasi penyediaan perawatan untuk pasien dengan kanker colorektal. Hasil yang di harapkan adalah meliputi bagaimana pasien akan : Mendemonstrasikan penyembuhan dari proses operasi dengan mengembalikan fungsi gastrointestinal dengan pernafasan yang stabil, sistem kardiovaskuler dan sistem ginjal kembali normal. Mendemonstrasikan perawatan luka, dan apabila di aplikasikan perawatan kolostomi dengan bantuan yang minimal. Mendemonstrasikan cara koping yang efektif dengan merasionalkan diagnosa kanker dan perawatannya. PEMECAHAN MASALAH SPESIAL DALAM PENGGUNAAN KOLOSTOMI Problem : Bau. Makanan : Produks susu ( susu mendidih, telur dan beberapa keju ), ikan, bawang putih, kopi,

alkohol, kacang-kacangan, prunes, buncis, kubis, asparagus, lobak, brokoli, lobak cina, makanan yang banyak sekali bumbunya. Obat : Antibiotik, vitamin,zat besi. Solusi : Bayam, jus berry, yogurt, susu, sayuran hijau, meningkatkan vitamin C pada makanan atau persediaan vitamin. Obat oral : - Tablet klorofil untuk bau fecal (menyerap gas) - Tablet chorcoal - Bismuth bicarbonat - Bismuth subgallate(Devrom atau biscaps) 1 atau 2 tablet dengan makanan dan 1 tablet hs Persiapan kantong : - Kantong tahan bau atau kantong dengan mekanisme kontrol bau - Persediaan pabrik (tempat sejumlah kecil kantong ) : Banish II atau superbanish (united),odorguard (marlan), ostobon (pettibonelaps), aktivated charcoal, ostomi deodorant (sween), nilodor, devko tablets (partenon Co), D-odor, M-9 (masonlab). - Larutan sodium bicarbonat (merendam bola kapas dalam kantong) - Vanila, papermint, lemon atau sari almond (letakkan 10 tetes ke dalam kantong atau merendam bola kapas ). - Bumbu favorit, cengkeh atau kayu manis - Obat kumur (contoh : cepacol, listerine). Beberapa tetes dalam kantong atau bola kapas direndam dalam kantong. Kebersihan kantong : - Wisk dan air (larutan 1 : 1) - Baking soda dan air (larutan 1 : 1) - Cuka putih ramah tangga dan air (larutan 1 :1 ) - Produk pabrik :uri- klin, uni- wash (united), periwash (sween), skin care cleaner (bard). - Baking soda (sesudah mengeringkan kantong, bubuk dalam baking soda ). Problem : Gas dalam perut Aktivitas : makan cepat dan berbicara diwaktu yang sama, permen karet, merokok, mendengkur, gangguan emosional. Makanan : jamur, bawang ,buncis, kubis, kubis brussel, keju, telur, bir, minuman karbonat, ikan, makanan yang banyak bumbunya, beberap minuman buah, jagung, daging babi, kopi, makanan tinggi lemak. Solusi : Menghindari aktivitas itu, makan padat sebelum mengambil yang cair Adaptasi kantong : pergunakan kantong dengan gas atau penyaring bau. Problem : Iritasi kulit Alergi : eritema, erosi , edema, tangisan, pendarahan , kegatalan, panas, perih, iritasi dengan bentuk yang sama sebagai alergi bahan tertentu Pembongkaran bahan kimia : stool, urin, lem, pelarut, sabun, detergen, proteolitic,enzim digestif. Hiperplasia epidermal : meningkatkan pembentukan sel epidermal yang menyebabkan bahan pengental diratakan diluar kulit. Trauma mekanik : tekanan, pergeseran, pengelupasan kulit (contoh : bahan perekat , plester, ikat pinggang).

Solusi : Cream : sween cream, unicare crem atau holister skin. Conditioning cream (gunakan jumlah kecil dan gosokkkan, plester akan melekat waktu kering). Bubuk (karaya gung, stoma hesive, corn starch) digunakan dengan jel kulit (skin prep, skin gel). Antacids: alumuniun hidroksida (ampho gel, maalox) digunakan dengan skin sealant (skin prep, skin gel). Skin sealant alone (untuk kulit yang agak memerah). Skin barrier : satu aplikasi selama 24 hari atau lebih panjang yang dapat membersihkan iritasi dengan cepat. Lem/perekat (holister premium , stoma hesive) digunakan untuk mengisi lipatan dan tempat. Pengering rambut dalam keadaan dingin untuk menurunkan kelembaban. Jangan menempeli atau membocorkan ,perbaiki masalah kebocoran segera.

PROSEDUR IRIGASI 1. Siapakan alat yang di perlukan : - Alat irigasi berserta lengan irigasi. - Selang beserta klem - Kateter - Botol untuk larutan irigasi - Perawatan kulit - Kantung baru yang siap pakai 2. Memindahkan kantong yang lama dan membuangnya 3. Bersihkan daerah stoma dan kulit 4. Pasangkan lengan irigator dan tempatakn pada akhir lengan yang masuk ke toilet 5. Mengisi botol irigasi dengan 500 1000 ml air hangat 6. Menggantung botol irigasi dengan dasar botol setinggi bahu 7. Biarkan cairan mengali terus ke dalam selang untuk mengeluarkan atau memudahkan udara keluar dari dalam selang 8. Masukkan dengan hati-hati kateter 2-4 inci ke dalam stoma jangan di paksakan, masukkan caiaran pelan-pelan. 9. Berikan kira-kira 15-20 menit.Kemudian feces sebagian besar keluar, tangan di bilas, keringkan pantat, gulung sleeve dan untuk yang terakhir tutup.Anda bisa melakukan aktivitas lain 30-40 menit kemudian. 10. Kemudian kosongkan feces seluruhnya, pindahkan lengan irigator, bersihkan stoma dan pasang kantong yang baru 11. Bersihkan lengan irigator kemudian keringkan dan simpa Spesial Tips 1. Irigasikan sedikitnya sekali dalam 24 jam. 2. Anda boleh berharap untuk memakai tutup stoma kecil dari suatu kantong di antara irigator. 3. Jika kram terjadi sementara anda sedang mengirigasi, hentikan irigasi dan tunggu.Setelah kram redah dan anda siap untuk menjalankan prosedur, cobalah hal berikut : Pelankan aliran cairan, rendahkan botol atau hangatkan air. 4. Pastikan bahwa udara keluar dari selang sebelum menempatkannya pada stoma.

5. Jika airtidak mengalir dengan lancar, cobalah merubah posisi dari kateter, cek selang apabila ada hambatan dan jumlah air dan relaksasi dengan beberapa napas dalam. 6. Jika tidak ada kembalian yang terjadi, cobalah masase dengan lembut abdomen atau meminum cairan. Pendekan Terhadap Masalah yang Biasanya Terjadi 1. Jika terjadi tumpahan atau bocor pada irigator cobalah : a. menurunkan jumlah cairan infus b. Menurunkan jumlah irigan yang digunakan c. Membatasi seberapa jauh kateter dimasukkan kedalam bowel d. Memperbolehkan waktu yang lebih lama untuk evakuasi 2. Jika anda menahan untuk membuang air setelah irigasi coba : a. Rubah posisi b. Jalan-jalan didaerah sekitar c. Masase abdomen pelan-pelan d. Minum sesuatu yang hangat 3. Jika terjadi kembalian anda mungkin butuh pakaian untuk kantong 4. Jika terjadi kembalian setelah terjadi irigator bersih, turunkan frekuensi irigator 5. Jika anda merasa lemah atau letih selama irigasi, hentikan prosedur dan berbaringlah. Apabila kelemahan berkurang, Rrubahlah posisi untuk memudahkan evakuasi 6. Panggil dokter jika kelemahan dan jika masih ragu. 7. Jika anda masih lemah selama irigasi, pakai air hangat pelan-pelan dan coba sisipkan kateter kurang dalam dari stoma, kemudian anda irigasi lain waktu. 8. Jika kelemahan atau letih adalah masalah berkurang, beritahukan dokter anda. TABEL 56 2.Prosedur pembedahan untuk Ca Colorektal diberbagai lokasi Lokasi tumor : Tumor disisi kanan kolon Prosedur : a. Hemikolectomy kanan untuk lesi yang kecil b. Kolostomi atau Ilestomi ascending kanan untuk lesi yang menyebar luas c. Cecostomy ( pembukaan dalam sekam untuk menekan usus besar ) Lokasi tumor : Tumor di sisi kiri kolon Prosedur : a. Hemikolectomi kiri untuk lesi yang lebih kecil b. Kolostomy descending kiri untuk lesi yang lebih besar ( Contoh prosedur Hartman ) Lokasi tumor : Tumor kolon sigmoid Prosedur : a. Kolectomi sigmoid untuk lesi yang lebih kecil b. Kolostomi sigmoid untuk lesi yang lebih besar ( contoh prosedur Hartman ) c. Reseksi perineal abdomen besar,tumor sigmoid rendah ( dekat dengan anus ) dengan kolostomi ( rektum dan anus) sama sekali di gerakkan, meninggalkan luka perineal. Lokasi tumor : Tumor rektal Prosedur : a. Reseksi dengan anastomosis / melalui prosedur ( melindungi spicter anus). Dan perlu ekliminasi normal.

b. Reseksi kolon dengankolostomi permanen c. Reseksi perineal abdomen dengan kolostomi.

Anda mungkin juga menyukai