Anda di halaman 1dari 28

KOMIK

Makalah Ini Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Bahasa Indonesia

Dosen : Drs. Bambang Sumadyo

Disusun Oleh :

AMAL JAMALUDIN 200846500087

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI
JAKARTA
2008

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata Seni menurut Kamus Bahasa Indonesia berarti keahlian membuat karya yang
bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dsb). Jadi seni bisa dibilang sebagai
intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni kreatifitas adalah salah satu anugerah yang
telah Allah berikan kepada kita yang patut kita syukuri. Banyak caranya bagaimana kita
menuangkan ide-ide kreatif kita agar menjadi suatu hasil karya seni yang bernilai, salah
satunya menuangkan dalam bentuk komik. Menjadi seorang komikus/cergamis (pembuat
komik/cergam) bukan hanya sekedar sebuah hobi yang menyenangkan tetapi dapat juga
menjadi sebuah profesi yang cukup menjanjikan, tentunya jika kita benar-benar
menekuninya. Pekerjaan/profesi yang paling baik dan menyenangkan adalah pekerjaan yang
sudah menjadi hobi kita, salah satunya menjadi seorang komikus. Membuat komik adalah
mengkomunikasikan ide dengan cara yang menghibur. Komik dianggap baik dan berhasil,
apabila pembaca bisa menangkap apa yang ingin komikus sampaikan, sekaligus merasa
terhibur. Tetapi banyak dikalangan kita berasumsi bahwa menjadi seorang komikus tidak
mempunyai prospek masa depan yang menjanjikan. Dikarenakan komik itu merupakan
barang yang murahan, picisan dan merupakan hobi yang sepele. Tetapi bagi CHRISTIAN
LIE, asumsi seperti itu dapat dipatahkannya. Baginya komik itu adalah sebuah gaya hidup. Ia
membuat komik, membaca komik, menganalisa komik, mengajar komik dan juga
mendapatkan penghasilan dari komik itu sendiri. Dia adalah salah satu anak bangsa yang
sudah bisa dibilang seorang komikus berlevel internasional, yang berkarir di industri komik
di Amerika Serikat1. Terlepas dari masalah itu, masih ada persepsi bahwa komik adalah
bacaan anak-anak dan terkesan kekanak-kanakan, namun kenyataannya tidak sedikit orang
tua juga yang membaca komik. Karena pembaca komik berasal dari beragam latar belakang,
seperti usia dan geografis.

1
Majalah Concept, Vol. 4 Edisi 20, 2007. h. 45

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum

1. Definisi Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Gambar
dalam hal ini, menggambar sebuah karakter kartun (karakter bisa merupakan
seseorang, binatang, tumbuhan ataupun suatu objek benda mati). Biasanya, komik
dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam
berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga
berbentuk buku tersendiri. Atau ada juga yang berpendapat, Komik adalah Dunia
Tutur Kata, suatu rangkaian gambar yang bertutur menceritakan suatu kisah. Dalam
membaca gambar ini nilai-nya kira-kira sama dengan membaca peta, simbol-simbol,
diagram, dan sebagainya2.
Banyak jenis istilah komik, ada yang menyebutnya sebagai Cergam (Cerita
bergambar), Gamcer (Gambar bercerita), dan dalam bidang akademik komik dikenal
dengan istilah Sequential Art. Di negara Jepang komik dikenal sebagai Manga, dan
lain halnya dengan di China disana dikenal dengan istilah Manhua, sedangkan di
Korea orang-orang menyebutnya dengan Manhwa.

2. Jenis-jenis Komik
Dari jenisnya (Genre) kita dapat membedakan komik menjadi :
- Komik Superhero (Komik Pahlawan super) - Komik Cowboy
- Komik Romance (Komik Romantis) - Komik Horror
- Komik Adventure (Komik Petualangan) - Komik Criminal
- Komik Comedy (Komik Humor, jenaka) - Komik Underground
- Komik Action (Komik Aksi) - Komik Budaya
- Komik Science Fiction (Komik Fiksi Ilmiah) - Komik Cerita Detektif

2
Masdiono, Toni. 1998. 14 Jurus Membuat Komik. Creativ Media. h. 9.

3
3. Unsur-unsur komik :
Unsur-unsur atau biasa disebut juga sebagai anatomi komik yang biasa terdapat
dalam sebuah komik, walaupun tidak semua unsur dibawah ini wajib ada pada setiap
komik, diantaranya adalah :
a. Halaman pembuka (cover) / sampul :
- Judul seri
Nama Komik itu sendiri, bisa nama tokoh komik, cerita komik, ataupun
lainnya. Seperti judul komik “GUNDALA”, mengambil dari nama tokoh utama
komik itu, yaitu Gundala.
- Judul cerita
Judul yang menjadi inti cerita didalam komik itu, seperti komik Gundala “
Lembah Dinosaurus”, biasanya terletak dibawah atau di tengah halaman
pembuka (dibawah judul seri).
- Credits
Keterangan tentang pengarang, penggambar, peninta, pengisi warna, dsb.
- Indicia
Keterangan penerbit, waktu terbitan, pemegang hak cipta, dsb. Tetapi tidak
semua komik mencantumkan indicia di setiap komiknya.

b. Halaman isi :
- Panel tertutup
Garis batas komik bisa berupa bingkai ataupun garis tebal/tipis yang tertutup.
- Panel terbuka
Garis batas komik bisa berupa bingkai ataupun garis tebal/tipis yang terbuka.
- Balon kata atau balon ucapan
Balon kata atau balon ucapan itu berbeda-beda bentuknya, tergantung jenis apa
atau sifat ucapan/kalimat tersebut.
- Narasi
Biasanya menerangkan tentang waktu, tempat, kadang-kadang situasi.
- Efek suara (sound effect)
Huruf atau bunyi-bunyian yang setiap komikus mempunyai gaya sendiri dalam
menampilkannya. Contoh efek suara : “ k boom”, “dor dor”, krak !”, “ciiit!”,
dsb.

4
- Gang
Jarak antar satu panel dengan panel berikutnya.

B. Sejarah Komik

Melihat dari definisi komik diatas, yaitu susunan gambar yang berurutan,
sebenarnya dalam sejarah di Indonesia sendiri sudah mempunyai komik (cerita
bergambar), salah satu buktinya bisa ditemukan di dalam Goa Leang-leng di Sulawesi
Selatan. Di sana terdapat gambar babi hutan yang bisa mengindikasikan tentang adanya
pola komunikasi melalui gambar bagi masyarakat pada waktu itu. Selain di Sulawesi
Selatan, ada juga yaitu kurang lebih sekitar abad ke-8, terdapat pada pahatan-pahatan
dinding atau biasa dikenal dengan Relief pada dinding Candi Borobudur dan
Prambanan, dimana relief-relief tersebut menggambarkan tentang kehidupan spiritual
serta kebudayaan masyarakat kita pada abad pertengahan. Lukisan-lukisan tersebut
menjadi dokumentasi agama Budha Mahayana dan kehidupan rakyat sekitar abad ke-8
sampai ke-93. Sementara itu di belahan bumi lain, pada tahun 1519, Cortes menemukan
naskah bergambar pada zaman Pra-Columbus, gambar berwarna sepanjang 12 meter ini
menceritakan tentang seorang pahlawan militer dan politikus besar pada zamannya,
yang kemudian diberi judul “Nail of Oselot”. Beratus-ratus tahun sebelum Cortes
menemukan naskah Nail of Oselot, Perancis sudah menghasilkan karya yang hampir
serupa, yaitu Permadani Bayeux, permadani sepanjang 76 meter ini menggambarkan
tentang penaklukan pasukan Norman atas Inggris yang berawal pada tahun 1066. Dan
yang tidak kalah penting adalah adanya huruf-huruf Hieroglif dan lukisan-lukisan kuno
yang ditemukan di batu-batu dan dinding pada Piramida di Mesir. Gambar yang melekat
pada makam raja-raja Mesir tersebut menjadi bukti bahwa pada masa itu manusia sudah
mengenal cara berkomunikasi secara Nonverbal.
Dari semua penemuan tersebut, sebenarnya kita belum mengetahui dimana dan
sejak kapan komik mulai muncul, akan tetapi pada intinya, komik-komik tersebut
menggambarkan tentang kondisi sosial dan spiritual masyarakat pada zaman itu. Jadi
bisa dibandingkan antara komik-komik kuno tersebut dengan komik-komik yang berada
pada zaman modern sekarang ini, perbedaan terlihat selain pada medium yang
digunakan, juga pada isi komik serta tujuan penciptaan komik tersebut. Komik-komik

3
Mustopo, M. Habib, Dr., Prof. Sejarah. (Jakarta : Yudhistira, 2007), Cet pertama, h. 8.

5
pada zaman modern lebih bersifat komersil dan banyak menceritakan cerita fiktif,
sedangkan komik-komik kuno banyak menceritakan tentang kehidupan sosial dan
spiritual pada zaman itu yang cenderung bersifat realistis dan banyak mengandung unsur
sejarah, dan juga komik-komik tersebut menjadi cikal bakal bagi dunia komik
khususnya di Indonesia sekarang.

C. Perkembangan Komik Dunia dan Indonesia

1. Amerika
Kemunculan Max and Moritz karya Wilhelm Busch menjadi inspirasi bagi
Rudolph Dirks saat membuat The Katzenjammer Kids (1897). Demikian juga halnya
dengan The Yellow Kid (1895), karya Fenton Outcault yang dimuat di surat kabar
Sunday World. Di masa ini, cerita-cerita komik kebanyakan mengenai anak-anak dan
binatang yang lucu-lucu. The Yellow Kid turut membuka pintu industri komik di
Amerika Serikat. Industri komik Amerika Serikat mencoba bertahan dengan
meluncurkan beberapa komik yang karakternya cukup dikenal luas seperti Krazy Kat,
salah satu tokoh dalam komik strip “The Family Upstairs” (1910) karya George
Herriman untuk surat kabar harian Sunday. Setelah debut Krazy Kat, Chicago
American mempromosikan komik Mutt and Jeff dan terjual 45.000 kopi. Angka yang
fantastis di era tersebut, dan tak terkalahkan selama 18 tahun kemudian. Sementara
itu, Januari tahun 1929 terbit The Funnies No. 1 hingga No. 36 karya George
Delacorte, komik pertama dengan empat warna. Lalu King Features Syndicate
menerbitkan Mickey Mouse versi komik pada tahun 1930 yang dikerjakan Walt
Disney sebagai Writer, Win sebagai Inker, dan Ub Iwkers sebagai ilustrator dan
colorist.
Pertumbuhan berarti akhirnya menjemput industri komik Amerika Serikat di
tahun 1930-an dengan keluarnya komik-komik petualangan, diantaranya Tarzan of
the Apes (1929) karya Harold Rudolph Foster alias Hal Foster yang dijuluki Master
Dunia Gambar. Dick Tracy (1931) karya Chester Gould, dan Flash Gordon (1934)
karya Alex Raymond. Masa ini disebut sebagai era emas yang memiliki tiga
karakteristik, yaitu fiksi ilmiah, cerita detektif dan petualangan. Sebelumnya Tarzan
of the Apes dikarang oleh Edgar Rice Burroughs ditahun 1912 dalam bentuk novel,
lalu diadaptasi oleh Hal Foster dan di format, menjadi komik strip. Lain lagi hanya
dengan Flash Gordon yang merupakan hasil pengembangana ide Raymond saat

6
hendak menciptakan superhero fiksi ilmiah. Kejayaan komik negeri paman sam ini
disambut dengan membuat karakter Flash Gordon dan menayangkan serialnya, yang
zaman itu merupakan serial termahal. Selanjutnya, muncul berbagai genre komik
dengan pesonanya masing-masing.

Inilah periode zaman komik di Amerika Serikat :


• Era Platinum / Platinum Age (1897 - 1932)
• Era Pra-Emas / Pre-Golden Age (1933 - Mei 1938)
• Era Emas / Golden Age (Juni 1938 - 1945)
• Era Atom / Atom Age (1946 - 1956)
• Era Perak / Silver Age (Sept. 1956 - 1969)
• Era Perunggu / Bronze Age (1970 - 1979)
• Era Modern / Modern Age (1980 - Sekarang)

Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menelurkan komikus-


komikus dunia yang mempengaruhi komik dunia, dari sekian banyak tokoh komikus
Amerika Serikat, diantaranya :

a. RICHARD FELTON OUTCALT (1863 – 1928)


Mengawali karirnya sebagai Ilustrator teknis untuk Edison Laboratories,
perusahaan milik Thomas Alva Edison, selagi nyambi sebagai komikus untuk
sejumlah majalah humor seperti Truth, Judge, dan Life. Lulusan McMicken
University’s School of Design, Cincinnati ini cinta anak-anak, jadi tidak heran
objek dalam komiknya kebanyakan anak-anak, misalnya Yellow The Kid (1895)
yang terkenal itu. Komik Outcault yang lain adalah Poor Lil Mose (1901) dan
Buster Brown (1902), komikus asal amerika ini kemudian memutuskan untuk
pensiun dari dunia komik di tahun 1909 untuk membangun sebuah perusahaan
periklanan, Chicago’s Outcault Advertising Agency. Ia kemudian diakui sebagai
Bapak Komik Modern di Amerika Serikat.

7
Gambar 1 : Richard Felton Outcault (Pencipta Tokoh Yellow kid)

b. STAN LEE (1922)


Stanley Martin Lieber yang gemar membaca sejak kecil ini lahir di New
York, 28 Desember 1922, ia pernah selama tiga minggu berturut-turut memenangi
kontes menulis mingguan yang diadakan New York Herald Tribune, “The Biggest
News Of The Week”, di usianya yang ke-15, Stanley yang saat itu masih tercatat
sebagai siswa DeWitt Clinton High School juga pernah bekerja paruh waktu
sebagai Penulis obituari dan iklan kecil-kecilan, pengantar roti, penjaga bioskop,
serta pelayan di pabrik garmen selama setahun. Lulus SMU dalam usia muda,
Stanley ditawari menjadi asisten penulis di penerbit komik, Timely Comics, yang
kemudian menjadi Marvel Comics. Tak lama berselang, ia diangkat menjadi
penulis tetap di Marvel Comics dengan debut pertamanya, Captain America
Comics No. 3 (1941), dimana namanya dituliskan sebagai Stan Lee. Belakangan ia
diangkat menjadi art director, dan menghasilkan beberapa komik super laris,
diantaranya Spider-man, X-Men, Blade, Punisher, The Hulk, Fantastic Four, Thor
dan Daredevil. Berkat Stan Lee, Marvel Comics yang tadinya hanya penerbit
kecil, tumbuh menjadi perusahaan multimedia besar. Meski tak aktif lagi, kini
Stan Lee diposisikan sebagai Chairman Emeritus di Marvel Comics.

Gambar 2 : Stan Lee (pencipta tokoh Spider-man)

8
c. Lainnya : selain dua tokoh diatas masih banyak lagi komikus Amerika yang cukup
legendaris dan dikenal diantaranya : Robert Kahn (1915 - 1998) (Batman),
William Erwin Eisner (1917 – 2005) (The Spirit), Bill Watterson (Calvin &
Hobbes), Elzie Crisler Segar (Popeye The Sailorman), William Hanna dan Joseph
Barbera (Tom & Jerry), Carl Barks dan Jack Hannah (Donald Duck), Harold
Rudolph Foster (Tarzan), Walt Disney (Mickey Mouse), Alex Raymond (Flash
Gordon), Charles M. Schulz (Snoopy), Jim Davis (Garfield), Jerry Siegel dan Joe
Shuster (Superman).

2. Eropa
Akar dari komik di Eropa dapat ditemukan sejak karikatur-karikatur abad ke-
18. Ilustrasinya gambar tersebut seperti digambarkan oleh Wilhelm Busch dengan
karyanya Max and Moritz. Pada awal abad ke-19 seniman Swiss, Rodolphe Töpffer
juga dikenal sebagai Bapak Komik Modern Eropa mempublikasikan sebuah buku
komik yang berjudul Histoire de M. Vieux Bois yang diklaim sebagai buku komik
pertama di Eropa.
Untuk wilayah Eropa kiblat komik lebih mengarah di ke Prancis dan Belgia. Di
sana penjualan komik dengan gaya Eropa masih stabil. Tapi, di Belanda sama
kondisinya dengan di Indonesia, komik gaya Eropa terus menurun, sedangkan komik
gaya Jepang terus meningkat. Di Eropa, komik tidak hanya dipandang sebagai bacaan
hiburan yang digemari hampir semua usia sebagaimana di Indonesia. Komik
menempati urutan kesembilan dalam urutan seni di Eropa. Meski bukan urutan
teratas, komik dianggap sebagai hasil karya yang setara dengan seni lainnya, seperti
seni rupa, lukis, musik, dan sebagainya. komik sudah dianggap sebagai komoditas
ekonomi, bukan sekadar hiburan. Komik juga menjadi media berekspresi, termasuk
menyampaikan berbagai ideologi.

Tokoh komikus eropa, diantaranya :

a. WILHELM BUSCH (1832 – 1908) JERMAN


Lahir di Jerman dan dikenal sebagai pelukis, kartunis dan penyair.
Ilustrasinya terkenal satire dan kebanyakan dimuat di majalah satire Jerman,
Fliegende Blaetter. Karyanya antara lain : The Miller’s Bold Daughter, The Mole,
Finch & Frog, Hans Huckebein, Impending Doom. Serta sebuah cerita sajak
berilustrasi yang legendaris Max & Moritz (1865). Mendapat julukan Bapak

9
Komik Strip Modern, Busch menjadi inspirasi bagi Rudolph Dirks, pengarang the
Katzenjammer Kids (1897).

Gambar 3 :Wilhelm Busch (Max & Moritz)

b. GEORGES PROSPER REMI (1907 – 1983)


Nama komersilnya, HERGE, berasal dari inisial namanya sendiri (RG =
Remi Georges). Kartun berseri pertamanya, The Adventures of Totor, dimuat di
majalah Le Boy-Scout Belge. Etika gerakan pramuka sangat mempengaruhi cerita
dalam komik-komiknya, karena saat remaja ia aktif dalam organisasi pramuka di
sekolah. Suatu saat, Norbert Walez, pimpinan surat kabar katholik, Le Petit
Vingtime, menantang Remi untuk membuat komik strip mengenai seorang reporter
katolik pembela kebenaran. Penggemar novel-novel karangan Jules Verne ini pun
melahirkan Tintin, yang karakternya diadopsi dari karakter abangnya sendiri, Paul
Remi yang bekerja di badan militer Belgia. Disini ia mengadaptasi inovasi
Amerika dalam penggunaan balon dialog yang dipopulerkan oleh komikus asal
Amerika, Outcault. Tintin pun muncul di Le Petit Vingtime sejak 10 Januari 1929.
Bersamaan dengan Tintin, Herge juga membuat komik strip mengenai dua anak
berandalan, Quick & Flupke. Tahun 1950 Herge membangun studionya sendiri,
dimana ia membuat seri-seri petualangan Tintin selanjutnya tanpa mengizinkan
orang lain campur tangan. Publikasi Tintin dan Alpha-Art yang tak sempat
diselesaikan Herge akhirnya hanya berupa sketsa, karena ia terlanjur meninggal
dunia akibat kanker tulang pada tahun 1983. Empat tahun kemudian Studio herge
diubah menjadi Herge Foundation, dan tahun 1988 Tintin tak lagi diproduksi.
Komik lain karya Herge adalah The Amiable Mr. Mops (1932), Popol Out (1943),
dan They Explored the Moon (1969).

10
Gambar 4 : Georges Prosper Remi (Tintin The Adventure)

c. Lainnya :
Albert Ulderzo (1927) dari Perancis (Asterix & Obelisk), Frederic Boilet (1960)
dari perancis (Le Rayon Vert), Maurice De Bevere dari Belgia (Lucky Luke), Alan
Moore dari Inggris (V), Pierre Culliford dari Belgia (The Smurff), Don Lawrence
dari Inggris (Storm).

3. Asia :
Untuk kalangan Asia, bisa dibilang yang terbesar adalah Jepang dan Cina.
Jepang dengan Manga-nya bahkan kini mempengaruhi industri komik tak hanya
Asia, tapi juga Eropa dan Amerika.
a. Jepang
Suiho Tagawa mengeluarkan Private Second Class Norakuro (1931) yang
mengangkat kisah seekor anjing militer. Lulusan Japan School of Art ini
kemudian dikenal sebagai pionir industri Manga (komik) di Jepang. Pada
umumnya, visual manga sederhana dan hitam putih. Dalam perkembangannya,
industri komik jepang dipengaruhi oleh dua peristiwa besar, Gerakan Meiji dan
Perang Dunia II. Okupasi Amerika atas Jepang di tahun 1945 – 1952 cukup
mempengaruhi peredaran komik dan tayangan asal Amerika seperti Disney di
Jepang. Jadi bisa dikatakan perkembangan manga adalah berhubungan antara
perkembangan estetika dan kebudayaan Jepang yang berinteraksi dengan
pengaruh-pengaruh barat yang menimbulkan adanya inovasi dan
transnasionalisasi.
Manga modern muncul setelah Perang Duna II, dimana militeristik dan
ultranasional membentuk infrastruktur politik dan ekonomi di Jepang. Meski saat
itu ada kebijakan Amerika Serikat mensensor kesenian yang memuja militer

11
Jepang, publikasi manga tidak terpengaruh. Tahun 1947, konstitusi Jepang
membekukan segala bentuk sensor. Hal ini menghasilkan ledakan kreativitas
artistik. Dua seri manga pun terbit, Tetsuwan Atomu (biasa disebut Astro Boy)
karya Osamu Tezuka (1951) dan Sazae-san (1946) karya Machiko Hasegawa, dan
mempengaruhi perkembangan manga selanjutnya. Pengaruh Amerika sangat
tampak pada dua komik diatas. Komik pertama dari segi visualnya dimana Astro
Boy memiliki mata besar dipengaruhi oleh kartun asal Amerika Serikat di zaman
itu, Betty Boop (1930) karya Max Fleischer serta Mickey Mouse (1928) karya Walt
Disney dan Ub Iwerks, serta Bambi (1942), animasi keluaran Walt Disney yang
diadaptasi dari buku cerita karya Felix Salten yang ia tulis tahun 1923. Tezuka
kemudian dianggap sebagai penemu gaya mata besar di dunia animasi Jepang.
Komik kedua, mencuri perhatian lewat isi ceritanya. Tokoh Sazae-San diceritakan
tidak seperti wanita Jepang kebanyakan yang memakai kimono atau sangat patuh
pada suaminya. Ia berani menjadi dirinya sendiri dan berpakaian ala barat.
Menyinggung mengenai gaya dalam Manga, tak ada karakter khusus, karena
gaya gambar dalam manga bisa terdiri dari gambar realistik hingga gambar yang
ekstrim deformasi. Walau pada masa pertumbuhannya manga dipengaruhi oleh
komik-komik Amerika, bukan berarti manga tak dilirik negara lain. Ada juga
komik-komik asal Amerika yang dipengaruhi oleh manga, seperti Ninja High
School karya Ben Dunn dan Zot! Karya Scott Mcloud. Vernont Grant adalah artis
Amerika pertama yang mengenalkan pendekatan visual dan konsep ala manga ke
dunia kartun Amerika. Selain Amerika Serikat, pengaruh manga juga menyebrang
hingga ke Eropa, yang diprakarsai oleh Frederic Boilet. Kartunis asal Perancis ini
mencoba mengkombinasi gaya artistik komik Eropa dan kelebihan manga yang
terletak pada cerita. Hasilnya adalah Mariko Parade karya Frederic Boilet dan
Kan Takahama. Kombinasi ini dikenal dengan istilah Nouvelle Manga.

Tokoh-tokoh komikus Asia yang cukup mempengaruhi komik dunia,


diantaranya :

1. OSAMU TEZUKA (1928 - 1989)


Sering diganggu teman-teman sekolah karena tinggi badannya dibawah rata-
rata, membuat Tezuka kecil melampiaskan kekesalannya dengan menonton
kartun Disney maupun film Hollywood melalui proyektor milik ayahnya, atau
sibuk membaca komik buatannya sendiri. Komik pertamanya, Bin Bin

12
Namachan tentang seorang anak berkepala botak yang adalah gambaran dirinya
sendiri, dibuatnya saat kelas tiga SD. Norakuro (1931) karangan Suiho Tagawa
adalah manga kesukaannya saat itu. Meski kemudian Sekolah Medis, ia tetap
meluangkan waktu membuat komik, dan akhirnya mengikuti saran ibunya
untuk menjalani karir sesuai suara hati. Tezuka pun meninggalkan dunia medis
dan mulai mengerjakan beberapa komik kecil untuk bermacam koran, majalah,
dan buku terbitan Jepang. Komik komersial pertamanya adalah Machan No
Nikkicho (Machan’s Diary) di tahun 1946 yang dimuat di majalah Anak-anak
Jepang, Mainichi Shogakusei Shinbun. Tezuka kemudian dijuluki sebagai
Dewa Manga oleh beberapa perusahaan penerbit Jepang. Julukan yang tak
berlebihan, karena peraih Nihon SF Taisho Award (1989) ini telah mencetak
puluhan komik yang menjadi standar bagi Mangaka (Komikus dalam bahasa
Jepang) lain. Karyanya antara lain : Lost World (1948), Jungle Emperor atau
biasa dikenal Kimba the White Lion (1950) – manga berwarna pertama Tezuka
yang diperkirakan dicontek oleh Disney untuk film The Lion King, Astro Boy
(1952), Crime and Punishment (1953), Phoenix (1956), Twin Knight (1958),
Cleopatra (1970), dan Buddha (1974).

Gambar 5 : Osamu Tezuka (Astro Boy)

2. Komikus-komikus lainnya :
Fujiko Fujio (Doraemon), Akiro Toriyama (Dragon Ball), Gosho Aoyama
(Detektif Conan), Yoshito Usui (Crayon Sinchan), Naoko Takeuchi (Sailor
Moon), Masashi Kishimoto (Naruto), Yoichi Takahashi (Captain Tsubasa)

b. Cina
Lianhuahua, buku gambar sebesar telapak tangan yang tersohor di Shanghai
pada tahun 1920-an, disebut sebagai cikal bakal Manhua (komik). Majalah
Manhua pertama, Shanghai Sketch, terbit tahun 1928. Dalam kurun waktu 1934

13
sampai 1937, majalah Manhua dipakai sebagai media propaganda berhubungan
dengan pecahnya perang antara Cina dan Jepang untuk kedua kalinya tahun 1941,
Jepang menduduki Hongkong, yang berakibat pada berhentinya produksi Manhua.
Kekalahan Jepang di kancah Perang internasional tahun 1945, memberikan angin
segar pada kebangkitan Manhua, tetapi secara politis kekalahan Jepang tersebut
membagi Cina menjadi dua aliran, yaitu Nasionalis dan Komunis. Dimasa itu
muncul manhua yang cukup kritis membaca situasi politik yang terjadi, karya
Renjian Huahui, This ia a Cartoon Era. Kerusuhan di Cina masih berlanjut hingga
tahun 1960-an dan meningkatkan jumlah imigran dari Cina ke Hongkong.
Hongkong pun menjadi pasar yang potensial bagi manhua. Majalah manhua yang
paling berpengaruh dikalangan dewasa adalah Cartoons World (1956), yang
memompa penjualan dahsyat Uncle Choi, tokoh pahlawan yang diciptakan oleh
Hui Guan-man. Beredar komik Jepang dan Taiwan kemudian menghantam
industri lokal, hingga muncul karya Alfonso Wong, Old Master Q, yang cukup
membantu perbaikan industri lokal.
Di tahun 1970-an, perkambangan televisi membawa perubahan tersendiri
bagi manhua. Maraknya film-film Kungfu Bruce Lee di era tersebut, mendorong
terbitnya manhua yang menampilkan Kungfu, seperti Little Rascals (Oriental
Heroes) karya Tony Wong. Visualisasi kekerasan manhua bergenre Kungfu
banyak peminatnya, namun menuai protes keras dari masyarakat. Prihatin akan hal
tersebut, pemerintah Hongkong mengeluarkan kebijakan yang mengatur manhua
melalui Indecent Publication Law pada tahun 1975. Setelah itu, muncullah
manhua yang grafisnya jenaka (kawaii), dengan isu cerita yang cenderung seperti
kematian, kehidupan buruh dan keluarga. Manhua sejenis ini memperluas pasar
manhua hingga menyentuh orang tua. Salah satu karya yang menonjol adalah
McMug karya Alice Mak dan Brian Tse.
Manhua saat ini terbagi menjadi empat kategori, yaitu : Manhua Politik,
Manhua Komikal, Manhua Aksi, dan Manhua Anak-Anak. Karakter manhua yang
terbit dalam kurun waktu 1800-an hingga 1930-an, menonjolkan grafis yang
realistik, detail, dan penuh warna dengan batasan panel yang jelas. Menjelang
tahun 1950-an, karakter tokoh Disney seperti Mickey Mouse dan Pinokio asal
Amerika, menjadi acuan berbeda bagi pengarang manhua dalam menciptakan
suatu karakter.

14
Tokoh komikus Cina yang cukup terkenal, diantaranya :

1. TONY WONG YUK-LONG (1950)


Sudah 13 tahun membuat komik dan dipublikasikan di Epoch Comic
Weekly, majalah terbitan Hongkong. Atas bujukan kakaknya, ia memberanikan
diri mengirim karya ke penerbit-penerbit. Komik-komik yang cukup
mempengaruhi Wong adalah The Raid karya Michael Hui, Black Bat karya Ho
Yat Guan, 007 karya Saito Takao, dan Wild Seven karya Mikiya Mochizuki.
Tahun 1971, ia mendirikan perusahaan penerbitan, Yuk-Long Picture Book
Company, yang mengeluarkan Komik-komik laris, diantaranya Little
Vagabond, The Son of Ultraman, dan Solar Lord. Karyanya yang paling
terkenal adalah Little Rascals yang diciptakan sekitar tahun 1972. Wong disaat
yang sama juga menerbitkan dua majalah, Sang Po dan Golden Bo Daily, serta
membuat studio komik, Jademan Comics. Saat itu 80 persen pasar komik
Hongkong didominasi oleh komik-komik Wong. Sialnya, tahun 1991 ia harus
masuk penjara karena kasus penipuan, dan menyebabkan kehilangan bisnis.
Sekeluarnya dari penjara, Wong (bernama Inggris Tony Wong) mendirikan
Jade Dynasty bersama Ma Wing Shing (yang juga seorang Master Comic dan
pernah menjadi murid Wong). Jade Dynasty hingga sekarang menjadi potret
sukses industri komik di Hongkong. Tony Wong pernah menangani projek
Batman Hongkong (yang diterbitkan DC Comics) bersama Doug Moench
sebagai penulis cerita.

Gambar 6 : Tony Wong (Tiger Wong)

2. Komikus lainnya :
Alfonso Wong (1924) (Old Master Q)

15
c. Indonesia
Untuk lingkup nusantara, terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti
diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu Cerita
Bergambar atau disingkat menjadi Cergam yang dicetuskan oleh seorang
komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970.
Sementara itu Dr. Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat
komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik “Mat
Romeo” (1971) mengiklankannya dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan
kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.
Akronim cerita bergambar, menurut “Marcell Boneff” mengikuti istilah
Cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi
lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau
etimologis kata-nya.
Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar
secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai sarana
pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu
keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri
komik lainnya.
Karena itu di dalam istilah komik klasik Indonesia, cerita bergambar, tak
lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai graphic
narration (terutama di dalam film & komik).
Merujuk kepada Marcell Boneff maka komik Indonesia pada awal
kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu Komik Strip dan Buku
Komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia pada tahun 1930-an dapat ditemukan
pada media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-
komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon. Put On, seorang peranakan
Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya
Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak
komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star
(1939 - 1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di
Solo, Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari
Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu
pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian

16
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul Kisah Pendudukan Yogya,
bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini
kemudian dibukukan oleh harian Pikiran Rakyat dari Bandung. Sebagian
pengamat komik berpendapat bahwa inilah buku komik pertama oleh artis komik
Indonesia.

• Generasi 1940-50an
Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang
disisipkan sebagai suplemen mingguan surat kabar. Diantaranya adalah komik
seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit
seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang,
mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik dewasa. Di tengah-tengah
membanjirnya komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salah seorang
komikus terdepan, yang memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam
menggambar mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik
adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok Sie Djin Koei. Komik ini
berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal. Popularitas
tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa
karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. R.A. Kosasih, yang
kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan
mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri Asih.
Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus
lainnya, diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih dan
Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan
Flash Gordon.

• Generasi 1960-70an
Adapatasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan
tentangan dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Karena
itu penerbit seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari
orientasi baru dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional.
Sebagai hasil pencarian itu maka cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda
dan Jawa menjadi tema-tema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya.
R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya

17
membawa epik Mahabharata dari wayang ke dalam media buku komik.
Sementara itu dari Sumatra, terutamanya di kota Medan, terdapat pionir-pionir
komikus berketrampilan tinggi seperto Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn,
yang menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di
bawah penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita
rakyat Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari
tahun 1960-an hingga 1970-an. Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya
Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan
surat kabar sebagai medianya, meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh
R.A. Kosasih juga mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku.
Tema yang banyak muncul adalah pewayangan, superhero, dan humor-kritik.

• Generasi 1990-2000an
Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan
kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi
gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri
yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya
mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat
tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan.
Selain itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan
kepada komikus muda untuk mengubah image komik Indonesia yang selama
ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar dan muda. Ada dua aliran utama
yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu Amerika (lebih dikenal
dengan Comics) dan Jepang (dengan Manga).

o Aliran Amerika
Komikus yang memilih style ini kebanyakan memang mereferensikan karya
mereka pada komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada
yang bekerja untuk produksi komik Amerika.

o Aliran Jepang
Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan
berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net,
howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi
pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama komikus Indonesia

18
dengan aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan nama pengarangnya
disamarkan dengan nickname masing-masing di dunia maya. Kemungkinan
hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah tepatnya komikus
lokal.

o Komik Independen
Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar
Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil
berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak
komikus-komikus indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk
penggandaan karya-karya mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan
di pameran komik, baik dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak
jarang ada komikus yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan
disebarluaskan, dengan motto copyleft (lawan dari copyright atau hak cipta).
Tentunya tidak untuk tujuan komersil.

Sejarah Komik Indonesia mengalami masa berliku saat memasuki tahun


1963-1965. Saat itu, komik Indonesia lebih banyak membawa pesan-pesan
propaganda politik Orde Lama. Isi komik pada waktu itu banyak bercerita tentang
perjuangan melawan Neokolonialisme, pemberontakan, Danideologi. Sementara
pada akhir 1965, saat keadaan negara stabil, komik populer tidak lagi bercerita
seperti yang dituliskan sebelumnya, tetapi berkisah tentang roman remaja yang
menyorot kisah remaja metropolitan.
Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia berlangsung pada
tahun 1980. Hal itu ditandai dengan banyaknya ragam dan judul komik yang
muncul. Komik yang populer pada waktu itu adalah komik bertema petualangan
pendekar-pendekar silat dan superhero, misalnya Si Buta dari Gua Hantu, Siluman
serigala Putih, Tuan Tanah Kedaung, Si Djampang, Panji Tengkorak,
Godam,Gundala, dan lain-lain.
Sekarang, anak- anak dan remaja Indonesia lebih mengenal komik hasil karya
seniman seniman Jepang daripada komikus dalam negeri. Mereka menggemari
komik Jepang karena kualitas cerita dan formatnya sangat menarik, bahkan bisa
mengalahkan komik ala Walt Disney Amerika di pasaran. Toko-toko dan tempat
penyewaan buku dipenuhi cerita bergambar impor dari Negeri Matahari Terbit itu.

19
Ke depan nanti, semoga komik Indonesia bisa berwira-wiri ke luar negeri seperti
komik-komik Jepang.

Tokoh-tokoh cergamis anak bangsa yang terkenal, diantaranya :

1. R.A KOSASIH (1919)


Kakek satu cucu bernama lengkap Raden Ahmad Kosasih ini lahir di
Bogor, 4 April 1919, ia adalah seorang penulis dan penggambar komik
termasyhur dari Indonesia. Generasi komik masa kini menganggapnya sebagai
Bapak Komik Indonesia. Sejak muda sudah gemar menonton wayang golek
sehingga karya-karyanya sering kali berhubungan dengan kesusastraan Hindu
seperti Ramayana dan Mahabharata, dan sastra tradisional Indonesia, terutama
dari sastra Jawa dan Sunda. Selain itu beliau juga menggambar beberapa komik
silat yang memiliki pengaruh Tionghoa, namun tidak terlalu banyak.
Karya pertamanya adalah Sri Asih (penerbit Melodie, Bandung 1954).
Kosasih kemudian aktif meneliti dokumen dan mulai mencipta komik epos
besar yang berasal dari India seperti Ramayana dan Mahabharata. Kosasih
mulai menggambar pada tahun 1953 lalu ia mulai berhenti dan pensiun pada
tahun 1993 karena faktor usia.
Kosasih memulai kariernya pada penerbit Melodi di Bandung. Namun
karya-karyanya yang terkenal diterbitkan oleh Maranatha. Beliau bukan hanya
dianggap perintis, tapi juga inspirator bagi cergamis (komikus) dari generasi ke
generasi, karena itulah namanya kemudian diabadikan sebagai nama award
untuk cergam (komik) oleh Festival KONDE (Komik Indonesia Satu Dekade).
Hingga saat ini puluhan karyanya sering dicetak ulang.

Gambar 7 : R. A. Kosasih (Tokoh ciptaannya, Sri Asih)

20
2. HASMI (1955)
Lahir di Yogyakarta pada tanggal 25 Desember 1955 dengan nama
lengkap Harya Suryaminata. Sejak duduk di bangku SMP, Hasmi sudah gemar
melukis dan membuat komik. Sempat kuliah di ASRI (Akademi Seni Rupa
Indonesia) namun hanya bertahan dua tahun, karena waktunya tersita untuk
membuat cergam. Sepanjang 1968 – 1982 ia menghadirkan tokoh Gundala
Putera Petir hingga 23 judul. Petualangan Gundala sempat muncul kembali
sebagai komik strip di Jawa Pos tahun 1988, namun tidak berlangsung lama.
Selain Gundala dan Maza, ia juga menciptakan tokoh superhero Bara yang
memiliki kekuatan panas yang dahsyat. Sebagian karyanya memang di ilhami
komikus Amerika Serikat. Setelah Gundala tak lagi terbit, Hasmi banting setir
menjadi penulis skenario film, diantaranya Kelabang Sewu, Lorong Sesat,
Harta Karun Rawa Jagitan, dll. Ia juga aktif menulis skenario untuk acara
ketoprak di TVRI Yogyakarta.

Gambar 8 : Hasmi (Gundala Putera Petir)

3. Cergamis nusantara lainnya :


Ganes TH (1935) (Si Buta Dari Gua Hantu), Wid NS (1938 – 2003) (Godam,
Aquanus), Jan Mintaraga (1942) (Sebuah Noda Hitam), Teguh Santosa (1942 -
2000) (Sandhora), Mansyur Daman (1946) (Golok Setan), Hans Jaladara
(1947) (Panji Tengkorak), Djair Warni (1949) (Jaka Gledek), Gerdi WK (1953)
(Gina), Zaldy (Setitik Air Mata), Taguan Hardjo (Hikayat Musang Berjanggut),
Ardisoma (Wayang Purwa), Djoni Andrean (Labah-labah Merah), Har (Dewi
Kematian), Kelana (Permata Setan), Kwik Ing Ho (Wiro Anak Rimba
Indonesia), Sim Kim Toh (Tugas dan Tjinta).

21
d. Asia lainnya
Selain Indonesia, Jepang dan Cina, beberapa negara Asia yang industri
komiknya cukup “terdengar” yaitu Korea, India, dan Philipina. Manhwa (sebutan
komik di Korea) lebih dipengaruhi oleh manga, dan industrinya sendiri saat ini
masih belum dikatakan sedewasa industri manga di Jepang. Sedangkan komik asal
India dan Philipina, pengaruhnya lebih banyak dari barat, baik dari segi cerita dan
teknik penggambarannya. Di India, meski produksi komik banyak , namun tidak
diiringi dengan kematangan industrinya. Meski demikian, India tak sepenuhnya
dibawah pengaruh barat, karena masih terdapat beberapa judul Komik yang
memuat cerita dari kebudayaan sendiri, yang ternyata disambut baik oleh pasar,
seperti karya Deepak Chopra (Deepak Chopra’s Budha dan Deepak Chopra’s
Kama Sutra) yang diterbitkan Virgin Comics.

D. Pembuatan Komik
1. Sistematika Pembuatan komik
Semua komik berasal dari ide, dan biasanya para komikus mendapatkan ide
dari mana saja dan kapan saja. Dan dari ide cerita itu dibuat dalam bentuk sinopsis-
sinopsis singkat dan deskrispsi karakter-karakter. Pengembangan cerita dan
mendesain karakter adalah langkah selanjutnya, kamudian masuk tahap pensil
(penciling), penintaan (inking), pewarnaan (coloring) dan terakhir penulisan teks
(lettering). Proses selanjutnya, yaitu pra-cetak biasanya dilakukan oleh penerbit, baru
kemudian penerbit mengambil alih untuk proses produksi, baru kemudian proses
pendistribusian.
Di dalam industri komik, dalam membuat sebuah komik selain ada proses-
proses yang harus dilalui dan juga dibutuhkan tim yang solid dengan spesialisasi
yang kuat, minimal harus ada kolaborasi antara penulis cerita dan ilustrator. Tapi
umumnya, studio-studio komik memiliki tim yang lengkap, mereka diantaranya :
• Penulis (Script Writer)
Walau tugasnya menulis cerita, ia harus memiliki visi visual, karena ceritanya
harus mudah diterjemahkan/dituangkan dalam ilustrasi oleh ilustrator (Penciler &
Inker)

22
• Pembuat Sketsa Pensil (Pencil Artis / Penciller)
Tugasnya memindahkan cerita menjadi gambar yang masih berupa sketsa
pensil, yang nantinya akan diteruskan untuk di clean up oleh Inker Artist.
• Peninta (Inker Artist)
Posisi ini tidak selalu ada, tapi di sistem pembuatan komik, inker selalu
disebut. Tugasnya mengclean-up pensil menjadi ilustrasi yang lebih rapih,
sebelum diwarnai.
• Pewarna (Colorist)
Pelaku tahap pewarnaan, setelah proses dasar komik yaitu Outline.
• Editor
Bertindak sebagai Quality Control dari komik yang akan diterbitkan.
Tugasnya mengedit semua hasil akhir dari komik yang telah dibuat, sebelum naik
cetak.
• Penerbit (Publisher)
Yang mendanai produksi komik dan menerbitkannya.
• Distributor
Berkat jasa orang inilah, komik tiba di tangan kita. Karena tugasnya
memasarkan komik seluas-luasnya.

2. Peralatan yang dibutuhkan


Dibawah ini adalah alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah komik yang
sederhana, diantaranya :
- Pensil - Pena - Kuas - Pena celup
- Tinta - Penghapus - Cat poster putih - Kertas gambar
- Tisu - Penggaris - Meja gambar - Selotip
- Lem kertas - Cat warna / cat air / cat poster / pensil warna / spidol

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Manusia
menciptakan sebuah gambar (komik), dari mulai hobi sampai dengan gambaran
aktifitas kehidupan sosial dan spiritual masyarakat pada zaman itu. Dari masa ke
masa perkembangan komik selalu meningkat khususnya untuk wilayah Amerika dan
Jepang, dimana disana sudah berdiri industri-industri komik raksasa. Dan lain halnya
di Indonesia, dimasa sekarang ini industri komik Nusantara mengalami kemunduran
bahkan nyaris tidak terdengar lagi. Ada banyak hal, mengapa bisa terjadi demikian.
Diantaranya :
- Makin banyaknya media hiburan dibandingkan pada zaman dulu.
- Komikus Indonesia tidak pandai bercerita, storytelling-nya lemah dan hanya
mengandalkan kekuatan visual.
- Komikus kurang memikirkan pembacanya, yang terjadi komikus lebih
mengutamakan ekspresinya dalam berkesenian.
- Kurangnya promosi dari berbagai pihak baik dari penerbit maupun dari
pemerintah sendiri.

B. Saran
Tiga hal penting dalam membuat sebuah komik yaitu : Penulisan yang solid,
karakter yang menyenangkan dan artwork yang menggairahkan. Selain menggambar,
keahlian dalam teknik storytelling adalah modal untuk menjadi seorang komikus
yang handal. Storytelling adalah keahlian yang harus dimiliki, agar komik bisa enak
dibaca dan dipahami oleh pembaca. Untuk pembaca komik, berilah kesempatan
kepada komik-komik Indonesia, kita boleh membaca terlebih dahulu di toko buku,
dan kalau ternyata suka, jangan sungkan-sungkan untuk membeli. Uang pembelian
dari anda itu akan berguna bagi komikus untuk membuat komik selanjutnya.
Cintailah produk dalam negeri !.

24
DAFTAR PUSTAKA

Foster, Walter. 1989. How To Draw Story Cartoons. Walter Foster Pulishing. Inc.
Herlambang, Ferry. 2006. Membuat Komik dan Kartun Tanpa Menggambar dengan
Photoshop CS2. Jakarta : Elex Media komputindo.
Majalah Cinemags. Edisi 45 November 2003. Bandung : Megindo Tunggal Sejahtera
Majalah Concept. Volume 4. Edisi 20 2007.
Masdiono, Toni. 1998. 14 Jurus Membuat Komik. Jakarta : Creativ Media
McCloud, Scott. 2001. Understanding Comics. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia
Mustopo, M. Habib, Dr., Prof. 2007. Sejarah. Jakarta : Yudhistira
Osa, Amanokawa. 2006. Guide To Draw Manga, volume 2. Yogyakarta : CV Andi Offset
Osa, Amanokawa. 2007. Guide To Draw Manga, volume 3. Yogyakarta : CV Andi Offset
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka
Bahasa

25
LAMPIRAN 1

Cover komik dan karakter kartun komik Indonesia

26
LAMPIRAN 2

Cover komik dan karakter kartun komik Amerika dan Eropa

27
LAMPIRAN 3

Cover komik dan karakter kartun komik Asia

28

Anda mungkin juga menyukai