Anda di halaman 1dari 0

Dampak Aktivitas Geomagnet Terhadap

Lapisan Ionosfer
Mamat Ruhimat, Jiyo, Eddy Indra Satria, Dodi Suryaman*)
(* Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN
ABSTRACT
Ionosphere is one of nat ural phenomenon t hat contains ions and electrons. This
is become a reflector medi um of HF radio wave. It is influenced by solar and
geomagnetic activities. The influences of geomagnetic activity to ionosphere will be
presented in t hi s paper. The analysis resul t s indicate t hat there is a strong correlation
between the geomagnetic activity and ionospheric paramet ers. The geomagnetic
di st urbance influenced t he decrease of t he critical frequency foF2 and it was one to
three hour s later after t he disturbance.
ABSTRAK
Ionosfer mer upakan salah sat u fenomena alam yang mengandung ion dan
elektron. Ionosfer ini menjadi media pemant ul gelombang radio HF, dipengaruhi
aktivitas mat ahar i dan geomagnet. Pengaruh aktivitas geomagnet t erhadap lapisan
ionosfer akan di bahas dalam makal ah ini. Hasil analisis menunj ukkan bahwa terdapat
korelasi ant ar a aktivitas geomagnet dengan paramet er ionosfer. Aktivitas gangguan
geomagnet berpengaruh t erhadap penur unan frekuensi kritis foF2 dan pengaru
tersebut terjadi ant ar a sat u sampai tiga j am setelah gangguan.
1. PENDAHULUAN
Lapisan ionosfer sebagai media
pemant ul gelombang radio HF (High-
Frequency) sangat menarik unt uk di-
teliti mengingat pada lapisan ini selain
terdiri dari partikel-partikel netral j uga
terdiri dari partikel-partikel bermuat an
listrik, yaitu elektron-elektron dan ion-
ion bebas, sebagai hasil ionisasi radiasi
mat ahari . Gerak partikel-partikel ber-
muat an inilah yang meni mbul kan ar us
listrik yang menyebabkan variasi
geomagnet. Lapisan ionosfer yang terdiri
dari partikel-partikel netral, ion-ion,
dan elektron-elektron bebas dapat
di pandang sebagai pl asma yang ter-
ionisasi sebagian. Oleh sebab itu
penjalaran gelombang radio di lapisan
ionosfer dapat di ramal kan dari sifat
gelombang elektromagnetik yang men-
jalar di pl asma (Soegeng, 1994).
Penelitian t ent ang ionosfer telah
banyak di l akukan seperti Rachyany, et
al. (1997) meneliti hubungan solar fluks
dan indeks geomagnet dengan foF2
pada saat aktivitas mat ahari menjelang
mi ni mum, Rachyany, et al.(1998)
meneliti respon ionosfer daerah ekua-
tor akibat aktivitas mat ahari pada
puncak si kl us-22. Hasil kedua pene-
litian itu diperoleh bahwa indeks geo-
magnet tidak ada pengaruhnya
t erhadap fluktuasi frekuensi kritis
lapisan F2 ionosfer, yang di t unj ukkan
dengan koefisien korelasi lemah.
Tarigan, et al.(1998) dalam penelitian
penent uan MUF (Maximum Usable
Frequency) pada saat terjadi gangguan
geomagnet memperoleh hasil bahwa
gangguan geomagnet dengan indeks K
yang sama belum t ent u mengaki bat kan
si mpangan MUF sama, tetapi Suhart i ni
(1999) dalam penelitian dampak flare
tanggal 21 dan 25 Agust us 1998 pada
medan magnet bumi dan lapisan F2
ionosfer menemukan adanya badai
magnetik setelah 23 j am pada fl are 21
Agustus 1998 yang diikuti dengan
penur unan foF2 sebesar 25 % dan MUF
15
Manado-Sumedang sebesar 25 %.
Kejadian flare tanggal 25 Agustus 1998
menunj ukkan gangguan di ionosfer
berupa t ur unnya foF2 sekitar 3 j am
sesudah flare, terjadi akibat peningkat-
an absorpsi di daerah frekuensi tinggi
ionosfer. Badai magnetik terjadi pada
tanggal 26 Agustus 1998 yang diikuti
oleh gangguan pada lapisan F ionosfer
berupa t ur unnya foF2 sebesar 10 % dan
MUF sebesar 20 %. Hasil penelitian
yang telah di l akukan dengan meng-
gunakan tingkat gangguan geomagnet
(indeks K) korelasinya lemah, tetapi dari
pengamat an secara visual seperti yang
di l akukan Suhart i ni (1999) bahwa
kejadian badai magnetik diikuti dengan
penur unan lapisan foF2
Unt uk menget ahui dampak aktivitas
geomagnet t erhadap lapisan ionosfer
akan ditinjau dan diteliti respon variasi
geomagnet t erhadap paramet er lapisan
ionosfer, apakah responsnya secara
l angsung ber samaan at au mengalami
pergeseran wakt u, dicari berdasarkan
korelasi yang paling kuat . Hasil pene-
litian ini di harapkan dapat mengetahui
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
geomagnet t erhadap lapisan ionosfer,
sehingga menjadi bahan pertimbangan
dalam memberi peringatan dini
komuni kasi HF.
2. DATA DAN PENGOLAHANNYA
Data yang di gunakan dalam
penelitian ini adal ah dat a tiap j am
dalam Universal Time (UT). Aktivitas
geomagnet lintang rendah meng-
gunakan indeks DST dari World Data
Center, Kyoto University J apan. Indeks
DST menyat akan aktivitas medan mag-
net ring current (arus cincin), penjelasan
mendal am t ent ang indeks DST dapat
dilihat dalam Baumj ohann (1996) dan
Mat sushi t a dan Campbell (1967). Unt uk
parameter ionosfer menggunakan dat a
frekuensi kritis lapisan F2 (foF2) dari
St asi un Pengamat Dirgantara LAPAN-
Biak. Sebagai salah sat u contoh dat a
frekuensi kritis foF2 yang terjadi
di t unj ukkan dalam Gambar 2- 1, foF2(t)
menunj ukkan frekuensi kritis lapisan
F2 pada saat t unt uk tanggal 2 1 - 2 4
Februari 1994 dan foF2(MD) me-
nunj ukkan median bul anan frekuensi
kritis lapisan F2 pada bul an Februari
1994. Karakteristik lapisan foF2
memiliki pola yang t et ap setiap harinya,
pagi hingga siang hari frekuensinya
mengalami peni ngkat an, siang hingga
mal am relatif stabil dan mal am hingga
pagi hari frekuensinya menur un. Pola
ini mengikuti siklus hari an, t ampak
faktor mat ahari mendominasi unt uk
mempengaruhi lapisan F2 ionosfer,
peningkatan frekuensi terjadi mulai
saat mat ahari terbit.
Gambar 2-1: Grafik frekuensi kritis lapisan ionosfer
F2 (foF2(t)) pada tanggal 21- 24
Februari 1994 (garis tebal) dan
foF2(MD) grafik frekuensi kritis
median bulan Februari 1994 (garis
tipis), keduanya dalam waktu UT.
Unt uk menget ahui faktor domi nan
lain yang mempengaruhi frekuensi foF2
ini ditinjau pada saat terjadi gangguan
geomagnet dengan car a mengamati
gangguan geomagnet seperti yang
di t unj ukkan dal am Gambar 2-2.
16
Gambar 2-2: Grafik tingkat gangguan geomagnet
indeks D
ST
pada tanggal 2 1 - 2 4
Februari 1994 dalam waktu UT.
Adanya gangguan geomagnet
dapat diketahui dengan adanya fluk-
t uasi yang menur un cukup drast i s
hingga mencapai r at usan nano tesla.
Dari contoh kejadian tersebut unt uk
dapat menget ahui adanya pengaruh
aktivitas geomagnet t erhadap varia-
bilitas l api san foF2 diperlukan suat u
pemi sahan dari dominasi pengaruh
mat ahari dengan cara mel akukan
pemi sahan frekuensi kritis foF2 dari
median foF2 sehingga frekuensi
relatifnya memberi gambaran gangguan
l api san foF2 yang s udah t erbebas dari
dominasi pengaruh mat ahari , seperti
yang di t unj ukkan dalam Gambar 2-3.
Gambar2-3:Grafik selisih frekuensi kritis lapisan
F2 terhadap mediannya pada tanggal
21-24 Februari 1994.
Pada tanggal 21 Februari 1994
terjadi onset substorm geomagnet se-
perti di t unj ukkan dalam Gambar 2-2,
beberapa saat kemudi an diikuti dengan
menur unnya frekuensi kritis foF2(t)
di bandi ngkan dengan mediannya
(foF2(MD)) . Dalam Gambar 2-3 di-
t unj ukkan bahwa setelah terjadi onset
gangguan geomagnet, frekuensi relatif-
nya menur un hingga mencapai - 5. 5
MHz dari medi annya. Unt uk me-
nget ahui sejauh mana domi nannya
parameter geomagnet t erhadap varia-
bilitas lapisan ionosfer ini di l akukan
dengan menghi t ung faktor korelasinya
ant ar a indek DST dan selisih frekuensi
foF2(t) dan foF2(MD).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menganalisis dat a ionosfer setelah
terjadi gangguan geomagnetik, secara
kualitatif dapat terlihat adanya kelainan
dari dat a ionosfer yaitu menur unnya
frekuensi kritis lapisan F2 dibanding-
kan dengan medi annya. Dari Gambar
2-3 terlihat bahwa frekuensi relatif
setelah terjadi onset gangguan geo-
magnet tanggal 21 hingga tanggal 22
Februari 1994 menur un sampai men-
capai - 5. 5 MHz selisihnya diban-
dingkan dengan medi annya. Hal ini
menunj ukkan adanya keterkaitan
ant ar a gangguan geomagnet dan
penur unan frekuensi kritis lapisan F2
ionosfer.
Berdasrkan beberapa kejadian
substorm geomagnet diteliti peningkatan
fluktuasi indeks DST dan pengaruhnya
t erhadap frekuensi relatif foF2,
kemudi an di hi t ung faktor korelasi
kedua paramet er t ersebut seperti di-
t unj ukan dalam Tabel 3-1, dengan BO
adal ah korelasi indeks DST dengan
frekuensi relatif foF2 terjadi pada saat
yang ber samaan. Unt uk Bl , B2, B3,
dan B4 masing-masing menunj ukkan
selisih sat u, dua, tiga ,dan empat j am
dengan kejadian geomagnet terjadi lebih
dahul u dari pada frekuensi relatif foF2.
17
TABEL 3-1: Koefisien korelasi antara aktivitas geomagnet dan
frekuensi kritis relatif foF2 berdasarkan pergeseran
waktu.
Tanggal
22-08-92
27-12-92
21-02-94
02-04-94
04-0.1-95
06-04-95
16-05-95
Jumlah data
0m)
14
15
41
18
16
19
IS
( ) ( % )
14
-20
59
0
54
48
-4
Bl ( V.)
27
-33
^S
23
55
51
49
2 ( % )
.11
-3
62
32
52
45
-27
B3 ( % )
57
4'l
65
16
52
23
-18
B4 ( % )
54
31
63
-7
52
14
-S
Berdasarkan korelasi dari tujuh
kejadian yang diteliti dapat terlihat
dengan jelas bahwa gangguan geo-
magnet memiliki hubungan cukup baik
dengan penur unan frekuensi kritis foF2
yang di t unj ukkan dengan besarnya nilai
faktor korelasi kedua parameter ter-
sebut. Adanya nilai negatip menunj uk-
kan kedua paramet er memiliki fasa
yang berbeda. Responnya yang paling
kuat dari tiap kejadian ditunjukkan
dengan nilai faktor korelasi maksi mum
diperoleh setelah mengalami pergeser-
an wakt u, ada yang tiga j am, dua j am
dan satu j am (kolom B3, B2 dan Bl ).
Hal ini menunj ukkan gangguan geo-
magnet yang domi nan akan mulai mem-
pengaruhi penur unan frekuensi kritis
foF2 setelah mengalami pergeseran
wakt u sekitar sat u sampai tiga j am dari
onset substorm geomagnet. Dengan
adanya indikasi seperti pergeseran
waktu ini dapat memberikan manfaat
pada peringatan dini, yaitu setelah
kejadian gangguan geomagnet akan
di susul dengan gangguan di lapisan
ionosfer berupa penur unan frekuensi
kritis lapisan F2 ionosfer.
4. KESIMPULAN
Hasil anal i si s menunj ukkan
bahwa terdapat korelasi kuat ant ar a
parameter geomagnet dan ionosfer.
Aktivitas gangguan geomagnet ber-
pengaruh t erhadap penur unan fre-
kuensi kritis lapisan F2 ionosfer (foF2).
Pengaruh tersebut domi nan terjadi
ant ar a sat u sampai tiga j am setelah
waktu kejadian aktivitas gangguan
geomagnet.
DAFTAR RUJUKAN
Baumj ohann W.,1996, Merits and
Limitations of the Use of Geo-
magnetic Indices in Solar Wind-
Magnetosphere Coupling Studies,
Solar Wind-Magnetosphere Coup-
ling, pp. 3-15, J apan, Terra
Scientific Publishing Company.
Mat sushi t a S. , W. H. Campbell, 1967,
Physics of Geomagnetic Pheno-
mena,Vol. I, USA, Academic Press.
Inc.
Rachyany S.,Habirun, Sarmoko S., M.
Ruhimat, 1997, Hubungan Solar
Fluks dan Indeks Geomagnet
dengan foF2 pada saat Aktivitas
Matahari menjelang Minimum,
Warta Lapan No 51; April 1997,
Jakar t a, Lapan.
Rachyany S., Habirun, M. Syarifudin,
1998, Respons Ionosfer daerah
Equator akibat Aktivitas Matahari
pada Puncak Siklus - 22, Warta
LAPAN, No 55; April 1998, Jakar -
ta, LAPAN.
Ruhi mat M., Bachtiar A., Farida S.Z.,
Dodi S., 1996, Pengaruh Solar
Flare terhadap variasi Medan
Magnet Bumi, Majalah LAPAN, No
79; Oktober 1996, Jakar t a, LAPAN.
Soegeng R., 1994, Ionosfer, Yogyakarta,
Penerbit Andi Offset.
Suhart i ni S., 1999, Dampak Flare
tanggal 21 dan 25 Agustus 1998
pada Medan Magnet Bumi dan
Lapisan F2 Ionosfer, Majalah
LAPAN, Vol. 1 No. 2 ; April 1999,
Jakar t a, LAPAN.
Tarigan M., M. Syarifudin, Habirun,
Jiyo, 1998, Penentuan MUF pada
saat terjadi Gangguan Geomagnet,
Majalah LAPAN, No 86; Jul i 1998,
Jakar t a, LAPAN.
18

Anda mungkin juga menyukai