Anda di halaman 1dari 2

Makna Baliho SKPD Terhadap Citra Pemerintah (Analisis Semiotika Makna Baliho SKPD Terhadap Citra Pemerintah di Kota

Samarinda)

Latar Belakang Selaku alat kelengkapan negara, pemerintah daerah di dalam menjalankan fungsi sosialisasi kebijakan pemerintah pusat dan juga menjalankan fungsi pembangunan daerah tersebut, membutuhkan media di dalam proses sosialisasi dan juga informasi kepada publik. Dengan berpedoman kepada two ways traffic communication, maka pemerintah diharuskan menjadi pihak yang lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai program, kebijakan pemerintah kepada publik dan juga masyarakat dan pula menjaga citra pemerintah di mata publik. Di dalam hal ini, media komunikasi visual merupakan pilihan yang sangat baik di era komunikasi zaman sekarang. Selain lebih menjangkau masyarakat luas, lebih ekonomis dan juga simpel dalam menyampaikan pesannya. Mengingat banyaknya program dan kebijakan pemerintah, maka penggunaan baliho dianggap paling memenuhi standar. Baliho dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam menyampaikan pesan, memiliki sejumlah tanda, simbol dan makna yang tersirat yang ingin disampaikan oleh komunikatornya. Dalam hal ini, pemerintah tak terkecuali memiliki sejumlah keinginan dan pesan yang tersirat dan tersurat di dalam media sosialisasinya, dalam hal ini adalah baliho. Namun, seiring berjalannya waktu banyak baliho yang memilki konten tak sesuai dengan apa yang disampaikannya (bias). Sehingga pemahaman semiotika dianggap perlu memahami fenomena bias makna pada baliho SKPD ini.

Rumusan Masalah Sebagaimana yang dijelaskan, bahwa baliho sebagai media komunikasi banyak dipilih oleh pemerintah dalam menyampaikan program dan kebijakan pemerintah pusat karena baliho dianggap paling menyentuh dalam kapabilitasnya untuk menyampaikan pesan yang mana menggunakan serangkaian tanda dan symbol yang pantas untuk dikaji secara teoritik dengan semiotika. Spesifikasi permasalahan yang ingin dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah ada keterkaitan atau linieritas dalam makna tanda dan lambang pada baliho SKPD terhadap citra yang ingin dibangun pemerintah lewat media baliho tersebut? 2. Bagaimana struktur semiotika pemaknaan gambar pada baliho SKPD tersebut? 3. Sesuai dengan teori Barthes tentang makna dibalik lambang dan tanda, apakah ada makna tertentu yang ingin dibuat selain pembentukan citra tersebut? Kerangka Teori Roland Barthes adalah orang pertama kali yang menyusun model skematik untuk menganalisis negoisasi dan gagasan makna interaktif antara pembaca, penulis dan teks. Ketika Saussure menekankan pada teks semata, Barthes menekankan pada cara tanda-tanda di dalam teks berinteraksi dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya dan memperhatikan konvensi pada teks yang berinteraksi dengan konvensi yang dialami. Dan inti teori Barthes adalah gagasan tentang dua tatanan pertandaan (order of signification). Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya dalam tanda adalah peran pembaca (the reader). Dalam Mithologies-nya (1983) secara tegas ia membedakan antara denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama dengan sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya, sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif Roland Barthes sangat terpengaruh dengan Saussure dengan semiologi yang kental dengan inspirasi linguistik. Maka, dalam pengertian teori Barthes yang ingin dibentuk adalah pola bahasa (linguistik) sangat mempengaruhi bagaimana tanda dan lambang yang ada menjadi serangkaian makna yang diinginkan oleh sangat komunikator untuk disampaikan kepada komunikan (pembaca). Dalam hal ini, hal yang sama terjadi pula pada baliho-baliho SKPD di kota Samarinda, yang mana memiliki makna tertentu apabila dihubungkan dengan pembangunan citra yang diinginkan pemerintah kota Samarinda itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai