Anda di halaman 1dari 20

Perencanaan Agregat

12 31

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI


10.1. Pendahuluan Perencaaan komunikasi manufaktur. produksi adalah pernyataan produksi ( top teras rencana produksi ke alat ) dan dalam bentuk agregat. Di samping Perencanaan ini merupakan management

antara manajemen

itu juga, perencanaan produksi merupakan

pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain perencanan produksi adalah : 1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadapa rencana strategis perusahaan 2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi 3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi 4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. 5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis 6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.

10.2. Tujuan Perencanaan Produksi Tujuan perencanan produiksi adalah: 1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas prduksi yaitu sebagao referensi 2. Sebagai perencanaan masukan lebih rinci dari rencana agregat sumber daya sehingga menjadi item dalam jadwal induk produksi. rencana perencanaansumber perencanaan produksi. 3. Meredam ( stabilisasi fluktuasi permintaan. ) produksi dan tenaga kerja terhadap daya dapat dikembangkan untuk mendukung

Perencanaan Agregat

12 41

10.3. Karakteristik Perencanaan Produksi Agar manajemen harus teras dapat memfokuskan seluruh tingkat produksi tanpa rinci, maka perencanaan produksi dinyatakan

dalam kelompok produk atau famili (agregat). Satuan unit yang dipakai dalam perencanaan produksi bervariasi dari satu pabrik ke pabrik lain.Hal ini bergantung dari jenis produk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang.Jika konversi harus satuan menit sudah ditetapkan sebagai ditetapkan maka faktor alat komunikasi dengan

deperatemen lainnya seperti departemen pemasaran dan akuntansi. Satuan unit di atas harus dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Disamping menjaga faktor konversi diperlukan untuk menterjemahkan perencanaan produksi ke jadwal produksi induk produksi. Perencanaan cukup panjang, produksi 5 mempunyai tahun. waktu ini perencanaan digunakan yang untuk biasanya Rencana

perencanaan sumber daya seperti ekspansi, pembelian peramalan

mesin. Proses

telah memberikan informasi mengenai besarnya permintaan

akan produk yang direncanakan. Langkah selanjutnya adalah membuat rencana produksinya itu sendiri. Dalam hal ini tidak semua permintaan dari hasil peramalan mungkin bisa diproduksi karena kapasitas produksi yang dimiliki tidak mencukupi. Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana produksi. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut, salah satunya adalah perencanaan agregat yang akan dijelaskan pada buku ini.

10.4. Perencanaan Agregat.


Perencanaan maka satuan agregat merupakan salah satu dengan dari metode dalam agregat perencanaan produksi. produk Dengan menggunakan perencanaan

perencanaan produksi

dapat dilakukan

menggunakan perencanaan contoh

pengganti sehingga agregat tersebut

keluaran

produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk (inidividual produk). Pengertian dapat dijelaskan dengan pada gambar 10.1. dibawah ini sebagai berikut :

Perencanaan Agregat

12 51

individual product cat tembok merah, dll cat kayu putih, dll cat besi hitam, dll baja rol baja coil baja sheet

agregat product liter / ton cat

ton baja

Gambar 10.1. Pengertian Perencanaan Agregat Melalui Produk

Jadi di dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan ini dalam betuk agregat produk. Penggunaan satuan agregat keuntungan dilakukan mengingat keuntungan

yang dapat diperoleh antara lain :

a. Kemudahan dalam pengolahan data Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk. b. Ketelitian hasil yang didapatkan Dengan semakin baik. c. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana. hanya mengolah satu jenis data produk yang maka canggih kemungkinan untuk menerapkan metode

besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin

10.4.1. Strategi Perencanaan Agregat


Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan lainnya. yaitu dengan melakukan manipulasi atau persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas variabel terkendali

Jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga

terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai strategi murni (pure

strategy). Sebaliknya, strategi

gabungan (mixed strategy), merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel. Seandainya datangnya permintaan dari konsumen bersifat rutin dan dapat waktunya diketahui dengan pasti baik besarnya maupun maka perencanaan produksi tidak diperlukan lagi. Namun perusahaan harus menemukan tersebut sehingga ekonomis

pada kenyataannya cara atau strategi dapat diantisipasi tujuan perusahaan

pola permintaan ini tidak dapat ditentukan dengan berproduksi agar fluktuasi tentu saja dengan cara yang mencari keuntungan permintaan

pasti.Masalah tersebut mengakibatkan

dapat tercapai. Jadi dalam

perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan keuntungan diperoleh antara lain : a. Kemudahan dalam pengolahan data Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk. b. Ketelitian hasil yang didapatkan Dengan semakin baik. c. Kemudahan Secara garis untuk melihat dan memahami besar terdapat tiga strategi mekanisme murni sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana. yang dapat dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan ini, yaitu : 1. Melakukan yang pengaturan setiap saat atas jumlah tenaga kerja tenaga kerja baru bila sebagian tenaga hanya besar mengolah satu jenis data produk yang maka canggih kemungkinan untuk menerapkan metode yang dapat

sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin

dipergunakan

dalam hal ini merekrut

permintaan meningkat dan memberhentikan kerja bila permintaan menurun. 2. tetap mempertahankan

jumlah tenaga kerja tetapi yang diatur

adalah kecepatan produksi, misalnya jika permintaan meningkat kecepatan produksi ditingkatkan misalkan dengan mengadakan jam lembur.

3.

tetap

mempertahankan

baik

jumlah

tenaga

kerja

maupun

kecepatan produksi dan untuk mengatasi diadakan persediaan (inventory).

fluktuasi permintaan

Masing-masing strategi akan memberikan konsekuensi ongkos. Dalam kenyataannya sehingga mengandalkan pada strategi yang tersebut secara murni ketiga seringkali menimbulkan strategi strategi tersebut. 10.4.1.1. Strategi Perencanaan Murni (Pure Strategy) Dikatakan Agregat Secara ongkos masih tidak ekonomis

yang digunakan adalah mengkombinasikan

pure strategy, jika perubahan dilakukan terhadap

suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi. Beberapa strategi murni yaitu: a.

Mengendalikan
demand ).

jumlah persediaan.
produksi

Persediaan

dapat (

dilakukan pada saat kapasitas Persediaan

dibawah

permintaan

ini selanjutnya dapat digunakan pada saat

permintaan berada diatas kapasitas produksi. b.

Mengendalikan
melakukan atau diinginkan. mengurangi

jumlah
tenaga lain

tenaga
tenaga dapat

kerja.

Manajer

dapat

perubahan jumlah Tindakan

kerja

dengan

menambah dengan

kerja sesuai dengan laju produksi yang yang dilakukan yaitu

melakukan jam lembur. c. Subkontrak. Subkontrak dapat dilakukan untuk menaikkan kapasitas perusahaan pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan dapat dipenuhi. d.

Mempengaruhi

demand.

Karena

perubahan

permintaan dengan contoh

merupakan faktor utama dalam masalah perencanaan agregat, maka pihak manajemen dapat melakukan mempengaruhi pola permintaan tindakan, itu sendiri. yaitu Sebagai

PT.TELKOM memberi potongan jasa pulsa telpon pada malam hari, potongan harga supermarket pada 10 hari pertama awal bulan, dll.

10.4.1.2. Strategi Perencanaan Gabungan (Mixed Strategy)

Agregat

Secara

Setiap pure strategy akan melibatkan biaya yang besar dan sering pure strategy menjadi tidak layak, oleh karena itu kombinasi dari pure

strategy ini

menjadi mixed strategy lebih sering digunakan Ketika suatu perusahaan mempertimbangkan yang kemungkinan dari pencampuran strategi yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi dan

bervariasi tersebut, maka perusahaan

baru akan menyadari

tantangan yang sedang dihadapinya. Bagian pengendalian produksi beberapa kebijakasanaan perubahan Karena masalah yang kompleks dan prosedur

bagian pemasaran harus menghasilkan master schedule yang mencakup pengoperasian. ini , maka dalam pengendalian

keputusan diperlukan diskusi tentang THE VALUE OF DECISION RULES.

10.5. Nilai dari Aturan Keputusan (The Value of Decision Rules).


Untuk menentukan perubahan

aturan

Pengambilan

production

level

merupakan

keputusan yang sulit, dan akan melibatkan

uang dan waktu dalam akan menetapkan dan

jumlah yang sangat besar. Dengan menentukan decision rules, manager pengendalian produksi dan manager pengoperasian aturan mainnya. Setelah penerapan beberapa terhadap untuk menyelesaikan mengurangi mingguan pengoptimal perubahan dapat diambil kebijaksanaan masalah

kebijaksanaan ini, maka keputusan masalah aturan ini , perlu

sumber daya. Untuk mengoptimalkan

ditinjau struktur biaya yang terjadi.

10.5.1. Ongkos ongkos Ongkos Upah Normal dan Ongkos Lembur (Normal and Overtime Cost)
A. Perbandingan antara ongkos produksi dan tingkat produksi adalah merupakan suatu perbandingan kurva garis lurus (10.2.).Kenaikan yang tiba tiba mungkin fulltime. Ongkos ini jumlah pekerja. 10.2, berikut : disebabkan akan oleh adanya penambahan sesuai dengan peralatan yang baru. Ongkos produksi regular time diasumsikan untuk para pekerja meningkat bertambahnnya Adapun grafik ongkos ini dapat dilihat pada gambar

Ongkos produksi waktu reguler

Kecepatan produksi P (unit produk/bulan)

Gambar 10.2. Ongkos produksi waktu reguler

Tetapi selain itu perusahaan perubahanna disebabkan masyarakat, tingginya oleh

juga harus tekanan

menentukan sosial

berapa

faktor biaya ,antara lain mempertahankan jumlah tenaga kerja yang ,pendapat biaya pelatihan. Dengan memasukkan faktor

faktor ini biaya tenaga kerja akan menjadi konstan, seperti terlihat pada gambar IV.3, dibawah ini :

Ongkos produksi waktu reguler

Ukuran tenaga kerja W

Gambar 10.3. Ongkos Tenaga Kerja Bentuk kurva dan ongkos waktu lembur (overtime) tetap minimum, pada optimum . Biaya saat fasilitas dioperasikan pada dari jumlah level yang

tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 10.4. Biaya ini dijaga agar akan meningkat jika perusahaan beroperasi pada

kapasitas yang rendah. Dengan peningkatan permintaan, maka produksi akan semakin terjadwal.

Perencanaan Agregat

13 01

Kapasita s dibawah

Kapasitas pada waktu reguler atau kapasitas desain

Operasi pada waktu lembur

Ongkos produksi

Laju Produksi

Gambar 10.4. Ongkos waktu lembur dan tunda B. Ongkos Perubahan Kecepatan Produksi. Biaya akibat perubahan tingkat produksi bisa disebabkan oleh jumlah tenaga kerja perubahan biaya, pemberhentian dan perekrutan tenaga kerja, dapat dilihat gambar 10.5. di halaman sebelah sebagai berikut :

Perubahan Ongkos

Kecepatan Produksi

Gambar 10.5. Ongkos Perubahan Tingkat Tenaga kerja

Dengan

bertambahnya

jumlah

tenaga

kerja,

biaya

biaya

yang dikeluarkan antara lain : Ongkos rekrut, ongkos pelatihan, yang menyebabkan turunnya produktivitas selama periode tertentu. Begitu juga dengan pemberhentian tenaga kerja. Biaya peningkatan produksi dan penurunan tingkat produksi adalah berbeda.

C.

Ongkos Persediaan, Permintaan /Kekurangan Pesanan. Tingkat persediaan agregat yang optimum, merupakan pendekatan

dari jumlah rata rata safety stock dan dari optimum batch size, yang ditentukan dari tiap item, seperti yang terlihat pada gambar IV.6, dibawah ini :

Ukuran optimal Batch

Persediaan ata rata r

Safety Stock

Periode

Gambar 10.6. Tingkat Inventori Agregat Total ongkos selama periode yaitu : Ci = I1r + I2r + I3r +. . .+ Inr = r Ii

Ongkos persediaan berkisar antara 5% sampai 90% dari harga item tersebut. Total ongkos persediaan adalah merupakan jumlah dari ongkos persediaan semua item. Biaya backorder yang sama. membuka dan lost sales merupakan masalah keuangan semua biaya pada Jika sering terjadi lost sales, maka keadaan ini akan

peluang bagi kompetitor dan menyebabkan

produksi meningkat . Biaya lost sales sangat sulit diperkirakan. Dari angka peramalan permintaan, biaya inventory,back gambar 10.7. pada halaman sebelah sebagai berikut : order, digambarkan

Ongko s

Inventori Optimal

Gambar 10.7. Biaya Inventori dan Shortage

D.

Ongkos Subkontrak. Alternatif lain untuk merubah tingkat produksi dan persediaan, sebuah perusahaan bisa memilih subkontrak untuk memenuhi permintaan. Subkontrak bisa juga tidak menguntungkan, biaya yang Selain lebih besar itu subkontrak karena akan akan akan sulit membuka dijalankan, menyebabkan karena mudah. dan juga

peluang kompetitor.

untuk mencari supplier

yang on time

dan reliable tidak

10.6. Metode Metode Perencanaan Agregat.


Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregat ini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: a. Dengan Optimasi :

pendekatan

progamma linier aturan HMMS (Linier Decision Rule) search Decision Rule, dll pendekatan

b. Dengan Heuristik :

metode grafik metode koefisien manajemen metode parametric, dll semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan

Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja

yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.

10.6.1. Perencanaan Agregat dengan Metode Grafis


Metode grafis ini adalah metode perencanaan agregat yang sangat sederhana dan mudah dipahami. Dasar metode ini sebenarnya adalah trial and error dengan melihat gambaran antara permintaan kumulatif dan rata-rata permintaan kumulatifnya.

Secara garis besar langkah perencanaan sebagai berikut :

yang dilakukan

adalah

1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. 2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode periode tempat terjadinya kekurangan yang akan barang (back untuk order) dan periode-periode adanya kelebihan barang (inventory). 3. Tentukan strategi menanggulangi digunakan

kekurangan dan kelebihan barang tersebut. 4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos terkecil. Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini. Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara agregat yang dapat diliihat pada Tabel 10.1, sebagai berikut :

Tabel 10.1. Permintaan akan Produk Secara Agregat Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Permintaan 220 170 400 600 380 200 130 300 Kumulatif Permintaan 220 39-0 790 1390 1770 1970 2100 2400

Ke ce pa ta n P rod uksi (un i t/ p e rio de )

800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8


Rata- rata Per mintaan

P e ri o de (q ua rte rs)

Gambar 10.8. Kecepatan Produksi

2500 Kumulatif Permintaan 2000 1500 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Periode Persediaan Backorder Permintaan aktual Permintaa n rata-rata

Gambar 10.9. Kumulatif Permintaan

Histogram

dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan

bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu : 1. Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja Alternatif sama ini melibatkan sesuai penambahan dan pengurangan Laju produksi jumlah akan tenaga kerja dengan kebutuhan.

dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,Tabel 10.2.

( lihat tabel IV. 2).

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total

Permintaan 220 170 400 600 380 200 130 300

Biaya Penambahan Tenaga kerja 23000 20000 17000

Biaya Pengurangan Tenaga Kerja 500 33000 27000 10500 -

Biaya total 500 23000 20000 33000 27000 10500 17000 138000

2.

Alternatif 2: Mengendalikan jumlah persediaan Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja, maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata- rata permintaan dan berdasarkan perhitungan sebesar 270 unit di fluktuasi permintaan dipenuhi kekurangan maksimum adanya ini dipenuhi

menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel 3 dan bawah, terjadi pada periode 5. Karena

ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-, IV.3) (lihat tabel Tabel 10.3.
Period Perminta e an 1 220 2 170 3 400 4 600 5 380 6 200 7 130 8 300 Total Kumulati Kecepat Kumulat Persedia f an if an Perminta Produks Produks 220 300 300 80 390 300 600 210 790 300 900 110 1390 300 1200 -190 1770 300 1500 -270 1970 300 1800 -170 2100 300 2100 0 2400 300 2400 0

Penyesuai Biaya an Persediaa Persediaa n 350 17500 480 24000 380 19000 80 4000 0 0 100 5000 270 13500 270 13500 96500

3.

Alternatif 3: Subkontrak Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,- dihitung pada tabel 10.4. Tabel 10.4. Periode Permintaa n 1 220 2 170 3 400 4 600 5 380 6 200 7 130 8 300 Total Kecepatan Produksi 130 130 130 130 130 130 130 130 Subkontra k 90 40 270 470 250 70 0 170 Biaya Total 7200 3200 21600 37600 20000 5600 0 13600 108300

4.

Alternatif 4 : Strategi Hibrid Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategimurni dengan kebijaksanaan sebagai berikut : 1. Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi. 2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan. Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat

pada tabel 10.5, pada halaman disebelah sebagai berikut :

Tabel 10.5.
Produksi jam Period Permintaan normal e 1 2 3 4 5 6 7 8 Total 220 170 400 600 380 200 130 300 200 200 200 200 200 200 200 200 Kebutuhan Kebutuhan Biaya tambahan Produksi setealah Biaya Biaya perubahan Total setelah jam jam Biaya persediaan lembur tenaga jam lembur normal + kerja normal lembur 20 50 -30 1500 1000 0 2500 -30 -30 3000 0 0 3000 200 150 0 1000 9000 10000 50 400 50 350 0 1000 26000 27000 180 50 130 0 1000 33000 34000 0 0 0 19500 19500 -70 -70 3500 0 0 3500 100 50 1000 1000 0 2000 50 101500

Berdasarkan 101500,-. Jika dibandingkan dapat

hasil perhitungan analisa, beberapa metode

Tabel 10.5, biaya rencana total Rp ternyata strategi tidak sebagai lebih tenaga murni memberi pegangan murah kerja. masih solusi untuk pengurangan grafik

dilakukan melakukan

subkontrak kombinasi

penambahan

Berdasarkan hasil diatas, optimum, tetapi

dilakukan. Walaupun

sangat membentuk

melakukan operasi harian.

10.6.2. Perencanaan Agregat transportasi )

Metode Tabular ( model

Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :

Permintaan Periode

Permintaan
Kapasitas Periode 1 2 3 4 Persediaan awal unit Persediaan 150unit Biaya Rp jam 125/ akhir

1 500
Jam Normal 700 800 900 500 : 100 yang :

2 800

3 1700
Jam Lembur 250 250 250 250

4 900
Subkontrak 500 500 500 500

diinginkan Rp

normal unit

100/unit Biaya jam lembur : Biaya : masalah Rp menggunakan produksi metode biaya transportasi total Rp Subkontrak: Rp 150/unit Biaya Persediaan 20/unit/periode Penyelesaian menghasilkan

perencanaan

dengan

445750.Tabel perhitungan dapat dilihat pada gambar IV.6, dibawah ini :

Tabel 10.6.
Tujuan Sumber Bulan Persediaan RT 1 OT SK RT 2 OT SK RT 3 OT SK RT 4 OT SK 1 0 2 20 120 Bulan 3 40 140 4 60 160 185 150 140 165 150 120 145 150 100 Kapasitas Tidak Ter pakai 100 Kapasitas Tersedia

100 400
125 150 145 150 100

300
165 150 120 145

250 500 500 500 200 1950 6000 1250 1650 1550 1450

800
125 150

250
150 100

900
125

250
150

500
125

250
150

Permintaan
Keterangan :

500

800

1700

300 1050

1. Total Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250 (125) + 500 (100) + 350 (125) 2. Yang diproduksi adalah :

Periode 1 2 3 4

Rencana Produksi 700 1050 1150 1250

Permintaan 500 800 1700 900

Berarti yang diproduksi Permintaan

Sistem produksi tidak Back Order seghingga kebutuhan pada periode I tidak mungkin dipenuhi oleh periode 2. Jadwal Produksi induksinya adalah : Kwartal I 700 unit

II 1050 unit III 1150 unit IV unit 10.6.3. Perencanaan Agregat dengan Metode Programma Linier Metode transportasi melakukan perhitungan dengan variabel yang relatif kecil.Jika variabel penambahan pengurangan tenaga kerja dilibatkan, maka model transportasi akan menggunakan biaya denda ( penalty cost ) akibat aktifitas programma eksplisit. linier, Programma linier tersebut. memberi Dengan dapat menggunakan dihitung secara biaya-biaya tersebut 1250

solusi strategi hibrid sehingga

biaya total minimum. Asumsi yang digunakan untuk meggunakan model ini yaitu : 1. 2. Laju permintaan ( demand rate ) Dt diketahui dan diasumsikan deterministik Biaya produksi pada jam kerja normal linier dan asumsikan biaya produksi normal,biaya secara 3. 4. 5. C3>C2>C1 Biaya perubahan biaya produksi berfungsi linier. Batas atas dan batas bawah mempresentasikan ketersediaan kapasitas produksi dan tempat penyimpanan Biaya yang timbul berkaitan dengan adanya persediaan/backlog Dalam model ini diasumsikan bahwa yang menjadi fungsi tujuan adalah minimisasi Minimisasi : biaya produksi, penambahan-pengurangan tenaga kerja, lembur menganggur dan persediaan. produksi lembur dan biaya subkontrak berturut memiliki besaran

C = r Pt + h At + f Rt + v Ot + c It
t =1 t =1 t =1 t =1 t =1

Dengan kendala :

Perencanaan Agregat

14 01

Pt Mt
Ot Yt

; t= 1,2,...,k ; t=1,2,..,k

It = I t 1 + Pt + Ot Dt ; t=1,2,...k At Pt Pt 1 Rt Pt 1 Pt
Dimana : t,v = biaya produksi/ unit secara berturut-turut untuk jam normal = berturut biaya penambahan dan pengurangan tenaga Pt,Ot = jumlah unit yang diproduksi berturut untuk jam normal dan lembur h,f produksi c Dt = biaya penyimpanan/unit = ramalan permintaan Kendala kesatu dan kedua merupakan kemampuan produksi kerja/ unit At,Rt = berturut jumlah kenaikan dan penurunan unit ; t=1,2,...,k ; t= 1,2,...,k

maksimum pada jam kerja normal (Pt) dan jam kerja lembur (Ot) tidak melebihi kapasitas (Mt & Yt) .Kendala ketiga menggambarkan hubungan persediaan.Kendala keemapt atau menurun. Berikut ini contoh perencanaan produksi menggunakan program linier : D1 D2 D3 v h r Y1 Y3 =200 unit = 50 unit =75 unit = Rp75/unit = Rp 30/unit = Rp 10/unit = 30 = 20 M1 M2 M3 c f P0 Y2 I0 = 180 = 120 = 120 = Rp 5/unit = Rp 10/unit = = 150 20 =0 dan kelima menunjukkan hubungan penambahan dan pengurangan tenaga kerja jika laju produksi meningkat

Formulasi masalah : Minimisasi :

C = 10( P1 + P 2 + P3) + 30( A1 + A2 + A3) + 10( R1 + R 2 + R3) + 15(O1 + O 2 + O 3) + 5( I 1 + I 2 + I 3)


Kendala:

P1 180 P2 120

O1 30 O2 20

P1 + 01 I1 = 30 P2 + O2 + I1 I 2 = 50

P3 120 P1 A1 150 P 2 + P3 A3 0

O3 20 P1 + P 2 A 2 0 P1 + R1 150

P3 + O3 + I 2 I 3 = 75

P1 + P 2 + R 2 0

P1 + P3 + R 3 0

Solusi permasalahan diatas sebagai berikut: P1 P2 P3 R1 = = = = 170 62.5 62.5 0 O1 O2 O3 R2 = = = = 30 0 0 107,5 I1 I2 I3 R3 = = = = 30 12.5 0 0 A1 A2 A3 = 20 =0 =0

RP

5137,5

Anda mungkin juga menyukai