Anda di halaman 1dari 0

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah pemisahan atau patah tulang ( Dongoes E Marrylyn, 1999: 71)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh travira atau tenaga
fisik (Silvia A Price and Looraine M. Wilson, 1995: 1183)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Suzanne C. Smeltzer and Brenda G. Bare, 2001: 2357)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan dan krepitasi
Fraktur adalah Rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila Fraktur
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan
pembuluh darah) juga mengalami kerusakan , cidera traumatic paling banyak
menyebabkan Fraktur. Fraktur Patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang
lemah karena demineralisasi yang berlebihan (Carpenito, 1999).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI
Tulang ekstremtas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang
tubuh dengan perantaraan gelang panggul terdiri dari 31 pasang :
- Tulang koksa : tulang pangkal paha
- Tulang Femur : tulang paha
- Tibia : tulang kering
- Fibula : tulang betis
- Patela : tempurung lutut
- Tarsolia : tulang pangkal kaki
- Meta tarsalia : tulang telapak kaki
- Falang : Ruas jari kaki
1. OS Koksa (Tulang pangkal paha)
Terdiri dari dari 3 buah tulang picak yang masing-masing banyaknya 2 buah
kiri dan kanan yang satu sama lainnya berhubungan sangat rapat sekali
sehingga persendian tersebut tidak dapat digerakkan.
Tulang-tulang tersebut terdiri dari OS ilium (tulang usus), OS iski (tulang
duduk) dan OS Pubis (tulang kemaluan).
a) OS Ilium (tulang usus)
banyaknya 2 buah kiri dan kanan, bentuknya lebar dan gepeng serta
melengkung menghadap ke perut pada OS ilium ini terdapat sebuah tulang
mangkok, sendi tempat letaknya kepala sendi dari pada tulang paha
disebut Asetabulum
b) OS Iski (tulang duduk)
Bentuknya setengah lingkar menghadap keatas mempunyai tonjolan
bertumpu pada tempat duduk yang disebut tuber Iskiadikum


c) OS Pubis (tulang kemaluan)
Tulang bercabang 2 yang satu menuju kesamping atas dan satu lagi
menuju kesamping bawah. Banyak 2 buah kiri dan kanan yang satu sama
lain dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut Simfisis Pubis.
2. OS Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala
sendi yang disebut Kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna
femoris terdapat laju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor.
Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang
disebut kondilus lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat
letaknya tulang tempurung lutut (patella)yang disebut Fosa Kondilus
3. OS Tibialis dan Fibularis
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk
persendian lutut dengan OS Femur, pada bagian ujungnya terdapat tonjolan
yang disebut OS Maleolus Lateralis atau mata kaki luar
4. OS Tibia
Bentuknya lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada OS fibula pada
bagianj ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat
laju yang disebut OS Maleolus Medialis
5. OS Tarsalia (Tulang Pangkal Kaki)
Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri dari
tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 yaitu sendi :
a. Falus (tulang loncat)
b. kalkansus (tulang tumit)
c. Nevikular (tulang bentuk kapal)
d. OS kuboideum (tulang bentuk dadu)
e. kunaiformi, terdiri dari 3 : kunaiformi lateralis, kunaiformi intermedialis,
kunaiformi medialis.
6. Meta Tarsalia (Tulang Telapak Kaki)
Terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya 5 buah, yang masing-
masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan perantaraan
persendian.
7. Falangus (Ruas J ari Kaki)
Merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang masing-masing terdiri atas 3
ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas, pada meta tarsalia bagian ibu jari
terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut bijian (OS
Sesarnoid).
FISIOLOGI
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligoment, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut.
Tulang
Yaitu jaringan ikat yang keras, yang zat-zat intersekulernya keras, terutama
mengandung banyak mineral yang mengandung zat perekat dan zat kapur.
Fungsi jaringan tulang :
a) Menjaga berdirinya tubuh
b) Membentuk rongga untuk menyimpan (melindungi) organ-organ yang
halus
c) Membentuk persendian dan sebagai tempat melekatnya ligamen dan otot.
Sendi
Adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang dari kerangka, tulang
ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligamen tendon, fasia atau otot.
Ada tiga tipe sendi, yaitu :
a) Sendi Fibrosa (Sinar throida)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Misalnya : sendi tulang
gerigi, sendi tibia dan fibula inferior
b) Sendi Kartiloginosa (amphiar throida)
Merupakan sendi yang sedikit bergerak. Misalnya : sendi simfisis pubis,
sendi manubrium sterni dan karpus sterni
c) Sendi Sinovial (diar thyroidal)
Merupakan sendi yang dapat bergerak dengan bebas. Misalnya : sendi
putar (sendi panggul dan bahu), sendi kondiloid (pergelangan kaki dan
tangan), sendi engsel (sendi siku dan lutut), sendi berporos / sendi putar
(ulna, radius sejajar dan radius menyilang) dan sendi pelana / sendi timbal
balik (sendi pergelangan tangan).

Otot
Merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak, ini
adalah suatu sifat penting bagi organisme, sebagian besar otot tubuh ini
melekat pada kerangka dalam suatu letak yang tertentu. J adi otot, khususnya
otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan
memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat keadaannya tidak kendur
sama sekali tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut tanus. Pada
masing-masing organ berlainan tergantung pada umur, jenis kelamin dan
keadaan tubuh.
Fungsi gerak tanus otot adalah :
a) Memelihara sikap dan posisi tubuh
b) Pada otot dinding perut berguna untuk menahan rongga perut
c) Pada otot-otot dinding perut pembuluh darah berguna untuk menahan
tekanan darah.
* Otot tungkai atas (otot pada paha), mempunyai pembungkus yang sangat
kuat dan dibagi atas dua golongan, yaitu :
a) Otot Abduktor, terdiri dari :
1. Muskulus abduktor maldarus sebelah dalam
2. Muskulus abduktor brevis sebelah tengah
3. Muskulus abduktor longus sebelah luar
b) Otot ekstensor (Quadriseps femaris) otot berkepala empat
Otot ini merupakan otot terbesar, terdiri dari :
1. Muskulus rektus femoris
2. Muskulus vastus lateralis eksternal
3. Muskulus vastus medialis internal
4. Muskulus vastus inter medial.
C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Etiologi dari fraktur menurut Barbara C.Long (1998), yaitu:
1. Benturan dan cidera (jatuh pada kecelakaan)
2. Fraktur patologik yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker /
osteoporosis
3. Patah karena keletihan, patah tulang karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energi, seperti karena berjalan kaki terlalu jauh.
Fraktur juga dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa
benda berat, kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena trauma olah
raga. (Rasjad, 1999).
D. PATOFISIOLOGI
Fraktur adalah patah tulang,biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patalogik baik yang terbuka ataupun tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neuravaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilisasi fisik terganggu, disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi.
Pada umumnya pasien fraktur baik terbuka ataupun tertutup akan
dilakukan immobilisasi yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. Immobilitas dapat
dilaksanakan dengan cara :
1. Fraktur tertutup / Eksternal
o Gips o Penggendengan dengan Gips
o Bidai o Penggendengan
o Traksi
2. Fraktur terbuka / internal
o Pemasangna plate logam
o Pencangkokan tulang dan plat
3. Eksternal dan internal dengan kombinasi diatas membantu kenyamanan dan
aktivitas sehari-hari. (Sylvia A Price, 1995; 1183)

E. MANIFESTASI KLINIK
1) Manifestasi fraktur adalah nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah saat fragmen tulang dimobilisasi
2) Deformitas (kelainan bentuk)
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digerakkan dan cenderung
bergerak secara alamiah, pergeseran fragmen pada fraktur lengan / tungkai
menyebabkan deformitas ekstremitas yang dapat diketahui dengan
membandingkan ekstremitas yang dapat diketaui dengan membandingkan
ekstremitas normal.
3) Krepitasi (suara berderik)
Saat ekstremitas diraba dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lain
4) Edema / bengkak setempat / lokal
Bengkak dan perubahan warna total pada kulit terjadi akibat trauma dan
pendarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini baru bisa terjadi setelah
beberapa jam/ hari setelah cidera
5) Peningkatan temperatur lokal
6) Daerah cidera kurang kuat pada daerah yang bergerak
7) Pergerakan abnormal
8) Echymasis (pendarahan subkutan yang lebar)
9) Kehilangan fungsi pada daerah yang cidera
10) Shock terutama bila terjadi pendarahan hebat dari daerah area luka terbuka
(Barbara C-Long, 1996; 357)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi ada dua jenis :
Komplikasi Awal
a) Syok
b) Emboli lemak
c) Sindroma komportement
d) Infeksi
e) Trombo emboli
f) Emboli paru
g) Koagulasi intra vaskuler
diseminatsi
Komplikasi Lambat
a) Penyatuan terlambat / tidak
ada penyatuan
b) Nekrosis ovaskuler tulang
c) Reaksi terhadap alat fiksasi
internal

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan fraktur tertutup biasa konservatif atau operatif
1) Terapi konservatif, terdiri dari:
a) Proteksi saja, untuk fraktur dengan kedudukan baik
b) Mobilisai saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik
c) Reposisi tertutup dan fikasasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anastesi
umum atau local
d) Traksi untuk reposisi secara berlebihan.
2) Terapi operatif
a) Reosisi terbuka, fikasasi eksternal
b) Reposisi tertutup dengan kontrol radiologist diikuti interia.
Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi internal.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan
waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi, waktu yang optimal untuk
bertindak sebelum 6-7 jam. Berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) atau
tetanus human globidin. Berikan anti biotik untuk kuman gram positif dan negatif
dengan dosis tinggi, lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar
luka fraktur terbuka.
Teknik debridement adalah sebagai berikut :
a) Lakukan narcosis umum atau anastesi local bila luka ringan dan kecil
b) Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa atau esmarch)
c) Cuci seluruh ekstermitas selama 5-10 menit sampai bersih
d) Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk
e) Eksisi luka lapis demi lapis, sub kutis, fasia, eksisis otot yang tidak vital
dan buang tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada perlosteum.
Pertahankan fragmen-fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas
f) Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan kalau perlu ditutup satu
minggu kemudian setelah edema menghilang atau dapat juga hanya dijahit
situasi bila luka tidak terlalu lebar
(Mansjoer, 2000)
g) Traksi reduktif tertutup dengna menggunakan gips atau fiksasi luar (alat-
alat dari logam yang dipasang dengan tulang menggunakan pen) reduksi
terbuka dengan menggunakan skrup, plat, kawat atau jarum.
(Engram, 1999)
H. PENGKAJIAN FOKUS
1) Demografi
a) Umur (biasanya pada usia anak hiperaktif =Remaja)
b) J enis kelamin (wanita lebih tinggi untuk osteoporosis)
c) Pekerjaan (keseimbangan yang membutuhkan keseimbangan dan masalah
gerak =supir)
2) Keluhan utama
Nyeri terus menerus dan bertambah berat bila terjadi mobilitas fragmen
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang =trauma langsung / tidak langsun, posisi saat
kejadian, kejadian setelah terjadi hingga rumah sakit
b) Riwayat kesehatan dahulu = riwayat trauma fisik masa lalu, arthritis,
osteoporosis
c) Riwayat keluarga dan anggota keluarga ada / tidak yang menderita Ca
tulang, DM.
4) Pola kesehatan fungsional
5) Pemeriksaan fisik
Nyeri pada lokasi fraktur dan nyeri bertambah saat bergerak, edema local,
paralysis (kehilangan daya gerak) krepitasi, open lound, spasme otot,
pemendekan ekstremitas yang sakit, para etesi(penurunan sensai)
6) Data penunjang
a) Pemeriksaan rontgen
Menentukan luas / lokasi minimal dua kali proyeksi, anterior, pasterior
lateral
b) CT scan tulang, tomogram, MRI
c) Artenogram (bila terjadi kerusakan veskuler)
d) Hitung darah kapiler
a) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi)meningkat/menurun
b) Kreatinin meningkat, trauma obat T, beban keratin pada ginjal
meningkat
c) Kadar Ca serum, Hb
e) Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah

J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1) Diagnosa No. I
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan, kerusakan serabut saraf
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepermukaan selama 3 x 24 jam,
diharapkan nyeri berkurang / hilang
b) Kriteria hasil
Nyeri berkurang, pasien tampak rileks, mengatakan skala nyeri
berkurang, TD =120/80 mmHg, RR =16-24 X/menit, nadi =70-100
X/menit, suhu =37
o
C
c) Intervensi antara lain:
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
3. Kaji tingkat nyeri
4. Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan
5. Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan anaigetik non narkotik
d) Rasional
1) Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
2) Meningkatkan aliran balik vera
3) Mempengaruhi pilihan/ keefektifan intervensi
4) Menurunkan edema/ pembentukan herratoma, menurunkan sensasi
nyeri
5) Diberikan untuk menurunkan nyeri/ spesme otot.
2) Diagnosa no. II
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuro
muskuler, pembatasan gerak.
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
pasien dapat melakukan mobilitas fisik seoptimal pasien.
b) Kriteria hasil
Klien dapat melakukan ADL secara mandiri.
c) Intervensi antara lain:
1. Kaji derajat mobilisasi yang dihasilkan cidera / pengobatan
2. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik / relaksasi
3. Awasi TD dalam melakukan aktivitas, perhatikan keluhan pusing
4. Ubah posisi secara periodic, dorong latihan batuk dan nafas dalam
5. Konsul dengan ahli terapi fisik / okupasi.
d) Rasional
1) Pasien mungkin dibatasi persepsi diri tentang keterbatasan fisik
actual
2) Memberi kesempatan untuk mengeluarkan energi
3) Hipotensi postural adalah masalah menyertai tirah baring lama
4) Mencegah insiden komplikasi ex: decubitus, atelektasis
5) Berguna dalam membuat aktivitas individu / program latihan.
3) Diagnosa no. III
Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
akibat trauma jaringan.
a) Tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
tidak terjadi infeksi.
b) Kriteria hasil
Mencapai penyembuhan luka optimal, tidak ada tanda-tanda infeksi Bebas
dari proses infeksi selama perawatan.
c) Intervensi antara lain:
1. Inspeksi kulit adanya iritsi / robekan kontuinits
2. Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan
warna kulit
3. Kaji tonus otot, reflek tendon
4. Selidiki nyeri tiba-tiba
5. Awasi pemeriksaan laboratorium, misal =hitung darah lengkap

d) Rasional
1) Pen harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi
2) Tanda perkiraan infeksi gas gangren
3) Kekakuan otot, spesme tarik otot rahang
4) Dapat mengindikasi terjadi Osteomielitis
5) Anemia bisa terjadi pada Osteomielitis, Leukositosis ada dengan
proses infeksi.
4) Diagnosa no. IV
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/ interupsi
aliran darah: edema berlebihan, pembentukan trombus.
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer.
b) Kriteria hasil
Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit
hangat/kering, sensasi normal, TTV stabil dan keluaran urine ade kuat
untuk situasi individu.
c) Intervensi
1. Pertahankan peninggian ekstremitas yang cidera
2. Awasi TTV
3. Berikan kompres es sekitar Fraktur sesuai indikasi
4. Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi
5. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada Fraktur
d) Rasional
1) Meningkatkan drainase vena / menurunkan edema
2) Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi system perfusi
jaringan
3) Menujrunkan edema/ pembentukan hematema yang dapat mengganggu
sirkulasi
4) Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan
keefektifan terapi.
5) Kembalinya warna harus cepat (3 5 detik), warna kulit putih
menunjukkan gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
5) Diagnosa no. V
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidaknyamanan hilang.
b) Kriteria hasil
1. Menyatakan ketidaknyamanan hilang
2. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu / penyembuhan lesiter jadi.
c) Intervensi
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, pendarahan
2. Observasi untuk potensial area yang tertekan
3. Beri bantalan pada akhir gips dengan plester tahanan air
4. Ubah posisi dengan sering
5. Letakkan bantalan pelindung dibawah kaki dan diatas tonjolan tulang
d) Rasional
1) Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit
2) Tekanan darah dapat menyebabkan nekrosis atau kelumpuhan saraf
3) Memberikan perlindungan efektif pada lapisan gips dan kelembaban
4) Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit
5) Meminimalkan tekanan pada area ini
6) Diagnosa no. VI
Kurang pengetahuan tentang kondisi pragnosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengenal sumber informasi.
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan,
pengetahuan pasien bertambah.
b) Kriteria hasil
1. Menyatakan pemahaman kondisi prognosis dan pengobatan
2. Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan.
c) Intervensi
1. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi diatas dan
dibawah Fraktur
2. Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis
3. Kaji ulang keperawatan pen / luka yang tepat
4. Identifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala yang memerlukan evaluasi
medis
5. Tinggikan ekstremitas sesuai kebutuhan

d) Rasional
1) Mencegah kekakuan sendi, kontraktor dan kelelahan otot
2) Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh
lengkap
3) Menurunkan resiko trauma tulang / jaringan dan infeksi yang dapat
berlanjut menjadi Osteomielitis
4) Intervensi cepat dapat menurunkan beratnya komplikasi seperti infeksi/
gangguan sirkulasi
5) Pembengkakan dan edema cenderung terjadi setelah pengangkatan
gips.
7) Diagnosa no. VII
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
a) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 J am
perawatan diri dapat dilakukan sendiri
b) Kriteria hasil
Pasien mampu mandiri dalam perawatan diri dan mampu beraktivitas
sesuai kemampuan
c) Intervensi antara lain:
1. Bantu pasien dalam personal hygiene
2. Kaji tingkat kemampuan pasien
3. Ajarkan mobilitas secara aktif dan pasif
4. Libatkan keluarga dalam perawatan
5. Berikan motivasi dalam aktivitas
6. Bantu pasien dalam merapikan tempat tidur
d) Rasional
1) Meningkatkan kontrol pasien dan kesehatan diri
2) Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan
3) Mobilitas dapat menurunkan komplikasi dan meningkatkan
penyembuhan dan normalisasi fungsi organ
4) Untuk pencapaian hasil yang maksimal harus ada partisipasi aktif dari
anggota keluarga dan untuk mengukur derajat kemandirian pasien
5) Meningkatkan harga diri, meningkatkan rasa kontroldan kemandirian
6) Untuk meningkatkan kebersihan, kerapian dan kenyamanan

Anda mungkin juga menyukai