Anda di halaman 1dari 2

Pertanian berkelanjutan adalah suatu sistem pertanian yang dapat diterima secara sosial-politik, berlanjut secara ekonomi (dapat

diterima secara ekonomi), keberlanjutan ekologi (dapat diterima secara ekologi), dikelola secara kelembagaan, dan ramah lingkungan. (Farshad and Zinck, 1993; Zinck and Farshad, 1995). Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan yang bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Selain itu, pada sistem ini input bahan-bahan kimia dikurangi, erosi tanah dan gulma terkendali, memelihara kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, memiliki efisiensi kegiatan pertanian serta penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian. Selama ini indikator sukses pertanian kita adalah sekadar jumlah atau hasil produksi pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan, tujuan yang ingin dicapai bukanlah sekadar target produksi jangka pendek, tetapi lebih ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian berkelanjutan adalah dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi dalam ekosistem. Secara garis besar Zamor (1995) mengemukakan kriteria sistem pertanian berkelanjutan, yakni: Keberlanjutan Ekonomi Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Keberlanjutan Ekologi Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi

sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity). Keadilan Sosial dan Kesesuaian dengan Budaya Lokal Maksudnya adalah penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat perlakuan adil. Sementara itu, budaya pertanian lokal sering kali dilecehkan. Misalnya, sistem ladang berpindah orang Dayak sering dituduh merusak lingkungan (yang benar, orang Dayak menggilirkan lahan secara berputar/siklus, bukan berladang berpindah-pindah). Padahal sistem itu justru melestarikan lingkungan dan sudah teruji berabad-abad. Sedangkan Pertanian berkelanjutan menurut Mulongov (1993), mempunyai lima kriteria, yaitu : Sehat secara ekologis (ecologically sound) Kualitas sumber daya alam terpelihara dan vitalitas semua agrosistem (manusia, hewan, dan organisme tanah) meningkat. Manusiawi (humane) Seluruh bentuk kehidupan (manusia, hewan dan tanaman) dihargai, martabat dasar manusia diakui, integritas budaya dan spritual dari masyarakat dilindungi dan dipelihara. Dapat hidup secara ekonomis (economically viable) Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi, antara lain pertumbuhan populasi, kebijakan dan permintaan yang selalau berubah. Dapat beradaptasi (adaptable) Memenuhi keperluannya serta memperoleh penghasilan karena mampu mengganti keperluan biaya produksi pertaniannya. Pantas atau adil secara sosial (socially just) Sumberdaya dan tenaga didistribusikan untuk keperluan dasar seluruh anggota masyarakat terpenuhi dan hak mereka atas penggunaan lahan, modal yang cukup, bantuan teknis dan kesempatan pemasaran hasil terjamin.

Anda mungkin juga menyukai