Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Definisi Uji toksisitas terdiri atas 2 jenis, yaitu uji toksisitas umum (akut, subakut/subkronis, kronis) dan ji toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik, dan karsinogenik) (Depkes RI, 2000). Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan masa pejanan penelitaian toksikologi menurut Frank C. Lu (1995) dibagi dalam : a. Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat toksik yang sedang diuji sebanyak 1 kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. b. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian subakut/subkronis) dilakukan dengan memberikan bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari atau 5 kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan. c. Uji toksisitas jangka panjang dilakukan dengan memberikan zat kimia berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya sebagian dari masa hidupnya. Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001). Pengamatan dan pemerikasaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis/subakut meliputi : 1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali. 2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur paling tidak tujuh hari sekali. 3. Gejala kronis umum yang diamati setiap hari.

4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan akhir uji coba. 5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba. 6. Analisis urin paling tidak sekali. 7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba (Loomis, 1978). Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat tentang efek utama senyawa uji dan organ sasaran yang dipengaruhinya. Selain itu juga dapat diperoleh info tentang perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran yang tidak teramati pada uji ketoksikan akut. Kekerabatan antar kadar senyawa pada darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan efek toksik (Donatus, 2001). 1.2 Tujuan Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap badan dalam pemberian berulang (Eatau dan Klaassen, 2001). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui paparan alginat secara subkronik secara invivo menggunakan mencit agar dapat mengevaluasi produk minuman kesehatan dari alginat yang diproduksi oleh BBRP2B (Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan). 1.3 Sasaran Uji Sasaran uji ini adalah hispatologi organ (organ-organ yang terkena efek toksik), gejalagejala toksik, wujud efek toksik (kekacauan biokimia, fungsional, dan struktural) serta sifat efek toksik. Selain itu juga batas keamanan toksikologi terutama KETT. Dalam jurnal ini subjek ujinya adalah mencit jantan (Mus musculus L.) galur DDY. Sedangkan objeknya adalah toksisitas subkronik pada alginat (rumput laut coklat Sargasum sp.). Pengamatan hispatologi organnya meliputi hati, ginjal, dan lambung mencit setelah 2 dan 4 minggu percobaan.

BAB 2 PENELITIAN 2.1 Tata Cara Pelaksanaan 1. Pemilihan hewan uji Mencit jantan (Mus musculus L.) galur DDY 2. Pengelompokan Mencit dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri dari 16 ekor mencit 3. Takaran Dosis Kelompok kontrol : tidak diberikan bahan uji. Kelompok perlakuan 1 : 1 mg alginat/gram BB mencit. Kelompok perlakuan 2 : 2 mg alginat/gram BB mencit. Kelompok perlakuan 3 : 4 mg alginat/gram BB mencit. 4. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil darah dan organ mencit meliputi hati, ginjal dan lambung, yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah perlakuan selama 2 minggu dan 4 minggu. Darah mencit diambil secara intrakardinal yang diukur aktivitas enzim glutamat oksaloasetat transaminase (GOT), glutamat piruvat transaminase (GPT) dan kreatinin. Menggunakan alat Spotchem EZ-SP4430 di BBRP2B.

2.2 Analisis dan Evaluasi Hewan uji mencit jantan dengan berat badan 20-30 gram, umur 2-3 bulan setelah sampai di laboraturium diaklimatisasi selama 7 hari dengan diberi pakan standar.

Pengamatan histopatologi sel hari ke 14 dan hari ke 28 diperoleh sebagai berikut : Dosis 1 Dosis 1 hari ke 14 pada ketiga organ hati, ginjal, dan lambung tidak ditemukan perubahan. Pada hari ke 28 ginjal tidak mengalami perubahan berarti dosis 1 masih aman karena tidak terjadi kerusakan organ vital mencit. Dosis 2 Dosis 2 hari ke 14 pada ketiga organ tersebut tidak ditemukan perubahan pada hari ke 28 pada ketiga organ tidak terjadi perubahan berarti dosis 2 masih aman karena tidak terjadi kerusakan organ vital mencit. Dosis 3 Dosis 3 hari ke 14 hati menci mengalamui degenerasi sel dan jumlah sel Kupffer meningkat. Ginjal tidak ada perubahan, lambung sel-selnya mengecil atau atrofi. Hal ini menunjukan pada hari ke 14 dosis 3 sudah tidak aman karena merusak hati dan lambung tetapi tidak merusak sel ginjal. Dosis 3 pada hari ke 28 menunjukan hati mengalami degenerasi sel dan peningkatan jumlah sel-sel Kupffer, ginjal tidak mengalami perubahan dan lambung

mengalami degenerasi sel varietal. Pada dosis 3 juga terjadi risiko iritasi lambung yang menyebabkan parasit meningkat, dosis 3 tidak aman pada hari ke 28 karena merusak hati dan lambung walaupun masih aman untuk kesehatan ginjal. 2.3 Manfaat Uji Manfaat uji ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping dari penggunaan alginat sebagai sumber serat bagi masyarakat untuk pengobatan dan diet pada manusia.

Daftar Pustaka Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta. Departemen Kesehata RI, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Direktorat Jenderal POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta. Eatau, D.L., and Klaassen, C.D., 2001, Principle of Toxicology, In Klaassen C.D. (Ed),Casarett and Doulls Toxicology : The Basic Science of Poison, 6th Ed., Mc. Graw Hill, New Yorks. Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ, Sasaran, dan Peneliaian Resiko, UI Press, Jakarta. Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatos, Edisi III, IKIP Semarang Press, Semarang

Anda mungkin juga menyukai