W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1 DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MenyelesaikanTugas Akhir Ahli Madya Keperawatan Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1 DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI : Diterima dan Disetujui Untuk Dipertahankan Kepada Penguji
Pembimbing I
Pembimbing II
Arisnawati, S.Kep
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes Pada Tanggal 10 Juni 2012
PANITIA PENGUJI
Nama
Tanda Tangan
Penguji I
Penguji II
: Arisnawati, S.Kep
..
Penguji III
..
Nama Tempat Tanggal Lahir Agama Alamat Nama Ayah Nama Ibu Pendidikan
: Evi Muafiyah : Cirebon, 8 November 1990 : Islam : Wargabinangun RT/RW 02/03 Kaliwedi Cirebon : H. Afif : Faizah : 1. TK Raudhotul Athfal Wargabinangun, Cirebon,
Kecamatan
Kaliwedi,
Kabupaten
Lulus tahun 1997. 2. MI Al Wathaniyah Wargabinangun, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Lulus Tahun 2002. 3. MTs Al Wathaniyah Kaliwedi, Wargabinangun, Cirebon,
Kecamatan
Kabupaten
Lulus Tahun 2005. 4. MA Al Hikmah 2 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Lulus Tahun 2008. 5. AKPER AL HIKMAH 2 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Lulus Tahun 2012.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI tanpa halangan apapun. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Al Hikmah 2 Benda Brebes. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dorongan, doa serta kerja sama yang baik dari semua pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. KH. Sholahudin Masruri, S.Pd.I selaku pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 Brebes. 2. dr. H. Zunan Arif Budi Santoso, MM selaku direktur Akper Al Hikmah 2 Brebes. 3. dr. Widodo Joko Mulyono, MMR. M.Kes selaku kepala RSUD dr. Soeselo Slawi. 4. Ismatum, S.Kep., Ns selaku kepala ruang Nusa Indah. 5. Arisnawati, S.Kep selaku dosen pembimbing akademik I. 6. Hj. Iftikhatun Afifah, S.Kep selaku dosen pembimbing akademik II.
7. Para dosen dan staff karyawan Akper Al Hikmah 2 yang telah memberikan dan mengarahkan dalam segala hal yang belum kami ketahui. 8. Teman teman sejawat yang telah memberi semangat kepada saya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Penulis
Kupersembahkan karya yang sederhana ini kepada : 1. Untuk Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan doa dan dukungan material. 2. Adik - adik yang tercinta yang selalu memberikan motivasi. 3. Rekan - rekan seangkatan yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini. 4. Seseorang yang selalu ada di hatiku yang dukungan. telah memberikan doa dan
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i Halaman Persetujuan .................................................................................. ii Lembar Pengesahan ................................................................................... iii Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ iv Halaman Persembahan ............................................................................... v Halaman Kata Pengantar ............................................................................ vi Moto dan Persembahan .............................................................................. vii Daftar Isi ..... ............................................................................................... viii Daftar Gambar ............................................................................................ x Daftar Tabel ............................................................................................... xi Daftar Lampiran ......................................................................................... xii Daftar Singkatan ......................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3 C. Metode Penulisan ............................................................................ 4 D. Sistematika Penulisan ..................................................................... 4 BAB II : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ....................................................................................... 6 B. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 16 C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 16 8
D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 19 E. Evaluasi .......................................................................................... 21 BAB III : PEMBAHASAN ......................................................................... 23 BAB IV : PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 37 B. Saran ............................................................................................... 38 Daftar Pustaka ............................................................................................ 40 Lampiran ............................................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Spekulum vagina dipasang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus.
Gambar 2
: Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati - hati dan sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil).
Gambar 3
: Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis.
Gambar 4
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7
: Terapi ................................................................................ 12 : Laboratorium .................................................................... 13 : Analisa Data ..................................................................... 14 : Prioritas Masalah .............................................................. 16 : Intervensi .......................................................................... 16 : Implementasi .................................................................... 19 : Evaluasi ............................................................................ 21
11
DAFTAR LAMPIRAN
: Konsep Dasar : Satuan Acara Pengajaran : Daftar Istilah : Bimbingan KTI : Surat Izin Riset dari KESBANGPOL dan LINMAS : Surat Izin Riset dari BAPEDA
12
DAFTAR SINGKATAN
: Rumah Sakit Umum Daerah : Ultrasonografi :Whold Health Organisation : Gravide 1, Partus 0, Abortus 1 : Keluarga berencana : Hari pertama haid terahir : Hari perkiraan lahir : Buang air besar : Buang air kecil : Waktu indonesia bagian barat
GCS (E,M,V) : Glascow Coma Skale DS DO S, O, A, P Kg Cm : Data subjektive : Data objektive : Subjective, Objective, Asesment, Plan. : Kilogram : Centimeter 13
: Ringer Laktat : Tanggal : Tanda tangan : Tinggi Fundus Uterus : Denyut Jantung Janin : Hemoglobine : Derajat Celcius : Milimeter Air Raksa : Gram Perdaily : Persen
14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Abortus merupakan proses berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun klasifikasi abortus ada beberapa macam yaitu abortus iminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, abortus servikalis, missed abortus, abortus habitualis, dan abortus septic (Mitayani,2009 : 22). Abortus inkomplit didiagnosakan apabila sebagian dari hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irregular (Sujiyatini, 2009 : 22). Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu faktor janin yakni kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, triosomi, atau poliploidi), embrio dengan kelainan local, abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas). Faktor maternal yakni infeksi (virus, bakteri, dan parasit), penyakit vaskuler (hipertensi vaskuler), kelainan endokrin (pada abortus spontan
dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin), faktor imunologis, trauma khususnya
15
jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan. Kelainan uterus (hipoplasia uterus, mioma, servik inkompeten atau retroflexio uteri gravid incarcerata), faktor psikosomatik tetapi pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.Faktor eksternal yakni radiasi dosis 1 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran, obat obatan seperti antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain lain, sebaiknya tidak menggunakan obat obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah. Dan penyebab yang terakhir yaitu bahan bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzene (Obstetri Patologi, Edisi 2, 2003 : 7). Komplikasi yang timbul akibat aborsi yaitu pendarahan hebat, infeksi, aborsi tidak sempurna, sepsis (keracunan darah), kerusakan leher rahim, kerusakan organ lain, kematian, dan gangguan kesehatan mental
(http://www.beritamandiri.com/2012/01/dampak-bahaya-akibat-aborsi.html). WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus, dan Abortus Inkomplit sekitar 13 % kasus, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi abortus dan sekurangnya 95 %, 19 dari setiap 20 tindakan abortus diantaranya terjadi di negara berkembang (http://yudiayutz.wordpress.com/2008/12/04/abortus/). Di Indonesia pada periode Januari sampai Desember 2009 diperoleh jumlah Abortus sebanyak 224 kasus, yaitu Abortus Inkomplit 167(74,55%)
16
kasus, Abortus Imminens 16 (7,14%) kasus, Missed Aborton 29 (12,94%) kasus, Abortus Komplit 12 (5,36%) kasus
(http://kebidanan-
kti.blogspot.com/2011/12/gambaran-kejadian-abortus-inkomplit-di.html). Sedangkan di RSUD Soeselo Slawi dalam tahun 2011 jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang Nusa Indah sebanyak 4592 orang, pasien dengan kasus Abortus sejumlah 135 orang (3%), dan untuk kasus Abortus Inkomplit sejumlah 2% dari seluruh kasus abortus. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut dalam suatu Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan abortus inkomplit pada Ny. W. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan abortus inkomplit penulis diharapkan : a. Mampu melakukan pengkajianpada klien abortus inkomplit b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan abortus inkomplit.
17
c. Mampu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul pada klien dengan abortus inkomplit. d. Mampu melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan dibuat. e. Mampu mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan abortus inkomplit. f. Menganalisa ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus beserta pemecahannya. g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplit. dan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
C. Metode Penulisan 1. Studi Kasus Dalam metode ini penulis mendapatkan data dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. 2. Studi Pustaka Pengumpulan data dengan cara menggali sumber sumber pengetahuan melalui buku buku perpustakaan yang relevan dengan masalah pasien yaitu abortus inkomplit. D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan karya tulis ini penulis menggunakan sistematika yang terdiri dari :
18
BAB I
19
BAB II TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1 DI RUANG NUSA INDAHRSUD dr. SOESELO SLAWI
Nama mahasiswa Hari / tanggal pengkajian Ruang Tempat 1. IDENTITAS A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Status Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat No. Rekam Medik
: Evi Muafiyah : Selasa, 22 November 2011 : Nusa Indah : RSUD dr. Soeselo Slawi
20
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama Umur Alamat Pekerjaan Hubungan Dg Klien : Tn. R : 25 Tahun : Kebandingan : Kuli Bangunan : Suami
2. KELUHAN UTAMA Klien mengatakan lemas, karena setiap klien buang air kecil banyak mengeluarkan darah, berbentuk gumpalan gumpalan. 3. RIWAYAT KEHAMILAN Klien mengatakan ini kehamilan yang pertama dan direncanakan oleh klien dengan matang, tetapi padatanggal 20 November 2011, jam 05.00 klien mengalami pendarahan pervaginam ngeflek ngeflek, dan jam 07.00 pendarahannya keluar lebih banyak tepatnya pada usia kehamilan 11 minggu . 4. RIWAYAT KB Klien mengatakan tidak ikut KB, dan belum ada rencana untuk mengikuti program KB. 5. SIKLUS MENSTRUASI Klien mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun, dengan siklus menstruasi 28 hari, dan lamanya menstruasi 5 6 hari, HPHT 7 September 2011, HPL 14 Juni 2012.
21
6. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit gastritis, namun klien tidak sampai dirawat dirumah sakit, klien hanya memeriksakannya ke puskesmas. 7. RIWAYAT KELUARGA Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami keguguran atau gangguan kehamilan lainnya, tetapi ibunya mempunyai riwayat penyakit jantung dan sudah berkali kali dirawat dirumah sakit. 8. RIWAYAT PSIKOSOSIAL Klien mengatakan takut dan cemas, karena hari Rabu klien akan dicurret. 9. KEBIASAAN SEHARI HARI a. Nutrisi Klien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 kali sehari dengan satu porsi nasi, lauk pauk, satu mangkok sayur, terkadang dengan telor atau daging. Dan minum air putih 8 9 gelas sehari (kurang lebih 1800 cc) nilai normal1800 -2000 cc. Klien mengatakan saat sakit tidak mengalami gangguan pada pola makan, walau kadang kadang perutnya merasa mual, tetapi klien tetap makan 3 kali sehari dengan satu porsi nasi, tempe atau tahu, dan satu mangkok sayur. Dan klien minum air putih 7 8 gelas sehari (kurang lebih 1800 cc), nilai normal 1800 - 2000 cc, klien juga tidak memiliki alergi pada makanan atau minuman.
22
b. Eliminasi Klien mengatakan sebelum hamil terbiasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning, dan tidak ada darah dalam feces, dan BAK 5 6 kali sehari berwarna kuning jernih, dan bau amoniak, klien tidak mengalami gangguan pada pola eliminasi. Klien mengatakan saat hamil tidak mengalami perubahan atau gangguan pada pola eliminasi, klien terbiasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning, tidak terdapat darah pada feces, dan BAK 5 6 kali sehari, namun selama klien dirawat dirumah sakit klien belum BAB. c. Istirahat dan Tidur Klien mengatakan sebelum hamil biasa tidur siang dari jam 13.00 15.00 WIB, dan tidur malam 21.30 05.00 WIB. Klien mengatakan saat hamil tidak mengalami gangguan pada pola tidur, tidur siang dari jam 13.30 15.15 WIB dan malam dari jam 21.30 05.00 WIB. d. Kebersihan diri Klien mengatakan sebelum dirawat biasa mandi 2 3 kali dalam sehari, menggunakan sabun, menggosok gigi setiap mandi, dan keramas menggunakan sampho 2 hari sekali. Klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena klien merasa lemas.
23
10. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum b. Kesadaran : Baik : Composmentis dengan GCS 14 (E =3, M =5, V =6) c. Tanda Tanda Vital Tekanan darah Denyut nadi Suhu Pernafasan d. Berat badan e. Tinggi badan : 100/70 mmHg : 80 kali permenit : 36 C : 24 kali permenit : 60 kg : 161 cm
11. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE a. Kepala 1) Wajah dan kulit Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala sedikit kotor, rambut hitam dan lurus, tidak ada lesi atau nyeri tekan, ekspresi wajah gelisah. 2) Mata Sklera anikterik, konjungtiva anemis, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan fungsi penglihatan normal. 3) Hidung Tidak ada polip, tidak ada secret, keadaan bersih, tidak ada benjolan dan fungsi penghidu normal.
24
4) Telinga Fungsi dan bentuk antara telinga kanan dan kiri normal, tidak memakai alat bantu pendengaran, dan canalis bersih. 5) Mulut Gigi agak kuning, keadaan gigi kotor, terdapat karang gigi, tidak memakai gigi palsu, gusi merah, berbau, keadaan lidah kotor, bibir kering, dan tidak sianosis. b. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada nyeri tekan c. Torak dan paru Bentuk dada dan payudara antara kanan dan kiri simetris frekuensi nafas 24 kali permenit, dengan irama regular, dan tidak ada nyeri tekan. d. Jantung Bunyi jantung I dan II normal, dengan irama regular, tidak terdapat atau terdengar adanya mur mur atau gallop. e. Abdomen Abdomen normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, bunyi tympani, peristaltik 12 kali perhari dan TFU terabah 2 jari di bawah pusar. f. Ginjal Fungsi ginjal normal, dan tidak ada keluhan.
25
g. Genitalia Klien mengatakan mengalami pendarahan pervaginam, ngeflek ngeflek, tetapi jika klien kencing darahnya keluar banyak, genital terpasang pembalut. h. Musculoskeletal Ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan, tangan sebelah kanan terpasang infuse RL 30 kali tetes permenit, tidak ada lesi atau tremor. i. Integumen Tugor kulitkurang, warna kulit sawo matang, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pengerasan pada kulit.
12. TERAPI JENIS TERAPI Infuse RL Ceftriaxon Metergine DOSIS CARA PEMBERIAN
30 kali tetes permenit Intravena 3 kali 1 gram 3 kali 2 ml Table 2.1 Intravena Intramuscular
13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM No. Rekam Medik Tanggal Order Tanggal Terima : 201131 : 20 November 2011, Jam 21.58 WIB : 20 November 2011 26
PEMERIKSAAN Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit DIFF COUNT Eosofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit GOLONGAN DARAH RESUS FAKTOR SERU IMONOLOGI HBsAg
NILAI RUJUKAN 3.6 11.0 3.80 5.20 11.7 15.5 35 47 80 100 26 34 32 36 150 400
% % % % %
2.00 4.00 01 50 70 25 40 28
Non reaktif
27
ANALISA DATA NO TANGGAL 1 Selasa, DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM Ketidakseimbangan volume kurang kebutuhan tubuh cairan dari
22 DS : Klien mengatakan Kehilangan lemas mengalami pendarahan ngeflek ngeflek, tapi jika buang darahnya banyak gumpalan gumpalan. DO : Tekanan darah 100/70 mukosa mmHg, kering, air kecil keluar berbentuk dan volume cairan aktif
hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, tugor kulit kurang, dan anemis. 2 Selasa, 22 DS : Klien mengatakan Krisis takut dan cemas situasional Ansietas konjungtiva
November
28
karena hari Rabu besok klien akan dilakukan curet. DO : Cemas, bingung, nafas 24 kali dan wajah
22 DS : Klien mengatakan Lemah atau Kurang saat dirawat klien lelah belum pernah
perawatan
kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, keadaan kotor. Table 2.3 dan lidah
29
DAFTAR MASALAH NO 1 MASALAH KEPERAWATAN Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif 2 3 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional Kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan lemah atau lelah. Table 2.4 22 11 11 22 11 11 Evi Evi TGL TIMBUL 22 11 11 TGL TERATASI TTD Evi
RENCANA KEPARAWATAN TANGGAL DX Selasa, 22 1 TUJUAN & KRITERIA HASIL Setelah dilakukan INTERVENSI TTD Evi
keperawatan selama 3 kali 24 jam, Pertahankan diharapkan perdarahan berhenti catatan perdarahan. Pantau (missal, status
dengan kriteria hasil : Perdarahan berhenti Mukosa lembab Hemoglobin normal 11,7 15,5 g/dL Hematokrit normal 35 47%
hidrasi
kelembaban
membrane mukosa, tugor kulit, intake dan output) Pantau hasil laborat yang
30
Konjungtiva ananemis Tugor kulit baik Tekanan darah normal 110 120 mmHg (sistole), 60 90 mmHg (diastole).
Observasi tanda tanda vital Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat
antibiotic
Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan program lanjut curret. Selasa, 22 2 Setelah dilakukan tindakan selama 3 kali 24 jam, diharapkan klien tidak takut lagi, dengan criteria hasil: Cemas berkurang Klien kooperative Klien tenang Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, damai, dan minimalkan gangguan. Dampingi klien untuk Evi dengan tindakan
meningkatkan
keamanan
31
keluarga
dalam
tindakan untuk
Beri pendidikan kesehatan tentang tindakan curret. Selasa, 22 3 Setelah dilakukan tindakan Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari. Ajarkan klien atau keluarga tentang penggunaan metode alternative untuk mandi dan higiene mulut. Dukung kemandirian klien. dalam melakukan mandi Evi
keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan klien mandi minimal 2 kali sehari, dengan kriteria hasil : Kulit kepala bersih Gigi bersih putih Lidah bersih Mulut tidak berbau Klien tampak segar
dan hygiene mulut, bantu klien hanya jika diperlukan. Anjurkan keramas. Table 2.5 kien untuk
32
IMPLEMENTASI TANGGAL DX Selasa, 22 2 IMPLEMENTASI Memberikan nyaman lingkungan yang RESPON TTD
DS : Klien mengatakan Evi nyaman DO : Tempat tidur rapih, dan klien terlihat nyaman.
dengan
merapihkan
tempat tidur
Jam 07:15
Memantau perdarahan
DS: masih
Klien
lemas
pendarahannya
ngeflek ngeflek, dan darah keluar lebih banyak pada saat klien buang air kecil. DO : Darah yang keluar ngeflek ngeflek kurang lebih 10 cc. Jam 08:00 3 Mengajarkan klien atau keluarga cara seka untuk mandi dan DS : Klien untuk cara dibantu mandi seka
keluarga dengan
higiene mulut.
menggunakan air hangat. DO : Gigi bersih putih, lidah bersih, mulut tidak
33
berbau, tetapi kulit kepala masih sedikit kotor, karena klien belum mau keramas. Jam 08:45 1 Mengukur Tanda Tanda Vital DS : DO : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali
permenit, nafas 24 kali permenit, suhu 36 C. Jam 09:00 1 Memberikan (ceftriaxon) intravena. Jam 09:00 1 Memberikan perangsang (metergine) intramuscular. Jam 10:05 1 Kolaborasi dengan dokter. tindakan curret DS: tindakan dokter. DO : Hari Rabu tanggal 23 November 2011jam 11:00 WIB, klien akan dilakukan tindakan curret. Jam 10:15 2 Memberikan pendidikan DS : Klien mau menerima Menjadwalkan curret dengan injeksi kontraksi 2 ml obat uterus melalui injeksi 1 gram antibiotic melalui DS : DO : Obat masuk melalui intravena tanpa ada alergi DS : DO : Obat masuk melalui intramuscular
34
kesehatan kepada pasien tentang tindakan curret. Jam Wib. 11:00 2 Memberikan lingkungan yang nyaman dengan membatasi
motivasi dari perawat. DO : Klien kooperative. DS : Klien mengatakan lebih tenang DO : Klien merasa nyaman
CATATAN PERKEMBANGAN
TTD
S : Klien mengatakan masih lemas dan pendarahannya Evi masih ngeflek ngeflek, dan darah keluar lebih banyak pada saat klien buang air kecil. O : Perdarahan pervaginam darah yang keluar ngeflek ngeflek kurang lebih 10 cc, tekanan darah 110/70 mmHg, mukosa kering, Hb 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, dan konjungtiva anemis. A : Masalah belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi Pantau perdarahan. Pantau status hidrasi (missal, kelembaban membrane mukosa, tugor kulit, intake dan output). Pantau hasil laborat yang relevan dengan
35
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat perangsang kontraksi uterus dan antibiotic. Selasa, 22 2 S : Klien mengatakan cemas sedikit berkurang. O : Klien cooperative, dan klien masih tampak gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. A : Masalah teratasi sebagian. P : Pertahankan intervensi Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, damai, dan minimalkan gangguan. Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan untuk mengurangi takut. Libatkan suami dan keluarga dalam tindakan keperawatan untuk mengurangi cemas. Selasa, 22 3 S : Klien mengatakan sudah mandi 2 kali sehari. O : Gigi bersih putih, lidah bersih, mulut tidak berbau, tetapi kulit kepala masih sedikit kotor, karena klien belum mau keramas. A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi Anjurkan klien untuk keramas. Table 2.7 Evi Evi
36
Pada BAB ini penulis akan menggambarkan lebih detail asuhan keperawatan dengan abortus inkomplit kepada Ny. W di ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi. Pembahasan yang dipaparkan oleh penulis yaitu pengelolaan selama satu hari pada tanggal 22 November 2011. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil pengkajian yang sudah didapat berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan penulis dan keluhan pasien yang ditemukan pada Ny. W dengan Abortus Inkomplit. Pengkajian yang dilakukanpada Ny. W diperoleh data : klien berusia 30 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, dan alamat Kebandingan Slawi Tegal didapatkan data subyektif sebagai berikut : klien mengatakan lemas dan mengalami pendarahan ngeflek ngeflek, tapi jika buang air kecil darahnya keluar banyak berbentuk gumpalan gumpalan, klien mengatakan takut dan cemas karena hari Rabu jam 11:00 WIB klien akan
dilakukan curet, klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena klien merasa lemas. Data objective : klien mengalami perdarahan pervaginam, darah yang keluar ngeflek ngeflek kurang lebih 10 cc, dan darah keluar lebih banyak pada saat klien buang air kecil, lemas, mukosa kering, konjungtiva
37
anemis, tekanan darah 100/70 mmHg, tugor kulit kurang baik, pada pemeriksaan laborat ditemukan hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, klien merasa cemas karena dirinya akan dilakukan tindakan curret, kulit kepala kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, keadaan lidah kotor. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan tiga diagnosa yang muncul yaitu : 1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh Menurut Nanda, (2006) kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravascular, interstisial, dan intraselular, mengarah kepada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium. Dengan batasan karakteristik : kelemahan, haus, penurunan tugor kulit/ lidah, membrane mucus/ kulit kering, nadi meningkat, tekanan darah menurun, penurunan pengisian kapiler, perubahan status mental, penurunan urin output, penurunan konsentrasi urin, peningkatan suhu tubuh, hematocrit meningkat, dan kehilangan berat badan mendadak. Berdasarkan batasan karakteristik yang ada, pada saat melakukan pengkajian pada Ny. W penulis mendapatkan data subjektif yaitu : klien mengatakan lemas dan mengalami pendarahan ngeflek ngeflek, tapi jika buang air kecil darahnya keluar banyak berbentuk gumpalan gumpalan. Data objektif yaitu : pendarahan pervaginam darah yang keluar ngeflek - ngeflek, tugor kulit kurang baik, membrane mukosa kering, tekanan darah 100/70 mmHg, hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, dan konjungtiva anemis. Dengan melihat batasan karakteristik secara teori dan pada kenyataan langsung pada Ny. W penulis mengangkat diagnosa ketidakseimbangan volume cairan
38
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif. Menurut Hierarki Maslow kebutuhan pemenuhan keseimbangan cairan merupakan kebutuhan fisiologis yang harus segera ditangani sehingga penulis memprioritaskan diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas utama (A. Aziz Alimul H, 2006 : 7). Tujuan keperawatan pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan pendarahan berhenti dengan kriteria hasil : Perdarahan berhenti, mukosa lembab, hemoglobin normal 11,7 15,5 g/dL, hematokrit normal 35 47%, konjungtiva ananemis, dan tugor kulit baik, tekanan darah normal 110 120 mmHg (sistole), 60 90 mmHg (diastole). Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis untuk diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh: a) Pantau perdarahan Rasional : menentukan banyaknya kehilangan cairan atau perdarahan b) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan perdarahan. Rasional : meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala gejala syok. c) Pantau status hidrasi (missal, kelembaban membrane mukosa, tugor kulit, intake dan output)
39
Rasional : membantu menentukan beratnya kehilangan darah, dan perubahan tekanan darah, nadi adalah tanda tanda lanjut dari syok. d) Pantau hasil laborat yang relevan dengan keseimbangan cairan (hemoglobin dan hematokrit). Rasional : menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab. Hematokrit harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transport oksigen dan nutrient. e) Observasi tanda tanda vital Rasional : membantu menentukan perubahan tanda tanda vital (misalnya peningkatan suhu, nadi, penurunan tekanan) dapat mengidentifikasi infeksi atau syok. f) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti koagulan dan antibiotik. Rasional : pemberian antibiotik pada rentang waktu yang tepat dapat membantu mempertahkan kadar terapeutik obat dan pemberian obat anti koagulan utuk mengurang perdarahan. g) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan program lanjut dengan tindakan curret. Rasional : curretase perlu dilakukan bila terjadi perdarahan berlebihan seperti pada kasus abortus dimana curretase mungkin diindikasikan untuk menyelamatkan ibu.
Adapun implementasi yang dapat penulis lakukan pada diagnosa ini adalah sebagai berikut :
40
a) Memantau perdarahan Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang berarti. Respon klien mengatakan masih lemas dan perdarahanya masih ngeflek ngeflek, dan darah keluar lebih banyak pada saat klien buang air kecil. Data objektif : darah yang keluar ngeflek ngeflek kurang lebih 10 cc. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. b) Mengukur Tanda - Tanda Vital Penulis melakukan mengukuran tanda - tanda vital klien. Hasil dari pengukuran tanda - tanda vital : tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 07.00 WIB, danhasil pengukuran pada pukul 10.00 WIB, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali permenit, nafas 24 kali permenit, suhu 36 C. c) Memberikan injeksi antibiotic (ceftriaxon) Penulis melakukan pemberian injeksi ceftriaxon 1 gram pada klien. Data objektif : obat masuk melalui intravena tanpa ada alergi. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. d) Memberikan injeksi obat perangsang kontraksi uterus (metergine) Penulis melakukan pemberian injeksi metergine 2 ml pada klien. Data objektif : obat masuk melalui intramuscular tanpa ada alergi. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
41
e) Kolaborasi tindakan curret dengan dokter. Penulis melakukan kolaborasi dengan dokter. Menjadwalkan tindakan curret. Data objektif : hari Rabu tanggal 23 November 2011 jam 11:00 WIB klien akan dilakukan tindakan curret. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukan data subjective pada diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh yaitu: klien mengatakan klien mengatakan lemas dan mengalami pendarahan ngeflek ngeflek, tapi jika buang air kecil darahnya keluar banyak berbentuk gumpalan gumpalan. Data objective : perdarahan pervaginam darah yang keluar ngeflek - ngeflek, tekanan darah 110/70 mmHg, mukosa kering, hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, dan konjungtiva anemis. Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi yang ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh ada beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator keberhasilannya tindakan yaitu : perdarahan berhenti, mukosa lembab, hemoglobin normal 11,7 15,5 g/dL, hematokrit normal 35 47%, konjungtiva ananemis, tugor kulit baik, tekanan darah normal 110 120 mmHg (sistole), 60 90 mmHg (diastole). Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada maka dapat disimpulkan masalah ketidakseimbangan volume cairan kurang
42
dari kebutuhan tubuh belum teratasi karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Maka penulis menetapkan bahwa intervensi dilanjtukan pada planning berikutnya karena masalah belum teratasi.
2. Ansietas Menurut Nanda (2006), ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya. Dengan batasan karakteristik : penurunan produktivitas, kewaspadaan dan menatap, kontak mata buruk, gelisah, pandangan sekilas, pergerakan yang tidak bermakna, ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup, insomnia, dan resah. Pada saat mengkaji Ny. W penulis mendapatkan data subjektif yaitu : klien merasa takut dan cemas karena hari Rabu besok akan dilakukan tindakan curret. Data objektif yaitu : cemas, nafas 24 kali permenit, bingung dan ekspresi wajah gelisah. Dengan melihat batasan karakteristik secara teori dan pada kenyataan langsung pada Ny. W penulis mengangkat diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional. Kecemasan dalam Hierarki Maslow termasuk dalam kebutuhan
keselamatan dan rasa aman dan merupakan prioritas diagnosa kedua setelah berdasarkan tingkat kegawatan termasuk dalam prioritas rendah karena
43
menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 : 118). Tujuan keperawatan pada diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional yaitu : Setelah dilakukan tindakan selama 3 kali 24 jam, diharapkan klien tidak takut lagi, dengan kriteria hasil : cemas berkurang, klien kooperative, dan klien tenang. Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional : a) Beri pendidikan kesehatan tentang tindakan curret. Rasional : dapat mengurangi ansietas. b) Libatkan suami atau keluarga dalam tindakan keperawatan untuk mengurangi cemas. Rasional : membantu mengatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemontrasikan perhatian terhadap klien/ pasangan. c) Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan untuk mengurangi takut Rasional : makin klien merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas. d) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, damai, dan minimalkan gangguan. Rasional : lingkungan yang tenang dapat memberikan kenyamanan saat tidur. Pada masalah keperawatan ansietas, penulis telah melakukan beberapa tindakan keperawatan pada tanggal 22 November 2011 diantaranya sebagai berikut:
44
a) Memberikan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang berarti. Tetapi pada saat tindakan tersebut harus hati-hati supaya tidak menganggu kenyamanan klien, respon yang didapat klien mengatakan nyaman, data obyektifnya tempat tidur rapih, klien terlihat nyaman. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. b) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tindakan curret. Penulis memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Respon klien mau menerima motivasi dari perawat, data objektif : klien kooperative, klien masih tampak gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 84 kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. c) Memberikan lingkungan yang nyaman dengan membatasi kunjungan kepada klien. Penulis melakukan pembatasan kunjungan kepada klien. Respon klien mengatakan lebih tenang, data objective : klien merasa nyaman. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukan data subyektif : klien mengatakan cemas sedikit berkurang, data objective : klien kooperative, klien masih tampak gelisah, tekanan darah 110/70
45
mmHg, denyut nadi 84 kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi yang ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah ansietas ini ada beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator keberhasilannya tindakan yaitu: cemas berkurang, klien kooperative, dan klien tenang. Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada maka dapat disimpulkan masalah ansietas teratasi sebagian karena masih belum sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan yaitu cemas hilang, klien kooperative, dan klien tenang. Maka penulis menetapkan bahwa intervensi dilanjutkan karena masalah baru teratasi sebagian.
3. Kurang perawatan diri mandi/ hygiene Menurut Nanda (2006), kurang perawatan diri mandi merupakan kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi/ kebersihan diri secara mandiri. Dengan batasan karakteristik klien tidak mampu membasuh bagian atau seluruh tubuh, menyediakan sumber air mandi, suhu air mandi regular, mendapatkan peralatan mandi, mengeringkan tubuh, masuk/ keluar kamar mandi.
46
Pada saat mengkaji penulis mendapatkan data subjektif yaitu :klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena klien merasa sangat cemas dengan keadaan dirinya saat ini. Data objektif yaitu : kulit kepala kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, dan keadaan lidah kotor. Dengan melihat batasan karakteristik secara teori dan pada kenyataan langsung pada Ny. W penulis mengangkat diagnosa kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan lemah atau lelah. Penulis mengangkat kurang perawatan diri mandi/ hygiene sebagai diagnosa ketiga karena pada diagnosa ini berkaitan dengan diagnosa kedua, yaitu salah satu faktor presipitasi kurangnya perawatan diri adalah saat klien mengalami cemas berat, dengan alasan itu penulis harus mengatasi kecemasan yang dialami kliensehingga memperkuat keputusan pengambilan diagnosa kekurangan perawatan diri sebagai prioritas diagnosa kedua. Tujuan keperawatan diagnosa kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan cemas berat yaitu : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan klien mandi minimal 2 kali sehari, dengan kriteria hasil : kulit kepala bersih, gigi bersih putih, lidah bersih, dan mulut tidak berbau. Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis untuk diagnosa kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan lemah atau lelah : a) Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari.
47
Rasional : untuk mengetahui tingkat kelembaban mukosa dan kebersihan diri. b) Ajarkan klien atau keluarga tentang penggunaan metode alternative untuk mandi dan higiene mulut. Rasional : untuk memudahkan klien dalam menjaga kebersihan diri. c) Dukung kemandirian klien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu klien hanya jika diperlukan. Rasional : untuk mengetahui tingkat kemandirian klien. d) Anjurkan klien untuk keramas. Rasional : untuk menjaga kebersihan rambut. Pada masalah keperawatan kurang perawatan diri mandi/ hygiene, penulis telah melakukan beberapa tindakan keperawatan pada tanggal 22 November 2011 diantaranya sebagai berikut: a) Mengajarkan klien atau keluarga cara seka untuk mandi dan higiene mulut. Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang berarti. Respon klien dibantu oleh keluarga untuk mandi dengan cara seka menggunakan air hangat. Data objective : gigi bersih, lidah bersih, dan mulut tidak berbau, tetapi kulit kepala sedikit kotor, karena klien belum mau keramas. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB. Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukandata subyektif: klien mengatakan sudah mandi 2 kali sehari, data objective : gigi bersih, lidah
48
bersih, dan mulut tidak berbau, tetapi kulit kepala sedikit kotor, karena klien belum mau keramas. Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi yang ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah kurang perawatan diri ini ada beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator keberhasilannya tindakan yaitu: kulit kepala bersih, gigi bersih, lidah bersih, dan mulut tidak berbau. Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada maka dapat disimpulkan masalah kurang perawatan diri teratasi sebagian karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Maka penulis
menetapkan bahwa intervensi dipertahankan karena masalah telah teratasi. Menurut Mitayani 2009, diagnose keperawatan yang muncul pada kasus abortus adalah sebagai berikut : 1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih. 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia. 3. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin. 4. Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan, dan kontraksi uterus. 5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi.
49
pengkajian penulis
karakteristik yang sesuai dengan masalah keperawatan secara teori, sehingga penulis tidak memunculkan diagnosa tersebut, penulis hanya menemukan tiga diagnosa, yaitu ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, ansietas berhubungan dengan krisis situasional, dan kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan lemah atau lelah.
50
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI pada tanggal 22 November 2011, maka dengan ini penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu : 1. Pengkajian asuhan keperawatan Pada Ny. W ditemukan tanda tanda perdarahan pervaginam dan pendarahan semakin banyak saat klien buang air kecil, lemas, tekanan darah 100/70 mmHg, mukosa kering, konjungtiva anemis, hematokrit L 34%, hemoglobin 9,5 g/dl, cemas, nafas 24 kali permenit, kulit kepala kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, dan keadaan lidah kotor. 2. Diagnosa keperawatan Pada Ny. W ditemukan tiga diagnosa yang muncul yaitu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan cemas berat. 3. Implementasi yang dilakukan oleh penulis hanya sebagian, hal itu dikarenakan dengan keterbatasan waktu. 4. Evaluasi dari tindakan kasus yang kelola penulis belum ada yang dapat teratasi, hanya beberapa saja yang dapat teratasi sebagian.
51
B. Saran Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan abotus inkomplit, penulis menekankan pentingnya penyuluhan kesehatan, karena dengan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakitnya diharapkan klien dapat menghindari atau membatasi komplikasi lebih lanjut. 1. Bagi Rumah Sakit Rumah Sakit melalui petugas yang ada di ruangan lebih aktif dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplit dan penanganan awal pada klien dengan abortus inkomplit agar tidak terjadi infeksi sehingga pemahaman masyarakat tentang cara penanganan terhadap abortus inkomplit akan lebih baik dan resiko infeksi bisa dicegah.
2. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang kesehatan khususnya tentang abortus inkomplit. Tuntutan zaman yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi kesehatan harus terus ditingkatkan yaitu dengan memberikan lebih banyak materi pada para mahasiswanya, selain itu sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
52
3. Bagi Keluarga Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan berperilaku hidup bersih dan sehat serta mengetahui penyebab dan pencegahan agar tidak terjadi infeksi pada kasus abortus inkomplit. 4. Bagi Masyarakat Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat perlu untuk dipertahankan dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan abortus inkomplit, bagi masyarakat yang belum dapat berperilaku hidup sehat diharapkan supaya berperilaku lebih positif dengan melakukan pola hidup sehat. 5. Bagi Penulis Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami abortus inkomplit serta perlu memperbaiki agar karya tulis ini lebih sempurna.
53
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan klien. Jakarta : EGC. Fajar, Bambang. http://bibilung.wordpress.com/2007/12/08/serba-serbi-kuret/. 6 juni 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 2003, Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2.Jakarta : EGC. Obstetri
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Kumala, Poppy. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika. No name. www.beritamandiri.com/2012/01/Dampak-Bahaya-Akibat-Aborsi. 12 mei 2012. No name. yudiayutz.wordpress.com/2008/12/04/Abortus. 12 Mei 2012. No name. kebidanan-kti.blogspot.com/2011/12/Gambaran-Kejadian-AbortusInkomplit. 12 Mei 2012.
Sujiyatini, M.Keb. dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika. Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika. Wilkinson, Judith M. 2002. Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC.
54
KONSEP DASAR
1. Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. 2. Etiologi Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut : a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar. b) Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV. c) Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus. d) Kelainan plasenta. 3. Klasifikasi Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut : a) Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks. b) Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
55
c) Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus. d) Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan. e) Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis. f) Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. g) Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali. h) Abortus septic adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. 4. Manifestasi klinis Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. 5. Penetalaksanaan Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau tranfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan.Pada kasus
56
aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortus jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai mendapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotic. 6. Asuhan keperawatan a) Pengkajian Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi : 1) Lama kehamilan. 2) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang mempengaruhi. 3) Karakteristik darah : merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lender. 4) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas, serta pusing. 5) Gejala gejala hipovolemia seperti sinkop. b) Diagnosa keperawatan Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut : 1) Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih. 2) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia. 3) Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin.
57
4) Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan, dan kontraksi uterus. 5) Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi. c) Intervensi keperawatn A. Diagnosa kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih. Kriteria hasil : mendemontrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual. 1) Evaluasi, laporkan serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut. Rasional : perkirakan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira kira 1 ml darah. 2) Lakukan tirah baring, instruksikan ibu untuk menghindari valsalva menuver dan koitus. Rasional : perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat
merangsang perdarahan. 3) Posisikan ibu dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semifowler
58
Rasional : menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon. 4) Catat tanda tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membrane mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada. Rasional : membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi. 5) Pantau aktivitas uterus, status janin, dan adanya nyeri tekan pada abdomen. Rasional : membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi. 6) Hindari pemeriksaan rectal atau vagina Rasional : dapat meningkatkan hemoragi. 7) Pantau masukan/ keluaran cairan. Dapatkan sempel urine setiap jam, ukur berat jenis. Rasional : menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukan perfusi ginjal. 8) Auskultasi bunyi nafas Rasional : bunyi nafas adventitus menunjukan ketidaktepatan/ kelebihan pergantian. 9) Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar. Rasional : dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan histology mungkin diperlukan.
59
10) Pasang kateter Rasional : haluaran kurang dari 30 ml/ jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat deficit individual dan kecepatan penggantian. 11) Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel sel kemasan sesuai indikasi. Rasional : meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala gejala syok.
B. Diagnosa perubahan perfusi jaringan yang behubungan dengan hipovolemia. Kriteria hasil : perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin dalam batas normal. 1) Perhatikan status fisiologi ibu, status sirkulasi, dan volume darah. Rasional : kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan. Kemungkinan uteroplasenta. 2) Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikaardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin. Rasional : mengkaji berlanjutnya hipoksia janin, pada awalnya janin berespons pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila tetap deficit, bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi. menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
60
3) Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uterus. Rasional : bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. 4) Anjurkan tirah baring pada posisi miring. Rasional : meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin mempunyai kepastian perlengkapan yang mengatasi hipoksia, dimana disosiasi Hb janin lebih cepat dari pada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga kepastian oksigen yang dibawa janin meningkat. 5) Berikan suplemen oksigen kepada ibu. Lakukan sesuai indikasi. Rasional : mengevaluasi dengan menggunakan doppler respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin dalam keadaan asfiksia. 6) Bantu dengan ultrasonografi dan amniosentesis. Rasional : menentukan maturitas janin dan usia gestasi. Membantu menentukan viabilitas dan perkiraan hasil secara realistis. 7) Dapatkan tes darah ibu untuk mengevaluasi serum ibu, darah Hb atau produk lavase lambung. Rasional : membedakan darah ibu dari darah janin dalam cairan amnion menunjukan implikasi terhadap pemberian oksigen serta kebutuhan ibu terhadap injeksi immunoglobulin Rh (RhlgG) bila kelahiran terjadi.
61
8) Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat. Rasional : pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang berat atau perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen janin, dan kelahiran melalui vagina tidak mungkin seperti pada kasus plasenta previa total, di mana pembedahan mungkin perlu diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.
C. Diagnosa ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin. Kriteria hasil : ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat. 1) Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan pasangan. Rasional : memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi. 2) Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan. Rasional : menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu/ pasangan. 3) Dengarkan masalah ibu dengan seksama. Rasional : meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri. 4) Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.
62
Rasional : pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif, agar nantinya
memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut. 5) Libatkan ibu dalam perancanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin. Rasional : menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut. 6) Jelaskan prosedur dan arti gejala. Rasional : pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi. d) Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
63
e) Evaluasi keperawatan Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
64
7. Pathway
kelainan plasenta
infeksi akut
lepas sebagian
lepas seluruhnya
tindakan kuretase
perdarahan
65
Pokok bahasan Sub pokok bahasan Sasaran Tempat Waktu Metode Media Materi
: Tindakan Curret : Tujuan dan prosedur tindakan curret : Ny. W beserta keluarganya : Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi : 20 menit : Ceramah dan Tanya jawab : Leaflet dan lembar balik : 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Prosedur tindakan
TIU
TIK
: Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 20 menit diharapkan Ny. W : 1. Dapat menjelaskan pengertian 2. Dapat menyebutkan tujuan 3. Dapat menyebutkan prosedur tindakan 4. Dan Ny. W tidak cemas lagi
66
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN NO TAHAP/WAKTU PENYAJI 1 Pembukaan menit 5 1. Mengucapkan salam 2. Mengulang waktu. 3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan penyuluhan. 2 Kegiatan inti 10 1. Menjelaskan menit pengertian. 2. Menjelaskan tujuan. 2. Mendengarkan penyaji. 1. Mendengarkan penyaji. tujuan RESPON KLIEN 1. Menjawab salam
3. Menjelaskan langkah 3. Mendengarkan penyaji. langkah tindakan curret. 3 Penutup 5 menit 1. Memberikan kesempatan kepada 1. Klien bertanya. dan keluarga
Ny. W dan keluarga untuk bertanya. 2. Evaluasi 3. Salam penutup 2. Klien menjawab 3. Menjawab salam
67
Evaluasi : a) Jelaskan pengertian tindakan curret b) Jelaskan tujuan tindakan curret c) Jelaskan prosedur tindakan curret
68
1. Pengertian
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jaman, Sp.OG )
2. Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan. 2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda,
69
tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret. 3. Prosedur kuretase Prosedurnya sama antara kuret karena keguguran maupun nonkeguguran.
a) Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masingmasing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
70
c) Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.
71
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret.
2. Saat kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.
Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/ selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.
Alat kuretasebaik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan
72
dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal.Bila sudah berbunyi krok-krok (beradunya sendok kuret dengan otot rahim)
menunjukkan kuret hampir selesai.Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit.
Gambar : Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus.
Gambar : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati dan sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil.
73
Gambar : Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis.
74
DAFTAR ISTILAH
Abortus iminens : Suatu abortus yang dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan. Abortus insipiens : Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan servik. Abortus inkompletus : Suatu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Abortus servikalis : Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding. Missed abortus : Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Abortus habitualis : Abortus spontan yang terjadi berturut turut tiga kali atau lebih. Abortus septic : Infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
75
Corpus alienum : Benda asing yang masuk dalam tubuh manusia Blighted ovum : Keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi dalam kandungan, kehamilan kosong atau janin tidak berkembang. Monosomi : Kromosom tertentu yang hanya ada satu di dalam sel, padahal seharusnya terdapat secara berpasangan. Triosomi : Kelainan kromosom yang ada tiga di dalam satu sel. Poliploidi : Mempunyai lebih dari dua sel kromosom yang homolog. Hipoplasi trofoblas : Perkembangan yang tidak sempurna dari suatu organ. Hipertensi vaskuler : Tekanan darah tinggi yang di sebabkan adanya gangguan pada pembuluh darah. Hipoplasia uterus : Perkembangan rahim yang tidak sempurna atau kurang. Mioma : Tumor jinak yang dibentuk dari unsur unsur otot. Servik inkompeten : Mulut rahim yang tidak berfungsi secara tepat. Retroflexio uteri gravid incarcerate : Kelainan bentuk uterus yang melengkung ke bawah. Arsen : Unsure obat dan racun. Benzene : Cairan hidrokarbon dari tar atau batu bara yang digunakan sebagai pelarut, uapnya dapat menyebabkan keracunan yang fatal.
76
77