Anda di halaman 1dari 15

BAB 1 PENDAHULUAN Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan

lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

BAB 2 GAGAL GINJAL KRONIK 2.1 Gagal ginjal kronik 2.1.1Definisi Penyakit ginjal kronik adalah merupakan suatu keaadaan patologis dengan penyebab yang beragam,mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan kemudian berakhir dengan gagal ginjal akhir.Penyakit ginjal tahap akhir adalah suatu keaadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik yang irreversibelyang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal berupa dialysis dan transplantasi ginjal Jadi gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m 2, seperti yang terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Batasan penyakit ginjal kronik 1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan: - kelainan patalogik - petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan 2. laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal

2.1.2Klasifikasi Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal, stadium 4 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, stadium 5 adalah gagal ginjal. Kalsifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Kalsifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG,yiatu dihitung dengan memepergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut ; LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 umur ) x berat badan 72 x kretinin plasma (mg/dl) Pada perempuan dikalikan 0,85 Tabel 2. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik Stadium Risiko meningkat Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 2.1.3ETIOLOGI Fungsi ginjal Normal Normal/meningkat Penurunan ringan Penurunan sedang Penurunan berat Gagal ginjal Laju filtrasi glomerulus (ml/menit/1,73m2 ) 90 (ada faktor risiko) 90(ada kerusakan ginjal, proteinuria) 60-89 30-59 15-29 < 15 atau dialisis

Penyebab dari gagal ginjal kronis adalah: - Tekanan darah tinggi (hipertensi) - Penyumbatan saluran kemih - Glomerulonefritis - Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista - Diabetes melitus (kencing manis) - Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik. Tetapi dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesia renal registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%),diabetes mellitus(23%),hipertensi (20%),dan ginjal polikistik (10%). a.Glomerulonefritis istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya tidak jelas,akan tetapi secara umum memeberikan gambaran histopatologi tertentu glomerulus.Berdasarkan sumber terjadinya kelainan,glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes mellitus,lupus eritematosus sistemik (LES),meiloma multiple,atau amioloidosis. Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keaadaan darurat medic yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialysis. b.Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association(2003) diabetes mellitus merupakan suatu kelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin,kerja insulin atau kedua duanya. Diabetes Melitus sering disebut sebagai the great imitator,karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan.Gejalanya sangan bervariasi.Diabetes mellitus dapat timbul perlahan lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak,buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun.Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya. c.Hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat antihipertensi. Berdasarkan penyebabnya , hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal. d.Ginjal polikistik Kista adalah sutu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid.Polikistik berarti banyak kista.Pada keaadan ini dapat ditemukan kista kista yang tersebar dikedua ginjal,baik korteks maupun medulla.Selain oleh karena kelainan genetic,kista dapat disebabkan oleh berbagai keaadaan atau penyakit.Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang paling sering didapatkan.Nama lain yang sering dipakai adalah penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney deseases) ,oleh karena sebagaina besar baru bermanifestasi pada usia diatas 30 tahun.Ternyata kelainan ini dapat ditemukan pada fetus,bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat diapaki daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.

2.1.4Faktor Resiko

Faktor resiko gagal ginjal kronik yaitu pada pasien dengan diabetes mellitus atau hipertensi,obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga. 2.1.5Patofisiologi Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit primernya telah diatasi atau terkontrol.Hal ini menunjukan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik.Bukti lain yang menguatkan mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun.Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusaakn nefron yang lebih lanjut.Demekian seterusnya keadaan in berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal. 2.1.6 Gambaran Klinik Gambaran klinik gagal ginjal kronik disetai sindrom azotemia sangat kompleks,meliputi kelainan kelainan berbagai organ seperti : kelainan hemipoisis,saluran cerna,mata,kulit,selaput serosa,kelainan neuropsikiatrik dan kelainan kardiovaskuler. a.Kelainan hemopoisis Anemia normokrom normositer dan normositer(MCV 78-94),sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik.Anemia sangan bervariasi bila ureum darah lebih dari 100mg% aatu bersihan kreatinin kurang dari 25 ml/menit.

b.Kelainan saluran Cerna

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari pasien gagl ginjal kronik terutama stadium terminal.Patogenesis mual dan muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan kompresi oleh flora usus sehingga terbentuk ammonia.Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsanagn mukosa lambung dan usus halus.Keluhan keluahn saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet rendah protein dan antibiotika. c. Kelainan Mata Visus hilang(azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal ginjal kronik.Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat,misalnya hemodialisis.Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis, dan pupil asimetris.Kelainan retina(retinopati) mungkin disebabkan hipertensi atau anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.Penimbunan atau deposit garam kalsium paad comjungtiva menyebabkan gejala red eye sindrom akibat iritasi dan hipervaskularisasi.Keratopati mungkin juga dijumpai pada bebrapa pasien gagal ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder aatu tersier. d.Kelainan kulit Gatal sering menggangu pasien,patogenesisnya masih belum jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder.Keluhan gatal ini akan segera hilang setelah tindakan paartiroidektomi.Kulit biasanya kering dan berssisik,tidak jarang jumpai timbunan Kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost. e.Kelainan selaput serosa Kelainan selaput serosa seperti perikarditis dan pleuritis sering dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama stadium terminal.Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi untuk segera dlakukan dialysis.

f.Kelainan neuropsikiatri Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil,dilusi,imsonia,dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.Kelainan mental berat seperti konfusi,diludi dan tidak jarang gejala psikosis yang sering diumpai apad pasien dengan atau tnapa hemodialisis dan tergantung dari dasar kepribadianya. g.Kelaianan kardiovaskular Patogenensis dari gagal jantung konghestif(GJK) pada gagal ginjal kronik sangat kompleks.Bebebrapa faktor seperti anemi,hipertensi,aterosklerosis,kalsifikasi sitem vaskuler,sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung. 2.1.7 Diagnosis Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut : a. Memastikan adanya penurunan fungsi ginjal (LFG) b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors) d. Menentukan strategi terapi rasional e. Meramalkan prognosisnya. Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan pe,eriksaan terarah dan kronologis, mulai dari anamnesa,pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus. a.Anamnesa dan Pemeriksaan fisik Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang berhubungan dengan retensi dan akumulai toksin azotemia,etiologi GGK,perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal gunjal(LFG).Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan

laboratorium) mempunyai sprektrum klinil luas dan melibatkan banyak organ dan tergantung dari derajat penurunan fungsi ginjal. b.Pemeriksaan laboratorium Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat penurunan faal ginjal (LFG),identifikasi 1) Penyakit faal ginjal (LFG) Pemeriksaan ureum,keratin serum dan asam urat serum sudah cukup memdai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG). etiologi dan menentukan perjalann penyakit termasuk semua faktor perburukan ginjal.

2) Etiologi gagal ginjal kronik (GGK) Analisis urin rutin,mikrobiologi urine,kimia darah,elektrolit, dan imunodiagnosa. 3) Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit Progresivitas penurunan faal ginjal,hemopoisis,elektrolit,endokrin,dan pemeriksaan alin berdasarkan indikasi terutama faktor perburukan ginjal (LFG) c. Pemeriksaan penunjang diagnosis pemeriksaan tujuanya,yaitu : 1.Diagnosis etiologi GGK Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis,yaitu foto polos perut,ultrasonografi (USG) ,nefrotomogram,pielografi retrograde,pielografi anterograde dan micturating cysto urography 2. Diagnosis perburukan faal ginjal Pemeriksaa radiologi dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan

10

DIAGNOSIS GAGAL GINJAL KRONIK Penyakit ginjal kronik dapat dikategorikan menurut etiologi dan kelainan patalogik seperti terlihat pada tabel untuk memastikan diagnosa tidak jarang diperlukan biopsi ginjal yang sangat jarang menimbulkan komplikasi. Biopsi ginjal hanya dilakukan pada pasien tertentu yang diagnosis pastinya hanya dapat ditegakkan dengan biopsi ginjal yang akan mengubah pengobatan atau prognosis. Pada sebagian besar pasien, diagnosis ditegakkan berdasar pengkajian klinik yang lengkap dengan memperlihatkan faktor etiologi. Tabel 3. Klasifikasi diagnosis penyakit ginjal kronik Penyakit Penyakit ginjal diabetik Penyakit ginjal non diabetik Tipe utama (contoh) Diabetes tipe 1 dan 2 Penyakit glomeruler (penyakit otoimun, infeksi sistemik, neoplasia) Penyakit saluran tubulointerstisial kemih, batu, (infeksi obstruksi,

toksisitas obat) Penyakit vaskular (penyakit pembuluh Penyakit ginjal transplan darah besar, hipertensi, mikroangiopati) Rejeksi kronik, toksisitas obat, penyakit rekuren, glomerulopati transplan Perjalanan klinik penyakit penyakit ginjal kronik biasanya perlahan dan tidak dirasakan oleh pasien. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada hasil pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Nilai laju filtrasi glomerulus merupakan parameter terbaik untuk ukuran fungsi ginjal.

Pada semua pasien penyakit ginjal kronik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti yang terlihat pada tabel

11

Tabel 4. pemeriksaan penunjang penyakit ginjal kronik Kadar kreatinin serum untuk menghitung laju filtrasi glomerulus. Rasio protein atau albumin terhadap kreatinin dalam contoh urin pertama pada pagi hari atau sewaktu. Pemeriksaan sedimen urun atau dipstick untuk melihat adanya sel darah merah dan sel darah putih. Pemerikasaan pencitraan ginjal, biasanya ultrasonografi Kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat). 2.1.8 Pencegahan Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik.Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukyi bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskuler yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil resiko penurunan fungsi ginjal),penfendalian gula darah,lemak darah,anemia,penghentian merokok,peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan. 2.1.9 Penatalaksanan a.Terapi konservatif Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksis azotemia,memperbaiki metabolism secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

1.Peranan diet

12

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi tiksin azotemia,tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negative nitrogen. 2. Kebutuhan jumlah kalori Kebutuhan jumlah kalori(sumber energy) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama yaitu memepertahankan keseimbangan positif nitrogen,memelihara staus nutrisi dan memelihara status gizi. 3.Kebutuhan Cairan Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah dieresis mencapai 2L/hari 4. Kebutuhan Elektrolit dan Mineral Kebutuhan jumlah elektrolit dan mineral bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar ( underlying renal deseases) b.Terapi simtomatik 1. Asidosis Metabolik Asidosis metabolic harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia).Untuk mencegah dan mengobati asidosi metabolic dapat diberikan suplemen alkali.Terapi alkali (sodium bicarbonate) harus segera diberikan intravena bila ph 7,35 atau serum bikarbonat 20mEq/L. 2.Anemia Tranfusi darak packed red cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternative,murah,dan efektif.Terapi pemberian tranfusi darah harus hati hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

3.Keluhan gastrointestinal

13

Anoreksia, cegukan, mual, muntah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada GGK.Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluahan utama (chief complain) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa dari mulut sampai anus.Tindakan yang harus dialkuakn yaitu program terapi dialissi dan obat-obatan simtomatik. 4. Kelainan Kulit Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit 5. Kelainan neuromuscular Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisi regular yang adekuat, medika mentosa atau operasi subtotal paratiroik dektomi. 6.Hipertensi Pemberian obat obatan anti hipertensi 7. Kelainan sistem kardiovaskuler Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskuler yang diderita. c.Terapi Pengganti Ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit gunjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG 15 ml/menit. Terapi tersebut berupa hemodialisis, dialysis peritoneal, dan tranplantasi ginjal. 1.Hemodialisis Tindakan terapi dialysis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia dan malnutrisi.Tetapi terapi dialysis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindajan terapi dialysis yaitu indikasi absolute dan indikasi efektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolute, yaitu perikarditis, encelopati / neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, hipertensi refrakter, muntah oersisten, dan BUN > 120 mg% dan

14

keratin >10mg% Indiaksi efektif yaitu, LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m2, mual, muntah, anoreksia, dan asthenia berat. Hemodialisis di Indonesia sudah muali tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak RS rujukan.umumnya digunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler kapiler selaput semipermiabel.Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun.Kendala yang ada adalah biaya mahal. 2.Dialissi Peritoneal Akhir akhir ini sudah popular yaitu Continous Ambulatory Peritoneal Dialissi (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan Indonesia.Indiaksi medic CAPD,yaitun pasien anak anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien yang telah menderita penyakit kardiovaskuler,pasien yang akan cebderung mengalami perdarahan bila dialkukan hemodialisis, kesulitan dalam pembuatan AV shunting,pasien dengan stroke,pasien gagal ginjal terminal (GGT) denagn residual urinr masih cukup,dan pasien nefropati diabeti disertai co-morbidity dan comortality. Indikasi non medic, yaitu keinginan pasien sendiri,tingkat intelektual tinggi untuk melakuakan sendiri dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal. 3. Tranplantasi GInjal Tranplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program tranplantasi ginjal yaitu : a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal sedangkan hemodialissi hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah. b. Kualitas hidup normal kembali c. Masa hidup lebih lama d. Komplikasi biasanya dapat diantisipasi terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan. e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.

15

Anda mungkin juga menyukai