Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN MODEL PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN DESENTRALISASI DI REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR-LESTE - KASUS BAUCAU

DISTICT

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Republik Demokratik Timor-Leste merupakan suatu negara baru yang terletak

di antara benua Asia dan Pasifik serta memiliki perbatasan darat langsung dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dari tahun 1976 hingga 1999 Timor-Leste yang kala itu disebut Propinsi Timor-Timur merupakan propinsi ke-27 dari Republik Indonesia dan kini berdiri sebagai negara sendiri setelah melalui jajak pendapat di bulan Agustus 1999, di mana mayoritas penduduk di bekas propinsi ke-27 Indonesia itu menolak tawaran otonomi luas dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu negara baru, Pemerintah Timor-Leste saat ini sedang giatnya melaksanakan pembangunan di semua sektor untuk memajukan perekonomian negara tersebut dan meningkatkan taraf hidup serta kemakmuran rakyat Timor-Leste sesuai dengan apa yang dimandatkan dalam pasal. Konstitusi Timor-Leste1. Salah satu aspek dari pembangunan di Timor-Leste yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah kebijakan pemerintahan untuk mengimplementasikan desentralisai daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Timor-Leste menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah untuk mejalankan desentralisasi akan membantu pertumbuhan sektor swasta (private sector) di daerah-daerah rural (rural areas). Lebih lanjut, melalui desentralisasi Pemerintah Timor-Leste mendukung partisipasi demokrasi lokal oleh semua warga dan membentuk pelayanan publik yang lebih efisien dan

efektif untuk membantu pembangunan ekonomi dan sosial bangsa (Pemerintah Timor-Leste, 2012 daftar pustaka ). Saat ini, pemerintahan daerah di Timor-Leste dibagi dalam 13 District (Kabupaten) yang dipimpin oleh District Administrator and 65 Sub Districtn (kecamatan) yang dipimpin oleh Sub District Administrator. Akan tetapi, Pemerintah Timor-Leste berkeyakinan bahwa pemerintahan harus sebisa mungkin dekat dengan rakyat sehingga memungkingkan masyarakat dapat menetukan nasip dan harga diri sendiri sehingga dapat merealisasikan mimpi dan aspirasi mereka. Untuk mengwujudkan keyakinan ini, Pemerintah Timor-Leste berencan akan

memperkenalkan suatu tingkat pemerintahan baru yang dikenal sebagai pemerintahan municipal atau pemerintahan kotamadya, dimana pembagian administrasi yang ada saat ini pada tingkat district dan Sub district akan disatukan untuk membentuk unit administrasi yang lebih efisien dan terkonsolidasi. Dalam lima tahun kedepan

Pemerintah Timor-Leste akan membentuk tiga hingga lima kotamadya (Pemerintah Timor-Leste, 2012)2. Baucau District adalah salah satu dari tiga belas district yang ada di Timor-Leste dan yang merupakan kota terbesar kedua di Timor-Leste setelah Ibukota Dili, sehingga kemungkinan besar Baucau District akan menjadi salah satu kotamadya yang akan dibentuk di permulaan pelaksanaan kebijakan desentralisasi. Akan tetapi dalam pelaksaan kebijakan desentralisasi dan pembentukan municipal terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintahan daerah di Timor-Leste dan khususnya Baucau District. Salah satunya tantangan tersebut

adalah kemampuan ekonomi dan terlebih keuagan Baucau District dalam proses desentralisasi. Hal ini sungguh Kemampuan ekonomi daerah Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengajukan proposal penelitian dengan judul: Analisis Keampuan Keuangan Daerah Dan Model Pembiayaan Dalam Penaksanaan Kebijakan Desentralisasi Di Republik Demokratis Timor-Leste Kasus Baucau District.

1.2.

Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dianalisa dan dibahas dalam penelitian ini

adalah: 1. Bagaimana kemampuan keuangan Baucau District dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi 2. Bagaimana model pembiayaan antara pemerintah pusat dan Baucau District dalam kebijakan desentralisasi

1.3.

Batasan Masalah Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari kemampuan keuangan daerah

serta model pembiayaan dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi di negara Republik Demokratis Timor-Leste dengan mengambil Baucau District sebagai contoh kasus penelitian.

1.4.

Tujuan Penelitian

Penelitian

1.5.

Mamfaat Penelitian

BAB II 2.1.

Kajian Teori, Karangka Pemikiran, dan Perumusan Hipotesis

Kajian Teori

2.1.1. Teori mengenai Desentralisasi Secara etimologinya, desentralisasi berasal dari bahasa ???? yang berarti Dalam Kamus Websters mendefinisikan desentralisasi sebagai berikut: the dispersion or distribution of functions and powers from a central authority to regional and local governing bodies3 Definisi menurut kamus di atas dapat dimengerti bahwa desentralisasi terdapat pendistribusian tugas dan wewenan dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan regional dan pemerintahan lokal. Dengan demikian dalam pelaksanaannya, pemerintah pusat mendelegasikan sebagian atau seluruh fungsi-fungsi dan kekuasaannya kepada tingkat pemerintah yang lebih rendah atau ke daerah-daerah, sehingga daerah yang menerima kewenangan dari pusat bersifat, otonom, yakni dapat menentukan sendiri bagaimana akan melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya (Saragih, 2003)4.

Desentralisasi vs otonomi daerah

2.1.2. Desentralisasi di Timor-Leste 2.1.3. 2.1.4. Kemampuan keuangan daerah 2.1.5. Model pembiayaan antara pemerintah pusat dan daerah

2.2.

Penelitian Sebelumnya Kebijakan desentralisasi di Timor-Leste saat ini masih dalam proses

perencanaan dan menurut rencana akan tiga sampai lima municipality atau kotamadya yang akan terbentuk hingga 2015. Sehingga sampai saat ini belum ada penelitian menyangkut aspek-aspek dari pelaksanaan kebijakan desentralisasi di Timor-Leste. Hal ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa tidak ada jurnal akademik yang di terbitkan di Timor-Leste yang bisa mempublikasi hasil-hasil penelitian. Akan tetapi, pada tahun 2010 Bank Dunia (the World Bank) melaksanakan suatu penelitian dengan fokus untuk mempelajari pelaksanaan Program Pembangunan Lokal (Local Development Programme-LDP) di Timor-Leste dimana LDP dilaksanakan sebagai bagian untuk mempersiapkan pemerintahan lokal dan masyarakat untuk mengembangkan dan melaksanakan inisiatif-inisiatif pembangunan di daerah mereka. Program ini dinilai sebagai suatu model pembiayaan terhadap program yang diajukan oleh masyarakat yang nantinya dapat digunakan dalam kebijakan desentralisasi.

also accepted that the Local Development Programme (LDP), which was launched in part to prepare local governments and communities to develop and implement development initiatives, has and will continue to serve as the model for the distribution of community-development grants under a decentralized government.

2.3. 2.4.

Kerangka Pemikiran Perumusan Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. Desain Penelitian Operasionalisasi Variabel Populasi dan Sampel Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrument Metode Analisa Data

1 2

Contitution of Timor-Leste Pemerintah Timor-Leste, 2012: Rencana p 3 Websters 4 Saragih, J.P. 2003 : Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi, Penerbit Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai