Anda di halaman 1dari 25

Oleh : dr.

Andrie Gunawan

Pendahuluan
Hippocrates menggambarkan gejala penyakit tetanus pada manusia. 1889, Nicolater dan Rosenbach disebabkan oleh bakteri. 1890 Von Behring dan Kitasato keberhasilan imunisasi dan netralisasi toksin dengan antiserum spesifik yang merupakan dasar metode immunologi sebagai tindakan pencegahan dan pengobatan tetanus. 1925, Ramon tetanus toksoid untuk imunisasi aktif

Pendahuluan
Angka kejadian tetanus tinggi di negara-negara berkembang, Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi

Definisi
Tetanus merupakan penyakit toksemia akut yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani yang bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. (biasanya pada otot rahang dan leher), dan spasme keseluruhan otot tanpa munculnya penyebab penyebab medis lainnya

Etiologi
Clostridium tetani adalah suatu bakteri gram positif, berbentuk spora, basil yang bersifat obligat anaerob. bentuknya yang khas, ujung sel menyerupai tongkat pemukul gendering atau reket squash. dapat bertahan sampai bertahun-tahun bila tidak terkena cahaya matahari, spora ini tahan terhadap antiseptik, pemanasan 100C, dan bahkan 120C selama 15 20 menit. C. Tetani neurotoksin = tetanospasmin dan tetanolisin

Clostridium Tetani

Epidemiologi
Penyakit Tetanus biasanya timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan dengan kebersihan dan perawatan luka yang buruk Tetanus dapat menyerang semua golongan umur Di Indonesia epidemiologi penyakit tetanus yang menyerang orang dewasa tidak mempunyai data yang pasti, tetanus neonatorum di Indonesia tahun 1997 sebesar 12,5 per 1000 kelahiran hidup,

A sharp decrease after tetanus toxoid was introduced into routine childhood immunization in the late 1940s. All time low in 2002 25 cases (0.4 cases in 100,000 population)

1950

1960

1970

1980

1990

2000

* Affects those over the age of 40 the most is taken to mean that waning immunity is a significant risk factor.
<5 5-14 15-24 25-39 40+

Patofisiologi
Luka keadaan anaerob C. tetani tetanospasmin & tetanolisin Tetanolisin dapat menyebabkan kerusakan lokal pada jaringan disekitar infeksi dan mengoptimalkan kondisi untuk multiplikasi bakteri tetanospasmin menghambat pelepasan neurotransmiter pada neuron kolinergik. Tetanospasmin disebarkan melalui sirkulasi limfatik dan pembuluh darah semua jaringan saraf tetanospasmin memasuki sistem saraf tepi pada NMJ jaringan saraf pada sistem saraf pusat

Patogenesis
Clostridium tetani masuk kedalam tubuh yang tak terimunisasi melalui luka. Semua jenis luka dapat terinfeksi, seperti luka laserasi, luka tusuk, luka tembak, luka bakar, suntikan dll. penderita tetanus 60% porte deentree-nya didaerah kaki, terutama pada luka tusuk. Infeksi tetanus dapat juga terjadi melalui uterus sesudah persalinan atau abortus provokatus. Pada bayi baru lahir dapat masuk melalui umbilikus setelah tali pusat di potong tanpa memperhatikan kaidah sepsis dan antisepsis. Otitis media atau gigi yang berlubang dapat dianggap sebagai porte deentree bila pada pasien tetanus tersebut tidak ditemukan luka yang diperkirakan sebagai tempat masuknya kuman tetanus

Manifestasi Klinis
Secara klinis tetanus dibedakan menjadi
Tetanus lokalis Tetanus Umum Tetanus sefalik Tetanus neonatorum

Tetanus lokalis
Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot dibagian proksimal luka gejala ini dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat berkembang menjadi bentuk umum; kasus fatal kira-kira 1%

Tetanus sefalik
Ini merupakan bentuk tetanus lokal yang menyerang kepala. Merupakan infeksi sekunder yang dapat berasal dari otitis media kronis atau trauma kepala masa inkubasi 1 2 hari dan banyak kasus yang berkembang menjadi tipe umum. Gejala yang ditimbulkan berupa fenomena motorik yang sesuai dengan serabut saraf yang terkena.

Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus generalisata yang mengenai bayi baru lahir dari ibu yang tidak mendapatkan imunisasi tetanus Kuman masuk melalui tali pusat yang dipotong dengan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya. Perjalan penyakitnya cepat dan berat. Anamnesis sangat spesifik yaitu bayi tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat menetek lagi (biasanya dalam waktu 3 10 hari setelah kelahiran), dimana sebelumnya bayi menyusu seperti biasa. Gejala yang jelas adalah mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah sekali dan sering kejang disertai suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus.

Tetanus Neonatorum

Tetanus Umum(generalisata)
Biasanya manifestasi klinik diikuti dengan setelah cedera 3 hari hingga 3 minggu. Tetapi masa inkubasinya mungkin selama 60 90 hari

Gejala Klinis
Sakit kepala Kaku pada rahang (trismus) Opistotonus Otot dinding perut mengeras seperti papan Rhesus Sardonicus Berkeringat Gangguan menelan Demam Nyeri dan kaku otot pada bagian luka Kejang tiba-tiba Retensi urin Kesulitan bernafas Ganguan sistem otonom Tidak ada penurunan kesadaran

6 8

7 5

2 4

Trismus; rhisus sardonikus (1), opistotonus (2), Kejang hipertonus pada ekstremitas superior dengan fleksi siku (3), Ekstensi ekstremitas inferior (4), Kaku kuduk/leher (5), perut tegang keras (6), sensorium sadar (7), porte dentre(8)

Diagnosis
Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan riwayat luka yang diikuti perkembangan penyakit saraf yang tipikal. Anamnesis tentang adanya kelainan yang dapat menjadi tempat masuknya kuman tetanus, adanya trismus, risus sardonikus, kaku kuduk, opistotonus, perut keras seperti papan atau kejang tanpa gangguan kesadaran cukup untuk menegakkan diagnosis tetanus.

Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium yang ditemukan untuk kharakteristik tetanus. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang didapatkan peningkatan tekanan cairan otak. C. Tetani dapat ditemukan di dalam luka hanya pada 30 % kasus

Penatalaksanaan
Manajemen dari penyakit tetanus adalah :
pengontrolan jalan nafas dengan pemberian nafas buatan jika terdapat indikasi, mencegah terjadinya absorpsi tetanospasmin, pengobatan terhadap gejala, menstabilkan sistem saraf otonom dan pemberian antibiotik

Pencegahan
Mencegah terjadinya luka Perawatan luka yang adekuat Pemberian Anti Tetanus Serum (ATS) dalam beberapa jam setelah luka Pemberian toksoid tetanus pada anak yang belum pernah mendapat imunisasi aktif pada mingguminggu berikutnya setelah pemberian ATS, kemudian diulangi lagi dengan jarak waktu 1 bulan 2 kali berturut-turut Pemberian penisilin prokain selama 2-3 hari setelah mendapatkan luka berat

Komplikasi
Jalan nafas Sistem pernafasan Jantung dan pembuluh darah Ginjal Saluran pencernaan dll

Prognosis
Faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah :
masa inkubasi yang pendek (kurang dari 7 hari) Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 tahun) Frekuensi kejang yang sering Kenaikan suhu badan yang tinggi Periode awal pengobatan Periode trismus dan kejang yang semakin sering Penyakit lain yang menyertai Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas

UDAH LAH YAAA NGANTUK

Anda mungkin juga menyukai