Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH : KELOMPOK 9A
SARINA WARDANIA SRI HARDIANTI SYAM
ST. RAHMA
Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat mati adalah: 1. Melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah l. Allah l berfirman: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu serta kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 133) Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahankesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (At-Tahrim: 8) Dari Ibnu Umar c, dari Nabi n, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah k akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan. (HR. At-Tirmidzi) Penyesalan setelah datangnya kematian tidaklah akan mendatangkan kebaikan dan keberuntungan, karena Allah l berfirman:
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Muminun: 99-100) Oleh karena itu, Allah l berfirman: Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur: 31) 2. Membangkitkan semangatnya untuk beribadah sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, dan itulah sebaik-baik perbekalan. Allah l berfirman: Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr: 99) Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil: 20) Rasulullah n bersabda: Bersemangatlah kamu untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, serta janganlah kamu malas. (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)
3. Menyebabkan hati memiliki sikap qanaah (merasa cukup) terhadap dunia. Allah l berfirman: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-Ala: 16-17) Rasulullah n bersabda: Didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya di dunia dari kalangan penghuni neraka pada hari kiamat, kemudian dia dicelupkan ke dalam neraka sekali celupan. Kemudian dia ditanya: Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah pernah terlintas pada dirimu kenikmatan? Maka dia menjawab: Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Didatangkan pula orang yang paling susah hidupnya di dunia namun dia dari kalangan penghuni surga, kemudian dicelupkan ke dalam surga sekali celupan. Kemudian dia ditanya: Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah pernah terlintas pada dirimu kesempitan hidup? Maka dia menjawab: Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Tidak pernah terlintas padaku kesempitan dan aku tidak pernah melihat kesusahan. (HR. Muslim) Ad-Daqqaq t berkata: Barangsiapa banyak mengingat mati maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara: segera bertaubat, hatinya qanaah terhadap dunia, dan semangat beribadah. Sedangkan barangsiapa yang melupakan mati, dia akan dibalas dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, hatinya tidak qanaah terhadap dunia, dan malas beribadah. Maka ingat-ingatlah kematian, sakaratul maut, dan
susah serta sakitnya, wahai orang yang tertipu dengan dunia! (At-Tadzkirah, hal. 10) 4. Meringankan beban musibah yang menimpa dirinya, seperti penyakit, kefakiran, kezaliman, dan kesempitan hidup yang lain di dunia. Rasulullah n bersabda: Tidaklah seseorang mengingat mati pada waktu lapang hidupnya, kecuali akan menjadikan dia merasa sempit (umurnya terasa pendek dan semakin dekat ajalnya). Dan tidaklah (dia mengingat mati) pada waktu sempit hidupnya (karena sakit, fakir, dll) kecuali akan menjadikan dia merasa lapang (karena mengharapkan balasan dari Allah l dengan sebab keikhlasan dan kesabaran ketika menghadapinya). (HR. Ibnu Hibban, Asy-Syaikh Al-Albani t mengatakan dalam Al-Irwa [no. 682] bahwa sanadnya hasan) Seseorang tidaklah diperbolehkan mengharapkan kematian disebabkan musibah yang menimpanya, kecuali karena takut terfitnah agamanya. Dari Abu Hurairah z, bahwasanya Rasulullah n bersabda: Janganlah salah seorang kalian mengharap-harapkan kematian. Karena mungkin dirinya orang yang baik, maka mudah-mudahan bertambah kebaikannya. Atau mungkin dirinya orang yang berbuat dosa, barangkali dia akan minta diberi kesempatan (bertaubat). (Muttafaqun alaih, dan ini lafadz Al-Bukhari t) Dari Anas bin Malik z, dia berkata: Rasulullah n bersabda:
Janganlah salah seorang kalian mengharap-harapkan kematian karena suatu kesempitan hidup yang menimpanya. Namun apabila dia harus melakukannya, hendaknya dia berdoa: Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku. (Muttafaqun alaih) Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin t berkata: Apabila seseorang ditimpa musibah, dia tidak boleh mengharap-harapkan kematian, karena hal ini adalah kesalahan dan kebodohan yang ada pada dirinya, serta kesesatan dalam agama. Karena, apabila dia hidup, mungkin dia adalah orang yang baik sehingga akan bertambah kebaikannya. Atau mungkin dia adalah orang yang berbuat kejelekan sehingga dia sadar dan bertaubat darinya kepada Allah l. Sedangkan bila dia mati dalam keadaan yang paling jelek (kita berlindung kepada Allah l dari yang demikian). Oleh karena itulah kita katakan: Janganlah engkau mengharap-harapkan kematian, karena hal ini adalah sikap orang yang bodoh. Sikap yang demikian ini adalah sikap yang sesat dalam agama, karena dia telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah n dan mengharap-harapkan kematian adalah bukti ketidakridhaannya terhadap ketentuan Allah l. Padahal seorang mukmin harus ridha terhadap takdir. (Syarh Riyadhish Shalihin, 2/239-240) Bagaimanapun keadaan seorang mukmin, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, senang maupun susah, sehat maupun sakit, bahkan tatkala dia telah merasakan bahwa ajalnya telah dekat, dia wajib untuk tetap berbaik sangka kepada Allah l. Karena Rasulullah n mewasiatkan:
Janganlah salah seorang kalian mati kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah l. (HR. Muslim) Pada akhirnya, ya Allah hidupkanlah dan wafatkanlah kami di atas Islam dan AsSunnah. Allahumma taqabbal minna, innaka samiud dua. Tiga Cara Mengingat Mati INGAT mati termasuk salah satu akhlak terpuji dan perilaku luhur lagi mulia. Bagaimana tidak, mengingat kematian bukan sekadar ingat dan tidak lupa, namun lebih dari itu mengingat kematian berarti mempersiapkan bekal sebelum ajal datang. Diriwayatkan dari Kumail bin Yizad, bahwa ia keluar dengan Ali Abi Thalib radhiyallahu`anhu (ra.). Dalam perjalanan itu Ali menoleh ke kuburan lalu berkata, Wahai penghuni tempat yang menyeramkan, wahai penghuni tempat penuh bala`, bagaimana kabar kalian saat ini? Maukah kalian kuberitahu kabar dari kami: hartaharta kalian telah dibagi-bagi, anak-anak kalian telah menjadi yatim, dan istri kalian telah dinikahi oleh orang lain. Kini, maukah kalian memberi tahu tentang kabar yang kalian miliki?
Kemudian Ali menoleh pada Kumail dan berkata, Wahai Kumail, seandainya mereka diizinkan menjawab mereka akan mengatakan, Sebaik-baik bekal adalah takwa. Ali menangis. Lantas, kembali berkata, Wahai Kumail, kuburan itu adalah kotak amal, dan di kala kematian, kabar dari isi kotak amal itu akan menghampirimu. (Al Hasan bin Bisyr Al-Aamidiy, Kanzul `Ummaal, Juz III, hal.697, Maktabah Syamilah). Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dun-ya dengan sanad dari Anas bin Malik, Rasulullah
Shallahu `alaihi wa sallam (SAW) bersabda: Perbanyaklah mengingat kematian, sebab ia mampu membersihkan dosa-dosa, dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para sahabat tentang siapa orang-orang yang beruntung. Maka Rasul menjawab, Orang yang paling banyak ingat mati, paling baik dalam persiapan menyambut kematian. Merekalah orang-orang yang beruntung, dimana mereka pergi (meninggal) dengan membawa kemuliaan di dunia dan akhirat. (HR. Ibnu Majah (4259) Sehebat apapun seseorang, segesit bagaimanapun ia berlari, tidak ada yang bisa lepas dari jaring kematian. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, kematian itu pasti akan datang menyergap, baik dalam keadaan kita siap atau tidak, baik dalam keadaan baik atau buruk, kematian adalah suatu kepastian. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta`la (SWT) berfirman, Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu. (QS. Al-Jumu`ah [62]: 08)
Cara Mengingat Mati Ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu ingat mati. Beberapa di antaranya:
Pertama, berusaha sekuat tenang untuk mengingat kematian yang menimpa orang lain, entah itu saudara, keluarga, atau siapa saja di antara manusia yang telah mendahului kita. Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha mengingat kematian. Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri kita, Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT. Hal demikian jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati kerabatnya seperti yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya. Padahal Rasul pernah menegur beberapa orang yang berbicara tanpa guna. Beliau mengatakan, Andaikata kalian banyak mengingat pemotong kenikmatan niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah mengingat pemotong kenikmatan. (HR. Turmudzi (2648)) Kedua, setelah kita mengingat kematian itu sendiri, cobalah kita membayangkan bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur itu, tidak ada yang menemani di hari-hari yang dilalui. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada yang sanggup menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan debu dan tanah.
Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma`ili dengan sanandnya dari Usman bin Affan, bahwa apabila mendengar cerita neraka, ia tidak menangis. Bila mendengar cerita kiamat, ia tidak menangis. Namun, apabila mendengar cerita kubur, ia menangis. Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin, tanya seseorang kepada beliau. Usman menjawab, Apabila aku berada di neraka, aku tinggal bersama orang lain, pada hari kiamat aku bersama orang lain, namun bila aku berada di kubur, aku hanya seorang diri. (Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Al-`Ushfuri, Syarh AlMawaa`idz Al-`Ushfuuriyyah, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, hal. 28) Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal kita selama hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber siksa dan sengsara. Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka, sabda Nabi SAW. (HR. Turmudzi (2460)) Ketiga, termasuk hal sangat dianjurkan dalam upaya kita mengingat mati adalah berziarah ke kubur. Ziara kubur merupakah perkara yang disunnahkan dan sangat direkomendasikan oleh rasul. Lewat kegiatan ziarah, kita mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya.
Dalam sebuah hadits, nabi berpesan, Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia. (HR. Muslim (977)) Saat ini, musibah terjadi di mana-mana setiap saat. Sementara di sisi lain, banyak manusia tidak sadar bahwa detak jantung, denyut nadi mereka bisa saja berhentik berdetak sewaktu-waktu. Entah karena tabrakan, karena kecelakaan, karena banjir, tsunami atau bahkanya saat mereka sedang bersendau gurau dengan sana-keluarga. Sesungguhnya kematian merupakan langkah yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya. Dan ketika nyawa telah dicabut bahkan ketika kita sedang bergembira sekalipun apa yang telah kita siapkan untuk menghadap Nya? Ingat Mati Kematian merupakan persinggahan pertama manusia di alam akhirat. Al Qurthubiy berkata dalam At Tadzkirah, Kematian ialah terputusnya hubungan antara ruh dengan badan, berpisahnya kaitan antara keduanya, bergantinya kondisi, dan berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya. Yang dimaksud dengan kematian dalam pembahasan berikut ini adalah al maut al kubra, sedangkan al maut ash shughra sebagaimana dimaksud oleh para ulama, ialah tidur. Allah Taala berfirman yang artinya, Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah
Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. (QS. Az Zumar : 42)[1] Orang yang Cerdas Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya? Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma berkata, Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama? Rasulullah menjawab, Yang paling baik akhlaqnya. Kemudian ia bertanya lagi, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?. Beliau menjawab, Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas. (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)[2] Pemutus Segala Kelezatan Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu
kematian. (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albaniy dalam Shahih An Nasaiy 2/393 berkata : hadits hasan shahih) Syaikh Salim bin Ied Al Hilaly hafizhahullah menjelaskan perihal hadits di atas, Dianjurkan bagi setiap muslim, baik yang sehat maupun yang sedang sakit, untuk mengingat kematian dengan hati dan lisannya. Kemudian memperbanyak hal tersebut, karena dzikrul maut (mengingat mati) dapat menghalangi dari berbuat maksiat, dan mendorong untuk berbuat ketaatan. Hal ini dikarenakan kematian merupakan pemutus kelezatan. Mengingat kematian juga akan melapangkan hati di kala sempit, dan mempersempit hati di kala lapang. Oleh karena itu, dianjurkan untuk senantiasa dan terus menerus mengingat kematian.[3] Dan Merekapun Ingin Kembali Sebaliknya orang-orang yang semasa hidupnya sangat sedikit mengingat mati, dari kalangan orang-orang kafir dan mereka yang tidak menaati seruan para Rasul, akan meminta tangguh dan udzur ketika bertemu dengan Rabb mereka kelak di akhirat. Inilah penyesalan yang paling mendalam bagi manusia yang tidak mengingat kematian. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-
rasul. (Kepada mereka dikatakan): Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (QS. Ibrahim : 44) Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Wahai Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang shaleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 10-11) (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. (QS. Al Muminun : 99-100)[4] Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadiy berkata mengenai ayat dalam Surat Al Muminun, Allah Taala mengabarkan keadaan orang-orang yang berhadapan dengan kematian, dari kalangan mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan perintah Allah -pent) dan orang-orang yang zhalim. Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan mereka, hingga mereka meminta untuk kembali ke dunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka. Akan tetapi mereka berkata, Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Beliau kembali
menjelaskan, Apa yang mereka perbuat tidaklah bermanfaat sama sekali, melainkan hanya ada kerugian dan penyesalan. Pun perkataan mereka bukanlah perkataan yang jujur, jika seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka akan kembali melanggar perintah Allah.[5] Pendekkan Angan-Anganmu! Sikap panjang angan-angan akan membuat seseorang malas beramal, mengira hidup dan umur mereka panjang sehingga menunda-nunda dalam beramal shalih. Dari Ibnu Masud radhiyallaahu anhu beliau berkata, Nabi shallallaahu alaihi wa sallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ke tengah. Kemudian beliau berkata, Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya. Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini. (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari I/236-235) Dari Anas beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal: ambisi dan angan-angannya[6] Oleh karena itu, di antara bentuk dzikrul maut adalah memperpendek angan-angan, dan tidak menunda-nunda dalam beramal shalih.
Dari Ibnu Umar radliyallaahu anhuma ia berkata : Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pernah memegang pundak kedua pundakku seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara . Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu. (HR. Al-Bukhari, lihat Al Fath I/233) Faktor-Faktor yang Dapat Mengingatkan Kematian [1] Ziarah kubur, Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Berziarah kuburlah kalian sesungguhnya itu akan mengingatkan kalian pada akhirat (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)[7] [2] mengunjungi mayit ketika dimandikan dan melihat proses pemandiannya [3] [4] menyaksikan mengantar proses jenazah, sakaratul maut dan dan membantu ikut mentalqin
menyolatkan,
menguburkannya
[5] membaca Al Quran, terutama ayat-ayat yang mengingatkan kepada kematian dan sakaratul maut. Seperti firman Allah Taala yang artinya, Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya (QS. Qaaf : 19) [6] merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya merupakan utusan malaikat maut kepada seorang hamba [7] merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah Taala sebagai pengingat bagi hamba-hambaNya kepada kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan sebagainya
[8] menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika menghadapi kematian, dan kaum yang didatangkan bala atas mereka Faidah Mengingat Kematian Di antara faidah mengingat kematian adalah : [1] memotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya kematian; [2] memendekkan angan-angan, karena panjang angan-angan merupakan sebab utama kelalaian; [3] menjadikan sikap zuhud terhadap dunia, dan ridha dengan bagian dunia yang telah diraih walaupun sedikit; [4] sebagai motivasi berbuat ketaatan; [5] sebagai penghibur seorang hamba tatkala memperoleh musibah dunia; [6] mencegah dari berlebihlebihan dan melampaui batas dalam menikmati kelezatan dunia; [7] memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat; [8] melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong semangat untuk beragama, dan mengekang hawa nafsu; [9] menjadikan diri tawadhu dan menjauhkan dari sikap sombong dan zhalim dan; [10] memotivasi untuk saling memaafkan dan menerima udzur saudaranya.[8]
Kematian yang kembali menyadarkan kita. Belia, muda, maupun tua tidak ada yang tahu, mereka pun bisa merasakan kematian. Setahun yang silam, kita barangkali melihat saudara kita dalam keadaan sehat bugar, ia pun masih muda dan kuat. Namun hari ini ternyata ia telah pergi meninggalkan kita. Kita pun tahu, kita tidak tahu kapan maut menjemput kita. Entah besok, entah lusa, entah kapan. Namun kematian sobat kita, itu sudah cukup sebagai pengingat, penyadar dari kelalaian kita. Bahwa kita pun akan sama dengannya, akan kembali pada Allah. Dunia akan kita tinggalkan di belakang. Dunia hanya sebagai lahan mencari bekal. Alam akhiratlah tempat akhir kita.
Sungguh kematian dari orang sekeliling kita banyak menyadarkan kita. Oleh karenanya, kita diperingatkan untuk banyak-banyak mengingat mati. Dan faedahnya amat banyak. Kami mengutarakan beberapa di antaranya kali ini. Dianjurkan untuk mengingat mati dan mempersiapkan diri menghadap kematian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia. Dari Ibnu Umar, ia berkata, Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik? Beliau bersabda, Yang paling baik akhlaknya. Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas. (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani). Wahai diri ini yang lalai akan kematian, ingatlah faedah mengingat kematian [1] Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
[2] Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu dalam shalat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya). (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani) [3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban. [4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat). (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).
[5] Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Taala berfirman, Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu. Nasehat ulama . Abu Darda berkata, Jika mengingat mati, maka anggaplah dirimu akan seperti orang-orang yang telah meninggalkanmu. Yang menakjubkan pula dari Ar Robi bin Khutsaim Ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah Taala, (Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. Al Muminuun: 99-100). Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, Wahai Robi, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)! Beramallah
Tersadarkan diri ini setelah mendengar kematian sobat kami (Hangga Harsa) yang juga merupakan kakak tertua dari sahabat kami yang meninggal dunia di hari Jumat hari penuh barokah, 5 Dzulqodah 1433 H. Semoga keadaan mati beliau adalah mati yang husnul khotimah karena diwafatkan pada hari yang penuh barokah yaitu hari Jumat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, merahmatinya, melindunginya, memaafkan segala kesalahannya, memuliakan tempat kembalinya, meluaskan alam kuburnya, membersihkan ia dengan air, salju, dan air yang sejuk, semoga Allah membersihkan ia dari segala kesalahan sebagaimana Dia telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, semoga Allah mengganti rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta mengganti keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang lebih baik, semoga Allah memasukkan ia ke dalam surga-Nya dan melindungi ia dari siksa kubur dan siksa api neraka. Sumber bacaan: Ahkamul Janaiz Fiqhu Tajhizul Mayyit, Kholid Hannuw, terbitan Dar Al Alamiyah, cetakan pertama, 1432 H, hal. 9-13
Manfaat Mengingat Kematian Ketahuilah wahai penguasa dunia, bahwa manusia itu terdiri dari dua golongan: satu golongan yang memandang perkara dunia dan berangan-angan memiliki umur panjang. Golongan kedua adalah golongan orang-orang berakal yang menjadikan kematian sebagai cermin untuk melihat kemana tempat mereka kembali, bagaimana
keluar dari dunia dengan keimanan yang tetap selamat. Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka bawa dari dunia untuk bekal alam kubur mereka. Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka bencana dan siksaan. Pemikiran ini wajib dimiliki oleh manusia, lebih-lebih lagi bagi para penguasa dan pemilik dunia, karena mereka paling banyak membuat cemas hati manusia. Mereka memberikan budak-budak mereka kepada orang lain dengan cara yang jahat. Mereka membuat khawatir manusia dan membuat takut hati manusia. Sesungguhnya disisi Allah SWT terdapat seorang pengawal yang namanya Izrail. Tidak ada tempat sembunyi bagi siapapun bagi kedatangannya. Semua pembantu kerajaan meminta upah berupa emas, perak, dan makanan, sedangkan pembantu yang ini (Izrail) tidak meminta upah kecuali nyawa. Semua wakil Sultan memerlukan syafaat, sedangkan wakil ini (Izrail) tidak memerlukan syafaat. Semua wakil suka menangguh-nangguhkan tugasnya mungkin sehari, semalam, atau sejam, sedangkan wakil ini tidak pernah menangguhkan tugasnya satu hembusan nafaspun. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang lalai dan tertipu tidak suka mendengarkan cerita-cerita tentang kematian karena mereka tidak ingin kehilangan perasaan cinta dunia dan kelezatan makanan dan minuman mereka . Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa orang yang banyak mengingat mati dan gelapnya liang lahat, maka kuburnya seperti salah satu taman dari taman-taman surga. Sedangkan orang
yang melupakan kematian dan lalai dari mengingatnya, maka kuburnya seperti salah satu jurang dari jurang-jurang neraka. Pada suatu hari Rasulullah sedang membahas pahala orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir. Kemudian Aisyah berkata, Wahai Rasulullah, apakah pahala mati syahid akan diperoleh oleh orang-orang yang tidak mati syahid? Rasulullah SAW bersabda, Siapa saja yang mengingat kematian dua puluh kali setiap hari, maka paha dan derajatnya sama dengan orang-orang yang mati syahid. Rasulullah SAW bersabda, Perbanyaklah mengingat mati karena hal itu akan menghapus dosa dan menghilangkan perasaan cinta dunia dalam hatimu. Rasulullah SAW pernah ditanya, Siapakah manusia yang paling berakal dan paling bijaksana? Rasulullah SAW menjawab, Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang mengenal dunia sebagaimana yang telah kami uraikan dan senantiasa mengingat kematian dalam hatinya, maka urusan dunianya akan menjadi mudah. Hal itu juga akan menguatkan fondasi keimanannya, menumbuhkan dan menambahkan keimanan dalam hatinya, serta menumbuhkan cabang pohon keimanan yang ada padanya. Dia akan menemui Allah dengan keimanan yang kokoh. Allah Yang Maha Sempurna Kekuasaan-Nya dan Maha Tinggi Perkataan-Nya,
akan menerangi pandangan para penguasa dunia sehingga ia akan melihat hakikat segal;a sesuatu, bersungguh-sungguh dalam menggapai kehidupan akhirat, dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta makhluk-Nya. Sesungguhnya ditengah-tengah makhluk terdapat berjuta-juta rakyat jika diperlakukan dengan adil maka mereka akan memberikan syafaat. Siapa saja dari kalangan orang-orang yang beriman, yang mendapatkan syafaat dari seluruh makhluk, maka pada Hari Kiamat dia akan selamat dari azab. Tetapi, jika dia menzalimi mereka, maka mereka semua akan memusuhinya. Urusannya akan hancur berantakkan. Jika pemberi syafaat menjadi musuhnya, maka urusannya akan menjadi tidak menentu.
mendoakannya[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan mengusahakan amalamal shaleh tersebut karena di samping keutamaannya sendiri yang besar, juga pahalanya yang terus mengalir meskipun orang yang mengusahakannya telah meninggal dunia. Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini dalam bab: Pahala yang (terus) didapatkan oleh seorang manusia (meskipun) dia telah meninggal dunia[2]. Hadits ini juga merupakan penjabaran dari firman Allah: { } Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami mencatat amal yang telah mereka kerjakan (di dnia) serta bekas-bekas (yang) mereka (tinggalkan) (QS Yaasiin: 12). Artinya: Kami akan menulis amal-amal yang mereka kerjakan sendiri dan jejakjejak yang mereka tinggalkan, karena mereka yang mengusahakan sebab terwujudnya amal-amal tersebut, baik amal yang shaleh maupun amal yang buruk[3]. Beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadits ini: - Seorang manusia yang telah meninggal dunia, maka terhentilah amal perbuatannya dan terputuslah aliran pahala untuknya, kecuali amal-amal yang diusahakannya selama hidupnya di dunia. Allah berfirman: } . {
(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang diusahakannya (QS an-Najm: 38-39). Ketika menafsirkan ayat ini, imam Ibnu Katsir berkata: Artinya: Sebagaimana seorang manusia itu tidak dibebankan padanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak akan mendapatkan pahala kecuali (dari) amal yang pernah dilakukannya sendiri. Dari ayat yang mulia inilah, imam asy-Syafii semoga Allah merahmati beliau dan para ulama yang mengikuti pendapat beliau, (mereka) menyimpulkan bahwa pahala bacaan al-Quran yang dihadiahkan kepada orang yang telah mati tidak akan sampai (kepadanya), karena itu bukan amal perbuatannya sendiri dan juga bukan (terwujud dengan) usahanya. Oleh karena itu, Rasulullah tidak pernah menganjurkan atau mengarahkan umat beliau untuk melakukan perbuatan ini, baik dengan pertanyaan maupun isyarat. (sebagaimana) hal ini juga tidak pernah dinukil dari (keterangan/perbuatan) salah seorang shahabat, padahal kalau sekiranya perbuatan tersebut baik maka pasti mereka akan mendahului kita dalam perbuatan tersebut. Dan masalah (amal ibadah untuk) mendekatkan diri kepada Allah (sumber pensyariatannya) hanya terbatas pada dalil-dalil (dari al-Quran dan hadits Rasulullah ), tidak boleh ditetapkan dengan menggunakan qiyas (analogi) ataupun pikiran (semata-mata)[4]. - Anjuran untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi datangnya kematian yang pasti terjadi, dengan memperbanyak amal-amal shaleh. Allah berfirman: } {
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan (QS al-Kahfi: 46). - Anjuran mewakafkan harta untuk amal-amal kebaikan, seperti pembangunan mesjid, sekolah agama Islam, penyediaan mushaf al-Quran, penggalian sumur untuk kebutuhan kaum muslimin, dan lain-lain[5]. - Anjuran menyebarluaskan ilmu yang benar dan bermanfaat dengan cara mengajarkannya dan menulis tulisan yang bermanfaat bagi manusia[6]. - Anjuran mengusahakan pendidikan yang baik untuk anak-anak agar mereka menjadi anak yang shaleh[7]. - Dalam hadits ini juga terdapat anjuran untuk menikah dengan tujuan mendapatkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi orang tuanya sepeninggal mereka[8]. - Hadits ini juga menunjukkan bahwa mengirim pahala bacaan al-Quran, shalat dan amal-amal lainnya, tidak diperbolehkan dan tidak akan sampai kepada orang yang telah mati, karena bukan termasuk usahanya. Inilah pendapat imam asy-Syafii dan mayoritas ulama, sebagaimana penjelasan imam an-Nawawi[9]. -Adabeberapa amal shaleh yang bisa bermanfaat bagi orang yang telah mati meskipun amal tersebut bukan dari usahanya, ini merupakan pengecualian karena disebutkan dalam dalil-dalil yang shahih, tapi tidak boleh disamakan dengan amal-
amal shaleh lainnya, karena bertentangan dengan dalil-dalil yang kami sebutkan di atas. Di antara amal-amal tersebut: - Doa orang muslim bagi orang yang telah mati, jika terpenuhi padanya syaratsyarat dikabulkannya doa - Puasa nazar yang belum dilakukannya kemudian ditunaikan oleh salah seorang walinya - Tanggungan utangnya yang kemudian dilunasi oleh orang lain[10].
Pengertian Amal Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal positif secara kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal saleh diartikan sebuah proses yang baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik. Memperbanyak amal saleh berarti banyak jalan/cara yang baik (halal) untuk memperoleh sesuatu yang baik. Misalnya si Adnan rajin belajar dengan menciptakan cara-cara (berbagai cara) belajar yang kreatif, hasilnya dia memperoleh nilai maksimal dalam ujiannya. Rajin belajar dengan berbagai cara kreatif adalah amal saleh. Ukuran kesalehan adalah berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. yang prinsipnya antara lain sebagai berikut:
Dalam Islam, niat adalah salah satu faktor penentu apakah amal sesorang dikatakan shaleh atau bukan. Sebelum seseorang berbuat hendaklah luruskan dulu niat dan tujuannya , yaitu hanya semata-mata mencari ridha Allah. Sebagai contoh, menyapu kelas yang kotor adalah amal shaleh, tetapi jika dilakukan terpaksa atau karena ingin dipuji oleh guru, maka pertbuatan tersebut tidak termasuk amal shaleh karena tidak punya nilai di hadapan Allah. o Ada manfaatnya Artinya perbuatan yang hendak dilakukan benar-benar bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain; Baik untuk di dunia ataupun untuk di akhirat. Islam mengajarkan bahwa perbuatan yang tak mengandung manfaat tidak boleh dilakukan, karena termasuk perbuatan sia-sia (tabzir) o Prosesnya benar Perbuatan dipandang benar atau termasuk amal shaleh apabila prosesnya tidak bertentangan dengan norma-norma agama dan akhlaq mulia. Sebagai contoh, seseorang berjualan atau dagang dengan tujuan untuk mencari rizki agar bisa menafkahi keluarganya, tetapi dengan cara-cara yang tidak halal, misalnya dengan cara menipu atau mengurangi timbangan dan sebagainya. Maka perbuatan dagang tersebut menjadi tercela, tidak termasuk amal shaleh. Bentuk-bentuk amal saleh
Saleh secara ilahiyah dan saleh secara sosial. Kesalehan haruslah memiliki dua dimensi sekaligus. Jika dimata Allah dianggap saleh, maka dimata manusiapun haruslah mendapatkan pengakuan yang sama. Karena kesalehan dihadapan Allah haruslah diperoleh manfaatnya oleh masyarakat manusia sekitarnya. Perhatikan hadis berikut yang artinya : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik-baik, kalau ia tidak sanggup melakukannya, hendaklah ia diam. Sabdanya lagi : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Sabdanya lagi : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormat Sabdanya lagi : Iman itu ada 70 cabang, dan malu termasuk cabang iman. tamunya.
Dari hadis-hadis tersebut, bahwa buah dari keimanan kepada Allah dan hari akhir adalah kesalehan sosial. a) Cara memelihara kesalehan, adalah bergaul dengan orang-orang yang saleh Perhatikan kisah-kisah berikut ! Suatu hari, Syafiq al-Balkhi (seorang dokter ahli jiwa) berkata kepada muridnya Hatim al-Asham.Apa yang kau pelajari selama tinggal bersamaku
(30 tahun). Hatim al-Asham menjawab, ada enam perkara yang dapat kuambil : Pertama, Aku melihat orang-orang selalu ragu dalam mensikapi masalah ketentuan rizki. Tidak satupun dari mereka kecuali bersikap kikir terhadap harta yang dimilikinya, dan tamak dalam memperolehnya. Namun aku bertawakal kepada Allah karena firmanNya dalam Q.S. Hud (11) ayat 6 : Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi ini melainkan Allahlah yang menjamin rizkinya. Oleh karena aku termasuk binatang melata, maka hatiku tidak merisaukan sesuatu yang sudah dijamin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuat. Sang guru baru berkata, Bagus. Kedua, Aku melihat setiap orang mempunyai teman untuk mencurahkan rahasia dan mengadukan permasalahannya kepadanya, namun teman mereka itu tidak dapat menyimpan rahasia dan tidak mau saling menolong. Maka aku menjadikan amal salehku sebagai teman, supaya dapat menolongku saat hari perhitungan (hisab), meneguhkan diriku dihadapan Allah dan menemaniku saat meniti shirat. Sang guru berkata : Bagus. Ketiga, Aku melihat setiap orang mempunyai musuh dan saat kucermati diriku, ternyata musuhku bukanlah orang yang menggunjingku. Tidak pula orang yang menzalimiku dan menyakitiku, tetapi musuhku adalah orang yang ketika aku sedang taat kepada Allah ia menggodaku dengan perbuatan maksiatnya. Aku melihat bahwa yang berbuat demikian itu adalah iblis, jiwa dunia dan hawa nafsu. Aku menjadikan semua itu sebagai musuh, aku menjaga diri dari mereka dan aku mempersiapkan diri untuk memerangi
mereka. Aku tidak akan membiarkan salah satupun dari mereka mendekatiku. Sang guru berkata : Bagus. Keempat, Aku melihat bahwa setiap makhluk hidup senantiasa dibuntuti. Dan yang membuntuti adalah malaikat maut. Maka aku mempersiapkan diriku untuk menemuinya hingga bila dia datang, aku pergi bersamanya tanpa halangan. Sang guru berkata : Bagus. Kelima, Aku melihat orang-orang saling mencinta dan membenci dan aku melihat orang mencintai tidak memiliki sesuatu untuk kekasihnya. Aku merenungkan sebab percintaan dan kebencian mereka, maka aku tahu penyebabnya adalah fisik (jasad). Aku menafikan (sebab fisik) dengan menafikan hubungan-hubungan antar jiwa dan jasadku, yaitu hubungan syahwat. Maka aku mencintai semua orang, aku tidak merelakan sesuatu atas mereka kecuali apa yang aku ridhai untuk diriku. Sang guru berkata : Bagus. Keenam, Aku melihat bahwa setiap orang akan meninggalkan tempat tinggalnya dan nasib setiap orang akan kembali ke liang kubur. Maka aku mempersiapkan semua amal perbuatan yang mampu kulakukan dan yang akan membahagiakanku ditempat yang baru itu, yang tidak ada satupun dibaliknya, kecuali surga dan neraka. Sang guru Syafiq al-Balkhi menimpali :cukup dan laksanakanlah enam perkara itu sampai mati. Dari kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalehan akan terpelihara dengan baik apabila kita bergaul dengan orang-orang saleh juga.
b) Amal saleh dapat menolong saat kesulitan Amal-amal saleh ternyata dapat menolong si pemiliknya dalam kesulitan, sebagaimana dikisahkan oleh rasulullah berikut ! Ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga malam menjelang. Merekapun bermalam di sebuah gua. Ketika mereka masuk di bagian dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas bukit dan menyumbat mulut gua. Mereka berkata kepada diri mereka masing-masing. Tidak akan bisa menyelamatkan diri, kecuali bila memohon kepada Allah dengan perbuatan saleh pernah dilakukan. Seorang dari mereka berdoa : Ya Allah hamba dulu mempunyai bapak dan ibu yang sudah tua renta. Hamba senantiasa memberi minum kedua orang tua hamba sebelum memberi minum keluarga dan anak-anak hamba. Pada suatu hari karena pekerjaan hamba mencari kayu membuat hamba pergi terlampau jauh hingga tidak bisa pulang dan merekapun tertidur menunggu kedatangan hamba. Sampai di rumah hamba langsung memerah susu untuk keduanya, tapi mereka sudah pulas. Hamba merasa segan untuk membangunkan mereka dan hambapun tidak mau memberi minum keluarga dan anak-anak hamba sebelum mereka minum terlebih dahulu. Maka hambapun memutuskan untuk tetap menunggu dengan periuk di tangan hingga fajar mulai menerangi dan anak-anak hamba merintih kelaparan, merajuk di kaki hamba. Tak lama kedua orang tua hamba bangun dan mereka bisa minum minuman yang telah hamba sediakan. Ya Allah, Jika menurutMu hamba melakukan hal itu demi mendapat keridhaanMu, maka
lepaskanlah kami dari musibah batu yang menimpa kami. Dan tiba-tiba batu penyumbat mulut gua itu bergeser, tetapi belum cukup untuk bisa keluar. Salah seorang dari mereka memohon lagi : Hamba dulu mempunyai saudara sepupu perempuan dan dia adalah orang yang paling hamba cintai. Hamba terus berusaha membujuknya, namun ia menolak hasrat cinta hamba. Hingga akhirnya datang musim kemarau yang panjang, iapun datang menemui hamba, hamba memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau melayani keinginan hamba, maka ia menyanggupinya. Ketika hamba hendak menjamahnya, ia berkata, takutlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan cincin ini kecuali sesuai haknya. Mendengar kata-kata itu hambapun pergi meninggalkannya, dan dia tetap orang yang paling hamba cintai. Hamba tinggalkan emas yang telah hamba berikan padanya. Ya Allah jika hamba melakukan perbuatan itu karena mengharap keridhaanMu, maka lepaskanlah kami dari apa yang menimpa kami. Seketika itu batu mulai terkuak lagi namun belum cukup untuk keluar dari gua itu.
Lelaki ketiga ganti memohon, Ya Allah, hamba dulu sering menyewa pekerja dan senantiasa memberikan mereka upah, kecuali seorang dari mereka pergi, tidak memberitahukan kemana perginya. Hambapun memutuskan untuk menginvestasikan upah orang itu hingga berkembang menjadi banyak. Suatu ketika si pekerja itu datang kepada hamba dan berkata, Wahai hamba Allah, berikan padaku upah kerjaku. Hamba berkata kepadanya, Semua yang kamu lihat, unta, sapi, kambing dan budak-budak ini adalah upah
kerjamu. Orang itu berkata, Wahai hamba Allah, janganlah bergurau denganku. Hamba menjawab, Aku tidak bergurau. Maka orang itu mengambil semua hartanya dan tidak menyisakan sedikitpun dari harta itu. Ya Allah, jika hamba melakukan semua itu demi mengharap ridhaMu, maka lepaskanlah kami dari musibah yang menimpa kami. Maka terbukalah batu yang menyumbat mulut gua itu, dan mereka bertiga keluar dari gua dengan selamat. (H.R.Al-Bukhari dan Muslim) Melihat kisah tersebut maka perbanyaklah sadaqah dan amal saleh karena sadaqah dan amal saleh bisa menjadi tolak balak dan akan menjadi penolong dari kesulitan dalam kehidupan.
KESIMPULAN
Belia, muda, maupun tua tidak ada yang tahu, mereka pun bisa merasakan kematian. Setahun yang silam, kita barangkali melihat saudara kita dalam keadaan sehat bugar, ia pun masih muda dan kuat. Namun hari ini ternyata ia telah pergi meninggalkan kita. Kita pun tahu, kita tidak tahu kapan maut menjemput kita. Entah besok, entah lusa, entah kapan. Namun kematian sobat kita, itu sudah cukup sebagai pengingat, penyadar dari kelalaian kita. Bahwa kita pun akan sama dengannya, akan kembali pada Allah. Dunia akan kita tinggalkan di belakang. Dunia hanya sebagai lahan mencari bekal. Alam akhiratlah tempat akhir kita. Sungguh kematian dari orang sekeliling kita banyak menyadarkan kita. Oleh karenanya, kita diperingatkan untuk banyak-banyak mengingat mati. Dan faedahnya amat banyak. Kami mengutarakan beberapa di antaranya kali ini. Dianjurkan untuk mengingat mati dan mempersiapkan diri menghadap kematian Amal Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal positif secara kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal saleh diartikan sebuah proses yang baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik. Memperbanyak amal saleh berarti banyak jalan/cara yang baik (halal) untuk memperoleh sesuatu yang baik. Misalnya si Adnan rajin belajar dengan menciptakan cara-cara (berbagai cara) belajar yang kreatif, hasilnya dia memperoleh nilai maksimal dalam ujiannya. Rajin
belajar dengan berbagai cara kreatif adalah amal saleh. Ukuran kesalehan adalah berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw