Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi

penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.

Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga). Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat. Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada.

Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 2685% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).

1.

Rumusan Masalah 1. Apa itu depresi post partum? 2. Apa saja tanda dan gejala depresi post partum? 3. Apa saja penyebab depresi post partum? 4. Bagaimana gambaran klinis depresi post partum? 5. Bagaimana pencegahan depresi post partum? 6. Bagaimana penanganan depresi post partum? 7. Bagaimana prognosis depresi post partum?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum. 1.3.2 Tujuan Khusus Agar Mahasiswa mengetahui: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengetahui apa itu depresi post partum. Mengetahui apa saja tanda dan gejala depresi post partum Mengetahui penyebab depresi post partum. Mengetahui gambaran klinis depresi post partum. Mengetahui pencegahan depresi post partum. Mengetahui bagaimana penanganan depresi post partum. Mengetahui prognosis depresi post partum BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian

Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

Beberapa pengertian depresi postpartum menurut para ahli: Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri. Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul. Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu: 1. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. 2. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan 3. Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan.

1.

Penyebab Depresi postpartum

Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum: 1. Faktor konstitusional Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses

adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat. 2. Faktor fisik Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti. 3. Faktor psikologi Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak. 4. Faktor sosial dan karateristik ibu Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor : 1. Biologis Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. 2. Karakteristik ibu, yang meliputi : Faktor umur Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.

Faktor pengalaman Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama. Faktor pendidikan Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. Faktor dukungan social Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

1.

Gejala Depresi Postpartum

Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu: 1. Berkurangnya energy 2. Penurunan efek 3. Hilang minat (anhedonia) Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain: 1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi

2. Kelelahan dan perubahan mood 3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur 4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain 5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

Patwahy

2.

Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan Monks mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Faktor resiko: 1. Keadaan hormonal 2. Dukungan social 3. Emotional relationship 4. Komunikasi dan kedekatan 5. Struktur keluarga 6. Antropologi 7. Perkawinan 8. Demografi 9. Stressor psikososial dan lingkungan

Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk: 1. Beristirahat dengan baik 2. Berolahraga yang ringan 3. Berbagi cerita dengan orang lain 4. Bersikap fleksible 5. Bergabung dengan orang-oarang baru 6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi : 1. 2. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat anda Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi 3. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan 4. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh 5. 6. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.

Ada dua macam perawatan depresi : 1. Terapi bicara Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi. 2. Obat medis

Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.

Penatalaksanaan 1. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko terjadi depresi postpartum 2. 3. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum 4. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah 5. 6. Kaji proses hubungan ibu dan anak Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal 7. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi 8. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut. potensial

2.5 Prognosis Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari.

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.

Pengkajian Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ; a. Identitas klien.

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lainlain b. Keluhan Utama

Mudah marah, cemas, melukai diri c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien 3) Riwayat kesehatan keluarga Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien d. Riwayat Persalinan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang

pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

e.

Citra Diri Ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum. f. Interaksi Orang Tua-Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka. g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak

seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira. h. Struktur dan Fungsi Keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anakanak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit i. Perubahan Mood. Kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi bayinya.

J. Kebiasaan sehari-hari 1. Kebersihan perorangan Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang) 2. Tidur Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah 3. Data sosek Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah 4. Data psikologis Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menari diri.

K. Pemeriksaan Fisik 1. Aktivitas/ istirahat Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu 2. Sirkulasi Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat 3. Eliminasi Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare 4. Makanan/ cairan Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa kering 5. Neurosensori Biasanya klien mengeluh sakit kepala 6. Pernafasan Biasanya pernafasan cepat dan dangkal 7. Nyeri dan ketidaknyamanan Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala 8. Integritas Ego Biasanya klien ansietas, gelisah 9. Seksualitas Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido 10. TTV Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat

2. 1.

Diagnosa Keperawatan Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat

2.

Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada keluarga

1.

Intervensi Dx Kep I: Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat

Tujuan: Koping individu kembali efektif Kriteria Hasil: 1. 2. Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta menunjukkan kemampuan memenuhi kebutuhan fisiolgis dan psikologis Intervensi: 1. Terapkan hubungan terapeutik perawat- klien R/: Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini 2. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik ralaksasi, keinginan untuk mengekspresikan perasaan R/: Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan kontrol individu 3. Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas R/: Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan kemampuan koping 4. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang dibutuhkan klien R/: Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama situasi krisis. 5. Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain R/: Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan kounter-produktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan 6. Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan memperkuat adaptasi positif R/: Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah yang dapat membantu revolusi situasi sekarang dan krisis masa depan

Dx Kep II: Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada keluarga Tujuan: Koping keluarga kembali efektif Kriteria Hasil:

1.

Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan identifikasi sumber-sumber dalam diri sendiri untuk berhadapan dengan situasi

2.

Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri Intervensi :

1.

Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat R/: Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai

2.

Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan/ proses penyembuhan klien R/: Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai

3.

Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien R/: Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak dipersepsikan sebagai sebagai bantuan oleh klien

4.

Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan perawatan klien sesuai kemungkinan R/: informasi dapat mengurangi perasaab tanpa harapan dan tidak berguna, keikut sertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri

5.

Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang dan institusi yang tersedia bagi mereka R/: Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih untuk mengambil keuntungan dari apa yang tersedia.

1.

Implementasi Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan

2.

Evaluasi Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun. Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu, dengan gejalagejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya. Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang mengalami depresi). Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.

4.2 Saran Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan memperhatikan halhal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain : Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit / masalah yang sama, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.

Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP SECSIO CESAREA


KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram. ( Wiknjosastro,2005). Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio sesarria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahaim (Marjoen, 2001). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa seksio sesaria adalah suatu tindakan melahirkan janin melalui suatu pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan dinding rahim. B. KLASIFIKASI Jenisjenis seksio sesarea : 1. Seksio sesarea klasik (korporal) Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira kira sepanjang 10 cm. 2. Seksio sesarea ismika (profunda) Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. C. ETIOLOGI 1. Etiologi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ). 2. Etiologi yang berasal dari janin Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi. D. PATOFISIOLOGI

Terjadi kelainan pada ibu dan janin yang menyebabkan tidak mungkin dilakukannya persalinan pervaginam, sehingga dianjurkan untuk dilakukannya persalinan dengan tindakan SC.

E. KOMPLIKASI 1. Infeksi puerperalis Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb. 2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri. 3. Komplikasi-komplikasi lain Seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi. 4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik. F. PENATALAKSANAAN Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea : a. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin. - Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg. - Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin. - Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik. b. Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa. c. Terapi cairan dan Diet Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua. d. Vesika Urinarius dan Usus Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga. e. Ambulasi Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan. f. Perawatan Luka Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. g. Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia. h. Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri. i. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital. b. Data Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang. Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi. - Riwayat Kesehatan Dahulu Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa). - Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa. c. Data Sosial Ekonomi Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah. d. Data Psikologis - Pasien biasanya dalam keadaan labil. - Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya. - Harga diri pasien terganggu e. Pemeriksaan Penunjang - USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta. - Pemeriksaan hemoglobin - Pemeriksaan Hematokrit 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001). b. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001). c. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001). d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Doengoes,2001). e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001) f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Doengoes,2001). g. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi, tidak mengenal sumber-sumber (Doengoes,2001) h. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001) i. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik (Doengoes,2001) 3. INTERVENSI DAN RASIONAL a. Dx 1 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga. - Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya. - Kriteria hasil : a) Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan b) Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat c) Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.

- Intervensi : a) Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan. Rasional : Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan. b) Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi. Rasional : membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir. c) Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu. Rasional : pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari. d) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu. Rasional : membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan. e) Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan. Rasional : meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga. f) Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan. Rasional : membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambat. g) Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran. Rasional : informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir. b. Dx 2 : Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan. - Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang. - Kriteria hasil : a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri. b) Tampak rileks mampu tidur. c) Skala nyeri 1-3 - Intervensi : a) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis. Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi. b) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat. Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas.

c) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku. Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah. d) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri. Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus. e) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi. Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera. f) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik. Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen. g) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat. Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas. h) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling. Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan. c. Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi. - Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang. - Kriteria hasil : a) Mengungkapkan perasaan ansietas b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun c) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar. - Intervensi : a) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah. b) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah. Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orangtua. c) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan. Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas. d) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi. Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas. e) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi. d. Dx 4 : Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan. - Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi - Kriteria hasil : a) Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini. b) Mengekspresikan diri yang positif. - Intervensi : a) Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea. Rasional : kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan. b) Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan antepartal. Rasional : respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah. c) Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah kelahiran vagina. Rasional: pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional. e. Dx 5 : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak. - Tujuan : infeksi tidak terjadi - Kriteria hasil : a) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan. b) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat. - Intervensi : a) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat. Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi. b) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi. Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan. c) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal. Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus. d) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi. Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin. e) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi. Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

f) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan. Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus. g) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips. Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5. h) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari. Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenis dan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka. i) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih. Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi. j) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem. Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi. f. Dx 6 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan tidak terjadi konstipasi, tonus otot meningkat, dengan kriteria hasil : - Pasien mampu BAB Intervensi : a. Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran sesarea Rasional : Mengevaluasi fungsi usus, adanya diastasis rektil berat menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan b. Anjurkan ibu untuk minum yang adekuat Rasional : Cairan berfungsi untuk melunakkan feses c. Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke sigmoid, memudahkan pengeluaran. d. Beri makanan yang tinggi serat Rasional : makan tinggi serat berguna untuk merangsang enzim enzim pencernaan e. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur Rasional : Mobilisasi dapat melatih otot otot abdomen, sehingga terjadi peningkatan tonus otot g. Dx 7 : Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi , tidak mengenal sumber-sumber Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pengetahuan pasien bertambah akan kondisi yang dialaminya sekarang, dengan kriteria hasil : - Pasien menyatakn paham akan perubahan yang terjadi terhadap kondisinya. Intervensi : a. Kaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio sesarea Rasional : Untuk memudahkan dalam pemberian informasi selanjutnya b. Beri bimbingan dan demonstrasikan perawatan payudara serta cara memberi ASI yang benar

Rasional : Dengan belajar dan latihan, ibu akan mengetahui cara perawatan pasca bedah c. Jelaskan hal hal yang perlu dilaporkan kepada dokter atau perawat setelah melahirkan Rasional : Untuk menangani masalah yang dihadapi ibu secara dini dan menghindari kepanikan terhadap perubahan kondisi pasien d. Jelaskan program pengobatan yang didapat pasien selama ini, meliputi nama obat, dosis, waktu, cara pemberian, tujuan dan efek samping dan program lain yang berhubungan dengan pasien seperti jadwal perawatan luka, jadwal kontrol Rasional : Agar pasien lebih kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan pada dirinya e. Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi h. Dx 8 : Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efekefek hormonal/anastesi Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola eliminasi urine ibu kembali normal, dengan kriteria hasil : - Ibu tidak takut berkemih Intervensi : a. Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine Rasional : Untuk memperlancar proses perkemihan b. Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 4-6 jam apabila memungkinkan Rasional : Untuk melatih otot otot kandung kemih i. Dx 9 : Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri, dengan kriteria hasil : - Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya - Kebutuhan ADL terpenuhi Intervensi : a. Bimbing dan demonstrasikan pada ibu tentang bagaimana cara melakukan perawatan diri Rasional : Bimbingan dan demonstrasi yang benar dapat memberi contoh bagi ibu untuk dapat melakukannya dengan baik bila telah pulang dari rumah sakit b. Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya : perawatan mulut, mandi dan vulva hygiene) Rasional : Bantuan tindakan dapat membantu ibu dalam memenuhi perawatan dirinya yang tidak mampu dilakukan secara mandiri 4. EVALUASI 1. Dx 1 : pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya. 2. Dx 2 : ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang. 3. Dx 3 : ansietas dapat berkurang atau hilang. 4. Dx 4 : pasien tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi 5. Dx 5 : tidak terjadi infeksi 6. Dx 6 : pasien mampu BAB dan tonus otot meningkat 7. Dx 7 : pengetahuan pasien bertambah akan kondisi yang dialaminya sekarang 8. Dx 8 : pola eliminasi urine ibu kembali normal 9. Dx 9 : pasien dapat melakukan perawatan diri dengan mandiri DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges, M.E. 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

2. Mansjoer, Arif. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius 3. Prawirohardjo, S. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka 4. Anonim, 2005. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas. Diakses pada www.google.com tanggal 2 Desember 2010 5. Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada www.ilmukeperawatan.com tanggal 2 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai