Anda di halaman 1dari 7

CASE REPORT

ERISIPELAS

R.Sudrajat C11050219 Elis Sopiani C11050256

PRESEPTOR : DENDI SANDIONO,dr.Sp.KK(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RS. DR. HASAN SADIKIN 2006

KETERANGAN UMUM Nama Usia Suku Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Status Marital Alamat : Tn. Maman : 60 tahun : Sunda : Islam : Tidak Tamat SD : Buruh : Menikah : Jln. Cagak RT 03/RW 07 Desa Lagandar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung ANAMNESIS (Diambil tanggal 6 Juni 2006, autoanamnesis) Keluhan Utama : Bercak kemerahan yang terasa nyeri, gatal dan panas di lateral bawah mata kiri dan payudara kanan. Anamnesis Khusus : Sejak satu minggu yang lalu, pada siang hari, penderita mengeluhkan adanya bruntus berwarna kemerahan yang terasa nyeri, gatal dan panas di lateral bawah mata kiri. Malamnya, keluhan yang sama dirasakan di payudara kanan. Awal munculnya bruntus tidak didahului oleh luka ataupun trauma lainnya. Kedua bruntus itu semakin lama semakin membesar dengan batas tegas, membengkak, dan mengeras. Nyeri dan panas di kedua bruntus yang membesar tersebut dirasakan semakin hebat disertai demam sampai mengigil dan lemah badan. Pada hari kedua, di tengah bruntus yang meluas tadi muncul pernanahan pada beberapa titik. Pada hari ketiga, sebagian nanah pecah dan mengering. Penderita tidak mengeluhkan adanya benjolan di lipat leher, ketiak ataupun lipat paha.

Anamnesis Tambahan : Penderita jarang sakit. Sebelumnya, penderita sudah dua kali menderita keluhan yang sama di bokong dan di lateral bawah mata kanan. Penderita pernah berobat ke Puskesmas, diberi sabun bening, salep berwarna hitam dan pil yang diminum 3 x sehari dengan hasil perbaikan, meskipun kulit bekas bruntus masih telihat menebal. Penderita tidak mengeluhkan adanya gejala kencing manis. Penderita mandi 2 x sehari dengan air bersih, tapi seringnya ganti baju dengan baju yang digantung (sudah pernah dipakai dan tidak dicuci dulu sebelum dipakai lagi). Baju yang biasa dikenakan penderita tidak ketat dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat. KEADAAN UMUM (Diperiksa tanggal 6 Juni 2006) Kesadaran Gizi Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu KGB : Copos mentis : : 110/70 mmHg : 76 x/menit, regular isi cukup : 24 x/menit : 36 C : - inspeksi - palpasi : tidak tampak membesar : tidak teraba membesar

Lesi tampak merah terang, berbatas tegas, teraba panas, dan nyeri bila ditekan. STATUS DERMATOLOGIKUS Distribusi Lokasi Karakteristik Efloresensi : Regioner : lateral bawah mata kiri dan payudara kanan : Mutipel, diskret, bentuk bulat, ukuran 1,5x2 cm dan 6x8,5 cm, batas tegas, menimbul, kering : Eritem (merah terang) Plaque edema

Krusta pustulosa DAGNOSIS BANDING Erisipelas Selulitis Erysipeloid DIAGNOSIS KERJA Erisipelas PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan gram Pemeriksaan kultur dan resistensi Pemeriksaan darah : leukositosis PENATALAKSANAAN Umum : Tirah baring dan immobilisasi Tinggikan daerah yang terkena

Khusus : Topikal Sistemik : kompres untuk mendinginkan : antibiotik : Penisilin 2 x 600.000 iu/hari berturut-turut setiap bulan PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam Qou ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

Eritromisin 4 x 250 mg/hari 5 hari

ERISIPELAS
Definisi : Erisipelas merupakan selulitis superfisialis yang edematus, merah terang, infiltratif berupa plak berbatas tegas, berkembang dan menyebar ke sekelilingnya disertai gejala konstitusi. Selulitis merupakan infeksi pada dermis dan subkutis disertai dengan limfangitis dan adenopati. Epidemiologi : Umur Ras Daerah Higiene : banyak pada anak dan dewasa : semua ras : lebih sering pada daerah tropis dan subtropis : orang-orang dengan kebersihan dan hygiene yang kurang lebih mudah terkena Etiologi : Streptokokus B-hemolitikus terutama grup A (dapat pula ditentukan dengan melakukan aspirasi dengan fine-needle) Diagnosis : Anamnesis : Proses berlangsung cepat disertai dengan timbulnya demam, malaise dan gejala toksik umum. Pada beberapa kasus vesikel dan bula dapat terbentuk pada permukaan kulit yang eritematus dan terjadi infeksi yang lebih berat, dapat terjadi secara luas. Jenis kelamin : frekuensinya sama pada pria dan wanita

Erisipelas dapat berasal dari suatu luka, injuri, ukus, pustule dan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kolonisasi Streptokokus hemolitikus. Eksaserbasi terjadi cepat pada area yang sama dan setelah beberapa periode terjadi pembengkakan. Predileksi dapat mengenai wajah, dan kulit kepala berambut, tetapi lesi dapat terjadi di mana saja terutama tangan dan genitalia. Fakor predisposisi yaitu kaheksia, diabetes, malnutrisi dan terjadinya penurunan daya tahan tubuh bila dihubungkan dengan hygiene buruk dan terdapatnya infeksi (infeksi saluran nafas atas). Individu tertentu mempunyai tendensi ke arah erisipelas yang rekuren. Pemeriksaan fisik : Kelainan kulit yang utama adalah eritem yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula. Lesi teraba panas dan tampak merah terang, tidak tampak central healing, berbatas tegas. Pemeriksaan penunjang : 1. Pemeriksaan gram, akan didapatkan gambaran Streptococcus. 2. Kultur dan resistensi. Dari biakan darah, apus tengorokan dan hidung dapat diisolasi Streptococcus B-hemolyticus. 3. Pemeriksaan darah, didapatkan leukositosis. 4. Untuk membedakan dengan selulitis digunakan teknik immunofluorescent direct dan aglutinasi lateks. Teknik ini biasanya digunakan untuk tujuan penelitian. Gambaran Histopatologi : Epidermis tampak edematous, sel-sel membengkak dan tampak sebukan Streptococcus B-hemolyticus serta PMN. Pada dermis tampak pelebaran pembuluh darah dan sebukan sel-sel radang. Diagnosis banding :

1. Selulitis, lesi terletak lebih dalam dari erisipelas dengan batas tidak tegas disertai limfangitis dan adenopati. 2. Urtikaria, warna merah akan menghilang pada penekanan. 3. Furunkulosis, lesi berbentuk kerucut. 4. Ersipeloid, lesi tidak teraba panas, lunak, atau merah terang seperti pada erisipelas, adanya riwayat kontak dengan makanan laut, dan jarang menyebabkan reaksi sistemik. Komplikasi : Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya. Eksaserbasi berlaku cepat pada area yang sama dan setelah beberapa periode terjadi pembengkakan. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis nostras. Penatalaksanaan : Umum : Penderita harus diberi penerangan mengenai perawatan yang benar termasuk cara tirah baring. Bagian yang terkena harus diimobilisasi dan diangkat. Khusus : 1. Sistemik a. Antipretik dan analgetik. b. Penisilin 2 x 600.000 iu/hari (merupakan obat pilihan). c. Eritromisin 1 gr/hari selama 5 hari berturut-turut setiap bulan. d. Cefazolin 1 gr/hari untuk mencegah rekurensi. 2. Topikal Kompres dengan larutan asam borat 3% (didindikasikan bila terdapat bula).

Anda mungkin juga menyukai