Anda di halaman 1dari 8

Aquacultura Indonesiana (2007) 8 (2) : 97104 ISSN 02160749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005)

Pengaruh Kromium Organik Terhadap Pemanfaatan Karbohidrat Pakan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
Adi Susanto 1), Ing Mokoginta 2) dan M. Agus Suprayudi 2)
1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Jl. Muara Pahu, No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda. Email adi_bdp91@hotmail.com 2) Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor

Abstract
Adi Susanto, Ing Mokoginta and M. Agus Suprayudi. 2007. The effect of organic chromium on utilization of dietary carbohydrate on tambaqui (Colossoma macropomum). Aquacultura Indonesiana, 8 (2): 97104. This experiment was conducted to evaluate the effect of organic chromium on utilization of dietary carbohydrate on tambaqui (Colossoma macropomum). Four isonitrogenous and isocaloric experimental diets diet containing different levels of Cr+3 were prepared. Diets A, B, C and D contained Cr+3 at the levels of 0.0, 1.5, 3.0 and 4.4 mg/L, respectively. Fish with initial weights 11.3412.31 g were reared in aquaria (volume 100 L) at density of 20 fish per aquarium. Fish were fed the experimental diets two times daily at satiation level for 60 days. Feeding fish with diet containing 3.0 mg/L of Cr+3 showed higher protein retention and feed efficiency compared to the rest (P<0.1). Eventhough the daily growth rates among treatments were the same. Fish fed the experimental diet without Cr+3 supplementation had lower glycogen level on the liver and carcas and RNA/DNA ratio compared to those fish fed experimental diet with Cr+3. These results indicate that tambaque could utilize dietary carbohydrate containing organic chromium at level 3.0 mg/L Cr+3 more efficient so that protein retention and feed efficiency could improve. Keywords : Colossoma macropomum; Carbohydrate; Organic chromium

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh kromium organik terhadap pemanfaatan karbohidrat pakan pada ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Empat pakan percobaan dengan kadar protein dan kalori sama yang mengandung kadar Cr+3 berbeda. Pakan A, B, C dan D mengandung kadar Cr+3 berturut-turut 0,0; 1,5; 3,0 dan 4,4 mg/L. Ikan dengan berat 11,3412,31 g dipelihara dalam akuarium (volume 100 L) dengan kepadatan 20 ekor ikan per akuarium. Ikan diberi pakan percobaan 2 kali sehari secara satiasi selama 60 hari. Ikan yang diberi pakan mengandung Cr+3 3,0 mg/L menunjukkan retensi protein dan efesiensi pakan lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya (P<0,1). Sedangkan laju pertumbuhan harian tidak berbeda. Ikan yang diberi pakan tanpa suplementasi Cr+3 mempunyai kadar glikogen hati dan otot, serta rasio RNA/DNA lebih rendah dibanding ikan yang diberi pakan mengandung Cr+3. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan bawal air tawar mampu memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien pada kadar kromium organik 3,0 mg/L Cr+3 sehingga meningkatkan retensi protein dan efisiensi pakan. Kata Kunci : Colossoma macropomum; Karbohidrat; Kromium Organik

Pendahuluan
Karbohidrat merupakan sumber energi murah yang dapat bertindak sebagai protein sparing effect sehingga protein pakan dapat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan mempunyai kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan hewan darat dalam memanfaatkan karbohidrat pakan. Kemampuan memanfaatkan karbohidrat pakan berbeda bergantung pada spesies ikan, ukuran ikan dan jenis serta tingkat karbohidrat pakan itu sendiri (Furuichi, 1988; Mokoginta et al., 2004).

Rendahnya kemampuan ikan memanfaatkan karbohidrat pakan erat kaitannya dengan kemampuan mencerna karbohidrat dan memanfaatkan hasil cerna tersebut (glukosa) sebagai sumber energi. Kemampuan yang rendah dalam memanfaatkan glukosa darah oleh sel sebagai energi metabolisme diduga erat kaitannya dengan bioaktivitas dan kapasitas kerja insulin, serta jumlah reseptor aktif yang kurang optimum (Vincent, 2000). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) hanya mampu memanfaatkan karbohidrat dalam pakan sebesar 38% (Gunther, 1996). Kemampuan 97

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 2, Agustus 2007: 97104

ikan dalam memanfaatkan karbohidrat pakan sebagai sumber energi non protein kemungkinan masih dapat ditingkatkan melalui pemberian Cr+3 sehingga lebih banyak lagi protein pakan yang dapat dikonversi ke protein tubuh. Kromium sebagai mikronutrien, mempunyai peran utama dalam mengaktifkan reseptor insulin dan dikenal sebagai senyawa komplek glucose tolerance factor (GTF). GTF memacu aktivitas insulin, memasukkan banyak glukosa ke dalam sel. Sel-sel akan merubah glukosa menjadi energi. Tambahan energi ini dapat sebagai sumber energi untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan tubuh, pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas. Peranan kromium untuk ikan mulai diteliti sejak tahun 90-an dan masih dalam bentuk anorganik. Pemberian Cr +3 pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan tilapia (Oreocromis niloticus x O. aureus) dalam bentuk CrCl3.6H2O (Hertz et al., 1989; Shiau dan Lin, 1993), dan Cr2O3 (Shiau dan Chen, 1993; Shiau dan Ling, 1995; Shiau dan Shy, 1998) mampu meningkatkan pertumbuhan, konsumsi pakan, retensi protein dan energi pada ikan tilapia yang mengkonsumsi pakan mengandung kadar glukosa tinggi. Subandiyono et al. (2003) memberikan kromium dalam bentuk CrCl3.6H2O pada ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan menghasilkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan terbaik pada kadar 10 mg/L CrCl3, tetapi dalam bentuk Cr+3 organik hanya 1,5 mg/L. Pan et al. (2003) memberikan kromium dalam bentuk kromium pikolinat pada ikan tilapia hibrida (O. niloticus x O. aureus ) dan menghasilkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan dan penggunaan karbohidrat pakan pada kadar 2 mg Cr+3/kg pakan. Mokoginta et al. (2004) memberikan kromium dalam bentuk Cr+3 organik pada ikan mas menghasilkan pertumbuhan dan retensi protein terbaik pada kadar 1,592,16 mg/L Cr+3. Sedangkan pada ikan nila (O. niloticus), pertumbuhan relatif dan efisiensi pakan yang tidak berbeda tetapi retensi protein dan pertambahan protein tertinggi pada kadar 3,96 mg/L Cr+3 (Mokoginta et al., 2005). Respon ikan terhadap pemberian Cr+3 di atas bervariasi sehingga perlu pula dilakukan penelitian pada ikan bawal air tawar. Percobaan ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian kromium organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar, sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk

menentukan kadar kromium yang optimal pada pakan ikan bawal air tawar (C. macropomum).

Materi dan Metode


Pakan Pakan yang digunakan berkadar protein 37,5%, dengan isoenergi yang ditambahkan kromium organik 0,0; 1,5; 3,0 dan 4,5 mg/L Cr 3+ yang dimodifikasi dari hasil penelitian Adelina et al. (2000). Setelah pakan dibuat dan dianalisa, kadar Cr+3 (mg/L) dan kadar protein (%) pakan menjadi A(0,0;37,0), B(1,5;37,2), C(3,0;37,1) dan D(4,4;37,2). Komposisi pakan uji dan hasil analisa proksimat disajikan pada Tabel 1. Pemeliharaan Ikan Ikan bawal air tawar yang digunakan berasal dari desa Tegal Sari, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 50x50x50 cm3 dan diisi air 100 L. Setiap akuarium diisi 20 ekor ikan dengan bobot rata-rata 11,3412,31 g/ekor. Ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan dua kali sehari pada pagi dan sore hari secara satiasi. Ikan dipelihara pada sistem sirkulasi semi-tertutup. Penyiponan feses dilakukan pada pagi hari. Air yang hilang akibat penyiponan diganti dengan air yang baru hingga volume yang sama. Filter dicuci setiap hari dan bak filter dicuci dan diganti dengan air yang baru setiap 1 minggu. Selama penelitian, suhu air rata-rata 30,01.0oC, oksigen terlarut 4,606,20 mg/L, pH antara 6,706,80, total amonia nitrogen antara 0,3980,721 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi air selama penelitian berada pada kondisi optimum (Effendi, 1989) Pengumpulan Data dan Analisis Kimia Penimbangan bobot tubuh dilakukan pada awal dan akhir penelitian dalam keadaan ikan terbius. Ikan dibius dengan menggunakan MS222. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan harian (Huisman, 1976). Pakan yang dikonsumsi selama penelitian dicatat untuk mengetahui nilai efesiensi pakan (NRC, 1993). Analisis proksimat tubuh dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang digunakan untuk mengetahui komposisi nutrien pada ikan. Data komposisi nutrien dan data perolehan bobot

98

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

Pengaruh kromium organik terhadap pemanfaatan karbohidrat pakan ikan bawal air tawar(Adi Susanto et al.)

Tabel 1. Komposisi pakan uji untuk ikan bawal air tawar (C. macropomum)*)
Pakan (mg/L Cr+3) A (0,0) Bahan Penyusun (%) : Tepung Ikan 37,2 Tepung Kedelai 13,6 Tepung Terigu 18,0 Minyak ikan 4,9 Minyak jagung 7,4 CMC1 2,0 Vitamin Mix2 1,5 Kolin klorida 0,5 Filler 1,5 Cr Organik 0,0 Mineral mix3 5,0 Selulosa 8,4 Komposisi Proksimat Pakan (% bobot kering) : Protein 37,0 BETN 35,6 Lemak 13,9 Serat Kasar 4,4 Total energi (Kkal DE/g)4 331,1 Energi/Protein (Kkal DE/g) 8,9 D (1,5) 37,2 13,6 18,0 4,9 7,4 2,0 1,5 0,5 1,0 0,5 5,0 8,4 C (3,0) 37,2 13,6 18,0 4,9 7,4 2,0 1,5 0,5 0,5 1,0 5,0 8,4 D (4,4) 37,2 13,6 18,0 4,9 7,4 2,0 1,5 0,5 0,0 1,5 5,0 8,4

37,2 34,8 14,0 4,2 330,5 8,9

37,1 33,6 15,4 4,1 338,8 9,1

37,2 33,2 15,6 4,1 339,3 9,1

Keterangan : *) : Perhitungan berdasarkan bobot kering. 1 : Carboxymethil cellulose. 2 : Dalam mg/kg pakan : vit.B1 60; vit. B2 100; vit. B12 100; vit.C 2000; vit. K3 50; vit. A/D3400; vit. E 200; Ca pantotenat 100; inositol 2000; biotin 300; asam folat 15; niasin 400. 3 : Dalam mg/kg pakan: MgSO4.7H20 7,5; NaCl 0,5;NaH2PO4.2H2O 12,5;KH2PO4 16,0; CaHPO4.2H2O 6,53; Fe sitrat 1,25; ZnSO4.7H2O 0,1765; MnSO4.4H2O 0,081; CuSO4.5H2O 0,0155; KIO3 0,0015; CoSO4 0,0003. 4 : Protein = 3,5 kkal/g; Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 2,5 kkal/g; Lemak 8,1kkal/g.

digunakan untuk menghitung nilai retensi nutrien pada tubuh (Takeuchi, 1988). Sedangkan analisa kromium dilakukan terhadap tubuh dan pakan ikan pada awal dan akhir penelitian untuk mengetahui akumulasi kromium dalam tubuh ikan yang mengacu pada metode APHA et al. (1975) dan Takeuchi (1988). Lemak di hati dianalisa pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan metode Folch (Takeuchi, 1988). Sampel hati dan daging diambil pada akhir penelitian untuk pengukuran kadar glikogen hati dan daging menurut Wedemeyer dan Yasutake (1977). Sampel hati juga diambil untuk mengetahui konsentrasi RNA dan DNA. Pengukuran konsentrasi RNA dilakukan dengan menggunakan metode reaksi orsinol, sedangkan pengukuran konsentrasi DNA menggunakan metode reaksi difenilamin. Prosedur pengukuran konsentrasi RNA dan DNA merujuk pada Machenzie (1991).

Pengukuran total amonia nitrogen (TAN) dilakukan pada akhir penelitian. Ikan uji pada setiap perlakuan terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam, kemudian ditimbang bobot tubuhnya. Jumlah ikan uji setiap perlakuan adalah 3 ekor dengan 2 ulangan. Ikan terlebih dahulu dipuasakan selama 48 jam. Pengambilan sampel air dilakukan setelah ikan diberi pakan sampai kenyang. Pengukuran kadar TAN pada air sampel tersebut dilakukan setiap jam selama 5 jam berturut-turut, dimulai setelah ikan berhenti makan (jam ke-0). Selama pengukuran berlangsung, akuarium ditutup dibagian atasnya dengan stirofoam; aerasi dan sirkulasi air dihentikan, tidak diberi pakan dan suhu diukur satu jam sekali. Pengukuran juga dilakukan terhadap air sampel yang berasal dari akuarium tanpa ikan dengan ukuran dan rangkaian sistem yang sama sebagai kontrol. Kadar TAN diukur dengan metode Phenate (APHA et al ., 1975).

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

99

Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 2, Agustus 2007: 97104

Analisis Statistik Desain dari penelitian ini merupakan model eksperimental laboratoris, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Data efisensi pakan, laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak, kadar glikogen, konsentrasi RNA, konsentrasi DNA, rasio RNA/DNA dan TAN dianalisis keragamannya dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada selang kepercayaan 90% dan 95% menggunakan program SPSS versi 11.5. Sedangkan kadar lemak di hati dan kadar kromium dalam tubuh dianalisa secara deskriptif.

tetapi berbeda dengan D. Laju pertumbuhan harian tidak dipengaruhi oleh kandungan Cr+3 pakan (P<0,1). Efisiensi pakan cenderung meningkat dengan meningkatnya kandungan Cr+3 dalam pakan sampai kadar 3m0 mg/L. Namun peningkatan Cr+3 pakan menjadi 4,4 mg/L tidak meningkatkan efisiensi pakan (P<0,1). Nilai ekskresi amonia perlakuan C lebih rendah dibanding perlakuan A, B dan D (P<0,1) Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Lemak Hati, Kadar Glikogen Hati dan Daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh Komposisi proksimat tubuh ikan bawal air tawar baik pada awal penelitian maupun pada akhir penelitian dan kadar glikogen hati dan daging, konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA setelah ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung Cr+3 organik disajikan pada Tabel 3 dan 4. Kadar protein tubuh ikan pada perlakuan D dan C pada akhir percobaan sama dan kadarnya lebih tinggi dari B dan A (P<0,05). Kadar lemak tubuh ikan perlakuan B sama dengan A, dan lebih tinggi dari C dan D (P<0,05). Kadar glikogen hati ikan yang diberi pakan berkromium lebih tinggi dari pada yang diberi pakan kontrol (C>D dan B>A) (P<0,05). Kadar glikogen daging untuk semua pakan berkromium juga lebih tinggi dibanding dengan kontrol (D>C dan B>A) (P<0,05). Kadar lemak hati pada perlakuan C lebih rendah dari A, D, dan B (Tabel 4).

Hasil Dan Pembahasan


Hasil Laju Pertumbuhan Harian, Retensi Protein, Retensi Lemak, Efisiensi Pakan dan Ekskresi Amonia Nitrogen Nilai berbagai parameter penggunaan pakan yang meliputi perolehan bobot, laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak, efisiensi pakan, dan ekskresi total amonia dari ikan bawal air tawar setelah dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik disajikan pada Tabel 2. Nilai retensi protein pada perlakuan C (3,0 mg/L Cr+3) dan D (4,4 mg/L Cr+3) lebih tinggi dari A (0,0 mg/L Cr+3) (P<0,1), sedangkan pakan B (1,5 mg/L Cr+3) sama dengan A. Nilai retensi lemak perlakuan B dan C sama dengan A (P>0,1),

Tabel 2 Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan ekskresi total amoniak nitorgen (TAN) yang diperoleh pada ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik Parameter A (0,0) Berat awal (g) Berat akhir (g) RP (%) RL (%) LPH (%) EP (%) TAN (g/g tubuh/jam) 242,47 1,76 1056,37 115,83 32,01 2,76a 68,33 4,10b 2,48 0,18a 75,76 9,12a 0,00171 0.00007b Pakan (mg/L Cr+3) B (1,5) 246,03 1,42 1040,47 78,60 34,36 1,32ab 75,47 3,31b 2,44 0,14a 77,01 5,14ab 0,00167 0.00001b C (3,0) D (4,4)

232,27 1,46 226,83 1,76 1105,70 50,23 991,40 43,47 42,64 1,56c 39,83 1,10bc b 73,57 2,21 58,31 0,62a a 2,63 0,09 2,49 0,07a b 89,71 4,25 82,40 2,35ab a 0, 00105 0,00001 0,00155 0,00015b

Keterangan: Angka dengan superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,1)

100

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

Pengaruh kromium organik terhadap pemanfaatan karbohidrat pakan ikan bawal air tawar(Adi Susanto et al.)

Tabel 3 Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium (dalam % bobot kering) Parameter A (0,0) Komposisi Proksimat Ikan Awal Penelitian (%): Protein 54,20 Lemak 25,44 Abu 13,59 BETN 5,23 Komposisi Proksimat Ikan Akhir Penelitian (%): Protein 49,08 0,26a Lemak 36,05 0,31c Abu 13,03 0,04 BETN 0,71 0,08 Pakan (mg/L Cr+3) B (1,5) C (3,0) D (4,4)

54,20 25,44 13,59 5,23

54,20 25,44 13,59 5,23

54,20 25,44 13,59 5,23

49,00 0,91a 37,07 0,40c 11,51 1,02 1,03 0,08

51,31 0,06b 34,69 0,03b 11,70 0,09 0,90 0,04

53,24 0,29b 31,19 0,21a 13,18 0,05 1,08 0,09

Keterangan: Angka dengan superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Tabel 4 Kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati, konsentrasi RNA,DNA dan rasio RNA/DNA di hati dan kadar kromium tubuh ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium Parameter A (0,0) Pakan (mg/L Cr+3) B (1,5) C (3,0) D (4,4) 71,37 0,14c 7,81 0,33d 12,67 49,35

Kadar Glikogen (g/g) : Hati 39,34 0,61a *) 60,71 0,23b 84,36 0,24d a b Daging 2,95 0,23 *) 4,07 0,06 6,78 0,34c Lemak Hati (%) : Awal 12,67 12,67 12,67 Akhir 48,11 49,37 38,48 Konsentrasi RNA, DNA Hati, Rasio RNA/DNA Akhir Penelitian (g/g) : RNA 1142,63 27,79a *) 1287,62 65,35b 1438,96 22,25c DNA 944,73 22,71a *) 0 48,10 12,50b 1124,81 16,03c RNA/DNA 1,21 0,02a **) 1,23 0,05ab 1,28 0,02b +3 Kadar Cr Tubuh (mg/L) : Awal 0,21 0,21 0,21 Akhir 0,39 0,02 1,54 0,48 2,91 0,03 Keterangan : *) Angka dengan superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) **) Angka dengan superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,1)

1363,13 16,37bc 1104,17 18,05c 1,23 0,01ab 0,21 3,15 0,03

Konsentrasi RNA hati ikan yang diberi pakan berkromium lebih tinggi dibanding dengan kontrol (C>D dan B>A) (P<0,05). Demikian juga dengan konsentrasi DNA hati. Rasio RNA/DNA hati perlakuan C lebih tinggi dari A, tetapi sama dengan B dan D (P<0,1). Sedangkan perlakuan A sama dengan B, dan D. Kadar kromium tubuh akhir kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium lebih tinggi dibanding dengan kelompok

ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium. Kadar Cr+3 tubuh semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya kadar Cr+3 pakan. Pembahasan Data kandungan protein tubuh dan efisiensi pakan yang meningkat dengan pemberian pakan berkromium dapat diduga karena adanya

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

101

Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 2, Agustus 2007: 97104

peningkatan interaksi antara insulin dan sel reseptor (GTF). GTF akan memacu aktivitas insulin dalam mentransfer glukosa ke dalam sel, kemudian dirubah menjadi energi yang akan digunakan untuk sintesis protein dan pertumbuhan jaringan tubuh. Pemanfaatan karbohidrat pakan sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa akan mampu menekan porsi protein pakan yang dikatabolisme menjadi energi, dan selanjutnya protein lebih banyak dikonversi (disintesis) untuk pertumbuhan. Selain itu kromium juga berperan dalam transfer asam amino masuk ke dalam sel, serta menstimulir sintesis RNA (NRC, 1997; Xi et al., 2001; Sahin et al., 2002). Indikasi terjadinya sintesis protein ditunjukkan oleh data rasio RNA/DNA pada hati ikan bawal air tawar (Tabel 4). Meningkatnya rasio RNA/DNA menandakan terjadinya proses transkripsi yaitu salah satu tahapan dari ekspresi gen dimana terjadi transfer informasi genetik dari DNA ke dalam RNA. Selanjutnya informasi genetik tersebut diterjemahkan menjadi polipeptida (translasi RNA) yang merupakan model untuk sintesa protein (Yusuf, 2001). Meningkatnya konsentrasi RNA akan mempengaruhi rasio RNA/DNA dan akan meningkatkan potensi sintesis protein seperti yang terlihat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium 3,0 mg/L Cr+3 memperoleh konsentrasi RNA tertinggi. Indikasi peningkatan sintesis protein juga terlihat dari nilai retensi protein (Tabel 2). Perbedaan kadar Cr+3 pakan memberikan nilai retensi protein yang berbeda pula. Nilai retensi meningkat sampai kadar tertentu (3,0 mg/L Cr+3) dan turun kembali pada kadar yang lebih tinggi. Meningkatnya nilai retensi protein mengindikasikan tingginya penggunaan protein pakan untuk disintesis menjadi protein tubuh. Naiknya pertambahan protein tubuh sejalan dengan naiknya kadar kromium pakan (3,0 mg/L Cr+3), juga mempengaruhi nilai efisiensi pakan (P<0,1). Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot tubuh dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C mempunyai nilai efisiensi tertinggi 89,71%, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B (77,01%) dan D (82,40%). Kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C mempunyai pertambahan bobot yang lebih tinggi sedangkan pakan yang dikonsumsi lebih sedikit (Tabel 2). Indikasi rendahnya penggunaan protein 102

sebagai sumber energi ditunjukkan oleh nilai ekskresi amonia yang rendah. Nilai ekskresi amonia menandakan adanya katabolisme protein menjadi energi baik yang berasal dari protein pakan maupun protein tubuh. Pemberian kromium dalam pakan mampu menekan penggunaan protein sebagai sumber energi dan meningkatkan protein sparing effect dari karbohidrat atau lemak. Fenomena diatas ditemukan juga pada ikan gurame (O. gouramy) yang diberi pakan mengandung 10 mg/L CrCl3.6H2O (Subandiyono et al., 2003) dan Crorganik pada pakan ikan gurame berkarbohidrat tinggi dan rendah (Subandiyono, 2004). Fungsi lain kromium yang berkaitan dengan kinerja hormon insulin adalah memacu terjadinya proses glikogenesis. Glikogenesis adalah suatu proses pembentukan glikogen sebagai energi cadangan yang berasal dari kelebihan glukosa sebagai sumber energi metabolis baik di organ hati maupun di otot (daging) yang dipacu oleh hormon insulin. Glukosa yang berasal dari hasil hidrolisa karbohidrat disaluran pencernaan dan masuk ke dalam darah sebagian dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam sel dan sebagian lagi disimpan sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen baik di hati maupun di daging. Indikasi terjadinya proses glikogenesis baik pada hati maupun pada daging terlihat pada hasil pengukuran kadar glikogen hati dan daging yang terdapat cukup tinggi. Pemberian Cr+3 akan memacu aktifitas hormon insulin dalam mengkonversi glukosa menjadi glikogen, sehingga akan meningkatkan kadar glikogen hati. Kadar glikogen hati ikan meningkat dengan peningkatan kadar Cr+3 pakan pada kadar 3,0 mg/L dan kadarnya akan turun kembali dengan semakin meningkatnya kadar Cr+3 (Tabel 4). Demikian pula dengan kadar glikogen daging, kadarnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar kromium pakan, tetapi kadarnya lebih rendah dari pada di hati. Kadar glikogen di hati yang tinggi merupakan cadangan energi yang secara cepat dapat dipakai untuk mencukupi energi melalui proses glikogenolisis yang dibantu oleh hormon glukagon apabila suplai dari pakan berkurang. Fenomena yang sama diperoleh pada ikan gurame ( O. gouramy ) yang diberi suplementasi kromium organik (Cr-ragi) akan meningkatkan kadar glikogen hati dan daging (Subandiyono, 2004). Demikian pula pada ikan nila (O. niloticus ) kadar glukosa tubuh meningkat dengan semakin meningkatnya kadar kromium organik pakan (Mokoginta et al., 2005).

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

Pengaruh kromium organik terhadap pemanfaatan karbohidrat pakan ikan bawal air tawar(Adi Susanto et al.)

Sebaliknya pengaruh kromium pada proses lipogenesis yaitu proses pembentukan lemak terutama pada hati dan jaringan adiposa yang berasal dari lemak pakan tidak terlihat jelas. Kadar lemak tubuh pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium seperti pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3,0 mg/L Cr+3) dan D (4,4 mg/L Cr+3) lebih rendah dari pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (0,0 mg/L Cr+3) yang sama dengan B (1,5 mg/L Cr+3) (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan rendahnya sintesis lemak tubuh oleh ikan, karena sebagian besar lemak dipakai sebagai energi metabolis. Meningkatnya kinerja insulin dalam memobilisasi dan memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan energi cadangan (glikogen) mengakibatkan proses lipogenesis terutama di jaringan adiposa dan di hati menjadi lebih rendah. Indikasi lain rendahnya pengaruh kromium terhadap proses lipogenesis ditunjukkan pula oleh hasil analisis kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati (Tabel 4). Kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, dan D hampir sama dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (0,0 mg/L Cr+3). Kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati paling rendah justru terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3,0 mg/L Cr +3) yang menghasilkan nilai retensi protein tertinggi. Hasil yang sama juga diperoleh Pan et al. (2003) terhadap juvenil ikan tilapia hibrida ( O. niloticus x O. aureus) yang diberi jenis karbohidrat berbeda (glukosa dan dekstrin) ditambah 2 mg Cr/kg pakan dalam bentuk kromium pikolinat (Cr-Pic) menghasilkan kadar lemak tubuh tidak berbeda dibanding dengan tanpa kromium pikolinat. Pemberian kromium pada kadar yang lebih tinggi tidak selalu memberikan respon biologis yang lebih baik, namun dapat sama atau bahkan berakibat sebaliknya (Groff dan Gropper, 2000; Lall, 2002; Subandiyono et al., 2003; dan Subandiyono, 2004). Pemberian kromium yang lebih tinggi seperti pada pakan dengan kadar 4,4 mg/L Cr +3 cenderung menurunkan pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan dibanding pemberian kromium pada pakan dengan 3,0 mg/L Cr +3 (Tabel 2). Peningkatan mineral esensial Cr+3 dapat menekan fungsi biologis salah satu mineral esensial lainnya yang menggunakan agen pembawa (carrier) yang sama, dan dalam hal ini adalah transferin yang berperan sebagai carrier ion Fe+3. Kapasitas transferin mengikat Fe+3 hanya 30% dan

umumnya terdapat logam jenis lain dengan muatan dan fungsi yang serupa (Vincent, 2000). Cr +3 merupakan logam yang potensial memanfaatkan fasilitas tersebut. Hastuti (2004) mendapatkan bahwa ikan gurame yang mengkonsumsi pakan dengan kadar kromium yang lebih tinggi (4,9 mg/L Cr+3) akan menekan kadar Fe+3 darah. Selain itu, kadar kromium yang lebih tinggi juga menekan fungsi berbagai mineral lain dalam saluran pencernaan pada proses penyerapan nutrien, misalnya Na+2 pada sistem pompa sodium (sodium pump), sehingga menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah.

Kesimpulan dan Saran


1. Ikan bawal air tawar mampu memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien pada kadar kromium organik 3,0 mg/L Cr +3 sehingga meningkatkan retensi protein dan efisiensi pakan. 2. Penelitian lebih lanjut tentang pemberian kromium organik pada ikan bawal air tawar perlu dilakukan untuk melihat pola glukosa darah dan hubungannya dengan hormon insulin.

Daftar Pustaka
Adelina, I. Mokoginta, R. Affandi dan D. Jusadi. 2000. Pengaruh kadar protein dan rasio energi protein pakan yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan bawal air tawar ( Collosoma macropomum ). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 9(2): 3136. [APHA] American Public Health Association, American Water Works Association and Water Pollution Control Federation. 1975. Standard methods for the examination of water and wastewater. 14th. Ed., Washington, D.C., 1193 pp. Furuichi, M. 1988. Fish Nutrition. In: Watanabe, T (Ed.), Fish nutrition and Mari culture, JICA Textbook The General Aquac. Course, Tokyo, pp.178. Groff, J.L. and S.S. Gropper. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 3rd. Edition. WadsworthThomson Learning, Balmount, USA, 584 pp. Gunther, J. 1996. Growth of tambaqui (Colossoma macropomum) juveniles at different carbohydratelipid ratio. Journal of Aquaculture in the tropics, 11: 105112. Hastuti, S. 2004. Respon fisiologis ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) yang diberi pakan mengandung kromium-ragi terhadap penurunan suhu lingkungan. Disertasi , Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, 104 hlm.

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

103

Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 2, Agustus 2007: 97104

Hepher and A. Gertler. 1989. Glucose metabolism in the common carp (Cyprinus carpio L): the effects of cobalt and chromium. Aquaculture, 76: 255 267. Huisman, E.A. 1976. Food conversion efficiencies at maintenance and production levels for carp, Cyprinus carpio L and rainbow trout, Salmon gairdneri. Aquaculture, 9: 259273. Lall, S.P. 2002. The Mineral. In: Halver, J.E. and R.W. Hardy (Eds.), Fish Nutrition. Acad. Press, San Diego, California, USA, pp. 259308. Machenzie, D.C. 1991. Technical requirements for nuclide acids. A biochemistry student practical. IPBAustralia Project, 25 pp. Mokoginta, I., F. Hapsyari dan M.A. Suprayudi. 2004. Peningkatan retensi protein melalui peningkatan efisiensi karbohidrat pakan yang diberi chromium pada ikan mas (Cyprinus carpio Linn). Jurnal Akuakultur Indonesia, 3 (2): 3741. Mokoginta, I., T. Takeuchi, A. Hadadi dan D. Jusadi. 2004. Different capabilities in utilizing dietary carbohydrate by fingerling and sub adult giant gouramy Osphronemus gouramy . Fisheries Science, 70: 9961002. Mokoginta, I., V. S. Agustina, N.B.P Utomo. 2005. Pengaruh kadar kromium pakan yang berbeda terhadap retensi protein, pertumbuhan dan kesehatan ikan nila (Orechromis niloticus). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12 (1): 3337. National Research Council. 1993. Subcommittee on Warm water Fish Nutrition. Nutrient requirements of fish. National Acad. Press. Washington DC., 35 pp. National Research Council. 1997. The Role of Chromium in Animal Nutrition. National Acad. Press. Washington DC., 80 pp. Pan, Q., S. Liu, Y.G. Tan and Y.Z. Bi. 2003. The effect of chromium organic on growth and carbohydrate utilization in tilapia Oreochromis niloticus x O. aureus. Aquaculture, 225: 421429. Sahin, K., O. Ozbey, M. Onderci, G. Cikim and M.H. Aysondu. 2002. Chromium supplementation can alleviate negative effects heat stress on egg production, egg quality and some serum metabolites of laying japanese quail. Journal Nutrition, 132:12651268.

Shiau, S.Y. and M.J. Chen. 1993. Carbohydrate utilization by tilapia (Oreocromis niloticus x O. aureus) as influenced by different chromium sources. Journal Nutrition, 123: 17471753. Shiau, S.Y. and H.S. Ling. 1995. Carbohydrate utilization and digestibility by tilapia, Oreocromis niliticus x O. aureus, are affected by chromium oxide inclusion in the diet. Journal Nutrition, 125: 976 982. Shiau, S.Y. and S.F. Lin. 1993. Effects of supplementation dietary chromium and vanadium on the utilization of different carbohydrate in tilapia (Oreocromis niloticus x O. aureus). Aquaculture, 110: 321 330. Shiau, S.Y. and S.M. Shy. 1998. Dietary chromic oxide inclusion lavel required to maximize glucose utilization in hybrid tilapia, Oreocromis niloticus x O. aureus. Aquaculture, 161: 357364. Subandiyono, I. Mokoginta dan T. Sutardi. 2003. Pengaruh kromium dalam pakan terhadap kadar glukosa darah, kuosien respiratori, ekskresi NH3N, dan pertumbuahan ikan gurami. Hayati, 10: 2529. Subandiyono. 2004. Efisiensi pemanfaatan karbohidrat melalui suplementasi kromium ragi dalam pakan ikan gurame ( Osphronemus gouramy Lac ) . Disertasi , Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 89 hlm. Takeuchi, T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrition In: T. Watanabe (Ed.), Fish Nutrition and Mari culture , Department of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries, JICA, 223 pp. Vincent. J.B. 2000. The biochemistry of chromium. Journal Nutrition, 130: 715718. Wedemeyer, C.D. and W.T. Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessment stress on fish health. Technical paper of the U.S. fish and wildlife service, U.S. Department of The Interior Fish of and Wildlife Service, Washington, D.C. USA, 89: 18. Xi, G., Z. Xu and S. Wu and S. Chen. 2001. Effect of chromium picolinate on growth performance, carcass characteristics, serum metabolites and metabolism of lipid in pigs: Asian-Australian. Journal Animal Science, 14(2): 258262. Yusuf, M. 2001. Genetika I, Struktur dan Ekspresi Gen. Sugeng Seto, Jakarta, 300 hlm.

104

Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007

Anda mungkin juga menyukai