Anda di halaman 1dari 2

FISIOLOGI Fisiologi yang akan dibahas yaitu fisiologi saluran cerna terhadap makanan yang masuk melalui mulut

(5) sampai masuk ke gaster. Faring dan Oesofagus memiliki fungsi yang utama yaitu untuk mentransfer makanan dari mulut masuk ke lambung.
(5)

Stimulus yang dihasilkan oleh makanan yang masuk ke esofagus berupa rangsangan mekanik. Menelan menghasilkan rangsangan mekanis terhadap faring dan masuknya bolus ke esofagus memberikan efek distensi terhadap esofagus. Kemudian juga terjadi reflex berupa relaksasi dari proximal dari esofagus dan pada bagian distal terjadi kontraksi refleks ini juga disebut peristaltik yang berfungsi untuk mendorong makanan masuk ke lambung. Stimulasi dari esofagus bagian proxismal mengakibatkan lower esofagus sfingter relaksasi dan membuka sehingga (5) makanan masuk ke lambung. Lambung mempunyai 2 mekanisme untuk mencerna makanan yaitu fungsi mekanik dengan cara distensi dan kotraksi dari otot polos dari lambung dan dengan cara kimiawi dengan cara mengeluarkan asam lambung untuk mencerna protein di lumen. Perlu diketahui bahwa asam lambung yang dikeluarkan mempunyai pH yang sangat rendah sehingga bakteri yang tidak tahan asam akan mati sesaat setelah masuk ke lambung. Mukosa lambung menjaga dirinya dari efek buruk dari asam lambung dengan adanya prostaglandin. II.4 ETIOLOGI II.4.1 Etiologi perdarahan saluran makanan bagian atas Riwayat dan pemeriksaan fisik yang pada orofaring dan rongga nasal harus dilakukan untuk menyingkirkan (1) adanya darah yang tertelan sebagai sumber hematemesis. Ada empat penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas (SMBA) yang paling sering ditemukan, yaitu (1) ulkus peptikum, (2) gastritis erosif, (3) varises, dan (4) ruptur mukosa esofagogastrika. Semua keadaan ini meliputi sampai 90 persen dari semua kasus perdarahan gastrointestinal atas dengan ditemukannya suatu lesi yang (1) pasti. Ulkus peptikum yang mengenai lambung atau doudenum merupakan penyebab perdarahan SMBA yang paling sering ditemukan. Karena perdarahan merupakan manifestasi pertama pada ulkus peptikum, lesi ini harus dipertimbangkan secara serius bahkan kalau riwayat penyakit dengan ciri khas ulkus tersebut tidak didapat. Gastritis dapat berkaitan dengan konsumsi alkohol yang baru saja dilakukan atau dengan penggunaan obatobat antiinflamasi seperti aspirin atau ibuprofen. Erosi lambung lebih sering pada pasien yang mengalami trauma berat, pembedahan atau penyakit sistemik yang berat, khususnya para korban luka bakar dan pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Karena tidak ada gejala fisis yang khas, diagnosa gastritis harus harus dicurigai (1) kalau ditemukan kondisi klinis yang sesuai. Perdarahan varises secara khas terjadi mendadak dan masif; kehilangan darah gastrointestinal yang kronik jarang ditemukan. Perdarahan dari varises esofagus atau lambung biasanya disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hepatis. Meskipun sirosis alkoholik merupakan penyebab varises esofagus yang paling prevalen di Amerika serikat, setiap keadaan yang menimbulkan hipertensi portal dapat mengakibatkan perdarahan varises. Lebih lanjut, kendati adanya varises berarti adanya hipertensi portal yang sudah berlangsung lama, penyakit hepatitis akut atau infiltrasi lemak yang hebat pada hepar kadang-kadang dapat menimbulkan varises yang akan menghilang begitu abnormalitas hepar disembuhkan. Meskipun perdarahan SMBA pada pasien sirosis umumnya berasal dari varises sebagai sumber perdarahan, kurang lebih separuh dari pasien ini dapat mengalami perdarahan nyang berasal dari ulkus peptikum atau gastropati hipertensi portal. Keadaan yang disebut terakhir ini terjadi akibat penggembungan vena-vena mukosa lambung. Sebagai konsekuensinya, sangat penting menentukan penyebab perdarahan nagar penanganan yang tepat dapat dikerjakan. Dengan kemajuan bidang esofagogastroduodenoskopi, sindroma Mallory-Weiss ditemukan dengan frekuensi yang meningkat sebagai penyebab perdarahan SMBA akut. Laserasi mukosa terjadi didaerah batas esofagogastrika dan riwayat medisnya sering ditandai oleh gejala muntah tanpa isi atau vomitus tanpa darah, yang kemudian diikuti dengan hematemesis.
(1) (1) (1) (5)

Lesi perdarahan esofagus yang jarang termasuk esofagitis dan karsinoma; semua ini menyebabkan hilangnya darah kronik dan jarang menimbulkan perdarahan masif. Karsinoma gaster, Limpoma, Polip, dan Tumor lambung dan usus kecil lainya jarang menimbulkan perdarahan. Leiomioma leiomiosarkoma jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan divertikula duodenum dan jejunum relatif jarang terjadi. Insufisiensi vaskular pembulih darah mesenterik , termasuk penyakit oklusif dan nonoklusif, dapat menyebabkan diare berdarah. Ruptur aneurisma aorta aterosklerotik kedalam usus kecil hampir selalu fatal. Ruptur biasanya terjadi setelah pembedahan rekontruksi arteri dengan pembentukan fistula antar graf sintetik dan lumen usus. Perdarahan yang sedikit atau banyak dapat mendahului perdarahan masif yang mendadak dari fistulo aortoenterik. Perdarahan mendadak juga dapat terjadi setelah trauma yang dapat menyebabkan laserasi hepar; keadaan ini dapat (1) menyebabkan hilangnya darah kedalam saluran empedu. Diskrasi darah primer, vaskulitis dan kelainan jaringan ikat dapat menyebabkan perdarahan SMBA yang signifikan. Uremia dapat menyebabkan hilangnya darah dari gastrointestinal. Gejala yang paling sering adalah perdarahan kronik dari lesi yang difusdari mukosa lambung dan usus kecil.(1) II.4.2 Etiologi Perdarahan Saluran Makanan Bagian Bawah Lesi pada anus dan rektum. Sedikit darah yang berwrna merah cerah pada permukaan feses dan kertas toilet sering disebabkan oleh hemorhoid, fisura ani atau fistula. Perdarahan semacam ini biasanya dicetuskan oleh kotoran yang keras sehingga defekasi dilakukan dengan mengejan. Proktitis merupakan perdarahan rektum yang lain. Proktitis ini sering merupakan varian kolitis ulseratif yang terbatas dan bersifat idiopatik. Pada keadaan lain, terutama pada kaum laki-laki homoseksual atau pada pasien yang terinfeksi HIV, proktitis dapat disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV) atau gonore atau neoplasma. Trauma rektum merupakan penyebab hematokezia, dan benda asing yang dimasukkan kedalam lekukan rektum dapat menimbulkan perforasi disamping perdarahan rektum yang akut. Harus ditekankan bahwa kelainan patologi anus tidak meniadakan sumber-sumber kehilangan darah lainnya, (1) dan kemungkinan adanya sumber-sumber ini harus dicari dan dikesampingkan. Lesi pada kolon. Baik karsinoma kolon maupun polip pada kolon dapat menyebabkan kehilangan darah yang kronik. Angiodisplasia, yaitu telengiektesia mukosa, yang biasanya mengenai kolon ascendens, merupakan sumber utama perdarahan akut atau kronik pada pasien lanjut usia. Diare berdarah yang nyata sering dijumpai dan merupakan gejala yang tampak pada pasien kolitis ulserativa. Gejala ini tidak begitu sering dijumpai pada kolitis granulomatosa, tetapi darah okulta dapat ditemukan dalam tinja. Perdarahan dapat pula menyertai diare yang disebabkan oleh infeksi Shigella, Amoeba, Campylobacter, C.difficile, dan kadang-kadang salmonella. Pada pasien lanjut usia, kolitis iskemik dapat menyebabakan diare berdarah. Lesi ini dapat pula dijumpai pada perempuanyang (1) lebih muda, yang menggunakan preparat kontrasepsi oral. Divertikula. Perdarahan pada divertikula kolon merupakan penyebab terjadinya perdarahan gastrointestinal bawah yang masif. Gambaran yang lazim ditemukan pada perdarahan divertikula adalah tinja berwarna merah tua yang dikeluarkan tanpa rasa nyeri. Divertikula Meckel, yaitu suatu anomali kongenital pada ileum bagian dista, ditemukan pada sekitar dua persen populasi dan merupakan penyebab perdarahan akut yang penting pada anakanak serta dewasa muda. Meskipun hanya sekitar 15 persen dari divertikula ini yang mengandung mukosa lambung, (1) namun separuh lesi yang menyebabkan perdarahan akut berisi mukosa lambung. II.5 PATOFISIOLOGI Gejala perdarahan intestinal ini menunjukkan bahwa sumber perdarahan terletak di bagian proksimal. Warna darah yang dimuntahkan tergantung pada konsentrasi asam hidroklorida didalam lambung dan campurannya dengan darah. Jika vomitus terjadi segera setelah terjadinya perdarahan, muntahan akan tampak berwarna merah gelap, coklat, atau hitam. Bekuan darah yang mengendap pada muntahan akan tampak seperti ampas kopi yang khas. Hematemesis biasanya menunjukkan perdarahan disebelah proksimal ligamentum Treitz, karena darah yang (2) memasuki traktus gastrointestinal dibawah doudenum jarang masuk kedalam lambung.
(1) (1)

Anda mungkin juga menyukai