Anda di halaman 1dari 12

1.

2.

1.

2.

1.

2.

2.3.6

b.

c.

Diagnosis Pulpitis Reversible. Berdasarkan gejala dan tes klinis. Rasa sakit tajam, berlangsung beberapa detik, berhenti bla stimulus dihilangkan. Biasanya ditangani dengan membuang penyebabnya kemudian restorasi Pulpitis Ireversible. Tes pulpa listrik menginduksi suatu respon yang ditandai oleh variasa arus dibandingkan keadaan normal. Termobilitas, perkusi dan palpasi adalah negatis PSA, pulpotomi, pulpektomi dan pencabutan Diagnosis Banding Pulpitis reversible Rasa sakit umunya tidak terus-menerus, berlangsung beberapa detik sedangkan pulpitis ireversible, rasa sakit dapat berlangsung beberapa menit atau lebih lama. Pulpitis ireversible Pada pulpitis reversible, rasa sakit yang disebablan oleh stimulus thermal akan menghilang begitu stimulus thermal menghilang atau diambil. Sedangkan pada pulpitis ireversible, rasa sakt tetap ada setelah stimulus diambil.9 2.3.5 Prognosis Pulpitis reversible Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritasi diambil cukup dini. Kalau tidak kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis ireversible. Pulpitis ireversible. Prognosis pada gigiadalah baik jika pulpa diambil dan pada gigi dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat9 Rencana Perawatan Langkah-langkah perawatan saluran akar : a. Preparasi akses dengan tujuan : Memperolejh akses yang lurus. Menghemat jaringan gigi. Membuka atap pulpa. Penentuan panjang kerja Dilakukan untuk memperoleh jarak dari apeks yang telat bagi preparasi saluran akar dan kemudian obturasi panjang optimal adalah kurang dari 1-2mm dari apeks. Prosedur perawatan dapat berakhir pada 0-2 mm dari apeks jika giginya sudah nekrosis dan 0-3 mm jika pulpa sudah vital. Pembersihan dan pembentukkan saluran akar Pengangkatan pulpa saluran akar menggunakan teknik ekstirpasi yaitu dengan menggunakan jarum ekstirpasi yang ditusukkan ke dalam pulpas sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja, kemudian gagangnya beberapa kali ditarik. Teknik pembentukkan seluran akar : Preparasi standar. Preparasi berbentuk corong : crown down dan step back. Selama membentuk saluran akar, irigasi harus dilakukan, irigasi yang umunya dipakai adalah larutan NaOCl 2,5%, sifat irigasinya ideal adalah : Pelarut debris jringan Tidak toksis Tegangan permukaan rendah Pelumas Dapat membuang snear layer Faktor lain ( ketersediaan, harga, kemudahan, ketahanan, penyimpanan)

d. Obturasi (pegisian saluran akar). Tujuan dilakukannya obturasi adalah menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang sistem saluran akar dan korona sampai apeks material obturasi ada yang solid ( gutaperca, kon perak, kirgi) dan semi solid atau pasta (ZnO dan eugenol). Teknik kondensasi dengan gutaperca dapat menggunakan kondensasi lateral ataupun kondensasi vertikal. e. Restorasi. Pilihan mengenai restoasi yang bagaimana yang akan disebut setelah perawatan seluran akarnya dimulai, walaupun keputusan final mengenai restorasi yang tepat sering hanya dapat diambil ketika perawatan sedang dilakukan. 9 2.3.7 TRIAD Endodontik Triad endodontik merupakan tiga tahapan yang harus dilakukan pada prosedur endodontik yang digambarkan dalam bentuk segitiga dimana tahapan yang pertama mempengaruhi tahapan berikutnya. Tahapan-tahapan ini yaitu : 2.3.7.1 Akses yang Lurus11 Preparasi akses memiliki beberapa tujuan yaitu (1) memperoleh akses yang lurus, (2) menghemat jaringan gigi dan (3) membuka atap pulpa untuk memajankan orifis dan membuang tanduk pulpa. Teknik akses Bur yang dipakai pada preparasi akses adalah bur fisur lurus atau tirus, kadangkadang ditambah dengan bur bulat. Langkah langkah dalam preparasi akses yaitu : a. Buat kavitas akses kasar ke dalam dentin, mendekati kamar pulpa dengan henpis kecepatan tinggi. b. Tembus dan buka atap kamar pulpa dengan bur kecepatan tinggi. Ada baiknya mengukur jarak antara permukaan insisal atau oklusal dengan radiograf. Jarak ini ditransfer ke bur agar diperoleh pedoman sebarapa dalam harus mengebur. c. Cari lokasi orifis dengan sonde endodonsia (sonde lurus) d. Buang rak dentin yang bisanya menutupi dan menghalangi pandangan ke orifis pada molar dengan bur bulat kecil yang memiliki shak panjang atau fisur tirus kecil atau dengan bur intan. e. Eksplorasi saluran akar dengan kirgi kecil sebelum memperoleh akses lurus, hal ini untuk menentukan apakah saluran akar cukup lebar untuk mengakomodasikan GGd. Evaluasi dilakukan dengan kirgi kecil (ukuran 10 atau 15) diset pada panjang kerja perkiraan untuk masing - masing saluran akar, tiap saluran akar dieksplorasi dan dimulai dengan kirgi yang terkecil kemudian diteruskan ke yang lebih besar dengan tetap pada panjang kerja perkiraan agar diperoleh patensi. f. Kadang kadang instrument kecil pun tidak dapat mencapai panjang kerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh sumbatan di dalam saluran akar atau karena konstriksi (instrument makin lama makin serat dan kemudian berhenti di saluran akar yang kecil). g. Saluran akar kecil harus cukup lebar bagi lewatnya GGd. Hasil yang paling baik dicapai dengan metode preparasi step-back. h. Setelah preparasi step-back dilakukan, segmen korona siap di GGd. Pada sebagian kasus GGd yang digunakan adalah nomor 2,3 dan 4. i. Jalankan bur no 2 atau 3 dengan kecepatan sedang dan tekanan ringan beberapa mm ke dalam saluran akar. Jangan ditekan ke arah lateral, dan jangan membuat akses lurus dengan bur no 2 atau no 3.

j. Jalankan bur no 4 sampai mendekati kedalaman yang dicapai oleh bur no 3. Gunakan bur no 4 untuk memperoleh akses lurus. GGd selalu digunakan menjauhi bifurkasi akar agar tidak terjadi perforasi akar. k. Akses lurus diperiksa dengan kirgi yang harus dapat lewat tanpa hambatan ke dalam saluran akar. Menetukan panjang kerja a. Film diagnostic yang dibuat dengan teknik kesejajaran diukur dari titik acu ke apeks menggunakan penggaris endodonsia yang mempunyai millimeter. b. Panjang diperoleh dari panjang radiografis dikurangi 3 mm. c. Stopper instrument sesuai dengan panjang kerja perkiraan dipasang pada masing-masing kirgi kecil. d. Ukuran kirgi yang dipakai untuk mengeksplorasi saluran akar makin besar sampai diperoleh ukuran kirgi yang mengunci di dalam saluran akar pada panjang kerja perkiraan atau sedikit lebih pendek. e. Pada gigi berakar lebih dari satu, semua saluran akar harus diberi kirgi 2.3.7.2 Pembersihan dan pembentukan saluran akar.11 a. Penentuan kirgi master. Kirgi apeks master (KAM) adalah kirgi terbesar yang bisa agak sesak pada ujung panjang kerjanya. KAM ditentukan dengan menempatkan kirgi secara pasif dan bertahap dengan ukuran sepanjang kerja hingga akhirnya diperoleh kirgi terbesar sepanjang kerja yang ujungnya agak sesak. b. Preparasi akses. Tujuan dari preparasi apeks ini adalah (1) membantu agar instrument, material dan zat kimia tetap bekerja di lingkungan saluran akar, tidak melewatinya. (2) untuk menciptakan atau mempertahankan suatu barier guna mengkondensasikan gutaperca. Instrument yang digunakan adalah instrument yang besarnya satu atau dua nomor lebih kecil dari KAM. Instrument ini dimasukkan ke dalam panjang kerja, digerakkan ke segala arah dan menyentuh ujung yang buntu di semua daerah. c. Ekstirpasi pulpa. Pembuangan pulpa vital dan nekrotik sampai bersih benar dari daerah akar disebut debridement. Pembuangan ini dilakukan dengan jarum ekstirpasi. Jarum ekstirpasi harus sesuai dengan dimensi saluran akarnya tetapi tidak boleh terlalu pas sehingga dapat menyangkut pada dinding. Jarum ekstirpasi ditusukkan ke dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja. Gagangnya diputar beberapa kali kemudian ditarik. d. Preparasi standar. Preparasi berbentuk corong merupakan preparasi yang umum digunakan. Cara melakukannya (1) jajagi saluran akar hingga mencapai panjang kerja dengan kirgi kecil, (2) preparasi dentin korona guna mempermudah penempatan kirgi besar, dengan memakai GGd atau instrumen pembuka orifis atau kirgi genggam, (3) tentukan ukuran KAM, (4) lebarkan saluran akar apkes dengan teknik step-back atau crown-down untuk membersihkan dan membentuk saluran akar. Teknik step-back pasif

Ini adalah langkah setelah akses lurus dan KAMnya ditentukan. Setelah prepaasi apeks, penirusan saluran akar (berbentuk corong ke arah korona) sisanya dilakukan dengan memendekkan panjang kerja sepanjang 0,5 mm setiap kali mennganti kirgi dengan satu nomor yang lebih besar. Setiap selesai menggunakan kirgi step-back, lakukan rekapitulasi dengan kembali ke panjang KAM (atau kirgi yang lebih kecil). Instrumen dirotasikan untuk mengeluarkan debris tetapi tidak melebarkan saluran akar di apeks. Bahan irigasi Irigasi saluran akar dan antiseptik Ada 3 macam irigasi saluran akar yang digunakan yaitu : 1) Larutan H2O2 3 %. 2) Larutan NaOCl 1 %,2% dan 5%. 3) Providon iodine seperti septadine, isodine, ataupun betadine gargie. Indikasi dari obat irigasi tersebut antara lain : 1) Melarutkan kotoran jaringan pulpa. 2) Secara mekanis mengeluarkan kotoran-kotoran yang melekat pada saluran akar. 3) Membunuh kuman-kuman. 4) Memutihkan jaringan gigi. 5) Melicinkan saluran akar. Efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian irigasi adalah: 1) Konsentrasi pekat NaOCl dapat merangsang jaringan periapikal. 2) Pemakaian H2O2 3% saja dapat mengakibatkan iritasi jaringan periapikal. 3) Pemakaian septadine ataupun betadine yang berlebihan dapat menimbulkan stomatitis (peradangan jaringan lunak mulut). Cara pemakaian Ke dalam saluran akar diirigasikan H2O2 3 % baru kemudian larutan NaOCl. Karena pemakaian H2O2 akan terurai menjadi H2O + O2 dimana O2 akan mengiritasi jaringan periapikal dan menimbulkan rasa sakit. Oleh karena itu, harus dinetralisir dengan NaOCl dan akan terjadi reaksi NaOCl + H2O2 NaOCl + H2O + O2. Pemakaian septadine, isodine, maupun betadine dapat cara menyemprotnya kedalam saluran akar. Setelah saluran akar di irigasi, maka tahap selanjutnya adalah sterilisasi saluran akar. Obat-obatan antar kunjungan / non-spesifik CHKM(Chlorophenol Kainfer Menthol) Sifat-sifatnya : o Desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil. o Mempunyai spectrum anti bakteri yang luas. Indikasi : o Semua perawatan saluran akar gigi. o Gigi yang mempunyai kelainan apikal. Clesatin : mempunyai sifat dan indikasi pemakaian yang sama dengan chkm.

Cresophene : dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awal akibat instrumentasi berlebih. Formokresol Sifatnya : o Desinfeksi o Mumifikasi jaringan pulpa. Indikasi : o Fiksasi pada perawatan pulpotomi. o Kasus-kasus darurat dimana peradangan pulpa masih dalam kamar pulpa. TKF (TriKresol Formalin) Bahan ini mempunyai sifat merangsang jaringan periapikal sehingga mengakibatkan jaringan menjadi nekrosis. Eugenol Sifatnya sedatif (menenangkan rangsangan atau kegelisahan). Misalnya : diazepam. Indikasi : o Pemakaian setelah pulpektomi. o Sebagai bagian dari sealer saluran akar. o Sebagai campuran dari tambalan sementara. CMCP Merupakan desinfektan yang stabil dan efektif pemakaiannya. Obat ini digunakan pada gigi non vital. Cara penggunaan : Keringkan saluran akar dengan papper point kemudian ambil kapas kecil dan basahi obat sterilisasi saluran akar dan diletakkan di atas kamar pulpa dan diatasnya di tutup dengan tambalan sementara. 2.3.7.3 Obturasi.11 Obturasi bertujuan untuk menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang system saluran akar, dari korona sampai ke ujung apeks. 1. Material Obturasi Inti Sifat Material Obturasi yang Diinginkan Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar. Dapat menutup saluran akar lateral dan apeks dengan baik. Tidak mengerut setelah dimasukkan dalam saluran akar. Kedap cairan. Dapat membunuh bakteri atau setidaknya menghalangi pertumbuhan bakteri. Radiopak. Tidak membuat struktur gigi berubah warna. Tidak mengiritasi jaringan periapeks atau memengaruhi struktur gigi. Steril atau mudah disterilkan. Mudah dikeluarkan dari saluran akar. a. Material Solid 1) Gutaperca

2)

3)

b. 1)

2)

2. a.

b.

Komposisi. Komponen utama gutaperca adalah oksida seng (ZnO), sekitar 75%. Gutapercanya adalah sekitar 20% dan memberikan sifat yang unik pada konnya seperti sifat plastis. Komponen sisanya terdiri dari zat pengikat, zat pengopak (opaque), dan zat warna. Keuntungan. Pertama adalah plastisitasnya; gutaperca dapat beradaptasi terhadap ketidakteraturan pada saluran akar yang telah dipreparasi. Kedua, gutaperca relatif mudah ditangani dan dimanipulasi meskipun teknik obturasinya cukup kompleks. Ketiga, gutaperca mudah dikeluarkan dari saluran akar, baik sebagian ketika akan empreparasi pasak, atau seluruhnya ketika akan melakukan perawatan ulang. Keempat, toksisitasnya relatif ringan karena hampir tidak berubah selama berkontak dengan jaringan ikat. Kelima, gutaperca bersifat swa-sterilisasi, yaitu tidak memfasilitasi pertumbuhan bakteri. Dan terakhir, adalah gutaperca dapat dikendalikan panjangnya. Kon Perak Walaupun keberhasilan dalam kerapatan jangka pendeknya sebanding dengan keberhasilan kerapatan gutaperca, untuk jangkan panjang, kon perak bukan pilihan yang baik. Masalahnya adalah ketidakmampuannya untuk beradaptasi dan toksisitas dari korosinya. Selain itu, kekerasan dan kecekatannya dalam saluran akar, kom perak akan sukar diangkat seluruhnya jika harus dilakukan rawat ulang, atau diambil sebagian ketika harus membuat preparasi untuk pasak. Ditambah, jika berkontak dengan bur kerapatannya akan pecah. Kirgi sebagai Material Inti Kekurangan utamanya adalah bahwa. Karena kompleksnya saluran akar dan desain kirginya, kerapatan yang sempurna tidak akan pernah tercapai. Pengambilan kembalinya akan sukar andaikata gigi harus dirawat ulang atau diperlukan pemasangan pasak. Material Semisolid Oksida Seng (ZnO) dan Eugenol Formula pasta ini diklaim memiliki sifat antimikroba, aktivitas terapi biologik, dan keunggulan lainnya walaupun tidak ada bukti bahwa pasta itu berperan menguntungkan sebagai material obturasi. Plastik Semen saluran akar berbasiskan resin seperti AH26 dan Diaket telah dianjurkan sebagai material obturasi tunggal. Semen saluran akar ini memiliki kekurangan yang sama dengan pasta sehingga tidak banyak dipakai. Siler Saluran Akar Sifat Siler Saluran Akar yang Diinginkan Toleransi jaringan. Tidak mengkerut ketika mengeras. Waktu pengerasan yang lambat. Keadhesifan. Keradiopakan. Tidak mewarnai gigi. Larut dalam pelarut. Tdak larut dalam cairan jaringan dan jaringan mulut. Bersifat bakteriostatik. Menciptakan kerapatan yang baik. Berbasis OSE Keuntungan utamanya adalah riwayat keberhasilannya yang telah berlangsung lama. Kualitas positifnya jelas mengalahkan aspek negatifnya, yaitu mewarnai gigi, waktu pengerasan yang sangat lambat, tidak adhesif, dan larut. Plastik

Contohnya adalah AH26. Sifatnya adalah antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik. Kekurangannya adalah mewarnai gigi, relatif tidak larut dalam pelarut, agak sedikit toksik jika belum mengeras, dan agak larut pada cairan mulut. c. Kalsium Hidroksida Memiliki sifat antimikroba dan kerapatan jangka pendek yang adekuat. Tidak direkomendasikan. d. Semen Ionomer Kaca Keuntungannya bisa beradhesi ke dentin sehingga diharapkan bisa menciptakan kerapatan yang baik di apeks dan korona dan biokompatibel. Kekerasan dan ketidaklarutannya menyukarkan perawatan ulang jika diperlukan dan menyukarkan pembuatan pasak. 3. Tahap Obturasi Buat campuran siler saluran akar dan aplikasikan ke dinding saluran akar. Masukkan kon master, tanpa dilapisi siler, secara perlahan agar kelebihan siler dan udara bisa menyingkir. Beri tanda panjang yang dikehendaki pada kon aksesori dengan menjepitnya dengan pinset, sebelum penguak dimasukkan dan dikeluarkan. Penguak yang panjangnya telah ditandai didesakkan ke arah apeks diantara kon master dan dinding saluran akar dengan tekanan yang kuat untuk menciptakan ruangan bagi kon aksesori berikutnya. Untuk membebaskan penguak, putar penguak bolak balik pada sumbu panjangnya. Setelah penguak diangkat maka segera masukkan kon gutaperca aksesori yang telah diukur ke ruang yang telah terkuak itu. Setelah memasukkan satu atau dua kon, boleh saja dibuatkan radiograf sehingga jika panjang kon tidak sesuai dapat diganti dengan kon master yang baru yang pas dan sesuai panjangnya. Ulangi tahap ini sampai penguak tidak dapat lagi melewati sepertiga apeks saluran akar. Pada tahap ini, obturasi diperiksa dengan radiograf. Potong kelebihan gutaperca dengan instrument panas. Mampatkan gutaperca panas di daerah servikal dengan kondensasi vertikal. Bersihkan kamar pulpa dengan seksama memakai kapas yang dibasahi alkohol atau kloroform. Tutup dengan tambalan sementara atau permanen. Buat radiograf setelah gigi ditambal dan isolator karet dilepas. (Walton, Grossman) 2.3.8 Perawatan Darurat Endodontik Kedaruratan endodontik dikaitkan dengan nyeri dan/atau pembengkakan serta memerlukan diagnosis dan perawatan yang segera. Kedaruratan endodontik dibagi menjadi dua kategori, yaitu kedaruratan prarawat dan kedaruratan antar-kunjungan dan pasca obturasi. 1. Kedaruratan Prarawat Kedaruratan prarawat adalah situasi ketika pasien datang pertama kali dengan nyeri parah dan/atau pembengkakan. Biasanya timbul problem dalam diagnosis dan perawatannya. 2. Kedaruratan Antar-Kunjungan dan Pascaobturasi Kesakitan pada saat perawatan ini disebut juga sebagai flare-up. Walaupun merupakan suatu kejadian yang tidak mengenakkan, keadaan ini lebih mudah ditangani karena gigi penyebabnya telah teridentifikasi dan diagnosisnya telah ditegakkan. Selain itu, preklinik telah memiliki pengetahuan menganai prosedur sebelumnya dan akan bisa mengoreksi problem ini dengan lebih baik.12 Untuk memudahkan pemilihan suatu rencana perawatan yang efektif, keadaan darurat juga diklasifikasikan menjadi pulpitis reversibel akut dan pulpitis ireversibel akut. 1. Pulpitis Reversibel Akut

2.

1.

a.

b.

c.

Pulpitis reversibel akut dapat dirawat berhasil dengan prosedur paliatif. Menemukan gigi yang terlibat biasanya adalah suatu proses mudah, pasien dapat menunjukkan gigi yang sakit. Diagnosis dan asal mula kondisi dapat ditegaskan oleh pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiografik gigi yang diisolasi. Bila suatu restorasi yang belum lama dibuat mempunyai titik kontak premature, memperbaiki kontur gigi yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri yang bertahan ini timbul setelah preparasi kavitas, atau karena pembersihan kavitas secara kimiawi atau kebocoran restorasi, maka restorasi harus diambil dan diganti dengan semen sedative misalnya semen sengoksida-eugenol. Cara yang sama dapat digunakan bila karies berulang terjadi. Pulpitis Ireversibel Akut Bila pasien memberikan gambaran rasa sakit yang berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam, atau rasa sakitnya adalah spontan atau mengganggu tidurnya, atau timbul bila membungkuk, kemungkinan besar bahwa pasien lebih memerlukan pulpektomi pada gigi bersangkutan yang terserang daripada terapi paliatif untuk meringankan gejala rasa sakit.13 Perawatan terhadap keadaan darurat endodontik. Pulpektomi Pulpektomi adalah tindakan mengambil seluruh jaringan pulpa dari saluran akar dan korona gigi. Pulpektomi Vital Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi dengan karies yang telah meluas kea rah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur. Teknik : Diagnosis (foto roentgen I). Anestesi Lokal. Isolasi (absolut). Preparasi kavitas dengan bur bulat, 3% perdarahan dihentikan dengan H2O2. Pembersihan biomekanis dengan jarum ekstirpasi, bur gates, reamer, file, dan lain-lain. Menentukan panjang kerja, foto jarum (foto roentgen II), endometer lanjutan biomekanikal. Irigasi H2O2 3% + Ultrasonik NaOCl 5%, keringkan dengan paper point. Pengisian saluran akar bergantung pada restorasi akhir (foto roentgen III). Tambalan sementara Zn(PO)4 atau oksida seng eugenol. Tambalan tetap. Pulpektomi Devital Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi pasien yang tidak tahan terhadap anestesi, juga sering dilakukan untuk gigi sulung. Teknik : Diagnosis (foto roentgen I). Isolasi (relatif/absolut). Preparasi kavitas, keringkan. Peletakan bahan devitalisasi (Toxavit). Tambalan sementara, semen oksida seng eugenol atau semen Zn(PO)4 R/Analgetik. Ekstirpasi pulpa, preparasi saluran akar, irigasi NaOCl 5%, H2O2 3%, foto jarum, endometer (foto roentgen II), ultrasonik. Keringkan, peletakan kapas steril, tambalan sementara. Pengisian saluran akar dengan pasta tubli seal + gutap semen. Tambalan tetap. Pulpektomi Nonvital Pulpektomi nonvital dilakukan pada gigi yang didiagnosis gangren pulpa atau nekrosis.

1.

2.

3.

Teknik : Diagnosis (foto roentgen I). Isolasi (relatif/absolut). Trepanasi preparasi kavitas, preparasi saluran akar secara manual dan ultrasonik. Irigasi H2O2 3%, NaOCl 5%, keringkan dengan saluran akar dengan paper point. Peletakan bahan desinfektan, septomixine dan lain-lain. Tambalan sementara semen Zn(PO)4, R/ Antibiotik, R/ Analgesik (hanya jika sakit). Pengisian saluran akar dengan gutaperca + pasta tubli seal (foto roentgen III). Tambalan tetap.14 2.5 Farmakologi 2.5.1 Anestesi Lokal Faktor yang mempengaruhi anastesi : Kekhawatiran dan kecemasan Emosi berperan dalam persepsi pasien mengenai perawatan dan juga mengenai reaksi terhadap nyeri. Pasien akan menjadi cemas dan khawatir akibat cerita seram yang didengarnya mengenai nyeri itu sendiri saat perawatan endodonsi. Kelelahan Selama menderita sakit gigi banyak pasien tidak tidur dengan nyenyak berhari-hari lamanya. Pada akhirnya pasien dalam menanggulangi stress menurun dan kurang dapat mentoleransi nyeri. Inflamasi Jaringan Jaringan terinflamasi menyebabkan ambang rangsang persepsi nyeri menurun. Jaringan yang terinflamasi jauh lebih sensitive terhadap stimulus yang lebih rendah dimana jaringan terinflamasi lebih sukar dianastesi. 4. Kegagalan anastesi Weinstein dan kawan-kawan melaporkan bahwa kesukaran yang telah dialami dalam memperoleh anastesia mungkin menyebabkan ketidakstabilan anastesi si masa depan. Anastesi Mandibula Anestetik yang paling umum digunakan adalah lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000. Kecuali disebutkan lain, larutan anestetik yang digunakan adalah larutan tersebut. Lidokain adalah obat yang aman dan efektif. Vasokontriksi pada umumnya merupakan bahan yang aman. Pada sejumlah kecil keadaan, yakni pada pasien yang sedang minum antidepresan trisiklik atau agen pemblok adrenergic nonselektif, atau pasien dengan penyakit jantung sedang sampai parah terdapat potensi untuk timbul masalah.

1.

2. 3.

4.

Tanda-tanda keberhasilan atau kegagalan anastesi setelah injeksi : Rasa kebas dibibir (5-7 menit). Berarti injeksi telah memblok saraf kejaringan lunak bibir. Walaupun tidak berarti bahwa pulpa telah teranastesi. Jika kebaalan bibir tidak timbul, berarti anastesi blok gagal. Awitan anastesi pulpa (10-15 menit). Durasi. Durasi anastesi pulpa mandibula cenderung lebih sering di molar dan premolar, dan sedikit kurang berhasil di gigi anterior. Keberhasilan. Anastesi pulpa pada mandibula cenderung lebih sering dimolar dan premolar dan sedikit kurang berhasil di gigi anterior. Anastesi Maksila

Kecuali disebutkan lain, larutan anastetik yang digunakan adalh larutan konvensional yakni lidokain 2% dengan apinefrin 1:100.000. Secara klinis anastesia lebih mudah berhasil di maksila daripada dimandibula. Injeksi yang paling umum untuk daerah maksila adalah injeksi infiltrasi. Faktor yang berkaitan dengan anastesi maksila 1. Rasa baal dibibir. Biasanya terjadi dalam beberapa menit. Anastesi jaringan lunak tidak berhubungan sepenuhnya dengan durasi anastesi pulpa karena pulpa tidak teranastesi sama lamanya dengan jaringan lunak. 2. Keberhasilan dan kegagalan. Infiltrasi maksila lebih berhasil daripada blok nervus alveolaris inferior. 3. Awitan anastesi (3-5 menit) di pulpa. 4. Durasi pada sepertiga pasien anastesi pulpa pada: Gigi anterior menurun sekitar kurang lebih 30 menit, dan menghilang kurang lebih 60 menit. Pada gigi premolar dan molar satu, pasien tidak mengalami anastesi pulpa kurang lebih 45 menit dan sebagian hilang sekitar 60 menit.17 2.5.2 Antibiotik Antibiotik adalah bahan penolong teraupetik yang tidak ternilai harganya. Digunakan sebagai pelindungan profilaktik pada pasien yang secara media membahayakan dan pada keadaan khusus, suatu perawatan tambahan infeksi periapikal akut atau infeksi periodontal. Jangan memberikan resep antibiotik tanpa pengetahuan pasti apakah pasien tidak alergi terhadap bat tersebut. Penggunaan antibiotik bisaanya dibatasi pada perawatan tambahan penyakit periapikal akut dan periodontal dan hanya bila benar benar diperlukan. Antibiotik yang paling sering digunakan pada perawatan endodontik darurat adalah : 1. Penicilin Efektif terhadap kasus gram dan terutama strain varidans, bakteri seperti batang, bakteri aerob. Cara kerjanya dengan menghambat sintetis dinding sel pada waktu perkembang biakan mikroorganisme. Kekuatan mikrobanya adalah bakterisidal. Penicilin V dengan asam stabil adalah antibiotika pilihan yang diberikan lewat mulut pada pasien yang secara medis membahayakan.. pedoman standar yang dianjurkan untuk prosedur perawatan gigi ; penicilin V 20 gram diminum 1 jam sebelum perawatan, selanjutnya 1,0 gram 6 jam kemudian. 2. Erythomychin Digunakan bila elergi terhadap penicilin. Cara kerjanya menghambat sinlesis protein, spektrum. Antibakterialnya adalah penicilin. Merupakan asam labial , yang sebaiknya digunakan bersama makanan. Dapat diberikan dalam bentuk tablet dengan lapisan yang gak dapat dilarutkan oleh asam , untuk menjamin tingkat daerah yang efektif dan untuk mencegah inaktivitas oleh asam lambung. 3. Cerhalexin Berguna untuk merawat endodontik darurat adalah cephalexin 250-500 mg tiap 6 jam, clidamycin phospate 150-300 mg tiap 6 jam, tetracyline hydrochloride 250-300 mg tiap 6 jam Tetracyline adalah yang paling tidak efektif diantara semua antibiotik untuk keadaan darurat endodonsia.18 3.5.3 Analgesik 1. Indikasi dan kontraindikasi analgesik a. Indikasi: o Aspirin : nyeri kecil

o Ibuprofen : nyeri keci, nyeri sedang, nyeri berat. o Acethaminophen : nyeri kecil, nyeri sedang, nyeri berat. o Golongan salisilat : sakit gigi dan sakit kepala o Paraminolfenol : sama dengan salisilat tetep untuk jangka pendek. o Orhydrocodeine : nyeri berat. b. Kontra indikasi o Aspirin : ulserasi peptis, systemic steroid, tidak di sarankan untuk menyebabkan Reyes syndrome. o Paracetamol : penyakit jantung. o Analgesik tidak di anjurkan secara continue. c. Dosis Analgesik Nama Batas Dosis (non narkotik) Dagang (mg) Acimetaminophen Rylenol etal 325-1000 Aspirin Naspro 325-1000 Diflunisal Dolobid 250-1000 Diclofenol potasium Cataflam 50-100 Etodolac Lodine 200-400 Fenoprofen Nalfon 200 Flurtiprofen Ansaid 50-100 Ibuprofen Motrin etal 200-400 Ketorolac Toradol 10 (oral) Naproxen Na Anaprox etal 220-550 Naproxen Naprosyn 250-500 Ketaprofen Orudis 25-75 Rofecoxib Vioxx 12,5-50

anak-anak karena bisa

Dosis perhari (mg) 4000 4000 1500 150-200 1200 1200 200-300 2400 40 1650 1500 300 50

Opioid Analgesik Codeine Oxycodone Hydrocodone Dhydrocodone Propaxyphene Proxyphene Mependen Tramadol

Dosis (mg) 60 5-6 10 60 102 146 90 50

Penggunaan Analgesik Nyeri ringan sampai sedang. Tablet aspirin, 300 mg (1-3x, setiap 4-6 jam) Paracetamol tablet, 500 mg (1-2x, setiap 6 jam) Ibuprofen tablet, 600 mg (1-2x, setiap 4-6 jam) Nyeri sedang sampai berat. Dihydrocodeine tablet, 30 mg (setiap 4-6 jam) setelah makan.

Nyeri berat. Tablet pethidine, 25 mg (2-4x, setiap 4 jam). Nyeri ringan atau kecil. 200-400 mg ibuprofen. 650 mg aspirin. Kalau ibuprofen diindikasikan, gunakan: 600-1000 acetaminophen. Nyeri sedang. 600-800 mg ibuprofen. 400 mg ibuprofen + analgesik combo = 60 mg codeine. Kalau di kontraindikasikan yang di atas. 600-1000 mg acetaminophen + opiate = 60 mg codeine. Nyeri berat. 600-800 mg ibuprofen + analgesik combo = 10 mg oxycodone Jika di kontraindikasikan gunakan 1000 mg acetaminophen + apiate = 10 mg oxycodone Efek samping - Golongan pirazolon : agrunositosis dengan gejala demam tinggi, lemas, luka di tenggorokan. - Golongan asam organic lainnya; gangguan penecernaan hipertensi, dll. Gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal serta reaksi alergi pada kulit, jika diguakan dalam jangka waktu panjang serta dosis yang tinggi.18
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. 2008. P. 146-7 Walton, Richard E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed.3. Jakarta: EGC. 2008. P. 33 Walton, Richard E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed.3. Jakarta: EGC. 2008. P. 36 Grossman LI. Oliet S. Rio CED. Ilmu Endodontik dalam Praktik. Ed.11. Jakarta: EGC. 1995. 142 Cohen, Stephen dan Richard C.Burns. Pathways of The Pulp. Mosby Co. St. Loius. 2002. 53 Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. 2008. P. 148 http://www.scribd.com/doc/59222067/fokal-infeksi Walton, Richard E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed.3. Jakarta: EGC. 2008. P. 321-2 Grossman LI., Oliet S., Rio CED. Ilmu Endodontik dalam Praktik. Ed.11. Jakarta: EGC. 1995. 6584 Walton Richard E. Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed. 3. Jakarta: EGC. 2008. P. 66-7 Walton Richard E. Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed. 3. Jakarta: EGC. 2008. P. 204-285 Walton Richard E. Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed. 3. Jakarta: EGC. 2008. P. 332 Grossman LI. Oliet S. Rio CED. Ilmu Endodontik dalam Praktik. Ed.11. Jakarta: EGC. 1995. P.20-1, 114-9 Rasinta Tarigan. Perawatan Pulpa Gigi. Ed. 2. Jakarta : EGC. 2006. P. 145-9 Atik R. (Sited : 07:19 Available form URL : http://akudoktergigi.blogspot.com/2008/01/penyambuhan-penyakit-pulpa.html) Walton Richard E., Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed. 3. Jakarta : EGC. 2008. P. 317-8, 60-70, 375-8, 341-2, 115-129. Walton Richard E., Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Ed. 3. Jakarta : EGC. 2008. P. 31-35, 114 131 Cohen, Stephen dan Richard C.Burns. Pathways of The Pulp. Mosby Co. St. Loius. 2002. Diposkan oleh Cut Putri Zakirah di 19.05 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai