Anda di halaman 1dari 9

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Pengantar Penelitian ini dilaksanakan di Gedung Gereja KIBAID Dirgantara Makassar mulai tanggal 10 sampai tanggal 17 Februari 2013. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh, dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Sedangkan pengolahan data dengan menggunakan komputer program SSPS for windows versi 20. Kemudian selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan 5% ( = 0.05).

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gereja KIBAID (Kerapatan Injil Bangsa Indonesia) Dirgantara Makassar merupakan salah satu gereja KIBAID yang ada di Makassar. Berbadan Hukum No.A.15/1/33 Tahun 1949. Terdaftar pada Dirjen Bimas Kristen Departemen Agama RI No. 159 Tahun 1989. - Tanggal Didirikan - Diresmikan - Alamat : Tahun1984 : Tahun1995 : Jl. Dirgantara Lr. VII No. 1A, Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan Kode Pos 90231 - Telepon : (0411)- 441807

40

41

Visi Misi

: Terwujudnya jemaat yang misioner : 1. Memantapkan pengajaran dokma 2. Membangun sumber daya manusia yang kuat 3. Menyediakan dana yang memadai Dalam jemaat gereja tersebut terbagi lagi atas beberapa kelompok

yaitu RESMI (Remaja Sekolah Minggu), PKM (Persekutuan Kaum Muda), PKW (Persekutuan Kaum Wanita) , dan PKP (Persekutuan Kaum Pria).

3. Karakteristik Responden a. Berdasarkan Kelompok Umur Dari penelitian yang telah dilaksanakan di Gedung Gereja KIBAID Dirgantara Makassar diperoleh data dari 35 responden, jumlah terbanyak berada pada umur 40-45 tahun yaitu 10 orang (28,6%) dan jumlah responden terkecil berada pada umur 28-33 yaitu 2 orang (5,7%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu-Ibu Persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar Tahun 2013 Kelompok Umur 22 27 28 - 33 34 - 39 40 45 46 51 52 Total Sumber: Data Primer Frekuensi 3 2 3 10 9 8 35 Persentase (%) 8.6 5,7 8,6 28,6 25,7 22,9 100,0

42

b. Berdasarkan Pendidikan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Gereja KIBAID Dirgantara Makassar, dari 35 responden diperoleh data jumlah pendidikan responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu 18 orang (51,4%) dan pendidikan responden terkecil berada pada pendidikan S2 yaitu 1 orang (2.9%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu-Ibu Persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar Tahun 2013 Pendidikan SMP SMA D3 S1 S2 Total
Sumber : Data Primer

Frekuensi 5 18 6 5 1 35

Persentase (%) 14,3 51,4 17,1 14,3 2,9 100,0

c. Berdasarkan Pekerjaan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Gereja KIBAID Dirgantara Makassar, dari 35 responden diperoleh data jumlah pekerjaan responden terbanyak adalah IRT yaitu 26 orang (74,3%) dan jumlah pekerjaan responden terkecil adalah wiraswasta yaitu 4 orang (11,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

43

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu-Ibu Persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar Tahun 2013 Pekerjaan IRT Wiraswasta PNS Total
Sumber : Data Primer

Frekuensi 26 4 5 35

Persentase (%) 74,3 11,4 14,3 100,0

4. Hasil Analisa Variabel Yang Diteliti a. Analisis Univariat 1) Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara di Gereja KIBAID Dirgantara Makassar tahun 2013, menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat jumlah responden berpengetahuan baik+cukup yaitu 32 orang (91,4%), dan jumlah responden memiliki pengetahuan kurang yaitu 3 orang (8,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar Tahun 2013 Pengetahuan Baik+cukup Kurang Total
Sumber : Data Primer

Frekuensi 32 3 35

Persentase (%) 91,4 8,6 100,0

44

2) Tindakan SADARI Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan tindakan SADARI di Gereja KIBAID Dirgantara Makassar tahun 2013, menunjukkan bahwa dari 35 responden

terdapat jumlah responden yang melakukan SADARI yaitu 28 orang (80%) dan yang tidak melakukan SADARI yaitu 7 orang (20%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Tindakan SADARI Ibu-Ibu Persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar Tahun 2013 Tindakan Melakukan Tidak Melakukan Total
Sumber : Data Primer

Frekuensi 28 7 35

Persentase (%) 80 20 100,0

b. Analisis Bivariat Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri pada ibu-ibu persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar. Dari analisa data bivariat dengan menggunakan tabel 3x2 didapatkan ada 4 sel yang nilai expected count kurang dari 5. Oleh sebab itu dilakukan penggabungan sel, menjadi 2x2 sehingga dilakukan kembali uji Chi Square dengan uji altrnatif yaitu Fisher Exact Test. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif Fishers Exact Test didapat nilai p = 0.005, bila dibandingkan dengan nilai =0,05 berarti nilai p. Maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demikian berarti ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan

45

tindakan pemeriksaan payudara sendiri pada ibu-ibu persekutuan Gereja KIBAID Dirgantara Makassar. Tabel 5.6 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan TindakanPemeriksaan Payudara Sendiridi GerejaKIBAID Dirgantara 2013
Tindakan SADARI

Melakukan f
Tingkat Pengetahuan

% 80 0 80

Tidak Melakukan f % 4 3 7 11,4 8,6 20

Total n 32 3 35 % 91,4 8,6 100

Baik+cukup Kurang Jumlah

28 0 28

p = 0,005

B. Pembahasan Berdasarkan analisa bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri pada ibu-ibu persekutuan kaum wanita Gereja KIBAID Dirgantara Makassar, dari tabel 5.6 tersebut didapatkan sebanyak 28 (80%) responden dengan tingkat pengetahuan kategori baik+cukup dan melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil atau yang berasal dari proses pengindraan. Proses pengindraan dapat terjadi melalui indra penglihatan, penciuman, pendegaran, perasa, maupun perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dasar paling penting dalam membentuk tindakan seseorang. Selain itu pengetahuan

seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu

46

aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . Menurut asumsi peneliti hal ini berarti peningkatan pengetahuan responden sudah diimbangi dengan perilaku. Sejalan dengan teori yang dikemukakan di atas, pengetahuan mempengaruhi responden dalam menentukan tindakan. Semakin seseorang tahu serta memahami suatu hal maka semakin jelas tindakan yang akan diambilnya serta semakin tinggi nilai positif yang diketahui tentang suatu hal maka semakin tinggi pula kemauan untuk melakukan hal positif yang diketahui. Dari hasil penelitian juga didapatkan sebanyak 4 (11,4%) responden dengan tingkat pengetahuan kategori baik+cukup dan tidak melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu menurut Notoatmodjo (2003) ada 6 tingkat pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Menurut asumsi peneliti hal ini menunjukkan peningkatan

pengetahuan responden tidak diimbangi dengan perilakunya. Ini berarti ada faktor lain yang mempengaruhi selain pengetahuan. Faktor lain tersebut bisa disebabkan oleh sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari responden. Misalnya responden tidak terbiasa melakukan

pemeriksaan payudara sendiri atau karena kurangnya kesadaran dari dalam diri responden untuk melakukan perilaku tersebut karena merasa baik-baik saja. Disini juga tergambarkan responden tidak mengerti pentingnya pemeriksaan payudara sendiri dan masih hanya sekedar tahu

47

belum memahami dan mengaplikasikan sebagai hasil dari pengetahuan yang diketahui . Dari hasil penelitian ini didapatkan pula sebanyak 3 (8,6%) responden dengan tingkat pengetahuan kategori kurang dan tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan dasar paling penting dalam membentuk tindakan seseorang. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain seperti pendidikan, informasi/media massa, sosial budaya & ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia, jika dari faktorfaktor tersebut seseorang mendapat banyak hal yang positif maka akan menunjang dalam hal pengetahuan yang baik. Selain itu menurut Rony Sujarwo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan rendah sangatlah banyak. Faktor-faktor tersebut diantaranya ada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terbagi atas pendidikan yang rendah, pengalaman yang rendah, rendahnya informasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Sedangkan faktor internal terbagi atas kesadaran pribadi kurang, intelegensi (IQ) kurang dan rendahnya motivasi pribadi. Menurut asumsi peneliti hal ini bisa saja terjadi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah latarbelakang pendidikan ibu-ibu yang kurang mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan pengalaman yang kurang sehingga mempengaruhi pengetahuan. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, lingkungan yang tidak mendukung serta ditentukan dari karakteristik dari responden itu sendiri mungkin saja mereka merasa hal tersebut tidak penting. Karena jika dilihat dari hasil kuesioner yang telah diisi, semua responden sebenarnya mengetahui mengenai pemeriksaan payudara sendiri tetapi tidak melakukan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran, pengertian dan pengetahuan ibu-ibu tentang kanker payudara.

48

Berdasarkan hasil dari analisa data dengan uji statistik Chi Square dengan uji alternatif Fisher Exact test menggunakan SPSS versi 20 diperoleh nilai p value = 0,005 dengan tingkat kemaknaan =0.05 berarti p< dimana Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berati bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri pada ibu-ibu persekutuan gereja KIBAID Dirgantara Makassar . Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Putri Lenggogeni (2011) yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan self efficacy dengan tindakan SADARI. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang baik akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diketahui dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. Menurut asumsi peneliti semakin baik pengetahuan ibu-ibu tentang kanker payudara maka akan timbul kesadaran dan sikap untuk melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri dan itu akan akan bertahan lama karna didasari oleh pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai