Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI PEMBESARAN CITRA MENGGUNAKAN

METODE ERRORAMENDED SHARP EDGE


Disusun oleh :
Ricky Eka Putra
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Surabaya, 60117, Indonesia
Email : rickyeka25@yahoo.com
ABSTRAK
Pembesaran citra merupakan salah satu bidang dalam pengolahan citra digital yang cukup mendapat
perhatian karena besarnya kebutuhan untuk memperoleh tampilan yang lebih baik dari suatu citra digital.
Terdapat banyak metode dalam image zooming. Kebanyakan penelitian sebelumnya memilih pemebesaran
citra dengan menggunakan faktor pembesaran integer.
Dalam penelitian ini metode Error-Amended Sharp Edge (EASE) digunakan untuk memperbesar image
dengan sebarang faktor pembesaran, baik integer maupun noninteger, karena metode ini adalah gabungan
dari pengembangan interpolasi theorema error dan interpolasi bilinier. Walaupun metode EASE ini adalah
metode baru dalam pembesaran citra, namun metode ini memiliki kelebihan dalam penajaman tepi citra.
Kata kunci : pembesaran citra, interpolasi, EASE, noninteger.
PENDAHULUAN
Pembesaran citra adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperbesar suatu citra digital
dari ukuran semula menjadi ukuran yang berbeda sesuai dengan faktor pembesaran yang
dinginkan. Proses ini memiliki dua langkah yaitu pembuatan lokasi pksel yang baru dan
penempatan warna yang berdasarkan kepada nilai gray level terhadap lokasi baru yang dibuat
sebelumnya.
Dalam hasil pembesaran tersebut tentunya terdapat blur dan checkerboard pada citra sehingga
citra akan terlihat seperti kotak kotak. Hal itu terjadi karena dalam proses pembesaran, resolusi
yang menyusun citra tersebut menjadi lebih kecil. Untuk mengurangi hal itu maka diperlukan suatu
metode resampling. Resampling adalah pembuatan piksel baru untuk memperbaiki citra akibat
pembesaran sehingga didapatkan tampilan yang lebih baik (Gonzales, 2002).
Metode resampling tersebut menambahkan piksel-piksel baru di antara piksel yang diresize.
Secara matematis, proses perkiraan penambahan piksel baru diantara piksel-piksel yang di
dekatnya disebut interpolasi (Sakamoto, 1998). Metode interpolasi yang dijadikan dasar acuan
dalam penelitian ini adalah interpolasi bilinier, interpolasi theorema error, dan derivatif Sobel
empat arah. Oleh karena empat arah tersebut, diperlukannya Persamaan Diferensial Parsial (PDP).
Dalam hal ini, PDP lebih digunakan untuk membantu penurunan rumusrumus yang akan
digunakan dalam metode derivatif Sobel tersebut. Penurunan tersebut dapat dilakukan secara
parsial yaitu terhadap sumbu x atau sumbu y (Y.Cha et al, 2006).
Berbagai macam cara di atas mendasari munculnya metode baru yakni Error-Amended Sharp
Edge (EASE) (Y.Cha et al, 2006). Metode ini mengadopsi interpolasi theorema error untuk
memperbaiki metode bilinier sekaligus mewujudkan pembesaran citra dengan sebarang faktor
pembesaran (integer maupun noninteger) dan menggunakan metode Directional Sobel. Pada
penelitian ini bertujuan untuk melakukan implementasi terhadap metode EASE pada pembesaran
citra dan memberikan peninjauan ulang mengenai hasil percobaan yang dilakukan pada berbagai
skala pembesaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengolahan citra digital, interpolasi digunakan untuk menentukan nilai pada koordinat
tertentu dalam citra. Untuk itu, interpolasi merupakan konsep dasar dalam perubahan ukuran citra
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 2
yang membutuhkan proses penentuan nilai pada koordinat tertentu dalam citra yang mengalami
perubahan ukuran.
Interpolasi dapat dinyatakan dengan persamaan 2.1 (Chapra. 1985) :
( ) ( ) ( ) ( )


k l
l k l k
y y h x x h y x c y x c , ,
(2.1)
dimana h adalah kernel interpolasi yang diberi bobot
( ) y x c , , dengan sampel data pada piksel
( )
l k
y x ,
. Sebagaimana ditunjukkan pada persamaan di atas, kernel interpolasi merupakan bagian
utama dari algoritma interpolasi.
Pada bagian ini akan dijelaskan kembali mengenai metode interpolasi linier. Selanjutnya, akan
dijelaskan mengenai metode theorema error yang merupakan landasan dari metode EASE.
A. Metode Interpolasi Linier
Interpolasi linier adalah metode pembesaran citra untuk mengatasi efek papan atau aliasing
yang dihasilkan oleh metode replikasi piksel sederhana. Interpolasi bilinier dapat dilakukan dengan
memanfaatkan empat tetangga terdekat dari suatu titik. Misal
( ) ' , ' y x menyatakan koordinat titik
dari citra yang diperbesar, sedangkan ( ) ' , ' y x v menyatakan nilai keabuan yang ditetapkan pada
titik tersebut, maka untuk interpolasi bilinier, nilai keabuan pada suatu titik ditentukan pada
persamaan 2.2.
( ) d y cx by ax y x v + + + ' ' ' ' ' , '
(2.2)
dimana empat koefisien merupakan bobot dari empat titik tetangga terdekat dari koordinat
( ) ' , ' y x yang besarnya tergantung pada jarak titik tetangga dengan koordinat
( ) ' , ' y x . Semakin
dekat titik tetangga terdekat dengan koordinat ( ) ' , ' y x , maka semakin besar bobotnya, dan
sebaliknya bila titik tetangga makin jauh, maka bobotnya akan makin kecil. Kernel untuk
interpolasi bilinier dapat didefinisikan pada persamaan 2.3.

'

<

x
x x
x h
1 0
1 0 1
) (

(2.3)
Dibandingkan interpolasi tetangga terdekat atau replikasi piksel sederhana, citra hasil dari
pembesaran citra akan tampak lebih halus (smooth), namun tentu saja membutuhkan waktu
pengolahan yang lebih lama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diperoleh persamaan 2.4.
( ) ( )( )( ) ( ) ( )
( )( ) ( ) . 1 , 1 1 1 , 0
1 0 , 1 1 1 0 , 0 ,
xy f y x f
y x f y x f y x f
+ +
+

(2.4)
Atau secara ekuivalent, dalam operasi matrik pada persamaan 2.5.
3 Jurnal IPTEK Vol.16 No.2 Desember 2012
( )
( ) ( )
( ) ( )
1
]
1


1
1
1
]
1

1
]
1


y
y
f f
f f
x x y x f
1
1 , 1 0 , 1
1 , 0 0 , 0
1 ,
(2.5)
B. Metode Theorema Error
Metode Theorema Error (Y. Cha et al, 2006) merupakan metode penunjang. Metode yang
diperlukan untuk lebih dipahami sebelum melangkah ke metode EASE karena di dalam metode
metode EASE sendiri merupakan perkembangan dari metode ini.
Theorema 1: (Interpolation Error Theorem): Perkirakan interval yang dipartisi ke dalam {
a =
b x x x
N
< < < ...
1 0
} dan sebuah urutan polynomial
N
p
yang ke-N menyisipkan u pada
titiktitik nodal dari pemartisian. Asumsikan bahwa ) (
) 1 (
x u
N+
exists untuk setiap
] , [ b a x
.
Lalu, untuk setiap
] , [ b a x
, terdapat satu titik
] , [ b a
seperti pada persamaan 2.6.
( ) ( )
( )
( )
( )

+
+
N
j
j
N
N
x x
N
u
x p x u
0
1
) (
! 1

(2.6)
Asumsikan bahwa titiktitik yang jaraknya seragam dan
[ ]
( )
( ) M x u
N
b a x

+

1
,
max untuk beberapa
M > 0 sehingga diperoleh persamaan 2.7.
[ ]
( ) ( )
( )
1
,
1 4
|
max
+

,
_


+

N
N
b a x
N
a b
N
M
x p x u
(2.7)
Untuk N = 1, terdapat

di antara dua titik x


0
dan x
0
+h sehingga mendapatkan persamaan 2.8.
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
( ) ( ) ( ) h x x x x
u
x x
h
x u h x u
x u x u
+

+

+
+
0 0
0
0 0
0
2


(2.8)
Untuk
h k j x x ) / (
0
+
, dimana k adalah integer ( 2 k ) dan j = 1, , k-1, maka dapat
diperoleh persamaan 2.9.
( )
( )
( )
( )
2
2
0
0 0
2
1
h
k
j k j
u
h x u
k
j
x u
k
j
h
k
j
x u
j


+ +

,
_


,
_

(2.9)
dengan j berjalan dari 1, , k-1 atau j = 1, , k-1.
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 4
Untuk beberapa
( ) h x x
j
+
0 0
,
. Khususnya, ketika k = 2 dan j = 1, identitas di atas akan
menjadikan persamaan 2.10.
( )
( ) ( ) ( )
4 2 2
2 /
2
1 0 0
0
h u h x u x u
h x u

+ +
+ (2.10)
untuk beberapa
( ) h x x +
0 0 1
, .
Selanjutnya akan dieksplor interpolation error theorem, khususnya persamaan 2.7 dan
persamaan 2.8, untuk mendapatkan sebuah interpolation scheme yang efektif. Untuk referensi
akhir, kita mendefinisikan urutan polynomial Newton berorde dua yang menyisipkan pada
{ }
1 1
, ,
+ i i i
x x x
, dimana
h x x x x
i i i i

+ 1 1
seperti pada persamaan 2.11
( ) ( ) ( )( )
i i i i h
x x x x a x x a a x p + +
1 2 1 1 0 1 , , 2

(2.11)
dan untuk
) (
i i
x u u
,
,
1 0

i
u a
,
1
1
h
u u
a
i i


2
1 1
2
2
2
h
u u u
a
i i i +
+

METODE PENELITIAN
Metode Error-Amended Sharp Edge (EASE) digunakan untuk memperbesar citra dengan
sebarang faktor pembesaran, baik integer maupun noninteger, karena metode ini adalah gabungan
dari pengembangan interpolasi theorema error dan interpolasi bilinier (Y. Cha et al, 2006). Dalam
EASE terdapat dua tahap yang harus dilakukan yaitu EASE 1D dan EASE 2D. Pada bab ini akan
dibahas tentang ErrorAmended Sharp Edge 1D dan ErrorAmended Sharp Edge 2D.
A. EASE 1D
Pada EASE untuk Sinyal 1-D ini mengenai interpolasi terhadap dua titik atau interpolasi
terhadap suatu garis. Sehingga hal ini dinamakan interpolasi EASE 1D (Y. Cha et al, 2006).
Ambil sebuah titik
) , (
1 +

i i
x x p
dimana
p
merupakan titik tengah di antara
i
x
dan
1 + i
x
. Sehingga mendapatkan persamaan 3.1.
2
1
2 / 1 1
+
+
+

i i
x x
x p (3.1)
Anggap
( )
i i
x u u
dan
1
1

+ i i
x x
(untuk semua i). Dengan kata lain, anggap h = 1.
Sehingga dari persamaan 2.8 didapat persamaan 3.2
2 / 1
1
2 / 1
2
+
+
+
+
+

i
i i
i
C
u u
u (3.2)
Dimana
2 / 1 + i
C
merupakan sebuah error-amender yang didefinisikan pada persamaan 3.3.
( ) ( )
8 4
1
2
1 1
2 / 1
u u
C
i




+
(3.3)
(
( )
1 1
,
+

i i
x x
didapat dari persamaan (2.7) dengan h = 1).
2 / 1 + i
C
dibagi menjadi dua estimasi
(kiri dan kanan) yaitu
L
C dan
R
C , dimana seperti yang tertera pada persamaan 3.4a dan 3.4b.
2
1 1 +
+

i i
i L
u u
u C (3.4a)
2
2
1
+
+
+

i i
i R
u u
u C (3.4b)
Sehingga menghasilkan persamaan 3.5a dan 3.5b.
L
i i
i
C
u u
u +
+

+
2
1 1
(3.5a)
5 Jurnal IPTEK Vol.16 No.2 Desember 2012
R
i i
i
C
u u
u +
+

+
+
2
2
1
(3.5b)
L
C dan
R
C sendiri mempunyai perbedaan dari
2 / 1 + i
C
, diantaranya adalah
L
C dan
R
C
mempunyai h = 2 sedangkan
2 / 1 + i
C
mempunyai h = 1. Hal tersebut dikarenakan jarak
( ) h
pada
L
C yakni dari
1 i
u
ke
1 + i
u
adalah 2 . Sehingga mendapatkan persamaan 3.6a dan 3.6b.

( ) ( )
2 4
2
2
2
2
2
u u
C
L



(3.6a)
Dengan
( )
1 1 2
,
+

i i
x x
dan
( ) ( )
2 4
2
2
2
2
2
u u
C
R




(3.6b)
dengan
( )
2 2
,
+

i i
x x
. Sedangkan
2 / 1 + i
C
mempunyai h = 1. Sehingga dari persamaan (3.3)
dan (3.6a) didapatkan persamaan 3.7a dan 3.7b.
L i
C C
4
1
2 / 1

+
(3.7a) dan
R i
C C
4
1
2 / 1

+

(3.7b)
Maka untuk menghitung interpolasi EASE 1D dengan faktor pembesaran 2 dapat
menggunakan rumus seperti pada persamaan 3.8.
( )
R L
i i
i
C C
u u
u , mod min
4
1
2
1
2 / 1
+
+

+
+
(3.8)
Untuk menghitung ( )
R L
C C , mod min dapat menggunakan persamaan 3.9
( )

'

<
> >
>
0 , 0
0 ,
0
, mod min
,
R L
R L R L R
R L R L L
R L
C C jika
C C dan C C jika C
C C dan C C jika C
C C
(3.9)
Hal berikut di atas merupakan salah satu contoh dengan menggunakan faktor pembesaran 2.
Sedangkan untuk menghitung interpolasi EASE 1D dengan faktor pembesaran ( ) 2 k , dapat
menggunakan persamaan 3.10.
k j i i i k j i
M u
k
j
u
k
j
u
/ 1 /
4
1
1
+ + +
+ +
,
_


(3.10)
dengan mengingat persamaan 3.11
( ) ( )
( )
( )

'

+
0 , mod min , 0
, mod min ), / (
, mod min , /
1
/
R L
R R L i
L R L i
k j i
C C jika
C C C jika k j D
C C C jika k j D
M
(3.11)
Sedangkan persamaan 3.12a dan 3.12b menceritakan
( ) k j D
i
/
1
merupakan selisih antara
1 , 1 , 2 i
p
dengan interpolasi linier dari
1 i
x
dan
1 + i
x
yang keduanya dievaluasi pada titik
k
j
x
i
2
1
+

. Untuk
( )

,
_


,
_

k
j
k
j
C k j D
L i
1 4 /
1
(3.12a) dan
( )

,
_


,
_


k
j
k
j
C k j D
R i
1 4 /
(3.12b)
B. EASE 2D
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 6
Dalam interpolasi EASE 2D ini, pertama kali yang digunakan adalah metode Sobel empat arah
dengan memanfaatkan titiktitik hasil interpolasi EASE 1D (Y. Cha et al, 2006) seperti pada
persamaan 3.13.
2 / 1 , 1 , 1 , 2 / 1
1 , 2 / 1 1 , 2 / 1 ,
4
, 1 , 2 / 1 ,
1 , 1 1 , 2 / 1 1 ,
3
, 2 / 1 , 2 / 1 ,
2 / 1 , 1 1 , 1 1 , 2 / 1
2
1 , 2 / 1 , ,
1 , 1 2 / 1 , 1 , 1
1
2
2
2
2
2
2
+ + + +
+ + + +
+ +
+ + + + +
+ +
+ + + + + +
+ +
+ + + + +

+ +


+ +


+ +


+ +

j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
j i j i j i
u u u
u u u
D
u u u
u u u
D
u u u
u u u
D
u u u
u u u
D
(3.13)
Jika tidak menemui titik tengah vertikal atau horizontal, dapat mengambil estimasinya dengan
menjumlahkan kedua titik tetangga (sebelah kiri dan kanan titik untuk yang horisontal atau
sebelah atas dan bawah untuk yang vertikal).
Selanjutnya, kita mencari 2 arah terkecil
( )
q p
D D ,
dari keempat arah tersebut (dengan
membandingkan antara arah horisontal dengan vertikal dan arah

45 dengan

135 ) seperti yang


tertera pada persamaan 3.14a dan 3.14b.
( )
3 1
, mod min D D D
p

(3.14a)
dan
( )
4 2
, mod min D D D
q

(3.14b)
Langkah berikutnya adalah mencari hasil interpolasi linier secara empat arah, yaitu :
Secara Horisontal (L
1
)
Secara Vertikal (L
3
)
Secara Diagonal
o Diagonal kanan (L
2
)
7 Jurnal IPTEK Vol.16 No.2 Desember 2012
o Diagonal Kiri (L
4
)
Kemudian, kita mencari 2 arah terkecil
( )
q p
L L ,
dari keempat arah tersebut (dengan
membandingkan antara arah horisontal dengan vertikal dan arah

45 dengan

135 ) seperti yang


tampak pada persamaan 3.15a dan 3.15b.
( )
3 1
, mod min L L L
p

(3.15a)
dan
( )
4 2
, mod min L L L
q

(3.15b)
Langkah terakhir adalah menghitung masingmasing titik hasil interpolasi EASE 2-D dengan
mengikuti persamaan 3.16.
q p
q p p q
k je j k je i
q
q p
p
p
q p
q
k je j k je i
D D
L D L D
u
L
D D
D
L
D D
D
u
2
2
2 2
2
/ , /
/ , /
+
+

+
+
+

+ +
+ +
(3.16)
Jika pada perhitungan piksel tepi tidak ditemukan piksel yang terkait, maka dapat digunakan
piksel terdekat untuk menggantikannya.
Gambar 3.1 merupakan ilustrasi letak piksel dalam perhitungan EASE. Bulatan hitam
menunjukkan piksel asal, persegi menunjukkan piksel hasil perhitungan EASE 1D, sedangkan
bulatan putih merupakan hasil perhitungan EASE 2D.
Gambar 3.1 Posisi Piksel Dalam Pembesaran Citra
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan pada sistem penyelesaian permasalahan pembesaran citra menggunakan
beberapa sampel citra grayscale. Banyaknya uji coba yang dilakukan adalah 5 macam citra yang
berbeda, yaitu lena, pentagon, peppers, goldhill, dan baboon.
Contoh hasil citra yang diobservasi (citra lena dengan ukuran 64 x 64 piksel) dengan diberikan
faktor pembesaran bernilai k = 2 terlihat pada gambar 4.1
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 8
Gambar 4.1. Hasil Uji Coba Citra Lena
Gambar 4.2 adalah hasil citra yang diobservasi (citra goldhill dengan ukuran 64 x 64) dengan
faktor pembesaran bernilai k = 2,8
Percobaan dengan k = 2,8 waktu : 1,14 detik
Citra
Asli
Citra
Hasil
Pembe
saran
PSNR
=
31,1755
dB
Gambar 4.2. Hasil Uji Coba Citra Goldhill
Percobaan dengan k = 2 waktu : 0,531 detik
Citra Asli
Citra Hasil
Pembesara
n
PSNR
=
32,9946
dB
9 Jurnal IPTEK Vol.16 No.2 Desember 2012
Gambar 4.3 adalah grafik perbandingan nilai PSNR dengan nilai k = 2, 2,8, 3, 4,2 dan 5.
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Nilai PSNR
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin besar nilai k maka semakin rendah nilai PSNR-nya. Hal
ini menandakan bahwa nilai k berbanding terbalik dengan nilai PSNR.
Dapat disimpulkan bahwa ukuran citra asal berbanding lurus dengan waktu eksekusinya.
Pada gambar grafik berikut terlihat bahwa semakin besar ukuran citra asal yang diberikan maka
waktu eksekusi semakin lama. Hal ini juga berlaku untuk semua citra.
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Waktu Eksekusi dengan Ukuran Citra Asal
Dari datadata hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai k berbanding lurus dengan
waktu eksekusinya. Tabel 4.2 menunjukkan waktu eksekusi rata-rata dari pembesaran citra 64x64.
Pada grafik pada gambar 4.5 terlihat bahwa semakin besar nilai k yang diberikan maka
waktu eksekusi semakin lama.
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Waktu Eksekusi dengan Nilai k (Faktor Pembesaran)
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 10
Uji tepi dapat dilakukan dengan berbagai filter, antara lain Sobel filter, Canny filter,
Laplacian of Gaussian(Log) filter, Prewitt filter, Roberts filter Zerocross filter. Salah satu filter
yang digunakan dalam uji coba berikut adalah Canny filter.
Hasil pembesaran yang akan dibandingkan uji tepinya adalah pembesaran dengan metode
bilinier, bikubik, dan EASE. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan dari ketiga metode
tersebut.
Gambar 4.6 menunjukkan uji tepi dengan menggunakan Canny filter pada citra lena 64 x
64 dengan faktor pembesaran 4.
Uji Coba Canny dengan Citra Asal Lena 64 x 64
Percobaan dengan k = 4
Citra
Asli
Uji
Tepi
Citra
Hasil
Bilinier
Uji
Tepi
Citra
Hasil
Bikubi
k
11 Jurnal IPTEK Vol.16 No.2 Desember 2012
Uji
Tepi
Citra
Hasil
EASE
Gambar 4.6. Hasil Uji Tepi Canny Pada Lena
Gambar 4.7 menunjukkan uji tepi dengan menggunakan Canny filter pada citra peppers
64x64 dengan faktor pembesaran 2.
Uji Coba Canny dengan Citra Asal Peppers 64 x 64
Percobaan dengan k = 2
Citra Asli
Uji Tepi
Citra Hasil
Bilinier
Uji Tepi
Citra Hasil
Bikubik
Ricky Eka Putra, Implementasi Pembesaran Citra . . . 12
Uji Tepi
Citra Hasil
EASE
Gambar 4.7. Hasil Uji Tepi Canny Pada Peppers
KESIMPULAN
Pembesaran citra dengan menggunakan sebarang faktor pembesaran dapat dilakukan dengan
menerapkan metode EASE. Pada pembesaran citra dengan menggunakan metode EASE
mampu memberikan hasil yang lebih baik dari metode bilinier dan setara dengan metode
bikubik. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kompleksitas
komputasi.
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, Steven C. and Canale, Raymond P. 1985. Numerical Methods For Engineers. England:
Mc GrawHill.
Gonzales, Rafael C, Woods, Richard E. 2002, Digital Image Processing, Prentice Hall Inc, New
Jersey.
Sakamoto, Tadashi, dkk, 1998. Software Pixel Interpolation For Digital Still Cameras Suitable
For A 32-Bit MCU, IEEE Transactions on Consumer Electronics.
Y. Cha and S. Kim, 2006. Error-Amended Sharp Edge Schemes For Image Interpolation, IEEE
Trans. Image Process, vol. 16, no. 6, pp. 14961505.

Anda mungkin juga menyukai