Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah

mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggapnya, sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut Post-Partum Blues. Post-Partum Blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis refrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai milk fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu petama setelah persalinan Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari . Namun pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari, minggu atau bulan kemudian bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak ditatalaksana sebagai mana seharusnya akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya , dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam masalah hubungn perkawaninan dengan suami dan perkembangan anaknya. Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai seoarang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai factor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. berbagai studi mengenai post partum blus di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% yang kemungkinan disebabkan karna adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Post partum syndrome atau distress postpartum adalah suatu kondisi perubahan emosi segera setelah seorang wanita melahirkan anak di mana seorang ibu seringkali merasa uring-uringan, sedih, muram atau bentuk-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Sebenarnya sindrom ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara. Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak
perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase: 1. taking in periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubunya. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal. 2. taking hold ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuhnya ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan merawat bayi, misalnya menggendong dan menyusui.

3. fase letting-go ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial. pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.

Faktor- faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orangtua pada masa post partum , yaitu : 1. respon dan dukungan dari keluarga dan teman 2. hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi 3. pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain 4. pengaruh budaya 2.2 Macam-macam Post Partum Syndrome 2.2.1 Baby blues / maternity blues / post partum blues Adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh sekitar 50 % wanita dalam 3 sampai 6 hari setelah melahirkan (kendell dkk, 1987) terdapat bukti bahwa kemurungan (blues) ini dipicu oleh turunnya progesterone (Harris dkk, 1994) Adalah gejala depresi yang biasanya dialami oleh perempuan pasca persalinan pada antara hari ke 7 hingga 14, yang terjadi untuk sementara waktu dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Gejala post partum blues: Insomnia Mudah sedih Depresi Anxietas

Gangguan konsentrasi Iritabilitas Labilitas afek

Labilitas afek dialami oleh banyak dari para wanita ini. Mereka mungkin mudah menangis selama beberapa jam dan kemudian pulih sempurna, namun mudah menangis kembali keesokan harinya. Gejala-gejala di atas merupakan gejala-gejala umum yang terdapat pada seranganserangan depresi minor atau bahkan mayor. Di bawah ini akan kami bahas sedikit mengenai kriteria episode depresi mayor: Setidaknya terdapat lima gejala berikut selama periode 2 minggu; salah satu gejala harus berupa mood depresif atau hilangnya minat atau kesenangan hampir setiap hari; a. Mood depresif hampir setiap hari b. Minat atau kesenangan yang sangat merosot terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sepanjang hari c. Penurunan atau penambahan berat badan yang bermakna apabila tidak diet atau peningkatan atau penurunan nafsu makan d. Insomnia atau hiperinsomnia e. Agitasi atau retardasi psikomotor f. Kelelahan atau kehilangan energi g. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai h. Penurunan kemampuan berpikir atau memusatkan perhatian i. Sering berpikir tentang kematian, berulang-ulang memikirkan bunuh diri tanpa rencana spesifik atau upaya bunuh diri

Gejala menyebabkan distres yang bermakna atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya

Gejala tidak disebabkan oleh efek langsung obat/zat atau kondisi medis umum

Gejala tidak terjadi dalam 2 bulan setelah kehilangan seseorang yang dicintai

Pada kasus yang parah mungkin disertai oleh psikosis (pikiran aneh atau paranoid)

depresi minor disyaratkan oleh mood depresif selama 2 minggu dan kurang dari lima gejala

Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini antara lain adalah : 1) factor hormonal berupa perubahan kadar estrogen , progesterone, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim noradreanalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi 2) factor demografik yaitu umur dan paritas 3) pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan (keadaan atau kualitas bayi) 4) adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi, dan atau timbulnya kesadaran akan meningkatnya tanggung jawab sebagai ibu 5) latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti : tingkat pendidikan status perkawaninan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannnya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan moril misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga atau berperan sebagai tempat ibu mengadu / berkeluh kesah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya : 1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu. 2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami. 3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis. 4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan 5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga 6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat. 7. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya 8. Kelelahan, kurang tidur 9. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya 10. Kekecewaan emosional (hamil,salin)
11. Rasa sakit pada masa nifas awal

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor : 1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai

akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. 2. a. Karakteristik ibu, yang meliputi : Faktor umur

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. b. Faktor pengalaman

Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama. c. Faktor pendidikan

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono, 1992). d. Faktor selama proses persalinan

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. e. Faktor dukungan social

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

INDIVIDU YANG BERESIKO Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi yang dapat memunculkan depresi post partum blues;

1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil 2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suaminya. 3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya. 4. Melahirkan di bawah usia 20 tahun. 5. Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan 6. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba 7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman 8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu. 9. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.

Terapi Diindikasikan terapi suportif, dan wanita tersebut dapat diyakinkan bahwa disforia yang dialaminya bersifat sementara dan kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan hormone. Mereka harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya gangguan jiwa yang lebih parah termasuk depresi atau psikosis postpartum.

Diluar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan . Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner sebagai alat Bantu. Edinburg Postanal Depression Scale (EDPS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca salin.

Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas persaaan kecemasan perasaan bersalah serta mencakup hal-hal yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawabannya yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat ini. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Codkk mendapati bahwa nilai scoring lebih besar dari 12 memiliki sensitifitas 86 % dan nilai predikasi positif 73 % untuk mendiagnosa kejadian post partum blues. EDPS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia dan Indonesia. EDPS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

Post partum blues atau gangguan mental pasca salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber sumber lainnya untuk minta pertolongan seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau lebih banyak tidur, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihi diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu : Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara : 1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi 2. Dapat memahami dirinya 3. Dapat mendukung tindakan konstruktif. 4. Dengan cara peningkatan support mental

10

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya : 1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll. 2. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi 3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya 4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir 5. Memperbanyak dukungan dari suami 6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan 7. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan 8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu 9. mengganti suasana, dengan bersosialisasi 10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara : 1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi 2. Tidurlah ketika bayi tidur 3. Berolahraga ringan 4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu 5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi 6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan 7. Bersikap fleksibel 8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x 9. Bergabung dengan kelompok ibu

2.2.2 Distress Postpartum / Depresi Post Partum Para ahli di tanah air biasa menyebut dengan istilah Indonesianya yaitu depresi postpartum. Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark Rumbergh, Kepala Departemen

11

Psikologi di Pittsburgh University, depresi post partum melanda hampir 20% para ibu baru. Depresi post partum adalah adalah suatu depresi yang ditemukan pada perempuan setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat) minggu. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak diatasi. Yang membedakannya dengan baby blues ada pada frekuensi, intensitas, dan durasi waktu gejalanya. Agar Anda lebih mudah membedakannya, lihat dari waktu tidur si ibu, maksudnya adalah jika ibu dapat tidur pada saat bayi diasuh oleh orang lain itu masuk ke jenis baby blues. Tapi bila sang ibu tak kunjung dapat tidur, meskipun sang bayi telah dijaga oleh baby sitter atau anggota keluarga lainnya, ini baru yang dinamakan dengan depresi postpartum (PPD). Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan. Dampak depresi post partum pada anak Pada ibu yang mengalami depresi post partum minat dan ketertarikan terhadap bayinya berkurang. Ia sering berespons tidak positif ( menyambut dengan hagat terhadap komunikasi yang dilakukan oleh bayinya, baik melalui suara tangis, tatapan mata, ataupun gerak tubuh) sehingga bayi akan lebih keras menarik perhatian ibunya. Ibu yang depresi juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya, akibatnya kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal. Ia juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya sehat. Akibat lainnya yaitu hubungan ibu dan bayi tidak optimal. Sebagaimana kita ketahui bayi sangat senang berkomunikasi dengan ibunya. Komunikasi ini dilakukannya dengan cara dan dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya senyuman, tatapan mata, celoteh, tangisan,

12

gerakan tubuh yang berubah-ubah, yang semuanya itu perlu ditanggapi dengan respons yang sesuai dan optimal. Bila hal ini tidak dapat dipenuhi oleh ibunya, anak menjadi kecewa, sedih, bahkan frustasi. Hal ini dapat membuat perkembangan anak tersebut juga menjadi tidak optimal, sehingga di kemudian hari kepribadiannya pun dapat menjadi kurang matang. Pengobatan Depresi post partum dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali, baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orang tua maupun saudara. Pemberian obat bukan merupakan prioritas bahkan dihindari sedapat mungkin oleh dokter mengingat ibu perlu menyusui bayinya. Obat hanya diberikan pada keadaan mendesak dan berbahaya, misalnya ibu tersebut sangat gelisah, atau ingin bunuh diri, atau ingin membunuh anaknya. Pada keadaan ini biasanya dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari sampai kondisinya tenang, stabil, dan tidak membahayakan, baik bagi dirinya maupun orang lain di sekitarnya. Program pengobatan dibagi 2 yaitu: untuk sang ibu dan terhadap hubungan ibu bayi. Terhadap ibu diberikan antara lain: Latihan relaksasi ( diajarkan oleh dokter pada saat konsultasi dan diminta dilatih sendiri di rumah) atau dapat pula diarahkan melakukan relaksasi sederhana yang sudah biasa dilakukan oleh ibu tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga (senam, renang, dll), rekreasi. Restrukturisasi kognitif, terdiri atas menantang perilaku dan pikiran negative (dengan cara berdialog dalam hati dengan pikiran sendiri yang bersifat negative yang timbul pada saat-saat tertentu), menghilangkan pikiran-pikiran yang mempengaruhi perilaku kearah negative. Pemecahan masalah, yaitu pemcahan atau pemberian alternatif pemecahan masalah saat ini.

13

Komunikasi, yaitu melatih si ibu memperbaiki komunikasinya dengan suami dan anggota keluarga yang lain

Humor, apabila cocok dan membuat si ibu merasa nyaman ( maksudnya yaitu pada ibu yang pada saat sebelum sakit memang sudah menyukai humor; sebaliknya pada ibu yang tidak menyukai humor hal ini sangat sulit dilakukan)

Bila gejala berat biasanya baru diberikan obat anti depresi

Untuk memelihara dan memperkuat hubungan ibu-bayi, sang ibu dianjurkan untuk: Merawat bayinya sesering mungkin, misalnya selama 2-3 jam berada di ruang yang sepi hanya berdua dengan bayinya, dengan mengusahakan kontak mata, sambil menyusui (atau memberikan susu bayi bila ASI tidak keluar), lebih baik lagi bila disetai iringan musik yang lembut Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan dirinya sendiri; ibu juga dianjurkan beristirahat ketika bayi beristirahat, sehingga ketika bayinya terbangun, ia juga telah merasa segar dan siap bermain dan mengurus bayinya kembali Peluk bayi dan berbicara dengannya secara lembut. Persentuhan kulit bayi dengan kulit ibunya akan menurunkan depresi, baik pada anak maupun ibu. Pemijatan bayi oleh ibunya juga menurunkan kejadian depresi. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi, misalnya sang ayah, kakak bayi tersebut bila ada, atau keluarga yang lain seperti nenek, bibi. Ajak bayi keluar rumah sesekali; udara segar akan memperbaiki perasaan bayi

14

Bila timbul perasaan-perasaan negatif seperti kesepian, lelah, marah, frustasi, sebaiknya tinggalkan bayi sejenak, minta orang lain yang dipercaya untuk menjaga sementara waktu.

2.2.3 Psychosis Postpartum Jenis ini adalah yang paling terparah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri, bahkan ibu bisa saja jadi membahayakan keselamatan sang bayi itu sendiri. Wanita dengan psikosis post partum tidak berpijak pada realitas lagi. Mereka memperlihatkan masa waras yang berselang-seling dengan psikosis. Yang juga sering dijumpai adalah gejala-gejala kebingungan dan disorientasi yang sering tampak pada keadaan toksik atau delirium. Jika Anda atau mengenal seseorang yang beriperilaku seperti gejala-gejala tersebut diatas, jangan pikir panjang, segeralah meminta bantuan psikiater. Bila dibiarkan berlarut-larut, tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi terganggu secara keseluruhan, tapi juga teramat membahayakan perkembangan bayi dan hubungan suami istri praktis menjadi runyam. Terdapat dua tipe wanita yang tampaknya rentan mengalami gangguan ini, yaitu wanita yang pada dasarnya telah memiliki gangguan depresif, manik, skizoprenik, atau skizoafektif, dan wanita yang pernah mengalami depresi atau kejadian kehidupan berat pada tahun sebelumnya (Kumar dkk, 1993).

2.3 Kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko postpartum Pelajari diri sendiri Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi postpartum, sehingga dapat sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

15

Tidur dan makan yang cukup Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan. Olahraga Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum syndrome. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita. Beritahukan perasaan Anda Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan. Persiapkan diri dengan baik Persiapan sebelum melahirkan, sangat diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang sangat membantu, serta buku atau artikel lainnya yang Anda perlukan.

16

Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari Lakukan pekerjaan rumah tangga Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya. Dukungan emosional Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya. Dukungan kelompok Depresi Postpartum Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

17

BAB III KESIMPULAN

1. Post partum syndrome terdiri dari 3 jenis yaitu: Maternity blues / baby blues / post partum blues Psikosis pasca persalinan Depresi pasca persalinan Post partum blues adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh sekitar 50 % wanita dalam 3 sampai 6 hari setelah melahirkan (kendell dkk, 1987) terdapat bukti bahwa kemurungan (blues) ini dipicu oleh turunnya progesterone (Harris dkk, 1994). yang terjadi untuk sementara waktu dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. 2. Gejala post partum blues: Insomnia, Mudah sedih, Depresi, Anxietas, Gangguan konsentrasi, Iritabilitas, Labilitas afek. 3. Depresi post partum adalah adalah suatu depresi yang ditemukan pada perempuan setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat) minggu. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak diatasi. Yang membedakannya dengan baby blues ada pada frekuensi, intensitas, dan durasi waktu gejalanya. 4. Psikosis post partum; Jenis ini adalah yang paling terparah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri, bahkan ibu bisa saja jadi membahayakan keselamatan sang bayi itu sendiri. 5. Depresi post partum dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali, baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orang tua maupun saudara.

18

6. Wanita dengan psikosis post partum tidak berpijak pada realitas lagi. Mereka memperlihatkan masa waras yang berselang-seling dengan psikosis. Yang juga sering dijumpai adalah gejala-gejala kebingungan dan disorientasi yang sering tampak pada keadaan toksik atau delirium. Jika Anda atau mengenal seseorang yang beriperilaku seperti gejala-gejala tersebut diatas, jangan pikir panjang, segeralah meminta bantuan psikiater. Bila dibiarkan berlarut-larut, tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi terganggu secara keseluruhan, tapi juga teramat membahayakan

perkembangan bayi plus hubungan suami istri praktis menjadi runyam.

19

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. Jakarta : Arcan. Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. Vol.3. No : 5. 34 50. Bahiyatun. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC Semium, yustinus . 2006. Kesehatan mental 2. Yogyakarta : Kanisius

20

Anda mungkin juga menyukai