Anda di halaman 1dari 18

1

A. Judul

ANALISIS HUKUM PIDANA TERHADAP TENAGA FARMASI YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.

B. Latar Belakang Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa pemerintah Negara Indonesia segenap bangsa Indonesia,dan memajukan Kesejahteraan umum.berhubung kesehatan rakyat merupakan salah Satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa,sebagai upaya pemberian informasi dalam bidang hukum mengenai pelayanan kesehatan didalam tenaga kesehatan dalam pengamalan dan pengabdian propesi didalam kesehatan.farmasi

merupakan sarana kesehatan didalam Pelayanan kesehatan tetapi disalah gunakan untuk bahan-bahan obat-obatan yang berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Undang-undang 1945 tersebut dilaksanakan dengan Undang-undang

Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Pengertian secara luas dikandung makna bahwa pada setiap kawasan kesehatan tidak selalu diartikan keseluruhan wilayah kesehatan.sebaliknya,suatu kawasan kesehatan dapat diubah status hukumnya menjadi kepentiagan dan penggunaan yang dianggap oleh pemerintah melalui persetjuan Menteri Kesehatan. belum lagi masalah anak-anak yang kurangnya perhatian dari pemerintah saat ini. ini.masalah kurangnya

kesejahteraan layanan kesehatan misalnya saja,kekurangan gizi,kurangnya asupan vitamin dan lain-lain yang sudah merupan masalah nasional,secara internasional

terutama masalah dibidang kesehatan.hal initerlihat dari perhatian yang begitu besar baik dari pemerintah Indonesia1 maupun negara tetangga,bahwa sekitar bulan oktober 1994 telah diadakan imfomasi meeting wail-wakil terkait pembahasan tentang Kurangnya kesehatan. Banyak bentuk perwujudan tindak pidana farmasi yng salah sutunya Adalah memberikan obat-obatan yang mengandung bahan kimia yang tidak memiliki izin tindakan tersebut sangat memberikan akibat negativ untuk kesejahteraan masyarakat, hal ini bertitik tolak dari tindak pidana yang

berhubungan dengan farmasi atau kesehatan yaitu seperti kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat untuk memberikan tindakan pencegahan tersebut dan sangat memberikan dampak buruk bagi kesejahteraan khususnya bagi masyarakata. Perlindungan hukum bagi kesehatan baik secara pidana maupun perdata, didalam perundang-undangan kesehatan diatur hak serta kewajiban baik terhadap jaminan kesehatan, sehingga diciptakan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, melihat dari perkembangan zaman pada saat sekarang ini maka peran dari pihak pemerintah khususnya bagi penegak hukum hendaklah bekerja keras dalam memberikan pengarahan bagi tenaga farmasi. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang terdapat pada Pasal 196 yaitu setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memenuhi
Kompas, farmasi ,http://paramitacandramitul.blogspot.com/20011/02/farmasi.html,diaksesw tanggal 20 mei 2012
1

standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat 2 dan ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Terhadap hal ni ditimbulkan oleh itikat baik tentunya sudah ada ketentuan sampai kentuan pidana.bukan sekedar sanksi yang bersifat administratif,tetapi merupakan hal yang menjurus pada kriminalisasi yaitu pemberian ancaman pidana bagi tenaga farmasi yang melakukan tindak pidana yang tidak sesuai dengan standar sediaan farmasi yang diamanahkan dalam Undang-Undang Kesehatan seseorang yang melakukan kejahatan dalam dunia farmasi khususnya, sering kita mendengar dari masyarakat di dalam memproduksi obat-obatan maupun alat kesehatan lainya sering sekali tidak sesuai dengan standar persyaratan keamanan, hal ini dikarenakan kurangnya pemasukan bahan-bahan obat-obatan sehingga para tenaga farmasi melakukan kejahatan dengan cara mengurangi atau mencampuri bahan obat-obatan yang tidak sejenis dengan campuran zat kimia lainya, maka dari itu sangat pentingnya pengawasan dari pihak pemerintah dan khususnya dari pihak Lembaga Penegak Hukum untuk melakukan penggeledahan di setiap tempat dimana sering tenaga farmasi memproduksi Obat-obatan yang tidak sesuai dengan standar persyaratan keamanan kesehatan. Menurut pakar mengatakan bahwa dibidang kesehatan ketentuan hukum yang akan berlaku dalam suatu hubungan pemerintah dengan masyarakat, fenomena praktek sehari-hari menunjukkan adanya faktor utama yang menjadi kelemahan kesehatan adalah tingkat kesadaran kesehatan akan haknya masih

rendah, hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran hukum kesehatan, Undang-undang No.14 Tahun 2009 tentang pokok-pokok kesehatan dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi masyarakat untuk melakukan upaya melalui pembinaan, seperti pada kasus yang terjadi di papua ada seorang bayi berumur 20 hari meninggal dunia,sebab sebelum meninggal korban diberi obat,selang lima menit kemudian mulut bayi tersebut berbusah dan muntah-muntah.kemudian bayi tersebut dibawa

kepuskesmas,namun belum sampai disana si bayi meninggal dunia,dan diduga penyebab kematian tersebut adalah akibat mengkomsomsi obat-obatan yang diminumnya tadi, banyak masyarakat yang mengkonsumsi Obat-obatan yang tidak sesuai lagi dengan standar persyaratan keamanan kesehatan sebagaimana kita lihat banyak toko ataupun pedagang O bat-obatan yang tidak mempunyai Izin dari Pemeritah, dan juga tenaga Farmasinya tidak pernah memiliki Ijazah dari Pemerintah maupun sertifikat dari lembaga pelatihan tenaga Farmasi yang di buat oleh Lembaga yang resmi. Berdasarkan kenyataan ini maka peran serta masyarakat maupun juga dari pihak Pemerintah dalam penanggulangan tindak pidana farmasi yang tidak memiliki izin sangat di butuhkan oleh aparat penegak hokum, peran tersebut dapat dilakukan melalui peran serta masyarakat dan pihak Pemerintah dengan memberikan pengawasan terhadap farmasi maupun turun langsung memberikan imformasi kejahatan yang bertentangan dengan kesehatan, mendasarkan penelitian mengambil judul dengan judul, hal ini yang

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tenaga Farmasi Yang Tidak Memenuhi Standar Penggunaan Sediaan Farmasi Di Tinjau Dari UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,perumusan masalah dalam hal ini adalah : 1. Bagaimana tenaga Farmasi tersebut melakukan Produksi tanpa Izin Persyaratan, Keamanan dan Kesehtan ? 2. Bagaimana pertanggung jawaban terhadap tenaga farmasi yang tidak memiliki Izin Standar Persyaratan Keamanan dalam Produksi ? 3. Apa yang menyebabkan tenaga farmasi untuk melakukan kejahatan melakukan Produksi tanpa Izin Standar Persyaratan ?

2. Faedah Penelitian Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan di atas penelitian ini diharapkan dapat memberikan faedah sebagai berikut :
a. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai perkembangan hukum pidana dalam kerangka meningkatkan bagaimana pertanggung jawaban pidana terhadap tenaga

farmasi.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan kepada praktisi khususnya mengenai faktor-faktor yang menyebabkan

hilangnya nyawa orang tenaga farmasi.


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan seperti diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban pidana terhadap tenaga farmasi yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya nyawa orang tenaga farmasi. 3. Untuk mengetahui tujuan ditegakkanya pertanggung jawaban pidana terhadap tenaga farrmasi. D. Defenisi Operasional Berdasarkan judul yang diajukan maka dapat dibuat definisi operasional , yaitu : 1. Pertanggung jawaban adalah Seorang yang melakukan tindak pidana boleh di hukum apabila si pelaku sanggup mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah diperbuatnya,masalah pertanggung jawaban sangat erat kaitannya dengan kesalahan,oleh karena adanya asas pertanggung jawaban yang menyatakan dengan tegas tidak terpidana tanpa ada kesalahan untuk menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat di

pertanggung jawabkan dalam hukum pidana,akan dilihat apakah orang tersebut pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan.2 2. Pidana adalah yaitu berupa penderitaan baik itu penderitaan kecil atau penderitaan ringan.3 3. Pekerjaan kefaramasian adalah pembuatan, pengolahan,

peracikan,pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.4 E. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Farmasi Farmasi suatu propesi yang berkaitan dengan kesehatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia.farmasi suatu propesi dibidang kesehatan yang meliputin kegiatan-kegiatan dibidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan dan disribusi obat dalam imu farmasidan empat bidang yang dipelajarin yaitu:farmasi klinik,farmasi industri,farmasi sains.5 Farmasi kilinik adalah Merupakan ilmu kefarmasian yang relativef baru berkembang di Indonesia.farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-

andiamerika yaitu suatu disiplin farmasi yang menekankan fungsi farmasisuntuk memberikan asusan kefermasian kepada pasien. Farmasi industri adalah Mengembangkan,memproduksi,dan pasar obat berlesensi untuk digunakan sebagai obat, perusahaan farmasi yang diizinkan
Wkipedia Indonesia http://repositroy.us9/20275/6/cover.pdf.diakses tgl 20 Juni 2012 Adam Chazawi, 2011, Pelajaran hukum pidana, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Halaman,23. 4 CST Kansil, 1991, Pengantar hukum Kesehatan Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta , halaman 100. 5 Temita .hhtp;//www:pham.monash.edu.au/courses/pharmsc/,diakses tgl 20 Juni 2012
3

untuk berusaha dengan genetic dan/atau merek obat dan alat kesehatan.mereka tunduk pada berbagai undang-undang dan peraturan mengenai hak paten,mengguji dan memastikan keamana dan kemajuran dan pemasaran obat. Farmasi sains adalah Penemuan obat biologi mengekplorasi aspek bioteknoloogi obat dan evaluasi.belajar bagaimana untuk menemukan dan mengevaluasi sasaran baru dan mempelajarin efek biologis.

B. Jenis-Jenis Kelalaian Dalam Farmasi 1. Malfaesance:yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum

atau/tidak tepat missal,melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat. 2. Misfeasance:yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat, Missal,melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur. 3. Nonfeasance:Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya. Misal,pasien seharusnya dipasang

pengaman tempat tidur tetapi tidak dilakukan. 4. Peraturan perundang-undangan tentang farmasi diatur dalam undangundang Pasal 80 Bab X. a. Ketentuan pidana dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu kepada ibu hamil,dan tidak memenuhi ketentuan sebagai

dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. b. barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan,yang tidak

terbentuk badan hukum dan tidak memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketentuan tentang pidana pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat 2 dan ayat 3 dipidana penjara paling lama 5 tahun. c. barang siapa dangan sengaja melakukan perbuatan dangan tujuan komersial dalam melaksanakan transplantasi organ tubuh,atau jaringan tubuh atau transfuse darah dimaksud dalam Pasal 33 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara 3 tahun. d. barang siapa dengan sengaja: 1. mengerjakan dan atau minuman yang tidak memenuhi

persyaratan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dengan Pasal 21 ayat 3. 2. memproduksi atau mengeluarkan kesediaan farmasi berupa obat atau bahan obat tidak memenuhi syarat dipidana dimaksud dengan Pasal 40 ayat 1. C. Teori Tujuan Pemidanaan
Pemidanaan adalah hukuman terhadap suatu tindakan pidana yang dilakukan oleh obyek hukum yang pada umumnya merupakan pengaturan dari

dimana

10

hukum pidana dan berlaku di suatu negara.6 Ada beberapa teori tujuan pemidanaan yaitu: 1. Tujuan pemidanaan adalah pencegahan (Preventif) Salah satu tujuan utama pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana adalah mencegah atau menghalangi pelaku tindak pidana tersebut dan juga orang-orang lain yang mungkin mempunyai maksud untuk melakukan kejahatan dan pelanggaran semacamnya atau lebih lanjut. Menurut Muladi pencegahan ini mempunyai aspek ganda yakni yang bersifat individual dan yang bersifat umum. Dikatakan ada pencegahan individual atau khusus, bilamana seorang penjahat dapat dicegah melakukan suatu kejahatan dikemudian hari maka dia sudah mengalami dan sudah meyakini bahwa kejahatan itu membawa penderitaan baginya sehingga pidana dianggap mempunyai daya untuk mendidik dan memperbaiki.7 Pencegahan khusus ini berhubungan dengan beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut antara lain adalah jenis atau tipologi kejahatan, karakter dan personalitas pelaku kejahatan dan kepastian serta kecepatan penjatuhan pidana.8 Mengenai faktor yang pertama yakni jenis dan tipologi kejahatan, Andeneas menyatakan adanya perbedaan antara apa yang dinamakan kejahatan yang dilakukan karena tekanan emosional (emotional stress) atau kelainaan jiwa (mental abnormality) dan kejahatan yang direncanakan secara rasional, ditujukan terhadap harta benda (rationality Planned, purposive against property). Dalam hal ini pengaruh daya kerja bersifat pencegahan
6

S. R. Sianturi dan Mompang . Panggabean.1996.Jakarta.Hukum Penitensia Di Indonesia, Alumni Ahaem-Petehaem.Halaman. 2 7 Muladi.1992.Lembaga Pidana Bersyarat.Bandung.Alumni.Halaman. 81 8 Ibid, Halaman. 82

11

khusus dari tipologi yang kedua akan lebih besar dibandingkan dengan tipologi yang pertama.9 Faktor yang kedua yakni karakter dan personalitas pelaku kejahatan, antara lain adalah kedudukan sosial dan ekonomi si pelaku kejahatan, latar belakang keluarga, pendidikan yang dicapai dan sebagainya. Mengenai faktor yang ketiga di dalam persoalan pencegahan ialah risiko untuk ditangkap dan penanganan perkaranya secara cepat. Bentuk pencegahan yang kedua adalah pencegahan umum yang memiliki arti bahwa penjatuhan pidana yang dilakukan oleh pengadilan dimaksudkan agar orang-orang lain tercegah untuk melakukan kejahatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan umum adalah sebagai berikut: a) Tipe Kejahatan yang Dilakukan Hal ini dibedakan antara apa yang dinamakan mala quia prohibita dan mala per se. Mala quia prohibita adalah hukum yang diciptakan tidak mempunyai hubungan dengan kode moral masyarakat. Daya kerja sanksi semata-mata tergantung kepada berat ringannya sanksi itu sendiri sedangkan mala per se adalah hukum dalam hal ini mendukung kode moral yang hidup didalam masyarakat. Ada tidaknya sanksi tidak banyak pengaruhnya terhadap daya kerja hukum, karena masih terdapat apa yang dinamakan perasaan kesusilaan dan rasa takut akan pendapat umum yang merupakan kekuatan untuk mencegah kejahatan. b) Diferensiasi Pelaku Tindak Pidana

Muladi. Op.cit.Halaman. 85

12

Hal ini perbedaan pelaku tindak pidana seperti anak-anak, orang gila dan mereka yang mereka yang menderita sakit mental tidak dapat menjadi obyek dari pencegahan umum. Di samping kedua hal tersebut, menurut Hall williams, daya kerja pencegahan umum juga bergantung pada informasi yang seluas-luasnya kepada publik tentang kejahatan yang terjadi dan pidana yang dijatuhkan serta hukum yang diterapkan beserta administrasi penyelenggaranya harus mendapat simpati publik.10

2. Tujuan Pemidanaan adalah Perlindungan Masyarakat Perlindungan masyarakat sebagai tujuan pemidanaan mempunyai dimensi yang bersifat luas karena secara fundamental ia merupakan tujuan semua pemidanaan.11 Secara sempit hal ini digambarkan sebagai kebijaksanaan Pengadilan untuk mencari jalan melalui pemidanaan agar masyarakat terlindung dari pengulangan tindak pidana. Adanya pemidanaan ini bertujuan agar tindak pidana ini tidak terjadi lagi sehingga masyarakat merasa aman dengan dipidananya pelaku tindak pidana tersebut. Sebagai contoh, misalnya saja dalam kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual, khususnya terhadap anak-anak kecil sangat tidak bijaksana melepaskan pelakunya dalam waktu singkat ke dalam masyarakat. 3. Tujuan Pemidanaan adalah memelihara solidaritas masyarakat

10

11

Ibid.Halaman. 83 Ibid Halaman. 84

13

Pemeliharaan solidaritas masyarakat ini dapat dikaitkan dengan pengertian bahwa pemidanaan bertujuan untuk menegakkan adat istiadat masyarakat dan mencegah balas dendam perseorangan atau balas dendam yang tidak resmi. Pemeliharaan solidaritas masyarakat juga dapat dikaitkan dengan tujuan pemidanaan adalah untuk memelihara dan mempertahankan kepaduan masyarakat yang utuh. Henry Weihofen menyatakan bahwa pemidanaan merupakan salah satu senjata untuk melawan keinginan-keinginan yang tidak di perkenankan untuk diwujudkan. Berhubung mereka merasa bersalah sehubungan dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, maka mereka menikmati pemidanaan terhadap orang-orang lain yang mewujudkan keinginan-keinginan yang dilarang tersebut.12

4. Tujuan pemidanaan adalah pembalasan/pengimbangan (Represif) Pengertian klasik tentang pembalasan dalam arti pembalasan yang disahkan dinyatakan sebagai adanya kesebandingan antara pidana dengan pertanggungjawaban individu dari pelaku tindak pidana dengan memperhitungkan bermacam-macam faktor seperti usia, kejahatan yang dilakukan, kondisi mental dan sebagainya. Menurut Sudarto, teori pembalasan klasik ini sudah tidak ada lagi di masa ini karena pidana merupakan suatu keharusan demi tercapainya suatu keadilan. Kalau masih ada pengenut teori pembalasan, maka hal ini dikatakan sebagai penganut teori pembalasan modern seperti Van Bemmelen, Pompe dan Enschede. Dalam teori pembalasan modern dinyatakan bahwa pembalasan disini bukanlah sebagai tujuan sendiri

12 Ibid.Halaman. 86

14

yang biasanya dilakukan dengan main hakim sendiri melainkan sebagai pembatasan dalam arti harus ada keseimbangan antara perbuatan dan pidana.13 Oleh karena itu maka tujuan pemidanaan berupa pembalasan ini haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang diputuskan di pengadilan dengan mempertimbangkan bermacam-macam faktor lainnya sehingga menghindari terjadinya main hakin sendiri maka tercapailah suatu keadilan. 1. Pengertian Pertanggung Jawaban

Seorang yang melakukan tindak pidana boleh di hukum apabila si pelaku sanggup mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah diperbuatnya,masalah pertanggung jawaban sangat erat kaitannya dengan kesalahan,oleh karena adanya asas pertanggung jawaban yang menyatakan dengan tegas tidak terpidana tanpa ada kesalahan untuk menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat di pertanggung jawabkan dalam hukum pidana,akan dilihat apakah orang tersebut pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan.14 2. Pengertian Pidana Stelsel pidana merupakan bagian dari hukum panitensier yang berisi tentang jenis pidana batas-batas penjatuhan pidana,cara penjtuhan pidana cara dan dimana menjalankannya begitu juga mengenai pengurangan,penambahan,dan

pengecualian penjatuhan pidana.disamping itu,hukum penitensier juga berisi tentang sistem tindakan.dalam usaha Negara mempertahankan dan

Sudarto.1996.Masalah penghukuman dan gagasan pemasyarakatan (dalam Kapita selekta hukum pidana).Jakarta.Raja Grafindo. Persada.Halaman. 83 http://repositroy.us9/20275/6/cover.pdf.diakses tgl 20 Juni 2012

13

15

menyelenggarakan ketertiban melindunginya dari perkosaan-perkosaan terhadap berbagai kepentingan hukum,secara represif disamping diberi hak dan kekuasaan untuk menjatuhkan pidana Negara juga diberi hak untuk menjatuhkan tindakan.pidana dalam hukum pidana merupakan suatu alat dan bukan tujuan dari hukum pidana,yang apabila itu dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan atau rasa tidak enak bagi yang bersangkutan disebut terpidana.tujuan utama hukum pidana adalah ketertiban,yang secara khusus dapat disebut terhindarnya masyarakat dilindungin.15
Perbedaaan antara kejahatan dengan pelanggaran dapat dilihat juga dari beberapa hal berikut ini: 1. Pidana penjara hanya diancamkan pada kejahatan saja. 2. Jika menghadapi kejahatan maka bentuk kesalahan (kealpaan atau kesengajaan) yang diperlukan disitu, harus dibuktikan oleh jaksa , seddangkan jika menghadapi pelanggaran hal itu tidak usah. Berhubung dengan itu kejahatan dibedakan pula dalam kejahatan yang dolus dan culpa. 3. Percobaan untuk melakukan pelanggaran tak dapat dipidana (Pasal 54 KUHP). Juga pada pembantuan pada pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP). 4. Tenggang daluwarsa, baik untuk hak menentukan maupun hak penjalanan pidana bagi pelanggaran adalah lebih pendek daripada kejahatan tersebut masing-masing adalah 1 tahun dan 2 tahun.

dari

perkosaan-perkosaan

terhadap

kepentian

hukum

yang

15

Ibid, Halaman 23-25

16

5. Dalam hal perbarengan (concursus) pada pemidanaan berbeda buat pelanggaran dan kejahatan. Kumulasi pidana yang enteng lebih mudah daripada pidana berat (Pasal 65, 66-70 KUHP).16

F. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri: 1. Sifat / materi penelitian Sifat penelitian ini adalah normative atau penelitian hukum doktriner,yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka(data skunder) atau penelitian hukum perpustakaan. 2. Sumber data Sumber data penelitian ini berasal dari data skunder.data skunder yakni didapatkan dengan melakukn pengumpulan referensi yang berkaitan dengan objek atau materi penelitian yang meliputi : a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah KUHP,Undang-undang No.14 tahun 2009 b. Bahan sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti. c. Bahan tersier berupa bahan hukum penunjang yang member petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap hukum primer dan skunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah, dan jurnal ilmiah,serta bahan-bahan
16

diluar bidang hukum yang relevan dan

Moelyatno.2002. Azas-azas Hukum Pidana.Jakarta. Rineka Cipta Halaman. 74

17

dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian skiripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ) Penelitian kepustakan adalah penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan data skunder yang dilakukan dengan cara mempelajari buku teks, n pendapat para sarjana, makalah, peraturan perundang-undangan, dan tulisantulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan objek penelitian sehingga dari hasil penelitian ini diperoleh teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan untuk pembahasan.

2. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data-data primer yang berhubungan dengan penelitian ini.Data lapangan ini dilakukan dengan cara mewawancarain responden dan imformat baik secara lisan maupun secara tulisan. 4. Analisis Data

18

Data yang diperoleh,baik hasil penelitian lapangan maupun kepustakaan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif,yaitu suatu analisis yang menghasilkan data deskriptif analisis,dan apa yang dinyatakan oleh responden dan imformat secara tertulis maupun lisan dipelajarin dan diteliti sebagai suatu yang utuh. G. Jadwal Penelitian Penelitian skiripsi direncanakan pelaksanaan dimulai pada bulan juli 2012 dan diharapkan selesai pada bulan pada bulan juni 2012,oleh karena,maka merencanakan penelitian ini dengan waktu yang selama kurang lebih 3 bulan (tiga) bulan terhitung sejak dimulainya penelitian dalam seminar proposal dengan pwmikiran waktu sebagai berikut: a.Tahap I ( Persaipan data dan Pengumpulan Data ) b. Tahap II ( Analisis dan Penyusunan Laporan ) c. Tahap III ( Perbaikan Sebelum Sidang Meja Hijau ) : 2 Minggu : 2 Minggu : 4 Minggu

d. Tahap IV ( Perbaikan dan Penyelesaian Akhir Penelitian ) :4 Minggu

Anda mungkin juga menyukai