Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU PADA GERIATRI

UNIVERSITAS YARSI 2010/2011

DISUSUN OLEH : AMINAH NPM : 1102007026 TUTOR : Dr. dr. ARTHA BUDI SUSILA DUARSA M.Kes

ABSTRAK Latar Belakang : World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa 19%-43% populasi di dunia terinfeksi M.Tuberculosis dan lebih dari 8 juta merupkan kasus baru dan tiap tahunnya 2 juta orang meninggal karena terinfeksi tuberkulosis. World Health Organizations (WHO) menyatakan penyebaran tuberkulosis sebagai kekhawatiran dunia. Penyakit ini terus menyebar pada berbagai populasi, termasuk populasi tua (>65 tahun). Deskripsi Kasus : Ny. T berusia 65 tahun yang mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis dan merokok. Penyakit tuberkulosis dialaminya sejak berusia 62 tahun, dengan keluhan utama batuk, sesak nafas, serta mengeluarkan dahak yang kental tanpa darah. Hasil dari pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa ronkhi (-), BTA 3 kali (-), dan foto thorak (+), hal ini menunjukkan bahwa Ny.T positif terkena penyakit tuberkulosis dilihat dari foto thoraknya Diskusi : Infeksi tuberkulosis disebabkan oleh M.Tuberculosis. Tuberkulosis paru pada usia lanjut sering memberikan gambaran klinik yang tidak khas. Gejala tersering yang dikeluhkan oleh penderita tuberkulosis paru pada usia lanjut adalah sesak nafas, penurunan berat badan, dan gangguan mental. Penderita TB paru pada usia lanjut jarang datang dengan keluhan hemoptisis, ataupun gejala klasik lainnya seperti pada penderita usia muda, misalnya demam,batuk-batuk produkatif, keringat malam, dan sebagainya. Kesimpulan : Tuberkulosis pada orang tua adalah kelainan yang serius apa bila tidak diobati, karena penyakit tuberkulosis tidak seperti penyakit yang lain yang dialami orang tua yaitu tuberkulosis ini bisa disembuhkan apabila diobati dengan cepat. Tuberkulosis pada orangtua biasanya reaktivasi dari penyakit sebelumnya LATAR BELAKANG Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. World Health Organizations (WHO) menyatakan penyebaran tuberkulosis sebagai kekhawatiran dunia. Penyakit ini terus menyebar pada berbagai populasi, termasuk populasi tua (>65 tahun). Tuberkulosis pada dewasa ini merupakan tantangan klinik dan epidemiologi. Manifestasi klinik yang tidak khs dari tuberkulosis pada orang yang lebih dewasa dapat menyebabkan keterlambatan dalam hal diagnosis dan pengobatan dini, sayangnya penyakit infeksi ini semakin tinggi angka kesakitan dan kematiannya. Selain alasan penyakit, ada juga alasan yang terkait dengan umur seperti fungsi imun yang turun, meningkatnya reaksi terhadap obat dan semuanya dapat membuat komplikasi, secara keseluruhan gejala kliniknya mendekati tuberkulosis pada usia muda. World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa 19%-43% populasi di dunia terinfeksi M.Tuberculosis dan lebih dari 8 juta merupkan kasus baru dan tiap tahunnya 2 juta orang meninggal karena terinfeksi tuberkulosis. Walaupun persentase tuberkulosis pada populasi orang tua signifikan (sekitar 80%-90%), hal ini terjadi diantara orang tua yang tinggal dirumah sendirian dengan tinggal dengan perawatan medis di rumah sakit, yaitu pada orang tua yang tinggal di rumah sendirian lebih mudah terinfeksi tuberkulosis daripada orang tua yang dengan perawatan medis di rumah sakit. Penularan tuberkulosis

tinggi bersamaan dengan keadaan latar seperti penjara, panti asuhan, penyakit kronik, dan tidak mempunyai tempat tinggal (tuna wisma), hal ini menimbulkan perhatian yang tinggi terhadap infeksi tuberkulosis pada populasi orang tua. PRESENTASI KASUS Ny. T berusia 65 tahun yang mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis dan merokok. Penyakit tuberkulosis dialaminya sejak berusia 62 tahun, sedangkan mengkonsumsi rokok dimulai sejak ia masih kecil, karena melihat teman-temannya merokok ia ingin merasakan bagaimana rasanya merokok, setelah ia coba ia ketagihan dan ingin merokok terus menerus dengan menghabiskan 2 batang rokok per harinya. Wanita yang bekerja sebagai tukang cuci pakaian ini berhenti merokok pada tahun 2005. Pada tahun 2007 Ny.T didiagnosis oleh dokter mengidap penyaki tuberkulosis, dengan keluhan utama batuk, sesak nafas, serta mengeluarkan reak (bahasa pasien) atau dahak yang kental tanpa darah. Dari pemeriksaan fisik hanya didapatkan tinggi badan 155cm dan tekanan darah 120/70mmHg. Hasil dari pemeriksaan penunjang pada wanita yang pendidikan terakhirnya di sekolah rakyat ini menunjukkan bahwa ronkhi (-), BTA 3 kali (-), dan foto thorak (+), hal ini menunjukkan bahwa Ny.T positif terkena penyakit tuberkulosis dilihat dari foto thoraknya. Pengobatan yang didapat dari puskesmas dimana Ny.T diobati yaitu diberikan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) pada 2 bulan pertama diberikan Rifampisin, Isoniazid (INH), Pirazinamid, dan Etambutol, dan 4 bulan berikutnya diberikan Rifampisin dan Isoniazid. Diberikan secara oral 1 kali sehari. Obat ini diberikan dari tanggal 24 Februari 2007 sampai 2 Juni 2007. Tidak hanya OAT yang diberikan, tapi puskesmas juga memberikan Ny.T vitamin B komplek, B12 dan vitamin C masing-masing 3 kali sehari. Ny.T masuk kepanti werda Budhi Mulya II Cengkareng pada 25 April 2005, dengan alasan tidak ada anak yang mengurusi dirinya. Oleh karena itu tidak ada anak dan sanak saudara yang mengunjungi dirirnya. Hidup di panti Ny.T merasa senang karena banyak teman dan banyak kegiatan di panti werda seperti olahraga, pengajian, membuat bunga dari bahan rajutan. Ny.T mendapatkan makanan dari panti werda ini 3 kali sehari, hanya saja ia mengeluhkan bahwa nasi dan lauk pauknya sedikit. Ny.T juga mengatakan bahwa kalau ia sakit, ia tinggal bilang ke petugas di panti werda dan akan diberikan obat. DISKUSI Infeksi tuberkulosis disebabkan oleh M.Tuberculosis, bakteri ini bersifat tahan asam, aerob, CO2 dapat merangsang pertumbuhannya, dan berbentuk batang halus, energi didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana, pertumbuhan lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam, suhu pertumbuhan optimum 37C, hidrofobik di permukaan selnya. Kuman ini tahan asam karena sifat dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemak yang terdiri dari asam lemak mikolat. Insidens tuberkulosis pada usia lanjut masih cukup tinggi, di RSUP Dr. Kariadi ditemukan kasus tuberkulosis paru pada usia lanjut sebesar 25,2% (Rahmatullah, 1994), sedangkan data di tempat lain masih belum jelas. Selain itu penyakit tuberkulosis di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan negara industri. Di negara industri, presentasi tuberkulosis pada populasi orang tua di negara berkembang tidak

normal, ditambah dengan penyakit menular dan sering terlibatnya bagian lobus bawah pada kasus tuberkulosis paru. Penularan tuberkulosis ini biasanya melalui udara atau terhirup. Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi terkenanya infeksi tuberkulosis, seperti gaya hidup, lingkungan, dan genetik. Pada faktor lingkungan biasanya dikarenakan tempat tinggal yang lembap, rumah kecil dengan banyak orang, sedangkan faktor gaya hidup seperti merokok. Dengan adanya seseorang tinggal di panti werda menambahkan seseorang tersebut untuk terkena infeksi tuberkulosis. Pada kasus Ny.T dia mengeluhkan sesak nafas, batuk-batuk, dan mengeluarkan dahak tanpa darah. Dan dia mengaku pernah merokok saat dia masih kecil dan menghabiskan 2 batang perharinya, tempat tinggal yang lembap sebelum masuk ke panti werda. Hal ini meningktakan resiko untuk terjangkitnya infeksi tuberkulosis. Tuberkulosis paru pada usia lanjut sering memberikan gambaran klinik yang tidak khas. Gejala tersering yang dikeluhkan oleh penderita tuberkulosis paru pada usia lanjut adalah sesak nafas, penurunan berat badan, dan gangguan mental. Penderita TB paru pada usia lanjut jarang datang dengan keluhan hemoptisis, ataupun gejala klasik lainnya seperti pada penderita usia muda, misalnya demam, batuk-batuk produkatif, keringat malam, dan sebagainya. Gambaran radiologik klasik bisa seperti pada penderita tuberkulosis paru pada usia muda, misalnya ditemui gambaran infiltrat, fibrosis, kalsifikasi, kavitas, efusi pleura. Pada penderita usia lanjut jarang ditemukan kavitas, tapi lebih sering ditemukan infiltrat di lobus paru kanan bawah. Pada penegakan diagnosis tuberkulosis pada usia lanjut sama dengan pada penderita usia muda. Kesulitan diagnosis sering di sebabkan karena keluhan dan kelainan fisik yang sering tidak khas. Selain itu diagnosis pasti yang didasarkan atas ditemukannya kuman BTA (Bakteri Tahan Asam) pada sputum, namun hal ini sulit dipenuhi karena pada usia lanjut sulit mengeluarkan sputum atau sputumnya ada tapi sangat sedikit. Pada penderita usia lanjut, penyakit-penyakit yang diderita cenderung multiorgan, oleh karena itu pengelolaan penderita usia lanjut sebaiknya secara holistik atau tepadu (Suwondo, 1990). Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya efek samping obat, keracunan obat, karena adanya interaksi obat yang diberikan bersama-sama. OAT yang diberikan pada usia lanjut sama dengan pada penderita usia muda. Dosis masing-masing obat disesuaikan dengan berat badannya dan harus mengingat adanya penurunan fungsi-fungsi organ tubuh seperti hati, ginjal, syaraf, dan sebagainya. Mengenai cara pemberian dan lamanya penggunaan obat sama dengan usia muda. Penderita diberi tahu, kalau timbul efek samping dari salah satu obat harus segera dihentikan obat tersebut dan segera menghubungi dokter secepatnya (Yusuf, 1990). Secara umum obat anti tuberkulosis pada populasi orang tua efisien dan aman, tapi obat tersebut dapat menimbulkan hepatitis dan interaksi dengan obat lain dapat menimbulkan masalah. Di negara berkembang obat anti tuberkulosis relatif murah. Tapi, bagaimanpun juga masih ada kesulitan pada populasi orang tua dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan seperti : keterbatasan keuangan, kelainan fungsional, dan daerah yang terpencil, hal ini bisa mendorong ke arah tertundanya pengobatan.

KESIMPULAN Tuberkulosis pada orang tua adalah kelainan yang serius apa bila tidak diobati, karena penyakit tuberkulosis tidak seperti penyakit yang lain yang dialami orang tua yaitu tuberkulosis ini bisa disembuhkan apabila diobati dengan cepat. Tuberkulosis pada orangtua biasanya reaktivasi dari penyakit sebelumnya. Diberhentikannya merokok itu merupakan tindakan efektif untuk memperlambat perjalanan penyakit, tapi perawatan lainnya didasarkan oleh penyakit berat dapat membantu mengontrol gejala-gejala yang timbul. UCAPAN TERIMA KASIH Saya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus untuk memenuhi tugas di blok elektif ini dapat selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada dosen-dosen yang telah membimbing saya, Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa M.Kes, dan dr. Faisal, SpPD. Tentu saja, juga untuk pasien Ny.T, yang berada di panti werdha budi mulya di Cengkareng. Selain itu, juga kepada keluarga dan teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. R.boedhi darmojo.2006. Buku Ajar Geriatri . Edisi 3. Balai Penerbit. FK UI Jakarta 2. Aru W Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Pengetahuan Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid 3. FK UI Jakarta 3. Agus Syahrurachman dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran : edisi revisi. Binarupa Aksara. Jakarta 4. Mario C Raviglione. 2010. Lung biology in health and disease : Tuberculosis the essentials. Edisi 4. Volume 237. USA : Informa healthcare 5. Rivhard J Ham. MD. 2007. Primary care geriatrics : A case-base approach. Edisi 5. USA : Mosby Elesvier 6. Akira Shimouchi. 2001. Tuberculosis Problem in the Asia-Pacific Region. Respirology. Jun. 75-78 7. Rita Sood. The Problem of Geriatric Tuberculosis. Journal of Indian Academy of Clinical Medicine. Volume 5 8. Francois Hermann. 2004. Aging and Infectious Diseases in the Developing World. CID. Jul. 39 9. Shobita Rajagopalan. 2001. Tuberculosis and aging : A Global Health Problem. CID. Oct. 33

Anda mungkin juga menyukai