Anda di halaman 1dari 16

Makalah Fiqih Wa Ushuluhu

Disusun Oleh :
Resky Amaliah / 60200105036
Syahrul Mubarak / 60200105039
Sitti Nurhaeraty / 60200105042

Jurusan Teknik Informatika


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
2008

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi

Muhammad saw, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan malakah ini dengan tepat waktu.

Melalui makalah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pembimbing mata kuliah (Dosen) dan semua pihak yang terlibat dalam

penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh

kerena itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang tentunya bersifat

membangun dan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2008

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Pengertian Shalat dan Dasar Hukumnya...............................................3

B. Hikmah Shalat.......................................................................................10

C. Shalat Fardhu dan Macam-Macamnya..................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................13

B. Implikasi.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perintah shalat datang pada tahun 12 dari kerasulan Muhammad, atau setahun

sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Perintah shalat merupakan hasil terpenting dari

perjalanan Nabi Muhammad saw di malam hari, yang dikenal dengan peristiwa Isra’

dan Mi’raj.

Tahun kedua dari Karasulan Muhammad disebut dengan tahun duka cita (aamul

Huzni). Pada saat itu Rasulullah mendapat cobaan yang bertubi-tubi, Abu Thalib

paman beliau yang mengasuh dan membelainya ketika kecil, meninggal dunia pada

tahun itu, disusul dengan meninggalnya istri beliau (St. Khadijah) yang setia, tang

selalu mendorong dan membangkitkan semangat beliau dalam menghadapi suka duka

perjuangan untuk menegakkan Islam. Pada tahun itulah nabi mendapat penghinaan,

bahkan siksaan penganiayaan kaum kafir Quraisy.

Dalam situasi yang demikian itulah beliau diperjalankan oleh Allah swt untuk

menjalani Isra’ dan Mi’raj membawa perintah yang teramat penting, yaitu kewajiban

mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam.

Adapun tujuan utama dari shalat ialah agar manusia senantiasa ingat (berzikir)

kepada Allah. Mengingat Allah adalah suatu kesadaran seseorang bahwa hidup tidak

lain hanya untuk mengabdi kepadaNya.

Firman Allah swt, surat Thaha ayat 14:

4
Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka

sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.

Ingat (zikir) kepada Allah membuat manusia waspada, dan dengan

kewaspadaan itu, ia tidak akan sudi mengerjakan perbuatan yang keji dan tercela serta

segala macam larangan Allah, sebagaimana tidak sudinya untuk meninggalkan segala

perintahnya. Karena itu dengan senantiasa mengingat (berzikir) kepada Allah adalah

langkah dari upaya untuk terpelihara dari maksiat, perbuatan keji dan tercela.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat dan Dasar Hukumnya

Shalat menurut bahasa artinya “do’a memohon kebajikan dan pujian”. Sedangkan

menurut istilah/syariat adalah menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah swt

(sebagai bentuk pengabdian) dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun

yang telah ditentukan. Dalil-dalil yang mewajibkan shalat antara lain:

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat serta ruku’lah kamu beserta

orang-orang yang ruku’.(QS. Al-Baqarah:43)

Artinya: ”Dan dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shalat itu mencegah

perbuatan keji dan mungkar”.(QS. Al-’Ankabut:45)

1. Syarat-syarat Sah Shalat

a. Beragama Islam

b. Sudah baligh dan berakal

c. Suci dari hadats besar dan hadats kecil,

6
Sabda Rasulullah saw.

Artinya: ”Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kamu

apabila berhadats, sehingga berwudhu”. (HR. Muslim).

d. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis

Firman Allah swt:

Artinya: ”Dan bersihkanlah pakaianmu”.

e. Menutup Aurat

f. Mengetahui masuknya waktu shalat

g. Menghadap kiblat

Firman Allah swt dalam surat Al Baqarah ayat 144:

Artinya: ”Maka hadapkanlah mukamu ke arah masjid Al Haram”.

h. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunat.

2. Rukun Shalat

a. Niat

b. Berdiri tegak, bagi kuasa (mampu) ketika shalat Fardhu. Namun bagi yang

tidak mampu berdiri diperbolehkan dengan duduk atau berbaring.

c. Takbiratul Ihram

d. Membaca Surat Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat

e. Ruku’ dengan Thuma’ninah

7
f. I’tidal dengan Thuma’ninah

g. Sujud dua kali pada setiap rakaat dengan Thuma’ninah

h. Duduk diantara dua sujud

i. Duduk Tasyahud akhir

j. Membaca Tasyahud akhir

k. Membaca Shalawat Nabi pada Tasyahud akhir

l. Membaca salam yang pertama

m. Tertib

3. Hal-hal yang Diperbolehkan dalam Shalat

a. Bergerak sederhana seperti membetulkan pakaian

b. Berdehem ketika dibutuhkan

c. Menguap, dan meletakkan tangan di mulut

d. Membaca tasbih untuk imam jika ia lupa

e. Menggaruk badan dengan tangan

4. Hal-hal yang Dimakruhkan Dalam Shalat

a. Menoleh dengan kepala atau mata

b. Menghadapkan mata ke langit

c. Tahadhdhur

d. Menahan rambut yang menjuntai

e. Membunyikan jari-jari

f. Membaca surat ketika ruku’, atau sujud

g. Shalat di depan makanans

h. Menahan buang air kecil atau air besar

8
5. Hal-hal yang Membatalkan Shalat

a. Meninggalkan salah satu rukun atau memutuskan rukun sebelum

sempurna dengan sengaja.

b. Meninggalkan salah satu syarat, sah shalat itu batal dengan hal-hal sebagai

berikut:

1. Berhadats

2. Terkena najis

3. Dengan sengaja berkata-kata selain dari kata/bacaan shalat itu sendiri

c. Terbuka auratnya

d. Mengubah niatnya

e. Banyak bergerak, melakukan sesuatu tanpa hajat seperti bergerak tiga kali

langkah atau memukul-mukul tiga kali berturut-turut.

f. Makan atau minum, meskipun sedikit

g. Tertawa

h. Membelakangi kiblat

i. Mendahului imamnya dua rukun

j. Murtad

6. Sunnat-sunnat Shalat

a. Sunnat Hai’at

1. Mengangkat kedua tangan ketika tangan ketika takbiratul ihram, sehingga

telapak tangan setinggi bahu, dan ujung jari setinggi daun telinga serta

keduanya menghadap kiblat

2. Bersedekap

9
3. Melihat ke arah tempat sujud, selain ketika membaca syahadat

4. Membaca do’a iftitah

5. Membaca Ta’awwudz, sebelum membaca basmalah

6. Diam sebentar (satu tarikan nafas) sebelum dan sesudah membaca surat

Al-Fatihah

7. Membaca “Amin” setelah membaca Al-Fatihah

8. Membaca surat atau ayat Al-Qur’an, sebaiknya surat atau ayat Al-Qur’an

yang dibaca pada rakaat pertama hendaklah lebih panjang dari raka’at

kedua.

9. Mengeraskan bacaan pada shalat shubuh, dan dua rakaat pertama pada

shalat Maghrib dan Isya’, sedangkan untuk shalat Zhuhur dan Ashar

dibaca pelan.

10. Mengangkat kedua tangan ketika ruku’, I’tidal dan berdiri dari Tasyahud

Awal sebagaimana takbiratul ihram

11. Membaca “Sami’allahu liman hamidahu” ketika bangun dari ruku’

12. Membaca “Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wamil-ul ardhi

wamil-u maa syi’ta min syai-in ba’du” ketika I’tidal

13. Takbir tatkala turun dan bangkit, selain bangkit dari ruku’

14. Meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut ketika ruku’ sambil

membaca “Subhaana rabbiyal ‘azhiimi wabihamdih”3x

15. Membaca “Subhaana rabbiyal A’laa wabihamdih”3x

16. Membaca “Rabbiighfirlii warhamnii wajburni warfa’nii wahdinii

wa’aafinii wa’fu’annii” ketika duduk antara dua sujud

10
17. Duduk iftirasy (duduk diantara telapak kaki kiri, telapak kaki kanan

ditegakkan, ujug jari kaki kanan dihadapkan ke arah kiblat) pada semua

duduk kecuali Tasyahud akhir.

18. Duduk tawarruk (telapak kaki kiridikeluarkan ke sebelah kanan, pantat

menempel dilantai atau sajadah dan telapak kanan tetap ditegakkan) pada

tasyahud akhir.

19. Duduk istirahat (sebentar) sebelum berdiri pada rakaat ketiga.

20. Memberi salam yang kedua.

21. Menoleh kekanan dan kekiri pada saat memberi salam, sehingga kelihatan

pipinya dari belakang.

22. Ketika memberi salam, diniatkan memberi salam kepada yang berada

disebelahnya, baik manusia atau malaikat.

b. Sunnat Ab’adh

1. Membaca Tasyahud awal pada rakaat kedua setelah Zhuhur, Ashar,

Maghrib dan Isya.

2. Membaca shalawat Nabi pada Tasyahud awal

3. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada Tasyahud akhir.

4. Membaca do’a Qunut pada shalat Shubuh, disaat I’tidal pada raka’at

kedua.

B. Hikmah Shalat

1. Shalat fardhu merupakan sarana pembentukan kepribadian muslim.

Dalam shalat fardhu, jiwa seorang muslim terbentuk sebagai pribadi yang

mempunyai sifat tawadhu’, pandai bersyukur, selalu tawakal, sabar, tabah dalam

11
mengarungi kehidupan dan lain-lainnya. Hal ini tercermin pada bacaan-bacaan

shalat dan doa-doa yang dibaca, mulai dari doa iftitah hingga salam, yang

dilanjutkan dengan doa setelah shalat.

2. Senantiasa bersyukur dan ingat kepada Tuhan.

Hidup senantiasa diisi denagn rasa syukur dan ingat kepada Tuhannya,

sejak pagi hari, siang, sore hingga malam hari. Sejak bangun dari tidur hingga

akan tidur kembali, paling tidak sebanyak lima kali.

3. Membina muslim agar hidup senantiasa bersih dan suci.

Setiap kali hendak shalat seorang muslim harus bersih dan suci jiwa raga

dari najis dan hadats dan shalat harus dilakukan dengan khusyuk. Dengan

demikian, seorang yang melaksanakan shalat secara tertib dan khusyuk senantiasa

hidup dalam keadaan bersih dan suci jiwa raganya. Jiwanya senantiasa suci

karena sering mengingat Tuhan Yang Maha Mengetahui. Sedang raganya selalu

bersih karena setiap kali hendak melakukan shalat terlebih dahulu anggota

badannya bersih dari najis atau kotoran dan disucikan dari hadats.

4. Terhindar dari gangguan kejiwaan.

Setiap manusia membutuhkan tempat pengaduan. Setiap kali

melaksanakan shalat, seorang muslim akan selalu menyandarkan dirinya,

mengadukan masalahnya dan memohon pada Tuhannya, sehingga jiwanya akan

tentram dan terhindar dari berbagai penyakit kejiwaan, seperti stress dan

goncangan jiwa.

12
C. Shalat Fardhu Dan Macam-Macamnya

Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan, bahwa shalat itu ditentukan waktunya:

Artinya:”Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya untuk

orang-orang yang beriman. (An-Nisa’:102)

Shalat fardhu yang dilakukan lima kali sehari semalam harus dilaksanakan

sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan, antara lain sebagai berikut:

1. Shalat Zhuhur, waktunya dimulai setelah condong matahari dari pertengahan

langit, dan berakhir bila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya.

Sedangkan bilangan rakaatnya ada empat.

2. Shalat Ashar, waktunya dimulai dari habis waktu Zhuhur, bayang-bayang sesuatu

lebih panjang sedikit, sampai terbenam matahari. Sedangkan bilangan rakaatnya

ada empat.

3. Shalat Maghrib, waktunya dimulai dari terbenam matahri dan berakhir saat

terbenam syafaq merah (cahaya matahari yang terpancar di ufuk langit dan

berwarna merah). Sedangkan bilangan rakaatnya ada tiga.

4. Shalat Isya, waktunya dimulai dari terbenam syafaq (mega) merah, dan berakhir

sampai terbit fajar shadiq. Sedangkan bilangan rakaatnya ada empat.

5. Shalat Shubuh, waktunya dimulai dari terbit fajar shadiq dan berakhir saat terbit

matahari. Sedangkan bilangan rakaatnya ada dua.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat menurut bahasa artinya “do’a memohon kebajikan dan pujian”. Sedangkan

menurut istilah/syariat adalah menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah swt

(sebagai bentuk pengabdian) dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun

yang telah ditentukan.

Hikmah Shalat fardhu yaitu :

1. Shalat fardhu merupakan sarana pembentukan kepribadian muslim.

2. Senantiasa bersyukur dan ingat kepada Tuhan.

3. Membina muslim agar hidup senantiasa bersih dan suci.

4. Terhindar dari gangguan kejiwaan.

Shalat Fardhu Dan Macam-Macamnya :

2. Shalat Zhuhur, waktunya dimulai setelah condong matahari dari pertengahan

langit, dan berakhir bila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya.

Sedangkan bilangan rakaatnya ada empat.

3. Shalat Ashar, waktunya dimulai dari habis waktu Zhuhur, bayang-bayang sesuatu

lebih panjang sedikit, sampai terbenam matahari. Sedangkan bilangan rakaatnya

ada empat.

4. Shalat Maghrib, waktunya dimulai dari terbenam matahri dan berakhir saat

terbenam syafaq merah (cahaya matahari yang terpancar di ufuk langit dan

berwarna merah). Sedangkan bilangan rakaatnya ada tiga.

14
5. Shalat Isya, waktunya dimulai dari terbenam syafaq (mega) merah, dan berakhir

sampai terbit fajar shadiq. Sedangkan bilangan rakaatnya ada empat.

6. Shalat Shubuh, waktunya dimulai dari terbit fajar shadiq dan berakhir saat terbit

matahari. Sedangkan bilangan rakaatnya ada dua.

B. Implikasi

1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar.

3. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Penyerahan diri manusia kepada Allah SWT secara tulus ikhlas.

5. Meningkatkan disiplin, sabar dan khusyu.

6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa-raga.

7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesamam manusia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Ensiklopedi Muslim, Jakarta: Darul Falah, 2000.

Basalamah, Abdurrahman A, Ibadah, Ujung Pandang: Lembaga Study Islam UMI, 1992.

Rifa’i, NH, Pedoman Ibadah, Surabaya: Lintas Media Jombang.

Suparta, HM, Fiqih, Semarang: PT Karya Toha Putra, 2004.

16

Anda mungkin juga menyukai