Disusun Oleh :
Resky Amaliah / 60200105036
Syahrul Mubarak / 60200105039
Sitti Nurhaeraty / 60200105042
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi
Muhammad saw, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
Melalui makalah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pembimbing mata kuliah (Dosen) dan semua pihak yang terlibat dalam
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
kerena itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang tentunya bersifat
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
Latar Belakang...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
B. Hikmah Shalat.......................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Implikasi.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perintah shalat datang pada tahun 12 dari kerasulan Muhammad, atau setahun
sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Perintah shalat merupakan hasil terpenting dari
perjalanan Nabi Muhammad saw di malam hari, yang dikenal dengan peristiwa Isra’
dan Mi’raj.
Tahun kedua dari Karasulan Muhammad disebut dengan tahun duka cita (aamul
Huzni). Pada saat itu Rasulullah mendapat cobaan yang bertubi-tubi, Abu Thalib
paman beliau yang mengasuh dan membelainya ketika kecil, meninggal dunia pada
tahun itu, disusul dengan meninggalnya istri beliau (St. Khadijah) yang setia, tang
selalu mendorong dan membangkitkan semangat beliau dalam menghadapi suka duka
perjuangan untuk menegakkan Islam. Pada tahun itulah nabi mendapat penghinaan,
Dalam situasi yang demikian itulah beliau diperjalankan oleh Allah swt untuk
menjalani Isra’ dan Mi’raj membawa perintah yang teramat penting, yaitu kewajiban
Adapun tujuan utama dari shalat ialah agar manusia senantiasa ingat (berzikir)
kepada Allah. Mengingat Allah adalah suatu kesadaran seseorang bahwa hidup tidak
4
Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka
kewaspadaan itu, ia tidak akan sudi mengerjakan perbuatan yang keji dan tercela serta
segala macam larangan Allah, sebagaimana tidak sudinya untuk meninggalkan segala
perintahnya. Karena itu dengan senantiasa mengingat (berzikir) kepada Allah adalah
langkah dari upaya untuk terpelihara dari maksiat, perbuatan keji dan tercela.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat menurut bahasa artinya “do’a memohon kebajikan dan pujian”. Sedangkan
menurut istilah/syariat adalah menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah swt
(sebagai bentuk pengabdian) dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat serta ruku’lah kamu beserta
a. Beragama Islam
6
Sabda Rasulullah saw.
e. Menutup Aurat
g. Menghadap kiblat
2. Rukun Shalat
a. Niat
b. Berdiri tegak, bagi kuasa (mampu) ketika shalat Fardhu. Namun bagi yang
c. Takbiratul Ihram
7
f. I’tidal dengan Thuma’ninah
m. Tertib
c. Tahadhdhur
e. Membunyikan jari-jari
8
5. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
b. Meninggalkan salah satu syarat, sah shalat itu batal dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Berhadats
2. Terkena najis
c. Terbuka auratnya
d. Mengubah niatnya
e. Banyak bergerak, melakukan sesuatu tanpa hajat seperti bergerak tiga kali
g. Tertawa
h. Membelakangi kiblat
j. Murtad
6. Sunnat-sunnat Shalat
a. Sunnat Hai’at
telapak tangan setinggi bahu, dan ujung jari setinggi daun telinga serta
2. Bersedekap
9
3. Melihat ke arah tempat sujud, selain ketika membaca syahadat
6. Diam sebentar (satu tarikan nafas) sebelum dan sesudah membaca surat
Al-Fatihah
8. Membaca surat atau ayat Al-Qur’an, sebaiknya surat atau ayat Al-Qur’an
yang dibaca pada rakaat pertama hendaklah lebih panjang dari raka’at
kedua.
9. Mengeraskan bacaan pada shalat shubuh, dan dua rakaat pertama pada
shalat Maghrib dan Isya’, sedangkan untuk shalat Zhuhur dan Ashar
dibaca pelan.
10. Mengangkat kedua tangan ketika ruku’, I’tidal dan berdiri dari Tasyahud
13. Takbir tatkala turun dan bangkit, selain bangkit dari ruku’
14. Meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut ketika ruku’ sambil
10
17. Duduk iftirasy (duduk diantara telapak kaki kiri, telapak kaki kanan
ditegakkan, ujug jari kaki kanan dihadapkan ke arah kiblat) pada semua
menempel dilantai atau sajadah dan telapak kanan tetap ditegakkan) pada
tasyahud akhir.
21. Menoleh kekanan dan kekiri pada saat memberi salam, sehingga kelihatan
22. Ketika memberi salam, diniatkan memberi salam kepada yang berada
b. Sunnat Ab’adh
4. Membaca do’a Qunut pada shalat Shubuh, disaat I’tidal pada raka’at
kedua.
B. Hikmah Shalat
Dalam shalat fardhu, jiwa seorang muslim terbentuk sebagai pribadi yang
mempunyai sifat tawadhu’, pandai bersyukur, selalu tawakal, sabar, tabah dalam
11
mengarungi kehidupan dan lain-lainnya. Hal ini tercermin pada bacaan-bacaan
shalat dan doa-doa yang dibaca, mulai dari doa iftitah hingga salam, yang
Hidup senantiasa diisi denagn rasa syukur dan ingat kepada Tuhannya,
sejak pagi hari, siang, sore hingga malam hari. Sejak bangun dari tidur hingga
Setiap kali hendak shalat seorang muslim harus bersih dan suci jiwa raga
dari najis dan hadats dan shalat harus dilakukan dengan khusyuk. Dengan
demikian, seorang yang melaksanakan shalat secara tertib dan khusyuk senantiasa
hidup dalam keadaan bersih dan suci jiwa raganya. Jiwanya senantiasa suci
karena sering mengingat Tuhan Yang Maha Mengetahui. Sedang raganya selalu
bersih karena setiap kali hendak melakukan shalat terlebih dahulu anggota
badannya bersih dari najis atau kotoran dan disucikan dari hadats.
tentram dan terhindar dari berbagai penyakit kejiwaan, seperti stress dan
goncangan jiwa.
12
C. Shalat Fardhu Dan Macam-Macamnya
Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan, bahwa shalat itu ditentukan waktunya:
Shalat fardhu yang dilakukan lima kali sehari semalam harus dilaksanakan
sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan, antara lain sebagai berikut:
2. Shalat Ashar, waktunya dimulai dari habis waktu Zhuhur, bayang-bayang sesuatu
ada empat.
3. Shalat Maghrib, waktunya dimulai dari terbenam matahri dan berakhir saat
terbenam syafaq merah (cahaya matahari yang terpancar di ufuk langit dan
4. Shalat Isya, waktunya dimulai dari terbenam syafaq (mega) merah, dan berakhir
5. Shalat Shubuh, waktunya dimulai dari terbit fajar shadiq dan berakhir saat terbit
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat menurut bahasa artinya “do’a memohon kebajikan dan pujian”. Sedangkan
menurut istilah/syariat adalah menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah swt
(sebagai bentuk pengabdian) dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun
3. Shalat Ashar, waktunya dimulai dari habis waktu Zhuhur, bayang-bayang sesuatu
ada empat.
4. Shalat Maghrib, waktunya dimulai dari terbenam matahri dan berakhir saat
terbenam syafaq merah (cahaya matahari yang terpancar di ufuk langit dan
14
5. Shalat Isya, waktunya dimulai dari terbenam syafaq (mega) merah, dan berakhir
6. Shalat Shubuh, waktunya dimulai dari terbit fajar shadiq dan berakhir saat terbit
B. Implikasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Ensiklopedi Muslim, Jakarta: Darul Falah, 2000.
Basalamah, Abdurrahman A, Ibadah, Ujung Pandang: Lembaga Study Islam UMI, 1992.
16