Anda di halaman 1dari 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kandungan formaldehid pada piring melamine yang diperjualbelikan di masyarakat.

Piring melamine merupakan peralatan makan yang terbuat dari pencampuran formalin dengan fenol yang biasanya piring ini digunakan untuk makan. Dalam pembuatan piring melamine ini, produsen sering menambahkan formalin yang tidak sebanding dengan fenol sebagai bahan baku. Produsen sangat mengabaikan keamanan konsumen, padahal perilakunya dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Men Kes RI No.722 tahun 1988 tentang bahan tambahan makanan yang dilarang pemerintah adalah formalin karena sangat berbahaya bagi kesehatan, untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap formalin pada beberapa macam piring melamin, dengan penelitian yang bersifat deskriptif dengan cara analisa kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Poltekes Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan pada tanggal 07 - 09 juli 2010. Setelah dilakukan pengujian di Laboratorium maka didapat hasil formalin secara kualitatif pada piring melamine adalah 6 dari 10 sampel piring melamine positif (+) mengandung formalin. Tingginya kadar formaldehid pada peralatan makan melamin disebabkan dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cendrung tidak sebanding dengan jumlah fenol sehingga mengakibatkan terjadinya residu, yaitu sisa monomer formaldehid yang tidak bersenyawa tinggal didalam materi melamin. Bahaya formaldehid terhadap kesehatan manusia dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada membrane mukosa, dermatitis, gangguan pada pencernaan,hematemesis, hematuria, proteinuria, anuria, asidosis, vertigo, koma dan kematian. Formaldehid bersifat karsinogen, jika terpapar secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal dan jantung. (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23796-NelmaPoltekes%20Kemenkes%20Medan.pdf)
Penggunaan kopolimer merupakan salah satu upaya dalam peningkatan kualitas kayu. Penelitian penggunaan kopolimer dilakukan dengan cara vakum-tekan pada bagian lunak kayu kelapa menggunakan kopolimer tanin resorsinol formaldehida (TRF). Pengujian kualitas kayu meliputi kerapatan, kekerasan dan keteguhan tekannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas bagian lunak kayu kelapa dapat ditingkatkan dengan menggunakan kopolimer TRF pada konsentrasi 35 %, dan kekentalan 0,3 poise dengan vakum awal 720 mm Hg selama 15 menit, dan tekanan hidraulik 4 kali pada 11 atm masing-masing 15 menit. Bagian lunak kayu kelapa yang diberi perlakuan kopolimer TRF mengalami peningkatan kerapatan (26-53 %), kekerasan sejajar serat (23-128 %), tegak lurus serat (19-165 %), dan keteguhan tekan sejajar serat (9-25 %), keteguhan tekan tegak lurus serat (3-85 %).Kualitas bagian lunak kedua jenis kayu kelapa setelah diberi TRF setara dengan kayu rimba kelas kekuatan I II. (http://www.forda-mof.org/index.php/content/download/jurnal/275) Klasifikasi Polimer Berdasarkan Gaya Intermolekuler Sifat mekanik dan kimia dari polimer tergantung dari gaya intermolekuler seperti gaya van der Waals, ikatan hidrogen, dan tarik-menarik dipol-dipol antara rantai polimer. Gaya tersebut dilipatgandakan akibat ukuran molekul dan jumlah gugus fungsional yang ada dalam polimer. Berdasarkan gaya intermolekuler, polimer dibagi menjadi empat jenis, yaitu: Elastomer Elastomer adalah polimer yang mempunyai gaya tarik menarik paling lemah. Bentuk elastomer adalah amorf, dengan derajat elastisitas sangat tinggi. Elastomer mempunyai kekuatan untuk memanjang sepuluh kali lipat panjang semula dan kembali lagi ke bentuk asal. Serat

Serat adalah polimer yang mempunyai gaya inter intermolekuler yang paling tinggi. Karena kuatnya gaya ini, serat mempunyai kuat tarik yang tinggi dan elastisitas yang rendah. Gaya yang terlibat adalah ikatan hidrogen dan interaksi dipol-dipol. Termoplastik (plastik polimer) Termoplastik mempunyai gaya intermolekuler yang sedang. Polimer termoplastik jika mempunyai struktur linier bertekstur keras, sedangkan jika bercabang akan lunak. Pada saat dipanaskan, termoplasik akan menjadi lembut, dan kembali mengeras saat didinginkan. Proses melembut saat pemanasan dan pendinginan dapat diulangi beberapa kali sesuai keinginan tanpa mengubah komposisi kimia polimer. Polietena, polivinil klorida (PVC), teflon, polistirena merupakan contoh termoplastik. Termoset Tidak seperti termoplastik, termoset dapat mengalami perubahan komposisi kimia saat mengalami pemanasan. Jika dipanaskan, termoset akan mengeras dan tidak bisa lembut seperti sedia kala. Pengerasan saat pemanasan adalah karena ikatan silang yang membentuk jaringan polimer tiga dimensi dan maka dari itu hanya bisa dipanaskan sekali. Sebagai contoh termoset adalah kantung plastik kemasan, Bakelit, resin urea-formaldehida, dll. (http://www.ilmukimia.org/2013/03/klasifikasi-polimer.html)

Anda mungkin juga menyukai