Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

Disusun Oleh: Eva Indreswari Tandisalla (1110221084)

FK UPN Veteran Jakarta Pembimbing: dr. Ismiralda Okke, Sp. KK

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO 2012

PRESENTASI KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pekerjaan Agama Tanggalpemeriksaan : Tn. AJ : Laki-laki : 50 tahun : Wangon, Banyumas : Buruh : Islam : 11 Agustus 2012

II.

ANAMNESIS Diambil dari Autoanamnesis 11 Agustus 2012 KeluhanUtama : Gatal pada bagian kepala,

punggung, dan lengan


Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki berusia 50 tahun

datang ke poli Kulit dan Kelamin RSMS, dengan mengeluhkan gatal-gatal pada hampir seluruh tubuhnya khususnya pada bagian kepala, lengan, dan punggung. Gatal yang dirasakan pasien hilang timbul, namun dirasakan sangat gatal pada malam hari atau sedang merasa gerah. Pasien suka menggaruk-garuk dengan keras pada bagian yang gatal sehingga timbul keropeng di kapala Keluhan ini dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya

pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 8-9 nulan lalu, saat itu sudah berobat dan keluhan menghilang. Namun karena obat pasien kemudian habis, maka keluhan itu kembali dirasakan. Selain gatal pasien juga merasakan perih pada bekas garukan. Anak pasien juga sedang mengalami penyakit yang sama. Setelah kambuh pasien mengaku belum melakukan pengobatan apapun. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami

keluhan yang sama 9 bulan lalu, sembuh, dan muncul lagi. Riwayat Penyakit Keluarga : Anak pertama pasien juga

mengalami keluhan yang sama, belum berobat. Riwayat Alergi mengkonsumsi ikan laut. : Ada riwayat alergi

III.

STATUS GENERALIS Keadaan Umum Kepala Mata ikterik (-/-) Hidung Sekret (-) Telinga secret (-) : Bentuk daun telinga normal, : Simetris, Devias iseptum (-), : Baik : Normocephal : Konjuctiva anemis (-/-), Skelera

Mulut lembab,sianosis (-) Tenggorokan Thorax

Mukosa

bibir

dan

mulut

: Tidak dilakukan : Jantung Paru : Tidak dilakuakn : Tidak dilakukan

Abdomen Kelenjar Getah Bening Ekstremitas

: Tidak dilakukan : Tidak teraba pembesaran. : Akral hangat

IV.

STATUS DERMATOLOGI Lokasi inferior, region : Regio capitis, ekstremitas superior, ekstremitas thorax posterior ( supra et infra

scapularis,scapularis,vertebralis pas thoracica), regio abdomen posterior (lumbalis dextra et sinistra, vertebralis pars abdominalis) Ukk : Erosi, Ekskoriasi, krusta, dan macula

hiperpigmentasi pada region capitis, ekstermitas superior (brachii et antebrachii),ekstremitas inferior, dan thoras & abdomen posterior..

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI.

TERAPI Inerson + Fuson Loratadine 10 mg Tab ; 30 ; 1x1 Amiriptyline 25 mg tab ; 10 ; 1x1 Cefadroxil 50 mg tab ; 15 ; 2x1

VII.

RESUME Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang ke poli Kulit dan

Kelamin RSMS, dengan mengeluhkan gatal-gatal pada hampir seluruh tubuhnya khususnya pada bagian kepala, lengan, dan punggung. Gatal yang dirasakan pasien hilang timbul, namun dirasakan sangat gatal pada malam hari atau sedang merasa gerah. Pasien suka menggaruk-garuk dengan keras pada bagian yang gatal sehingga timbul keropeng di kapala Keluhan ini dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 8-9 nulan lalu, saat itu sudah berobat dan keluhan menghilang. Namun karena obat pasien kemudian habis, maka keluhan itu kembali dirasakan. Selain gatal pasien juga merasakan perih pada bekas garukan. Anak pasien juga sedang mengalami penyakit yang sama. Setelah kambuh pasien mengaku belum melakukan pengobatan apapun.

VIII. DIAGNOSA KERJA Scabies

IX.

DIAGNOSIS BANDING 1. Urtikaria Akut 2. Prurigo 3. Gigitan serangga 4. Folikulitis

X.

PEMERIKSAAN ANJURAN

Kerokan kulit Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

XI.

PENATALAKSANAAN Medikamentosa : -Antibiotik -Antihistamn -Asam Fusidat -Permetrin atau Ivermectin -Benzyl Benzoat Edukasi pada pasien skabies : 1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 3.Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

5. Jangan ulangi penggunaan skabimed yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari. 6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

XII.

PROGNOSIS Dubia ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita. (Haandoko, R, 2001). Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta, kondisi kota Jakarta yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan scabies. Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita scabies terbanyak didapatkan Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995).

10

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).

2.1 Pengertian Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitifasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

11

Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadijadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit kulit gatal lainnya, scabies merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal yang lebih dibandingkan dengan penyakit kulit lain. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tidak pernah membuat jalur yang bercabang. Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. Faktor penunjang penyakit ini antara lain anak dengan keadaan orang tua yang sosial ekonominya rendah, hygiene buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, karenanya tidak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren.

2.2 Etiologi Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut

12

Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.

13

2.3 Pengklasifikasian Skabies Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995): 1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi

hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh

14

sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah. 6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000). 7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

2.4 Patofisiologi Scabies Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan atau bermain bersama dengan anak lain sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

15

Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat

Bersalaman bergandengan

Timbul lesi

Pergelangan tangan

Gatal

Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infestasi

Timbul papul,vesikel,urtika timbul erosi, krusta

Digaruk infeksi skunder

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas

16

2.5 Tanda dan Gejala Rasa gatal yang sering menjadi parah dan biasanya memburuk pada malam hari Penggalian kulit dapat menimbulkan benjolan kecil pada kulit

Pada anak-anak, bagian yang terkena antara lain: Kulit kepala Wajah Leher Telapak tangan Telapak kaki Efek utama pada anak yang terkena scabies adalah gatal pada badan terutama pada waktu malam. Efek pada kulit seperti bintik-bintik kecil berair (vesicles), efek truk scabies dalam kulit (burrowing) dan efek mengelupas terdapat di celah-celah jari tangan atau kaki. Efek ini juga sering terdapat pada pusat, ketiak. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut : 1. . Pruritus nocturna Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari.mHal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah. 2. Sekelompok orang Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga

17

tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu lain. 3. Adanya terowongan Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

18

Gambar 2. Lesi pada sela jari, area pubic, dan areola mammae Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat. 4. Menemukan Sarcoptes scabiei Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa

maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat tergantung pada operator pemeriksaan, sehingga kegagalan menemukan tungau sering terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis skabies. Pada orang tua yang selalu menjaga hygiene anaknya, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis. .

19

Pengkajian Aloanamnesa Scabies Pada Anak 1. Biodata Mengkaji identitas anak dan orang tua seperti nama, alamat untuk menentukan penyebab mengapa pasien terkena scabies karena apabila anak yang terkena scabies tinggal di tempat yang endemik scabies dan daerah tersebut padat penduduknya akan terjadi peningkatan resiko penularan scabies. Selain itu dikaji juga usia anak karena semakin muda, system imunnya rendah sehingga mudah sekali untuk masuknya S. scabiei dan S.scabiei senang dengan kulit yang tipis seperti pada kulit anak. Perawat juga harus mengkaji jenis kelamin, anak laki-laki banyak yang terkena scabies karena aktivitas anak laki-laki lebih banyak dibanding anak perempuan dan hygiene anak laki-laki kurang sehingga mudah terkena scabies. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Pada anak penderita scabies terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama pada kulit yang tipis seperti kulit kepala, wajah, leher, telepak tangan dan kaki. Anak juga merasakan gatal terutama pada malam hari karena S.scabiei bekerja membuat terowongan pada malam hari dan S.scabiei senang dengan suhu yang lembab dan panas. b. Riwayat kesehatan sekarang Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat. c. Riwayat kesehatan dahulu Pasien pernah masuk RS karena alergi. d. Riwayat kesehatan keluarga Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada anggota keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke anggota keluarga yang lain. 3. Pola fungsi kesehatan

20

a. Pola persepsi terhadap kesehatan Apabila sakit, anak biasa membeli obat di toko obat terdekat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat. b. Pola aktivitas latihan Anak yang terkena scabies akan menjadi malas melakukan kegiatan seharihari seperti mandi, makan, bermain, dll karena anak focus terhadap rasa gatal dan nyeri yang dirasakan c. Pola istirahat tidur Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari. d. Pola nutrisi metabolik Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya. e. Pola eliminasi Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola eliminasinya. f. Pola kognitif perceptual Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola kognitif perceptualnya g. Pola peran hubungan : Pada anak yang terkena scabies membutuhkan dukungan dari orang tua atau orang terdekat karena kebanyakan penderita scabies kepercayaan dirinya kurang akibat dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas. Dukungan dari orang tua akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan anak dapat cepat sembuh. h. Pola konsep diri: Pada anak yang terkena scabies akan menjadi kurang percaya diri akibat gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas i. Pola koping Kehilangan atau perubahan yang terjadi pada penderita scabies adalah anak malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalah utama yang

21

terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bermain, bersosialisasi.

2.6 Pemeriksaan penunjang Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu : 1. Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop. 2. Mengambil tungau dengan jarum Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi. 3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test) Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag. 5. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy) Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan

22

telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop. 6. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE7. 7. Uji tetrasiklin Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli. Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni 1. :

Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak

dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik. 2.Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan hidup dan utuh. 3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi. 4.Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang menetap.

2.7 Diagnosis Banding Diagnosis bandingnya adalah: 1. Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik. 2. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian

ekstensor ekstremitas. 3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.

23

4. Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah yang eritem.

2.8.Penatalaksanaan Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi yang pernah diberikan sebelumnya. Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah selasela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap. a. Penatalaksanaan secara umum Edukasi pada pasien skabies : 1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 3.Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari. 6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

24

b.Penatalaksanaan secara khusus Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan produknya, mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman untuk semua umur, dan terjangkau biayanya.Pengobatan skabies yang bervariasi dapat berupa topikal maupun oral. a. Permethrin Merupakan sintesa dari pyrethroid, dan bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini. Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.

Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam. Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi. b. Presipitat Sulfur 2-10% Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit

25

tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal. Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. c. Benzyl benzoate

Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzil benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anakanak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini

dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anakanak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzil benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.

d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane) Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput

26

lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses. Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larvalarva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.

Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,

trombositopenia, dan pancytopenia. e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine) Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang. Beberapa ahli beranggapan bahwa crotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim

27

atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil. f. Ivermectin Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh

Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotic, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filarial terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk scabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati scabies. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis. g. Monosulfiran Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari. h. Malathion Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfat dengan dasar air digunakan selama 24%. Pemberian berikutnya beberapa hari kemudian. Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang buruk. c. Penatalaksanaan skabies berkrusta Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan

28

keratolitik. d. Penatalaksanaan skabies nodular Nodul tidak mengandung tungau namun merupakan hasil dari reaksi hipersensitivitas terhadap produk tungau. Nodul akan tetap terlihat dalam beberapa minggu setelah pengobatan. Skabies nodular dapat diobati dengan kortikosteroid intralesi atau menggunakan

primecrolimus topikal dua kali sehari. e. Pengobatan terhadap komplikasi Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral. f. Pengobatan simptomatik Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1%.

2.8 Pencegahan Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).

29

2.9 Komplikasi Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic oral, tergantung tingkat pyodermanya.Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, poststreptococcal pyodermas glomerulonephritis yang disebabkan bisa terjadi oleh karena skabies-induced pyogens.

Streptococcus

2.10 Prognosis Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. Infestasi scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies, jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan ekzema akan sembuh.

30

PATHWAY
Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat

Timbul lesi di pergelangan tangan

Gatal-gatal

Tidak dapat tidur pada malam hari

Gangguan pola tidur

Ansietas

Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infeksi

Anak cemas terhadap proses penyakitnya

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas Kerusakan integritas jaringan kulit

Resiko infeksi

Nyeri akut

Anak malu dengan penampilan tubuhnya, anak kurang PD

Gangguan citra tubuh

31

BAB III PEMBAHASAN

Penegakkan Diagnosis Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah scabies. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik status dermatologis yang mendukung ke arah diagnosis kerja scabies adalah sebagai berikut : Hasil anamnesis : 1. Keluhan utama gatal yang dirasakan di hampir seluruh tubuh terutama kepala, tangan, dan punggung, serta kaki. 2. Keluhan tersebut sudah mulai dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. 3. Awalnya keluhan dimulai dari kedua tangan, kemudian menjalar ke punggung, kaki, dan kepala. 4. Pasien mengaku lebih merasakan gatal pada malam hari. 5. Pasien bersama-sama tinggal dengan anaknya yang juga memiliki penyakit yang sama. 6. Pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama 9 bulan lalu, sembuh, namun muncul lagi. 7. Pasien berbagi pemakaian handuk dan seprai dengan anggota keluarga lainnya.

Hasil pemeriksaan fisik status dermatologis : 1. Lokasi : ekstremitas superior et inferior, regio capitis, region thorax

posterior, region abdomen posterior.

32

2. Ukk

: Erosi, Ekskoriasi, krusta, dan macula hiperpigmentasi pada

region capitis, antebrachii, brachi, dan dorsal. Kanalikuli terlihat samar.

Diagnosis Banding Berdasarakan tempat lesinya, diagnosis banding untuk penyakit Skabies pada kasus ini adalah sebagai berikut : 1. Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik. 2. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian

ekstensor ekstremitas. 3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler. 4. Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah yang eritem.

Pemeriksaan Penunjang 1. Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop. 2. Mengambil tungau dengan jarum Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi. 3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test) Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-

33

30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.

Terapi 1. Farmakologis a. Loratadine tablet; 1 x 10 mg per hari Loratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas yang rendah terhadap reseptor-H1 di susunan saraf pusat, sehingga tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Loratadine efektif untuk mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.Pada kasus ini digunakan untuk mengatasi keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien. b. Inerson + Fuson Salap Inerson adalah salap yang mengandung Desoximetasone, suatu

kortikosteroid yang mempunyai khasiat sebagai antiflogistik, antipuritik. Fuson Salap adalah golongan obat topical asam fusidat. Dengan indikasi Infeksi kulit karena stafilokokus, streptokokus, Propionibacteriumacnes, Corynebacterium minutissinum, infeksi lain yang pekaterhadap natrium fusidat. c. Amitriptyline ; 1x1 Obat ini adalah bagian dari golongan antidepresan trisiklik digambarkan karena struktur kimia yang terdiri dari tiga cincin. Amitriptyline dasarnya adalah obat yang dipakai untuk mengobati depresi dan nyeri neuropatik atau nyeri berhubungan dengan saraf. Obat ini juga ditentukan sebagai pencegahan untuk migren. Amitriptyline umumnya ditentukan pada waktu tidur yang membantu pasien dalam memperbaiki tidur. d. Cefadroxil ; 2x1

34

Cefadroxil merupakan antibiotika golongan sefalosporin dan bersifat bakterisid atau membunuh bakteri. Memiliki spektrum yang luas baik untuk bakteri gram positif maupun negatif. Indikasi : Sefadroxil digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh strain yang rentan dan menunjukkan penyakit di bawah ini: 1. Infeksi saluran kemih, yang disebabkan oleh eschericia coli, proteus mirabilis dan klebsiella. 2. Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh staphilococus dan streptococcus 3.Faringitis dan tonsillitis 4.Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

5. Infeksi lain seperti Osteomyelitis, artritiseptis, peritonitis

35

DAFTAR PUSTAKA . Catlover. 2011. Scabies. www.hidaya.org/documents/healthcare/Scabies.pdf (diakses tanggal 11 Agustus 2012) Defka. 2010. Asuhan Keperawatan Skabies http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/06/asuhan-keperawatan-skabies/ (diakses tanggal 11 Agustus 2012) Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius Meadow, Sir Roy & Simon J. Newell. 2002. Lecture Notes on Pediatrics. Jakarta: Penerbit Erlangga Nenk. 2009. Skabies. http://www.lenterabiru.com/2009/09/skabies.htm (diakses tanggal 11 Agustus 2012) Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

36

Anda mungkin juga menyukai