Anda di halaman 1dari 17

TIOTROPIUM VERSUS SALMETEROL FOR THE PREVENTION OF EXACERBATIONS OF COPD

CLAUS VOGELMEIER, M.D., BETTINA HEDERER, M.D., THOMAS GLAAB, M.D., HENDRIK SCHMIDT, PH.D., MAUREEN P.M.H. RUTTEN-VAN MLKEN, PH.D., KAI M. BEEH, M.D., KLAUS F. RABE, M.D., AND LEONARDO M. FABBRI, M.D., FOR THE POET-COPD INVESTIGATORS*A

Koass Interna Novita Rachmawati 2007730093


Pembimbing: Dr. H. Toton Suryotono, Sp.PD dr. Hudaya S, Sp. P, Sp.PD. dr. Abdul Wahid Usman, Sp. PD

Latar Belakang
PPOK merupakan penyakit yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian di dunia Serangan akut pada pendertia PPOK menunjukkan perkembangan dari penyakit itu sendiri yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi , gangguan aktivitas, perburukan status kesehatan.

Latar Belakang
Pedoman pengobatan merekomendasikan penggunaan bronkodilator long-acting inhalasi untuk mengurangi gejala dan mengurangi resiko eksaserbasi pada pasien dengan stadium sedang dan parah pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) tetapi tidak menentukan apakahobat antikolinergik long-acting atau agonis-2 adalah agen disukai.

Latar Belakang
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tiotropium berhubungan dengan penurunan resiko serangan akut pada pasien PPOK dibandingkan salmeterol meskipun dengan hasil yang tidak signifikan, melalui penelitian singkat (3-6 bulan)

Tujuan
Penelitian ini ingin membandingkan apakah tiotropium obat antikolinergik lebih unggul dari agonis-2 salmeterol dalam mencegah

eksaserbasi PPOK.

Metode (Pasien)
Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun di

Provinsi Kemerdekaan di Helsinki Kriteria inklusi responden adalah


Usia minimal 40 tahun denan riiwayat merokok

10 pak atau lebih Telah di didiagnosis COPD FEV1 setelah pemberian bronkodilator 70%% FVC 70% Riwayat serangan akut yang mendasari pengobatan dengan glukokortikoid sistemik dan antibiotik atau dirawat di rumah sakit

Metode (Prosedur)
Penelitian ini dilakukan dalam 2 periode,

yaitu periode skrining dan randomisasi . Setelah rendomisasi penelitian di lakukan pada bulan ke 2,4, 8, dan 12 dan melalui telfon yang dilakukan setiap bulan. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang menggunakan tiotropium 18 mikrogram sekali sehari dengan placebo dua kali sehari dan salmeterol 50 mikrogram dua kali sehari dengan placebo satu kali sehari

Metode (Prosedur)
Data yang didapat berdasarkan catatan

harian penderita yang kemudian dianalisis dan kuisioner yang didapat selama kunjungan dan telfon.

Metode (Analisis Statistik)


Nilai P adalah dihitung dengan penggunaan

Wald chi-kuadrat statistik. Kaplan-Meier plot dibangun, dan log-rank test juga dilakukan. Nomor-titik akhir acara dibandingkan antara kelompok belajar dengan penggunaan regresi Poisson dengan koreksi untuk overdispersion dan penyesuaian untuk eksposur pengobatan

Hasi Penelitian
Ternyata waktu serangan pertama meningkat pada triotopium sebesar 42 hari dibandingkan dengan salmeterol (187 hari

dengan 145 hari, yang mewakilisedikitnya 25% dari pasien. Tiotropium dibandingkan dengan salmeterol signifikan mengurangi resiko eksaserbasi moderat sebesar 14% dan eksaserbasi berat oleh 28%

Diskusi
Terapi tiotropium ternyata mampu

menurunkan resiko serangan berulang pada pasien PPOK dibandingkan dengan penggunaan salmeterol baik dikombinasi dengan inhalasi glukoortikoid dan tidak.

< pada TORCH, Clinical Trials.gov numer, NCT 00268216

Serangan pertahun pada penelitian ini

= Understanding Potential Long Terms Impacts on Function with Tiotropium trial (UPLIFT) dan NCT00144339 > Kemanjuran penggunaan 2 Beta 2 agonis kerja lama pada penelitian 1 thun terakhir

Kesimpulan
Pada pasien PPOK dengan derajat sedang dan berat penggunaan tiotropium ternyata lebih efektif dibandingkan salmeterol

Anda mungkin juga menyukai