Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA DI RUANG SEDAP MALAM

Tanggal 04 Februari 2013 s/d 09 Februari 2013

Oleh: Ida Adriani NIM. I1B108208

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2013

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA DI RUANG SEDAP MALAM

Tanggal 04 Februari 2013 s/d 09 Februari 2013

Oleh: Ida Adriani NIM. I1B108208

Banjarmasin, 09 Februari 2013 Mengetahui, Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Devi Rahmayanti, S.Kep, Ns

Wiwik Winarsih, S.Kep, Ns

1. Definisi Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa atau seluruh alveoli terisi cairan dan sel-sel darah, seperti yang diperlihatkan gambar 1. Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterial, yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlobang-lobang sehingga cairan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif terisi dengan cairan dan sel-sel darah, dan infeksi menyebar melalui perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus. Akhirnya, daerah luas pada paru, kadang-kadang seluruh lobus bahkan seluruh paru menjadi berkonsolidasi, yang berarti bahwa paru terisi cairan dan sisa-sisa sel.

Gambar 1. Pneumonia

Pada pneumonia, fungsi pertukaran udara paru berubah dalam berbagai stadium penyakit yang berbeda-beda. Pada stadium awal, proses pneumonia dapat dilokalisasikan dengan baik hanya pada satu paru, disertai dengan penurunan ventilasi alveolus, sedangkan aliran darah yang melalui paru tetap normal. Ini mengakibatkan dua kelainan utama paru: (1) penurunan luas permukaan total membran pernapasan dan (2)

menurunnya rasio ventilasi-perfusi. Kedua efek ini menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan hiperkapnia (karbon dioksida darah tinggi). Pneumonia merupakan bagian dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bawah yang banyak menimbulkan kematian, hingga berperan besar dalam tingginya angka kematian. Pneumonia di negara berkembang disebabkan terutama oleh bakteri. Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan 5 tahun, pada usia di bawah 2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang, dan terdapat tarikan dinding dada ke dalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. 2. Etiologi 1. Bakteri Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis. 2. Virus Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus. 3. Jamur Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung. 4. Protozoa Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS. 3. Patofisiologi Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme

dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari susunan anatomis rongga hidung, jaringan limfoid di nasofaring, bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. Reflek batuk, refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. Fagositosis, aksi limfosit dan responimunohumoral terutama dari IgA. Sekresi enzim enzim dari sel-sel yangmelapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai anti mikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu : a. Stadium I (4-12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida, sehingga mempengaruhi perpindahan gas dalam darah dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. b. Stadium II (48 jam berikutnya) Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit

dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. c. Stadium III (3-8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. d. Stadium VI (7-11 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Pada pneumonia terjadi gangguan pada komponen volume dari ventilasi akibat gangguan kelainan langsung di parenkim paru. Terhadap gangguan ventilasi akibat gangguan volume ini tubuh akan berusaha mengkompensasinya dengan cara meningkatkan volume tidal dan frekuensi nafas sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dispnea dengan tanda-tanda inspiratory effort. Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal antara ventilasi perfusi tidak tercapai, tubuh berusaha meningkatkannya sehingga terjadi usaha nafas ekstra dan pasien terlihat sesak. Selain itu dengan berkurangnya volume paru secara fungsional karena proses inflamasi maka akan mengganggu proses difusi dan menyebabkan gangguan pertukaran gas yang berakibat terjadinya hipoksia. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gagal nafas.

4. Tanda dan Gejala Tanda-tanda dari Pneumonia adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sesak Nafas Batuk nonproduktif Penggunaan otot bantu nafas Takipnea Takikardi Nyeri dada Muntah Demam

9.

Cyanosis

10. Susah tidur 11. Cemas 5. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik pneumonia ditegakkan dengan pengumpulan riwayat kesehatan (terutama infeksi saluran pernapasan yang baru saja dialami), pemeriksaan dada, rontgen dada, kultur darah (invasi aliran darah, yang disebut bakteremia, sering terjadi), dan pemeriksaan sputum. Diagnosis studi: Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih. Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses-ABGs) dan Pulse Oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan rieedle biopsy, aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus, dan Hemophilus influenzae. Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis biasanya timbul meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood count-WBC) rendah pada infeksi virus. Tes serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik. LED: meningkat Pemeriksaan Fungsi Paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah. Bilirubin: mungkin meningkat

6. Komplikasi Effusi pleura Empyema Abses Gagal nafas Dehidrasi

7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan akan beragam tergantung pada keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, krekles, peningkatan fremitus, egofoni positif, dan pekak pada perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumonia. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan

trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim). Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat tertrasiklin (doksisiklin). Pneumonia tipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respons terhadap antimikrobial.

Pneumocystis carinii memberikan respons terhadap pentamidin dan trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. b. Penatalaksanaan Keperawatan a. b. c. d. e. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres. Latihan batuk efektif dan fisiotheraphy paru. Pemberian oksigenasi. Mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%). Pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi apabila penyakit berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, kemungkinan penyebab, seperti pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.

8. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji A. Pengkajian 1. Keluhan utama. dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah. 2. Riwayat penyakit sekarang. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 3. Riwayat penyakit dahulu. Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun. 4. Riwayat kesehatan keluarga. Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. 5. Riwayat kesehatan lingkungan. Menurut Wilson dan Thompson (1990) pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. 6. Imunisasi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. 7. 8. Sistem kardiovaskular. Takikardi, iritability. Sistem pernapasan. Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hidung, ronchi, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan frictionrub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. 9. Sistem pencernaan. Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. 10. Sistem saraf. Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus. 11. Sistem muskuloskeletal. Tonus otot menurun, lemah secara umum B. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi mukus berlebih, sekret di bronkus, atau sekret yang tertahan. 2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar.

3. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi 4. Hipertermi b.d proses penyakit: infeksi virus, bakteri, jamur pneumonia. 5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis. 6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan. 7. Ansietasb.d perubahan status kesehatan, krisis situasional.

C. Kriteria Hasil dan Intervensi Keperawatan Diagnosa 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi mukus berlebih, sekret di bronkus, atau sekret yang tertahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, anak menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) - Menunjukkan jalan nafas yang paten (anak tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) - Saturasi O2 dalam batas normal Intervensi: - Berikan O2 - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi - Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab - Berikan antibiotik (kolaborasi) - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. - Monitor respirasi dan status O2

Diagnosa 2.Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi: 1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 4. Tanda tanda vital dalam rentang normal Intervensi: - Posisikan anak semifowler untuk memaksimalkan ventilasi - Pasang mayo bila perlu - Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. - Monitor respirasi dan status O2 - Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot - Monitor TTV - Observasi sianosis khususnya membran mukosa - Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

Diagnosa 3.Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, anak tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: - Mampu mengontrol nyeri. - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang - Tanda vital dalam rentang normal - Tidak mengalami gangguan tidur Intervensi: - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Kurangi faktor presipitasi nyeri - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin - Berikan analgetik (kolaborasi) - Tingkatkan istirahat - Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur - Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa 4.Hipertermi b.d proses penyakit: infeksi virus, bakteri, jamur pneumonia. Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam suhu badan pasien normal, dengan Kriteria hasil : - Suhu kulit dalam rentan yang diharapkan - Suhu tubuh dalam batas normal - Tidak ada perubahan warna kulit - Nadi, respirasi dalam batas normal - Hidrasi adekuate - Pasien menyatakan nyaman - Tidak menggigil - Tidak iritabel / kejang Intervensi: - Monitor suhu sesuai kebutuhan - Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi - Monitor suhu dan warna kulit - Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi - Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat - Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang - Berikan antipiretik sesuai advis dokter tinggi

Diagnosa 5.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi kurang teratasi dengan indikator: - Intake makanan dan minuman per oral anak dalam batas normal - Anak memiliki energi Intervensi: - Kaji adanya alergi makanan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi - Monitor adanya penurunan BB dan gula darah - Monitor lingkungan selama makan - Monitor turgor kulit - Monitor mual dan muntah - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva - Monitor intake nuntrisi - Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. - Pertahankan terapi IV line

Diagnosa 6.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR - Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri - Keseimbangan aktivitas dan istirahat Intervensi: - Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas - Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan - Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

- Monitor respon kardivaskuler

terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Intervensi: - Observasi adanya pembatasan anak dalam melakukan aktivitas - Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan - Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan - Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Diagnosa 7.Ansietas b.d perubahan status kesehatan, krisis situasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam kecemasan orang tua berkurang / hilang, dengan criteria hasil : Mengotrol cemas - Klien/keluarga mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. - Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas - Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. Intervensi: - Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care - Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit - Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan klien/keluarga - Pahami harapan pasien/keluarga dalam situasi stres - Temani pasien/keluarga untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

- Bersama tim kesehatan, berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan prognosis - Lakukan massage pada leher dan punggung, bila perlu - Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan - Dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

Daftar Pustaka 1. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry-Eaton, David Wilson, etal. Buku Ajar KeperawatanPediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2009. Meadow, Ro, dan simon Newell. Pediatrika. Jakarta : Erlangga. 2002. Anonim. Asuhan Keperawatan pada anak dengan http://www.slideshare.net/abhique/askep-anak-dengan-pneumonia Diakses tanggal 03 Februari 2013. Eka, Putri. Askep pneumonia. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-pneumonia/ Diakses tanggal 03 Februari 2013 Anonim. Asuhan Keperawatan pada anak dengan pneumonia. http://www. harnawatiarjwordpress.com Diakses tanggal 03 Februari 2013. NANDA International. Nanda International: NursingDiagnoses 2009-2011. USA: WilleyBlackwell Publication, 2009. Moorhead, Sue, MerideanMaas, Marion Johnson. NursingOutcomesClassification (NOC) FourthEdition. USA: MosbyElsevier, 2008. Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey. NursingInterventionClassification (NIC) FifthEdition. USA: MosbieElsevier. 2008. pneumonia.

2. 3.

4.

5.

6.

7.

8.

Anda mungkin juga menyukai