Anda di halaman 1dari 69

Ringkasan Mata Ajar Sistem

Persyarafan
( OTAK , FUNGSI, TES SYARAF DAN KEAJAIBANNYA )

(HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS RESPATI)

PENYUSUN :

MOHAMAD JUDHA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI JAKARTA

2009
BAB I

Pendahuluan

Otak adalah suatu organ yang bekerja mengkoordinasikan seluruh yang terjadi di dalam
tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan , bekerja melebihi
komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh,
karenanya kita harus selalu menjaga nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan
mengembangkannya

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 ponds) , menerima 20
% curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi
setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan
terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja sudah dapat
menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit , merusak permanen otak.
Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak.1

Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh
homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak
juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan
segala bentuk pembelajaran lainnya.Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia
berfungsi untuk menunjang dan melingungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi.

Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan
berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter . Neurotransmitter ini dikirimkan pada
celah yang di kenal sebagi sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan
neuron pada otaknya, vetebrata besar bisa mempunyai hingga seratus milliar neuron.2

Pertanyaan ?

Pernahkahkita berfikir seandainya kita kehilangan 1 milimeter saja pada bagian otak kita, apa yang
akan terjadi dengan kita ? lalu apa yang bisa kita rasakan pada saat tersebut ?
1
Price, Wilson, Patofisiologi , EGC , hal 1024
2
BAB II
Otak Dan Fungsinya

A. Lima Pembagian utama Otak Manusia3

1. Telensefalon (endbrain)

Hemisferum serebri

Korteks serebri

Rhinensefalon (sistem limbik)

Basal Ganglia

Nukleus Kaudatus

Nukleus lentikularis

Klaustrum

Amigdala

2. Diensefalon (interbrain)

Epitalamus

Talamus

Subtalamus

Hipotalamus

3. Mesensefalon (midbrain)

Korpora quadrigemina

Kolikulus superior

Kolikulus inferior

3
Tegmentum

Nukleus ruber

Substantia nigra

Pedunkulus serebri

4. Metensefalon (afterbrain)

Pons

Serebelum

5. Mienlesefalon (marrow brain)

Medula Oblongata
Fungsi Bagian-bagian Otak4

• Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan
merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.

• Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)
4
otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata,
dan juga merupakan pusat pendengaran.

• Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

• Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju
ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.

• Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)

2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf
pusat

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.

2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat
cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi
selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan
mekanik.
3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak.
Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa
metabolisme.

Ketika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar sel
otak pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hinggá 10.000 cabang dendrit yang dapat
membangun sejumlah satu kuadrilion (angka 1 diikuti dengan 15 angka nol) koneksi.
komunikasi.perkembangan otak pada minggu-minggu pertama lahir diproduksi 250.000 neuroblast
(sel saraf yang Belum matang), kecerdasan mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel
otak, tempat sel saraf bertemu disebut synapse, makin banyak percabangan yang muncul, makin
berkembanglah kecerdasan anak tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi, tampa
stimulasi yang baik , potensi ini akan tersia-siakan.

Ned Herrman melakukan penelitian puluhan tahun terhadap 1000 orang , memformulasikan
instrumen yntuk menentukan kecenderungan otak seseorang, akhirnya ia membuat pembagian 4
kuadran otak , ia juga membagi 2 komponen utama , korteks otak yang menata fungsi-fungsi
kognitif, serta limbik sistem yang menata fungsi emosi
Human Brain

Weighing about of 1.3 kg (3 lb) and containing 100 billion neurons, the human brain is a
marvel of evolution. Complex interactions between neurons produce psychological processes,
including learning, memory, emotion, thinking, and perception.

Oxford Scientific Films/London Scientific Films


Left and Right Brain Functions

Although the cerebrum is symmetrical in structure, with two lobes emerging from the brain stem
and matching motor and sensory areas in each, certain intellectual functions are restricted to one
hemisphere. A person’s dominant hemisphere is usually occupied with language and logical
operations, while the other hemisphere controls emotion and artistic and spatial skills. In nearly all
right-handed and many left-handed people, the left hemisphere is dominant.

B. Fungsi Otak kanan dan kiri

Walaupun terlihat simetris secara struktur, tapi keduanya mempunyai fugsi yang berbeda,
bila Otak kiri bertanggung jawab terhadap proses berfikir logis, berdasar realitas, mampu
melakukan penafsiran secara abstrak, dan simbolis, cara berfikirnya sesuai untuk tugas tugas verbal,
menulis, membaca, menempatkan detail, fakta. Sedangkan cara berfkir otak kanan lebih bersifat
acak, tidak teratus,intuitif, holistik, bersifat non verbal, kearah perasaan dan emosi, kesadaran yang
Kognitifsuatu benda atau orang), pengenalan bentuk,
berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran
Pragmatik
KIRI kepekaan warna, kreativitas, visualisasi. (Bobbi De Potter,1999, 37Kanan
pola, musik, – 38)
ATAS atas

Orang yang memanfaatkan kedua belah otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek
Logis Konseptual
kehidupannya, BelajarKuantitatif Sintesis
dapat dengan mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk
Kritis Metaforis
menggunakan bagian Analitis
otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yangVisual
mereka hadapi. Emosi
Factual Integrative
yang positif akan mendorong kearah kekuatan otak kearah yang lebih berhasil (Bobbi De Potter,
1999, 38)

Realistis Idealistis
Kreatif Kinestetik
Common Sense
Natural

Whole Brained

Sekuensial Emosional
Terkontrol Indriawi
Konservatif Humanistik
Struktural Musical
Mendetail Ekspresif

Kiri Kanan
bawah Intuitif bawah
Instingtif
C.Anatomi dan gejala akibat stroke5

Otak kita terdiri dari 3 komponen: otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak
(brain stem)

Bagian otak yang bila Gejala kerusakan


dirusak oleh stroke

Wernicke's area ( pusat Kesulitan berbicara, memahami pembicaraan bingung


bahasa) membedakan kiri dan kanan, sulit dalam membaca,
menulis, menamai obyek, berhitung.

Broca's area (berbicara) Kesulitan dalam berbicara dan kadang-kadang menulis.

Parietal lobus bagian kiri Hilangnya koordinasi antara lengan kanan dan tungkai

Facial and limb areas of the Paralisis lengan kanan dan tungkai dan bagian kanan
motor cortex on the left side of wajah
the brain

5
Facial and arm areas of the Hilangnya sensasi lengan kanan dan bagian kanan
sensory cortex penglihatan pada kedua mata

D.Fungsi dan Gangguan Cerebral6

Lobus Serebral Fungsi Gangguan

Frontal Penilaian Gangguan Penilaian

Kepribadian bawaan Gangguan Penampilan diri


dan kebersihan diri

Gangguan Afek
Keahlian Mental Kompleks
Gangguan proses fikir
Abstraksi , membuat
konsep , memperkirakan Gangguan fungsi motorik
masa depan

Memori pendengaran
Gangguan memori kejadian
Temporal
Memori kejadian yang baru yang baru terjadi
terjadi
Kejang Psikomotor
Daerah auditorius primer
Tuli
yang mempengaruhi
kesadaran

6
Parietal

Dominan Bicara

Berhitung (matematika)

Afasia

Topograhi kedua sisi tubuh Agrafia

Akalkulia

Agnosia

Gangguan sensorik
(bilateral)
Non Dominan

Kesadaran sensorik
Disorientasi
Sintesis ingatan yang
kompleks Distorsi Konsep Ruang

Hilang kesadaran sisi tubuh


yang berlawanan

Oksipital
Memori visual penglihatan
Defisit penglihatan dan buta

E.Law of Attaction

Law of attraction sebuah teori yang dirangkum dari buku yang berjudul secret karangan
Rhonda Byrne, dalam buku yang menjadi best seller tersebut dikatakan jika berfikiran baik maka
pikiran itu akan memancar keseluruh alam semesta dan kembali lagi kepada kita dalam bentuk
kenyataan, begitu pula ketika mengeluh akan hidup kita dan menyatakan tidak, maka pengaruh
negatip akan menarik kearah kita, itu lah yang disebut hukum gaya tarik, ketika kita berpikiran
positif maka yang positif akan mempengaruhi kehidupan kita.
Kekuatan berfikir mempengaruhi alam semesta. Secara ilmiah pikiran positif mempunyai
kehebatan yang luar biasa, kita harus menikmati hidup dan pikiran kita, kita pencipta pikiran kita
sendiri, kita hidup didunia ini semua yang ada yang disekeliling kita, bahwa kita menarik apapun
yang ada dipikiran kita, pikiran mempengaruhi emosi kita, ada perasaan negatip seperti marah,
cemburu, dendam , kebencian, ini disebut getaran yang negatif, apa yang kita pikirkan itu yang
akan berbalik kekita, kita kan mendapatkan apa yang kita rasakan. Gaya berfikir kita mempengaruhi
orang lain dan sekitar kita, alam semesta bereaksi dengan pikiran kita, apa yang kita pikirkan dan
yang kita rasakan,

Bayangkan cerita aladin , ketika dia menggosok lampu ajaibnya ada 3 keinginan tapi
keinginan itu tidak terbatas, alam semesta adalah jin Jiny dan jin Jiny selalu mengatakan "your's
wish is my comend, , alam semesta bereaksi dengan alam pikiran kita.

Bagaimana proses gaya tarik ini bertama ketika kita mengingikan sesuatu kita akan :(1 ).
ask. Ketika bertanya apa yang kita inginkan , misalnya seorang anak kecil berumur 6 tahun ingin
mempunyai sepeda; (2) unswer, alam semsta mulai mengatur diri kita terhadap apa yang kita
inginkan, anda tidak perlu tahu bagaimana alam semsta ini berekaksi , alam semsta menjawab, (3)
accept, bila itu tidak terlaksana maka kita menyadari keinginannkan, kita wujudkan sedikit-sedikit
apa yang kita inginkan, seperti cerita anak kecil tadi , dia dapat menggambar sebuah sepeda dan
menggambar dia menaiki sepeda tersebut, dan suatu hari orang tua atau kakeknya mengetahui, dan
terjadilah apa yang diinginkannya, karena fansasi itu akan berubah jadi kenyataan .

Jangan mengatakan aku ingin ini, tapi merasakan tidak bisa., kita harus langsung bereaksi
dengan kecepatan , kita harus memperhatikan apa yang kita inginkan, contohnya kita seperti kita
naik mobil dalam malam yang , dengan jarak pandang hanya 6 meter dari lampu mobil , dan itulah
kehidupan, kita berjalan sedikit-demi sedikit menggapai tujuan kita, dan semua rahasia kehidupan
terbuka sedikit demi sedikit didepan kita sebagai sesuatu yang kita sendiri akan tercengang
mendapatkannya…

Jangan menduga-duga, bertindaklah, itu tugas kita, , anda akan menarik yang anda inginkan,
berilah perhatian yang penuh pada yang anda inginkan, anda mulai perlahan-lahan dari yang tidak
ada, dengan cara yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada

Dr. Luther Martin King Jr. mengatakan Take the first step in faith, you don't have to see the
whole staircase , just take the first step, ambilah langkah pertama dengan penuh keyakitan , anda
tidak harus melihat semua anak tangga cukup langkah di anak tangga pertama.
Kapan dapat terwujud, berkaitan dengan hubungan keselarasan kita dengan alam semesta..
bagaimana kita menaru nya, bayangkan tempat yang anda inginkan dan anda akan mendapatkannya,
banyak orang yang merasa terpenjara dalam dirinya, karena kita terus berfikir itu terus menerus,
kita memikitkan itu hukum daya tarik bekerja, kebanyakan ,kita mendapatkan yang kita pikirkan.

DR. Joe Vitale MSC. D (metaphysician) Powerful processes : 1 gratitude (mulai dengan
membuat daftar hal-hal yang anda syukuri. Menghargai dan bersyukur akan menarik hal hal yang
baik bagi dirikan, focus pada hal yang kita hargai dari pada diri kita. Jangan berfikir terhadap yang
tidak kita miliki , tapi yang kita punya, 2. visualize (processes membayangkan dalam pikiran. Dr
Denus Wattley Ph.D Psychologist.

Mengadakan penelitian seorang atlit di suruh membayangkan dia sedang berlari . dengan
visulisasi sama ketika mereka bertanding, didapatkan otot-otot mereka bereaksi sama dengan ketika
mereka berlari, hal ini karena otak tidak dapat membedakan apakah ini dilakukan secara khayal atau
secara real.

F.Latihan Otak Dengan Optimalisasi Fungsi dengan Metode Fritx’s Brain

TIM POWER BRAIN INDONESIA mengeluarkan buku bagaimana kita dapat melatih
otak kita mininal 10 menit dalam sehari selama 30 hari dengan metode Frits”Brain,(2005), antara
lain dibab ini akan disebutkan beberapa latihan, yang dilakukan tiap hari.

A. Latihan mengolah otak

Hari 1

Latihan asosiasi persamaan

Buatlah asosiasi persamaan dari kata-kata : tiang listrik – ban mobil, (karena keduanya memiliki
elemen logam), petunjuk: umur 5 -10 tahun : cukup menjawab 8 jawaban , umur 10 – 15 tahun :
cukup dengan 10 jawaban, diatas > 15 tahun , cukup dengan 12 jawaban

Hari 2

Latihan Asosiasi perbedaan, contoh kata-kata: laki-laki , perempuan, pentunjuk sama seperti
diatas.

Hari 3
Daya Ingat, hafalkan kata-kata dibawah ini , menghafal 5 menit (umur >15 tahun , 3 menit) daftar
kata-kata seperti meja, pintu, televisi, pensil. Garpu, lagu , buku, baru, rakus, cuka. Petunjuk, umur
5-10 tahun cukup ingat 6 kata, 10- 15 tahun cukup 10 kata,> 15 tahun mengingat 10 kata dalam
waktu 3 menit.

Hari 4

Kecerdasan musikal, dengarkan 2 lagu klasikm tulis kesannya terhadap lagu tersebut dalam
kalimat panjang tidak lebih dari 5 kata. Contohnya, keduanya sangat menggugah perasaanku.

Hari 5

Keseimbangan otak kiri dan kanan, buatlah gambar seperti contoh berikut dengan ketentuan : -
bagi yang biasa menggunakan tangan kanan untuk kegiatan ini gunakan tangan kiri, begitu juga
sebaliknya, apabila selesai menggambar dengan ketentuan diatas gambar lagi dengan ke dua tangan
diatas

Hari 6

Koordinasi dan Kecerdasan Kinestetik, untuk melatih koordinasi, lemparkan sehelai kertas yang
telah diremas-remas kedalam keranjang sampah dengan jarak 3 meter, tingkatkan atau kurangi jarak
untuk menyesuaikan tinggkat kesulitan, Petunjuk, umur 5-10 tahun , jarak kuran gdari 2 meter,
umur 10 – 15 tahun , jarak kurang dari 3 meter, umur diatas 15 tahn , jarak keranjang 4 meter.

Hari 7
Kecerdasan Inter dan Intra personal, tuliskan /sebutkan 5 orang nama teman-teman dan beserta
sifat-sifat baik mereka.

Hari 8

Asosiasi persamaan, buatkan asosiasi persamaan antara kata-kata : globe (bola dunia) , kue donat.
petunjuk: umur 5 -10 tahun : cukup menjawab 8 jawaban , umur 10 – 15 tahun : cukup dengan 10
jawaban, diatas > 15 tahun , cukup dengan 12 jawaban

Hari 9

Asosiasi perbedaan, buatlah asosiasi ini dengan kata-kata, garpu, sendok, Pentunjuk sama seperti
diatas.

Hari 10

Daya ingat, sama seperti petunjuk diatas, hari ke-3, tapi menggunakan gambar.

Hari 11

Kecerdasan musikal dan kecerdasan logis matematika, dengan mendengar lagu klasik
(khususnya mozart), saat mendengar lagu, lakukan pengurangan didalam pikiran anda contoh 100-
7=93, 93-7=86, sampai tidak dapat dikurangi lagi, kemudian tulis kesan anda dengan 5 kata.

Latihan ini akan berulang dilakukan sampai 30 hari

B.TEORI LATIHAN

1. Asosiasi persamaan dan perbedaan ditujukan untuk meningkatkan fungsi kreativitas otak dan
kecerdasan verbal, fungsi ini penting dilatih tiap hari, sehingga otak selalu berfikir, jawaban
yang lucu juga tidak dilarang selama masih ada logikanya. Jangan takut berimajinasi.

2. Daya Ingat, merupakan hal yang penting bagi semua orang, bahkan keluhan dari kebanyakan
adalah masalah daya ingat yang menurun, latihan ini akan menguji daya ingat terbaru/recent
memory. Kemampuan daya ingat ditentukan antara lain bagaimana kita menyimpanm
bagaimana, otak memanggil kembalim fakto atensi, konsentrasi.
3. Koordinasi merupakan salah satu fungsi oleh otak kecil, dengan latihan ini secara tidak
langsung kita, menstimulasi otak kecil.

4. Stereognosis, merupakan kemampuan mengenal bentuk benda melalui perabaan. Dan


kemampuan ini tiap orang berbeda

5. Fungsi keseimbangan, dipertahankan dengan 3 komponen : yaitu indera penglihatan dan organ
keseimbangan baik secara statis maupun dinamism yang keduannya terletak di dalam telingan
dan diteruskan ke syaraf kepala vestbulocochlearis

6. Kecerdasan musikan, musik dianggap bahan asupan bagi otak kita bila tidak di penuhi maka
aspek bermusik otak kita tidak akan berkembang. Musik dapat mempengaruhi mood, sehingga
menjadi tenang, perasaan menjadi damai.

7. Keseimbangan otak kiri dan kanan, aspek musik terletak di otak kanan, aspek kata-kata di
otak kiri,

BAB III

Pengkajian Sistem Persyarafan

a. Identitas Pasien :

 Nama pasien

 Umur : Umur mempengaruhi penyakit-penyakit neurologi yang diderita oleh pasien,


gambarannya yaitu ; Multiple Sklerosis ( 20 – 40 thn), Myasthenia gravis (20 – 30 thn),
Fibromyalgia (25 – 50 thn), Syringomyelia (30 thn), Huntingtons chorea (30 – 40 thn),
Parkinson (> 50 thn), Alzheimer (usia pertengahan sampai tua)

 Jenis Kelamin
Perempuan : Penyakit neurologi yang sering terjadi : Myasthenia gravis, Multiple Sklerosis,
meningiomas, pseudotumor serebri, migrain, fibromyalgia.

Laki-laki : Trauma servikal, dysleksia, sakit kepala cluster.

 Ras : Pada Amerika –Afrika, sering terjadi perdarahan intraserebral yang berhubungan dengan
peningkatan insidens hipertensi.

b. Keluhan Utama :

 Sakit kepala :lokasi, kualitas, dan frekuensinya, seizure (gangguan sementara fungsi serebral
yang disebabkan oleh aktivitas neuron yang berlebihan), Manifestasi yang berhubungan
(Inkontenensia, Injury (lidah, pipih, anggota badan), kehilangan memori, sianosis, pernapasan
arrest, sakit kepala postiktal, somnolen atau konfusi. Faktor yang memperburuk : Menonton
televesi, cahaya yang terang, tidur yang tidak nyaman, stress, cahaya aluminium, hiperventilasi,
demam pada anak atau bayi, alkohol. Faktor yang mengurangi : medikasi, waktu, dan onset
terjadinya.

 Syncope : Hilangya kesadaran untuk beberapa saat karena tidak menurunnya suplai oksigen dan
glukosa keotak. Kaji kualitas kesadarannya, durasi, manifestasi yang berhubungan (muntah,
diaforesis, salivasi berlebih, nyeri dada, dispnea, perdarahan gastrointestinal, dll.). Faktor yang
memperburuk ; anemia, injury, emosi yang berlebih, ganguan kardiovaskuler, hypoglikemia.

 Parestesia : Sensasi abnormal, yang ditandai dengan nyeri, perubahan gaya berjalan, pucat dan
kelemahan otot.

 Gangguan gaya berjalan ; Manifestasi yang timbul ; vertigo, kelemahan otot, gangguan
penglihatan. Kaji kualitasnya.

 Perubahan penglihatan : penurunan lapangan pandang, perubahan persepsi warna, dan kaji
kualitasnya. Manifestasi yang berhubungan adalah kelemahan, vertigo, sakit kepala, dan
muntah.

 Gangguan Memori : Kehilangan ingatan tiba-tiba atau bertahap.


 Kesulitan menelan atau berbicara : Ketdakmampuan makan minum, adanya aspirasi , dan isi
pembicaraan kurang jelas.

c. Riwayat Kesehatan sebelumnya: Penyakit yang pernah diderita sebelumnya, riwayat


pembedahan, riwayat pengobatannya, dan apakah sebelumnya pernah terjadi trauma atau
kecelakaan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Kelaianan bawaan yang berhubungan dengan penyakit neurologi
: Neural tube defect, hydrocepalus, AVM, sakit kepala, epilepsi, Alzheimer, Hungtinton Chorea,
dystrofi otot, penyakit penump;ukan lemak, penyakit Gaucher, penyakit Niemmenpicks.

e. Riwayat Sosial :

 Pengguanaan alkohol

 Pengunaan obat-obatan

 Merokok

 Aktivitas seksual

 Riwyat Travelling

 Lingkungan kerja

 Lingkungan rumah

 Hobi

 Stress

 Latar belakang etnik

f. Aktivitas Pemeliharaan Kesehatan :

 Tidur
 Diet

 Latihan

 Menggunakan alat pengaman

 Chek-up
A. STATUS MENTAL

PENAMPILAN FISIK & PERILAKU

No. Parameter Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi


Pengkajian

1. Postur & a Observasi kemampuan pasien untuk  Penampilan pasien  Gelisah, tegang,  Hal tsb merupakan
Pergerakan menunggu dgn sabar. rileks cara berjalalan tanda kecemasan atau
tidak normal gangguan metabolik.
b Catat jika postur pasien pada keadaan  Postur tegak
relaksasi, merosot ataupun kaku.  Hal tsb adalah tanda
 Gaya berjalan normal depresi
c Observasi pergerakan pasien untuk  Postur yang
kontrol dan kesimetrisannya.  Pergerakan tubuh merosot/jatuh dgn
simetris berat, gaya berjalan
d Observasi gaya berjalan pasien
lambat, kontak
mata kurang, &
respon lambat

 Membungkuk,
menekuk, & postur
kaku, leher terkulai,
 Pasien dengan
perubahan bentuk
Kyposis, scoliosis,
spinal, & denyutan
Parkinson, Serebral
urat saraf yg tdk palsy, osteoforosis,
dpat dikendalikan. shizofrenia, atropi
otot, myaestenia
gravis atau stroke.

2. Pakaian, a Catat penampilan berpakaian pasien,  Pasien tampak bersih  Personal hygiene  Hal tersebut
perawatan & khusunya : kebersihan, kondisi, sesuai kurang mis ; mengindikasikan
personal umur, sesuai cuaca, & sesuai dengan  Perawatan baik rambut kusut, depresi, skizofrenia,
hyegiene sosialekonominya. tubuh berbau, & atau dimensia.
 Menggunakan
pakaian yang
b Observasi perawatan diri pasien pakaian yang sesuai.
dipakai tdk sesuai.
(rambut, kulit, kuku, gigi) untuk
adekuatnya, kesimetrisannya, baunya.  Perhatian
berlebihan &  Hal tsb
perawatan yg mengindikasikan
sangat teliti pada perilaku obsessive –
pakaian & konfulsif.
perawatan

 Tampak ada
perbedaan antara
sisi yg satu dgn yg
 Stroke pada lobus
lain dalam
parietal yang
perawatan &
menagakibatkan
berpakaian.
pasien hanya peduli
pada satu sisi saja.

3. Ekspresi wajah Observasi kesesuaian, variasi, dan Ekspresi wajah sesuai Ekstrim, tidak sesuai, Ekspresi wajah
kesimetrisan ekspresi wajah. dengan isi pembicaraan & ekspresi wajah tdk bisa abnormal menandakan
wajah simetris. berubah, pergerakan adanya kecemasan,
wajah asimetris
depresi, atau Parkinson.
Bisa juga
mengindikasikan
adanya lesi pada nervus
wajah (nervus kranial
VII).

4. Afek a Observasi interaksi pasien dgn anda, Tingkatan afek sesuai dgn  Afek tumpul yg  Afek tumpul
balas dgn perhatian tertentu untk topik & norma budaya manifestasikan dgn mungkin
setiap perilaku verbal ataupun pasien, beralasan dan bergerak dgn mengindikasikan
nonverbal. sesuai ritme. sangat lambat,
adanya depresi.
tampa kontak mata.
b Catat jika afek pasien tampak
labil,tumpul atau datar.  Tanpa respon, afek
tidak sesuai.
c Catat variasi afek pasien sesuai
dengan variasi topik yg dibicarakan.  Marah, menyerang  Depresi atau
& paranoid. skizofrenia.
d Catat adanya respon emosional
ekstrem selama wawancara.
 Euforia, dramatis,  Paranoid sizofernia
menggangu,
irasional, gembira

 Maniak depresif

KOMUNIKASI

No. Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

1. a Catat kualitas suara, termasuk  Pasien mampu secara  Afasia, kerusakan  Afasia diklasifikasikan :
volume dan nada. spontan menyebutkan fungsi bicara. anatomi yg sulit yang akan
dengan benar. bermanifestasi pada ritme
b Kaji artikulasi , kelancaran, dan  Dysartria
bicara, grammar dan
tempo bicara . Anjurkan pasien
artikulasi.
untuk mengulang kata dan kalimat  Dysphonia

setelah anda menyebutkan nama  Disatria adanya iskemik pada


 Apraxia
objek. nukleus motorik dari CN X
 Agraphia dan CN XII
c Catat kemampuan pasien
melaksanakan perintah selama  Alexia  Disfonia, adanya lesi pada
pengkajian. CN X

d Instruksikan pasien untuk  Apraxia, Ketidakmampuan


menuliskan nama, ulang tahun, aktivitas motorik.
dan contoh kalimat yang anda
sebutkan. Catat adanya keakuratan  Agrafia, lesi pada area Broca
gramatikal, dan pengucapan. dan Wernikes

 Aleksia, lesi pada gyrus


angular dan lobus ossipital

Keterangan : Klasifikasi Afasia

AFASIA PATOFISIOLOGI EKSPRESI KARAKTERISTIK

Broca’s aphasia Lesi motor korteks, area Ekspresi tidak fasih Bicara lambat dan terputus-putus, pasien
Broca sulit untuk memilih dan mengatur kata.
Nama, kata, dan pengulangan frase,
menulis mengalami ganguan. Sukar
untuk dimengerti secara komprehensif.

Wernicke’s aphasia Lesi hemisfer kiri di area Reseptif fasih Kerusakan pendengaran secara
Wernicke komprensif yang menjadi isi
pembicaraan. Pasien tidak peduli dengan
defisit yang ada. Penamaan mengalami
kerusakan yang parah

Anomic aphasia Lesi hemisfer kiri di area Amnesik fasih Pasien tidak mampu menandai objek atau
Wernicke tempat.

Conduction aphasia Lesi pada fasiculus arcuate, Sentral fasih Pasien sulit mengulang kata, mengganti
yang mana menyambung bunyi kata tertentu dengan kata yang lain
dan mengirim pesan antara (mis : dork diganti fork).
area Broca dan Wernickes

Global aphasia Lesi pada area frontal Campuran fasih Lisan dan tulisan mengalami kerusakan
temporal yang parah : nama, pengulangan kata
atau frase.

Transcortical sensori aphasia Lesi pada perifer Broca dan Fasih Kerusakan dalam penamaan dan menulis.
area Wernickes
Pengulangan kata dan kalimat lengkap.

Transcortical motor aphasia Lesi pada anterior, superior Tidak fasih Lengkap secara keseluruhan. Penamaan
atau lateral area Broca. dan kemampuan untuk menulis rusak.
Pengulangan kata dan kalimat lengkap

TINGKAT KESADARAN
Teknik Pengkajian Normal Tingkat Respon thdp Respon Pato- Prognosis
kesadaran stimuli Pupil
fisiologi

Observasi mata pasien ketika Respon terbaik  Konfusi,  Respon spontan  Normal  Ganngua  Kesempa
memasuki ruangan(stimuli pasien dicatat .GCS: GCS : 15 tapi tdk sesuai, n t
lingkungan). Catat jika mata 15, dan yang
memori tdk metaboli
terendah GCS : 3. an untuk
pasien terbuka, catat respon sempurna, k
Orientasi dan pemulihan
pasien thadap stimuli Refleks
kesadaran individu Disfungsi lbh besar.
lingkungan sperti cahaya atau lengkap.
sangat baik jika GCS difusi otak
kebisingan.
: 15
 Berespon
Jika pasien tidak dalam Nilai GCS : terhadap verbal
keadaan terjaga. Panggil & sentuhan,
Membuka mata :  Letargi,
nama pasien, Observasi jika Refleks  Kesempa
 Normal –
GCS :
mata pasien terbuka, ada lengkap.  Kesempa t
4 = Membuka tdk
respon verbal yang sesuai. 13-14 t
spontan seimbang
 Dibutuhkan an untuk
Jika pasien tidak berespon kekuatan, an untuk pemulihan
3 = Membuka
terhdap stimuli verbal, sentuh melanjutkan pemulihan lbh besar
dengan ransangan
tangan pasien dengan hati- stimuli untk lbh besar
perintah/verbal
hati gerakkan pada pasien merespon.
 Stupor,  Normal,  Kesempa
yang terjaga. 2 = Membuka
GCS :  Kesempa
Refleks lengkap tdk t
dengan ransangan t
Jika pasien tidak berespon seimbang
nyeri 12 – 13 an untuk
dgn stimuli verbal atau  Berespon ,&
an untuk
thdp pemulihan
lingkungan. Ransang dgn 1 = Tidak dapat lamban
pemulihan
stimulus nyeri mis ; tekan membuka mata Nyeri, respon lbh besar lbh besar
ujung pulpen pada setiap kognitif tdk ada
Bicara :
ekstremitas, cubit dengan
Refleks abnormal
kuat otot trapesiuz, tekan 5 = Orientasi baik,  Tahap  Normal
supraorbital atau manubrium. normal vegetatif  Terjaga dan
 Iskemia  Irrversibe
permanen, sadar akan
Observasi respon pasien 4 = Disorientasi, anoksia l
GCS : adanya respon
dengan rangsang nyeri. Catat kata2 baik
hanya dengan
jika mata terbuka.
8 – 10
3 = Kalimat dan mata
Observasi jika pasien dpt kata2 tidak tepat  Syindrom
melokalisasi stimulus nyeri.
Locked-in,
Ekstremitas pasien akan 2 = Meracau, kata2
 Normal
bergerak kuat jika ada tidak dimengerti GCS : 6  Lesi pada
ransangan nyeri. Catat ventral
1 = Tidak respon
adanya respon motorik yang  Prognosis
ponds, 4
abnormal. Motorik : jelek
ekstrmita
s & NK
Bandingkan respon motorik 6 = Dapat
bwh
dan kekuatan respon melakukan gerakan  Abnormal,
pralisis,
kiri/kanan badan pasien. sesuai perintah Respon
MG &
bervariasi
Catat respon verbal terhadap 5 = Dapat Polineuri
thadp nyeri,
respon nyeri. mengetahui arah ts akut.
Refleks
datangnya
Kaji orientasi dengan abnormal atau  Anoksia,
ransangan
menayakan tentang orang, tidak ada luka
(lokalisasi)
tempat dan waktu. 4 = Dapat  Koma, refleks trauma,
menghindari GCS : edema
 Orang : Nm pasien & kel.  Tidak ada
ransangan with serebral
3–6 respon,
drawl adduksi
 Tempat ; dimana pasien  Abnorma
Refleks
berada dan tinggal l, dilatasi
3 = Fleksi abnormal atau  Prognosis
atau  Anoksia
abnormal tidak ada
 Waktu : Hari, bln, tergantun
pinpoint
(dekortikasi) bila refleks
thundan Kerusakan g pd
diransang
struktur. lamanya
Musim. koma
2 = Ekstensi  Kematian

 Kaji tingkat (desebrasi) bila otak,

kesadarannya dgn GCS diransang.  Abnorma


GCS : 3
(Glasgow oma Scale) ; l, dilatasi  Irreversib
1 = Tidak
Respon mata, verbal, dan atau l
respon
motorik. Jika aphasia, pinpoint

kemampuan verbal
tidak dapat dinilai, jika
lumpuh yang dinilai
adalah anggota gerak
yang sehat.
B. SENSORI

SENSASI EXTEROSEPTIVE

No. Parameter Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi


Pengkajian

1. Light Touch

2. Nyeri Superfisial

3. Temperatur Kaji temperature jika nyeri superficial Pasien mampu merasakan  Anestesia,  Lesi pada nervus peri
abnormal ; light touch, nyeri hilangnya sensasi
superfisial, dan Fer menyebabkan
sentuhan.
a Gunakan gelas vial yang berisi air anestesia, hypestesia atau
temperatur secara akurat Hypestesia,
dan mampu merasakan hyperestesia. Lesi pada
Hangat (40 – 45 C) dan air dingin (5 – berkuranngnya
secara benar lokasi pangkal nervus ;
sensasi sentuhan.
10 C). Temperatur yang lebih panas stimulus. hypertesia dan anestesia
Parestesia, mati
terbatas pad segmen yg
rasa, perih,
atau lebih dingin akan menstimulasi terkena. Lesi pada brain
perasaan tertusuk.
stem atau spinal cord
reseptor nyeri. Dysesthesia,
menyebabkan anestesia,
interpretasi
b Sentuh alat tes yang hangat atau parestesia atau dystesia.
abnormal stimulus
dingin
 Lesi pada talamus,
Pada kulit pasien, dri ujung ke pangkal nervus perifer, dan
Sampai ke dermatom. pangkal nervus akan
menyebabkan
c Instruksikan pasien untuk  Analgesia ; tdk
analgesia, hypalgesia,
mengungkap sensitif thdp nyeri.
& hyperalgesia
Hypalgesia ;
kanperasaan yang dirasakan apakah
berkurangnya

dngin atau panas. Hal tsb akan meng sensitifitas thdp


nyeri. Hyperalgesia
indikasikan sensasi yg dirasakan. ; meningkatnya
sensitifitas thdp
nyeri.  Lesi ekstensif pada
talamus dan
 Kehilangan total ketidakmampuan
unilateral atau secara keseluruhan.
semua bentuk
sensasi.  Lesi pada cauda
equina yg
memproduksi pola
”saddle” pada
 Kehilangan pola
kehilangan sensasi,
sensasi ” saddle”
kehilangan refleks
kaki, dan kehilangan
kontrol spinter, jika
sentuhan
dipertahankan , akan
ada lesi didalam atau
pada konus
medularis.

 Sarung tangan dan


stocking anastesia
umumnya pada
polyneuritis.

 Disebabkan oleh lesi


parsial pada talamus
atau lesi leteral
situasional pada
 Kehilangan sensasi upper brain stem. Hal
sentuhan pada tsb menyebabkan
tangan dan kaki. histeria

 Kehilangan
unilateral dari
semua sensasi
exteroseptive.

SENSASI PROPRIOSEPTIF :
Gerakan dan posisi, sensasi getaran

SENSASI KORTIKAL :

Stereognesis, Graptesia, Two-poin discrimination, dan extinction

C. NERVUS KRANIAL

Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

Nervus 1 : Olfaktorius Anosmia Hal ini biasanya


disebabkan karena
Tes penciuman pasien dengan mata tertutup diberikan bau yang
trauma platum
sudah dikenal pasien seperti teh, kopi bergantian hidung kiri dan
cibriform, sinusitis,
kanan.
dan merokok berat.

Nervus II : Optikus Ketajaman penglihatan


menurun.
 Ketajaman penglihatan

Dengan tabel snellen, hitung jari, gerakan tangan, ransangan


cahaya. Penglihatan dekat dengan membaca buku

 Lapangan penglihatan
Dengan alat kampimetri/perimetri, pasien & pemeriksa
duduk/berdiri berhadapan jarak 60 – 100 cm, pasien menutup
satu mata dan pemeriksa juga menutup satu mata yang
berlawanan dengan mata pasien yang ditutup, pemeriksa
menggerakkan tangan dari arah luar lapang pandang atas, bawah
dan kedua sisi.

 Funduskopi

 Opthalmoskopi

 Refleks Pupil dengan ransangan cahaya langsung kesatu


mata, lihat perubahan pupil.

 Refleks ancam

 Tangan pemeriksa menunjuk kemata pasien akan tibul


kedipan dari mata yang ditunjuk.
Nervus II & III : Optikus & Okulomotor

 Refleks akomodasi, konvergensi

 Pasien melihat jauh, kemudian melihat tangan pemeriksa 30


cm didepan hidung respon normal pupil akan mengecil,
kedua mata bergerak kearah nasal.

Nervus III, IV,VI : Okulomotor, Tronklear, Abdusens

 Celah kelopak mata : Ptosis ; celah kelopak mata


menyempit , eksoftalmus, enoftalmus.

 Gerakan bola mata/gerakan konjugate

 Pupil ; Normal ukuran 4 – 5 mm bentuk bulat, isokor (kiri


dan kanan sama), posisinya ditengah.Miosis < 2 mm, sangat
kecil pint-point pupil, refleks pupil konsensual/tidak
langsung.

 Nistagmus : Lihat arahnya horizontal, vertikal atau rotatoar.


Lihat arah komponen cepatnya pencetus dari arah gaze.

Nervus V : Trigeminus

 Sensoris wajah dalam 3 cabang ; oftalmik, maksilaris,


mandibularis.

 Otot pengunyah : Otot maseter & temporalis

Pasien diminta menutup/mengatupkan mulut kuat-kuat dan


dipalpasi ototnya.

Otot pterogeideus ; Pasien diminta membuka mulut lihat


apakah ada deviasi, gerakan rahang kekanan dan kekiri.

 Refleks kornea

Sentuh kornea dengan kapas, lihat kedipan secara refleks dan


rasa nyeri yang timbul (N V & NVII)

 Refleks maseter

Letakkan jari telunjuk diatas dagu pasien secara horizontal,


mulut pasien sedikit terbuka lalu telunjuk diketok dengan palu.
Normal timbul elevasi rahang.

Nervus VII : Fasialis

 Serat motorik untuk otot wajah. Observasi wajah pasien


waktu diam, tertawa, meringis, bersiul, menutup mata.
Minta pasien mengerutkan dahi, menutup mata kuat2,
menggembungkan pipi, memperlihatkan gigi, tersenyum.

Normal : Simetris pada semua gerakan kanan/kiri

 Sensorik pengecapan

Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin

 Sekresi kelenjar ludah sublingual, submaksilar, dan glandula


lakrimalis.

Paresis N VII perifer : separuh muka kurang setiap gerakan.

Paresis N VII sentral : bila otot wajah bagian bawah terkena,


otot dahi normal.

Nervus VIII : Vestibulokoklearis

 Koklearis

Tes pendengaran ; mendengarkan gesekan tangan pemeriksa,


detik arloji.

Tes Rinne : Garpu tala ditempel ditulang mastoid, bila tidak


mendengar lagi dipindahkan ke depan liang telinga.

Tes Weber : Garpu tala diletakkan dipuncak kepala atau dahi


pasien.

Tes Schwabach : Membandingkan garputala yang digetarkan


didepan telinga pasien dengan telinga pemeriksa.

Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan kiri

Tuli konduktif ; lateralisasi ke sisi sakit

Tuli saraf ; lateralisasi kesisi sehat

 Vestibularis

Lihat nistagmus pada mata, keluhan vertigo

Pemeriksaan Hallpikes tes, tes kalori

Nervus IX : Glossofaringeus

 Saraf pengecapan lidah 1/3 belakang untuk rasa pahit

 Pasien diminta membuka mulut, lihat palatum dan uvula.


Ucapkan aaa, Normal dinding faring terangkat simetris,
uvula ditengah bekrjasama dengan N X
Nervus X : Vagus

 Tes menelan bersama N IX

 Tes artikulasi, suara serak

 Denyut jantung pasien

 Refleks muntah

Nervus XI : Aksesoris

 Otot sternokleidomasteideous

Pasien diminta menoleh kesatu sisi melawan tangan


pemeriksa

 Otot Trapesiuz

Pasien disuruh mengangkat bahu pemeriksa menahan


kebawah

Nervus XII : Hipoglosus

 Untuk otot instrinsik & ekstrinsik lidah


 Pasien diminta untuk menjulurkan lidah kemudian menarik
dan menjulurkan lidah dengan cepat, lihat deviasi

 Lesi unilateral lidah akan membelok kesisi lesi waktu


dijulurkan dan pada posisi diam didalam mulut deviasi ke
sisi sehat.

 Lihat atrofi lidah dan gerakan fasikulasi

 Liat cara pasien bicara apakah ada disatria

Parese N XII/Hypoglosus

Didalam mulut, tonus sisi sehat menarik lidah jadi akan tertarik
dan miring kesisi sehat.

Diluar mulut bila dijulurkan akan keluar dan miring kesisi sakit.
D. SISTEM MOTORIK

No. Parameter Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi


Pengkajian

Pronator Drift a Ulurkan lengan kedepan dengan jari- Lengan tidak bergerak  Kekakuan  Kekakuan
jari terbuka selama 20 detik kebawah ekstrapiramidal ekstrapiramidal
ketika ada tahanan mengindikasikan
b Observasi lengan bergerak kebawah.
selama terjadinya adanya lesi pada
pergerakan pasif pd ganglia basalis.
otot pada semua
arah & rentang
gerak.
Kemungkinan pada
setiap otot yg fleksi
& ekstensi

 Kekakuan
Deserebrasi,
kekakuan &  Deserebrasi mungkin
mempertahankan ditemukan pd pasien
kontraksi otot tidk sadar dgn injury
ekstensor. Lengan yg dalam, bilateral
terkadang adduksi, pada diensephalik yg
ekstensi, & akhirnya disfungsi
hiperpronasi. Kaki otak tengah.
kaku ekstensi & Gangguan metabolik
jari2 plantar fleksi. akut yg menekan
dienchefalon &
 Kekakuan
fungsi forebrain.
Dekortikasi,
hiperfleksi lengan,
hiperekstensi &
 Dekortikasi
rotasi internal kaki
ditemukan pd pasien
dan plantar fleksi.
tdk sadar dgn lesi
 Lengan grk kebwh hemisfer serebral yg
berlawanan dgn
trakrus kortikospinal.

Hemiparese.
E. FUNGSI SEREBELLUM

KOORDINASI

Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

Instruksikan pasien untuk duduk yang Pasien mampu dgn cepat  Dysenergi : Kurangnya  Penyakit pada serebellum
nyaman & menghadap pemeriksa dengan melakukan semua koordinasi dari kelompok menyebabkan semua

mata terbuka & lengan direntangkan alternatif gerakan sesuai gerakan dan koordinasi
otot. Pasien bergerak
dengan tujuan dan yg abnormal.
tidak teratur &
Arahkan pasien untuk menyentuhkan mampu berkoordinasi
terkoordinasi.
ujung jari kehidung, kemudian utk dengan baik.
alternatif yg cepat dgn ujung jari pd
tangan yg berlawanan.
 Dysmetria ; Gngguan
Dgn mata pasien tertutup, pasien melanjutkan pada jarak, range,
kecepatan, & kekuatan
menyentuhkan ujung jari kehidung.
gerakan. Psien terkadang
Dgn mata pasien terbuka, instruksikan melebihi jarak &
untuk mengulang kembali, kemudian menjauhi sasaran.
melanjutkan dgn menyentuh ujung jari
 Dysdiadochokinesia ;
pemeriksa. Jarak pemeriksa dgn pasien 18
Pasien susah untuk
inci.
Ubah posisi tangan pemeriksa dan pasien menghentikan satu
dgn cepat mengulangnya kembali. gerakan & memulai
gerakan pada sisi yg
Ulangi langkah 4 & 5 dgn tangan yg berbeda.
berlawanan.
Observasi intensitas tremor, arah melebihi
sasaran, arah lebih rendah dr sasaran jari
pasien.

Untuk mengkaji alternatif pergerakan yg lain


dgn cepat pasien mencium lutut atau tangan
supinasi & pronasi dgn cepat.

Instruksikan pasien untuk menyentuh dgn


cepat ujung kelima jari tangan dan
mengulanginya lagi.

Ulangi langkah ke 10 dgn tangan yg berbeda

Observasi koordinasi & kemampuan pasien


untuk melakukan urutan2 dgn cepat.

Dgn posisi pasien duduk atau supine,


instruksikan pasien untuk menyentuh betis
hingga lutut dgn kaki berlawanan dan
kembali ke kaki.

Ulangi dgn kaki yg berlawanan.


Observasi koordinasi kedua kaki

Instruksikan pasien untuk memutar kaki


membentuk nomor 8, dan kaki yg satu tetap
pd lantai.

Ulangi dgn kaki yg lain

Observasi koordinasi & keteraturannya.

Tes ekstremitas bawah dgn gerakan cepat,


instruksikan pasien untuk mengekstensikan &
memfleksikan pergelangan kaki dgn cepat.

Ulangi dgn kaki yg berbeda

Catat, jmlah, irama, keteraturan, dan


ketepatan gerakan.
TES ROMBERG’S

No. Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

1. Instruksikan pasien untuk berdiri tegak, kedua Pasien mampu Tes Romberg’s positif jika  Penyakit pada serebellum
kaki secara bersama2 dan lengan disamping, mempertahankan pasien tidak stabil dan jatuh pasien tdk stabil dgn mata
pertama buka mata kemudian tutup. keseimbangan dengan ketika mata tertutup. terttutup ataupun terbuka.
mata terbuka atau tertutup Pada penyakit di column
selama 20 detik & dgn posterior dgn kehilangan

Catat kemampuan pasien untuk goyangan minimal. proprioseptive, pasien

mempertahankan keseimbangan dengan mata lebih tidak stabil dgn


2.
terbuka atau tertutup. mata tertutup.
F. REFLEKS

REFLEKS TENDON DALAM

No. Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

1. Biseps Observasi kontraksi otot  Tidak ada atau  Kurangnya refles tendon
biseps dan fleksi siku. berkurangnya refleks dalam biasanya
a Fleksikan lengan pasien antara 45 – 90
Innervasi refleks biseps tendon dalam karenaadanya gannguan
drjt
adalh nervus pd arkus refleks. Refleks
muskulocutaneus dgn  Refleks tendon dalam
b Topang lengan bawah pasien dgn lengan tendon dlm biasanya
innervasi segmen C5, C6. hiperaktif ditandai dgn
bawah pemeriksa. hilang pd pasien dgn
respon cepat & tambahan
koma yg dalam, narkosis,
c Tempatkan ibu jari dgn kuat pada tendon gerakan. Adanya clonus.
sedasi yg dalam.
biseps hanya diatas lipatan fossa Hypotiroid, obat sedatif
antekubital. atau narkotik, dan
penyakit infeksi dpt
d Genggam lengan pasien dgn jari
mengurangi refleks.
pemeriksa dan rilekskan otot biseps u/
Peningkatan TIK
merasakan kontraksinya.
Observasi fleksi dan menurunkan atau
e Ketuk dgn cepat otot biseps dgn hammer. supinasi lengan. Refleks meniadakan refleks
yg besar akan tendon dalam. Shock
Brakhioradialis spinal juga menyebabkan
menunjukkan fleksi pd
 Tidak ada atau
pergelangan tangan dan hilangnya refleks.
a Fleksikan lengna pasien sampai 45 drjt. berkurangnya refleks
2. jari2 dan adduksi lengan.
tendon dalam
b Topang lengan pasien dgn rileks dgn Innervasi refleks ini
putaran semipronasi pd lengan pemeriksa. adalah nervus radialis,
c Dgn bagian yg tumpul pada hammer, dgn segmen innervasi C5,  Refleks tendon dalam
ketukkan pd tendon brakhioradialis diatas C6. hiperaktif ditandai dgn
prosesus styloideus radius. respon cepat & tambahan
Observasi kontraksi otot
gerakan. Adanya clonus. Hiperaktive dihubungkan dgn
triseps dan ekstensi
tidak adanya inhibitor pd
lengan. Innervasi refleks
korteks dan reticular formasio
ini adalah nervus radialis,
dan lesi pd sistem pyramidal.
dgn segmen innervasi C7
Refleks regangan otot jua ppd
C8
Triseps koma yg berat dan tetanus.
Otot quadriseps
a Fleksikan lengan pasien antara 45 – 90 berkontraksi dan kaki
drjt ekstensi. Innervasi refleks  Tidak ada atau
ini adalah nervus berkurangnya refleks
3. b Topang lengan pasien dgn berputar atau
femoralis dgn segmen tendon dalam
pada lengan pemeriksa.
L2,L3,L4.
 Refleks tendon dalam
c Dengan ujung hammer, ketukkan tndon.
Respon normal adalh hiperaktif ditandai dgn
datas prosesus olekranon(siku) kontraksi otot calf respon cepat & tambahan
(gastrocnemius, soleus, gerakan. Adanya clonus.
Patellar dan plantaris) & plantar
fleksi pd kaki. Innervasi  Tidak ada atau
a Instruksikan pasien untuk duduk dikursi
refleks ini adalah nervus berkurangnya refleks

tibial dgn segmen tendon dalam


b Letakkan tangan diatas otot quadriseps
4. femoris untuk merasakan kontraksi. L5,S1,S2.
 Refleks tendon dalam

c Dgn tangan yg lain, ketukkan bagian yg hiperaktif ditandai dgn


tumpul pd hammer dibawah patella. respon cepat & tambahan
gerakan. Adanya clonus.
Achiles
 Tidak ada atau
a Instruksikan pasien untuk duduk dgn kaki
berkurangnya refleks
berayun.
tendon dalam

b Kaki pasien agak dorsofleksi


5.  Refleks tendon dalam
c Dgn bagian yg tumpul pd hammer, ketuk hiperaktif ditandai dgn
tendon achiles diatas pinggiran tumit. respon cepat & tambahan
gerakan. Adanya clonus.
REFLEKS SUPERFISIAL

Teknik Pengkajian Normal Abnormal Patofisiologi

Abdomen Observasi kontraksi otot Menurun atau tdk adanya Refleks superfisial berkurang
abdominal atas dgn refleks superfisial atau tidak ada dgn disfungsi
a Tutup dan letakkan pasien pd posisi
adanya deviasi umbilikus arcus refleks pada refleks
recumbent, lengan disamping dan lutut
jk distimulus. Innervasi regangan otot. Refleks
fleksi. Berdiri disamping kanan pasien.
oleh nervus intercostal superfisial kompleks krn

b Gunakan benda yg ketajamannya sedang T7, T8, T9. Observasi dipengaruhi oleh area

untuk menggores kulit seperti kapas kontraksi otot abdominal parietal, pusat motorik dari

aplikator atau spatel lidah. bawah dan kontraksi area premotor dan sistem
umbilikus. Innervasi oleh pyramidal. Adanya lesi pd
c Untuk meransang refleks abdomen atas, nervus intercostal bawah, traktus pyramidal. Refleks ini
stimulasi kulit pada quadran abdomen iliohypogastrik dan kadang hilang pada tidur yg
atas, dari ujung sternum goreskan secara ilioinguinal segmen T10, dalam atau koma.
diagonal. T11, T12.

d Ulangi langkah ketiga pd sisi yg


berlawanan.

e Untuk meransang refleks abdomen bawah


stimulasi kulit pada quadran abdomen
bawah dari area bawah umbilikus
goreskan diagonal sampai simpisis pubis.
f Ulangi langkah kelima pd sisi yg
berlawanan.

Plantar

a Dgn menggunakan hammer, gores telapak


kaki menyilang dari tumit sampai
dibawah ibu jari

b Ulangi pda kaki yg berlawanan. Menurun atau tdk adanya


refleks superfisial

Kresmaterik

a Pada pasien laki-laki, berbaring dengan


memajankan (testis kelihatan) Menurun atau tdk adanya
refleks superfisial
b Goreskan pada kulit selangkangan bagian
dalam.

c Ulangi langkah kedua pada sisi yg


berlawanan.

Observasi plantar fleksi


Bulbocarvenosus pada kaki. Plantar fleksi
diinnervasi oleh nervus
a Cubit kulit dari zakar atau glands penis tibial dengan segmen
innervasi L5, S1, S2
b Observasi kontraksi otot
bulbocarvenosus, pd perineum dasr dri Observasi otot kresmater
Menurun atau tdk adanya
penis. demgan adanya elevasi
refleks superfisial
testis. Innervasi refleks
kremaster adalh nervus
ilioinguinal dan
genitofemoral dgn
segmen T12, L1, L2

Kontraksi otot
bulbocarvenosus terjadi
jika pd pasien paraplegi
setelah injury spinal cord
akut. Innervasi oleh
segmen S3 dan S1.

REFLEKS PATOLOGIS

Teknik Pengkajian Abnormal Patofisiologi


Graps Adanya refleks graps adalah Refleks ini sangat signifikan pd proses
abnormal setelah bayi patologis, pd refleks graps unilateral
a Dgn jari2 pemeriksa, Goreskan dgn hati2 telapak
menandakan adanya lesi frontal pd sisi
tangan pasien.
kontralateral. Refleks graps bilateral

b Jari – jari pasien fleksi atau tangan menutup Refleks ini abnormal setelah menandakan adanya disfungsi difusi

bayi. bifrontal.
c Innervasi oleh nervus median dan ulnar, dgn
segmen C6 dan T1. Refleks ini terlihat pd lesi kortikobulbar
sklerosis lateral amyotropik.

Snout

a Dgn hammer, Ketuk dgn hati-hati bibir atas dan Jika ada refleks adalah
bawah. abnormal. Pasien dgn lesi kortikobulbar dari korteks
sampai ponds, pd pasien parkinson, pd
b Observasi adanya kerutan bibir. pasien dgn glioblastoma dri korpus
kollosum.
Refleks ini abnormal setelah
bayi.

Pd org dewasa adanya penyakit bifrontal.


Glabellar
Clonus yg bertahan adalah
a Dgn jari – jari, ketuk antara dahi dan alis mata.
abnormal.

b Observasi kedipan yg hiperaktif.


Clonus yg bertahan kombinasi dgn spatis
Sucking
dan hyperefleksia otot didindikasikan
a Gores bibir bawah dgn spatel lidah adanya penyakit upper motor neuron dan
disfungsi lower motor neuron.
b Observasi adnya cemberut pd bibir dgn respon
mengunyah, menelan dan mengisap Wanita dgn preeklamsia atau eklamsia.

Clonus

a Posisikan pasien recumbent dan berdiri


Refleks Babinski normal pd
disampingnya.
baayi dan anak usia todler
b Topang lutut pasien dgn posisi fleksi sampai 15 – 18 bulan dari
Pasien dgn lesi pd sistem piramidal.
umurnya.
c Dgn cepat dorsofleksikan kaki dan pertahankan pd
posisi tsb. Babinski positif jika kaki
abduksi dan ibujari dorsofleksi.
d Kaji adanya clonus (ritme osilasi dari kontraksi otot
involunter) Tanda Hoffmann’s positif jika
fleksi cepat dan adduksi ibu jari
Babinski
dan jari telunjuk.

Dgn hammer, goreskan telapak kaki pasien untuk


plantar fleksi. Lakukan dgn gerakan lambat.

Hal ini mengindikasikan adanya


hiperrefleksia, yg tampak pada penyakit
traktus pyramidal.

Tromner’s sign didindikasikan


Hoffmann’s sign dgn fleksi dan adduksi ibujari
dan telunjuk, kadang-kadang
a Pasien dgn tangan tangan dorsofleksi pd
fleksi kelima jari.
pergelangan dan jari2 fleksi. Tangan harus rileks.

b Ekstensikan jarti tengah pasien dan fleksikan


Hal ini terjadi jika ada konjungsi pada lesi
phalanx diatas jari pemeriksa. Chaddock’s sign
upper motor neuron.
dimanifestasikan dgn
c Goreskan kuku pd jari tengah, menyebabkan fleksi
dorsofleksi ibujari.
dgn cepat dan phalanx rileks.
Oppenheim’s sign diindikasikan
Tromner’ sign
dgn dorsofleksi ringan pada

a Tangan pasien rileks , dgn memeganng ruas ibujari.

proksimal atau tengah ibu jari dan telunjuk. Respon ini mengindikasikan disfungsi
traktus pyramidal.
b Dgn telunjuk tangan yg satu, ketuk ruas ujung pada
permukaan telapak.
diindikasikan dgn dorsofleksi
Chaddock’s Sign Respon ini mengindikasikan disfungsi
pada ibujari
traktus pyramidal
Goreskan hammer pd bagian yg tumpul, stimulasi
lateral dorsal kaki , lanjutkan pd malleouus lateral.

Oppenheim’s sign

a Gunakan tekanan yg kuat pada ibujari dan telunjuk,


Goreskan permukaan anteromedial pada tibia.
Respon ini mengindikasikan disfungsi
b Mulai dibawah lutut dan goreskan sampai tumit. traktus pyramidal

Gordon’s sign

Beri tekanan yg lebih dalam pada otot calf


REFLEKS PADA IRITASI MENINGEN

Teknik Pengkajian Abnormal Patofisiologi

Kaku Kuduk Pasien menahan gerakan. Kaku kuduk disebabkan oleh iritasi
meningeal sprti pada meningitis.
a Tempatkan pasien dgn posisi supine.
Iritasi subarkhnoid sampai perdarahan
b Fleksikan leher pasien
subarkhnoid menyebabkan iritasi

Kernig’s sign meningen

a Tempatkan pasien pada posisi recumbent Kernig’s sign disebabkan regangan tau
iritasi pangkal nervus dan meningen.
b Angkat kaki dan fleksikan lutut pada sudut yg Kernig’s sign positif jika terjadi
tepat. tahanan ekstensi dan nyeri.

c Usahakan untuk mengekstensikan lutut pasien


dgn tekanan.
Hal ini disebabkan oleh iritasi meningeal

Brudzinski’s sign sprti pada meningitis.


Positif jika pasien berespon
a Tempatkan satu tangan dibawah leher pasien fleksi pada satu atau kedua kaki Iritasi subarkhnoid sampai perdarahan

dan tangan yg lain pd dada pasien untuk kearah pelvis. Lengan juga subarkhnoid menyebabkan iritasi

mencegah elevasi tubuh. mungkin akan fleksi meningen


b Fleksikan leher pasien dengan hati- hati.
DATA LABORATORIUM

Pengkajian Lumbal Fungsi :

Nilai Pt’s Batas Normal

Warna Jernih Jernih, tidak berwarna

Tekanan 150 mm H2O 50- 180 mm H2O

Protein 30 mg/dl 15- 50 mg/dl

WBC 3 sel/cm 0- 5 sel/cm

RBC 0 Tidak ada

Glukosa 60 mg/dl 50- 80 mg/dl

Kultur dan sensifitas Negatif Tdak ada pertumbuhan

Gram Stain Negatif Negatif untuk mikroorganisme


BAB IV

Sekilas Tentang Management Stroke

1. Pengkajian

a. Radiograpi: CT scan, MRI

b. Cerebral angiography

c. Pungsi lumbal

2. Medikasi sistem persarafan

a. Diuretik dan manitol

b. Obat neuro: obat saraf central

3. managemen stabilisasi tekanan intrakranial

a. posisi

b. valsava manufer dan pengikatan

4. penatalaksanaan oksigenisasi pada klien gangguan neuro

Penatalaksanaan oksigenasi sangat penting untuk memaksimalkan otak berfungsi secara


maksimal. Pencegahan aspirasi harus selalu dilakukan dengan tuba, endotrakheal, tuba nasogastrik atau
orogastrik dan dipantau, dengan manset tekanan (cuff pressure) setiap 6 jam. Tuba endotrakheal dengan
manset lunak umumnya dipakai kurang

dari 2 minggu. Jika setelah 2 minggu penurunan kesadaran masih berlanjut atau terjadi komplikasi
pulmonal, maka harus dilakukan trakheostomi elektif. Oksigen harus diberikan pada semua pasien
perdarahan intraserebral dengan penurunan kesadaran

Oksigenasi yang adekuat sangat penting selama fase akut stroke iskemik untuk mencegah
hipoksia dan perburukan neurologis. Penyebab tersering gangguan oksigenasi diantaranya obstruksi
jalan nafas partial, hipoventilasi, pneumonia aspirasi ataupun atelektasis. Pasien dengan kesadaran
menurun dan stroke batang otak beresiko mengalami gangguan oksigenasi. Tindakan intubasi harus
dilakukan pada pasien dengan ancaman gagal nafas. Secara umum, pasien yang memerlukan tindakan
intubasi mempunyai prognosis yang buruk, kurang lebih 50% nya meninggal dalam 30 hari.
Monitoring dengan oksimetri sebaiknya dilakukan dengan target saturasi oksigen > 95%.
Suplementasi oksigen diberikan pada pasien dengan hipoksia berdasarkan hasil analisa gas darah atau
oksimetri.

Intubasi harus dilakukan secara hati-hati dan mengikuti prosedur yang berlaku. Sebelum
intubasi dilakukan preoksigenasi maksimal dan pemberian obat-obatan misalnya atropin, thiopental,
midazolam, propofol, dan suksinilkholin untuk menghindari terjadinya refleks aritmia dan/atau
ketidakstabilan tekanan darah

Indikasi pemasangan pipa endotrakeal:

• PO2 <50-60 mmHg

• PCO2 >50-60 mmHg

• Kapasitas vital < 500-800 mL

• Resiko aspirasi pada pasien yang kehilangan refleks proteksi jalan nafas

• Takipneu >35 kali/menit

• Dyspneu dengan kontraksi muskulus asesorius

• Asidosis respiratorik berat

• didapatkan risiko

• aspirasi dengan atau tanpa gangguan oksigenasi arterial

Indikasi trakeostomi:

• Proteksi bronkial/bronkial cleansing


• Koma dengan pemakaian ventilator lebih dari 14 hari

• Gangguan menelan dengan resiko aspirasi

• Obstruksi laring

• Pemakaian ETT lama

Penatalaksanaan meliputi observasi dan perawatan untuk semua perubahan dalam status
fisiologik dan psikologik dan pencegahan serta penatalaksanaan komplikasi jangka panjang. Peran
keperawatan adalah menekankan pada kebutuhan terhadap pengkajian dan perawatan mandiri.

1. Meningkatkan mobilitas

a. Aktivitas pembebanan beban berat

Pasien yang mengalami paralysis dapat memulai pembebanan berat badan secara dini. Makin
cepat otot menjadi kuat, makin sedikit kemungkinan terjadi atrofi. Makin dini pasien diposisikan
berdiri, makin kecil kesempatan adanya perubahan osteoporotik yang terjadi pada tulang panjang.
Aktivitas dengan pembebanan berat badan juga menurunkan kemungkinan batu ginjal dan
meningkatkan proses metaboli.

b. Program latihan

Bagian tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan dibangun untuk mengoptimalkan kekuatan,
untuk meningkatkan perawatan diri secara maksimal. Otot-otot lengan, tangan, bahu, dada, tulang
belakang, perut dan leher pasien dengan paralisis harus kuat, karena pasien harus menanggung seluruh
berat badan pada otot-otot ini untuk melakukan ambulasi. Otot trisep dan latissimus dorsi adalah otot-
otot penting yang digunakan dalam mendukung saat berjalan. Otot-otot abdomen dan bagian punggung
juga diperlukan untuk keseimbangan dan mempertahankan keseimbangan posisi berdiri tegak.

Untuk menguatkan otot-otot, pasien dapat melakukan latihan push up dengan posisi telungkup
dan sit up bila posisi duduk. Memanjangkan tangan dengan memegang beban (dapat digunakan beban
traksi) juga mengembangkan kekuatan otot. Meremas bola karet atau gulungan kertas dapat membantu
menguatkan tangan. Dengan bantuan rehabilitasi, pasien diarahkan untuk latihan gaya berjalan dan
aktivitas gerak.
c. Mobilisasi

Bila keadaan cukup stabil maka pasien dibantu untuk berdiri tegak dan mengawali aktivitas
mobilisasi. Penguat tubuh atau rompi dapat digunakan. Rompi penyangga tubuh dan tongkat ketiak
digunakan oleh pasien paraplegia untuk berpindah pada jarak yang pendek dan mengendarai mobil
yang dioperasikan otomatis. Berpindah tempat dengan menggunakan tongkat pada paraplegi
memerlukan pengeluaran energi yang banyak.

Teknologi modern mengembangkan kursi roda yang menggunakan mesin motor dan khusus
dilengkapi dengan mobil gerbong yang berkontribusi terhadap kemandirian pasien dan melakukan
mobilisasi pada tingkatan yang lebih tinggi. Tujuan utama dari pengelolaan keperawatan adalah
membantu pasien keluar dari perasaan gagal. Untuk pencapaian tugas ini, penting untuk merealisasikan
bahwa perilaku simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan pasien mengarah pada peerkembangan
ketergantungan yang berlebihan yang dapat menghambat tujuan program rehabilitasi. Pasien diajarkan
dan dibantu bila diperlukan, tetapi upayan aktivitas yang dibuat diserahkan pada pasien agar dilakukan
oleh mereka sendiri dengan usaha minimal.

2. Meningkatkan integritas kulit

Penghilangan tekanan dan menghindari posisi yang menetap selama 2 jam, selain
memperhatikan kulit dengan teliti dan kebersihannya. Identifikasi daerah yang mudah diserang. Pasien
ini dianjurkan untuk menggunakan cermin untuk memeriksa daerah ini pagi dan malam hari,
menobservasi adanya kemerahan, edema atau lecet.

Selama diatas tempat tidur pasien harus mengubah posisi setiap 2 jam dan memeriksa kulit
terhadap kemerahan. Periksa sprei daerah bokong terhadap kelembaban terutama pada lipatan. Pasien
yang tidak mampu melakukan aktivitas ini dibantu dengan menggunakan informasi kepada anggota
keluarga bahwa kebutuhan ini diperiksa untuk mencegah masalah yaitu dekubitus.

Pasien dianjurkan untuk mengurangi tekanan pada saat diatas kursi roda dengan melakukan sit
up, miring dari satu sisi ke sisi yang lain untuk mengurangi tekanan iskhial dan miring kearah depan
dengan kemiringan stabil. Pasien memerlukan bantal kursi roda yang dapat diubah pada saat perubahan
postur, berat dan toleransi kulit. Diit juga harus tinggi protein, vitamin dan kalori untuk menjamin
kebutuhan otot minimal, fungsi ginjal yang baik dan mempertahankan kesehatan kulit.
3. Memperbaiki penatalaksanaan berkemih

Pasien dengan kuadriplegi atau paraplegi biasanya reflek kandung kemih mengalami gangguan
yang meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Perawat menekankan pentingnya mempertahankan
aliran urin yang adekuat melalui pemberian asupan cairan sebesar 2,5 liter setiap hari, sering
mengosongkan kandung kemih sehingga meminimalkan residu urine. Perinium harus tetap dijaga
kebersihannya dan tetap kering serta perhatikan kulit perianal setelah defekasi. Pakaian dalam harus
terbuat dari katun dan diganti setiap hari. Jika kateter eksternal digunakan, kantung dikeluarkan setiap
malam, penis dibersihkan dan keringkan. Penting pula dipantau adanya indikasi infeksi saluran kemih
dimana urin berwarna kecoklatan, tercium bau busuk atau hematuria, demam atau menggigil.

4. Menetapkan kontrol defekasi

Tujuan program latihan defekasi adalah untuk mengevakuasi usus besar melalui mengondisikan
refleks. Sfingter anus dapat dipijat untuk menstimulus defekasi dengan cara memasukkan jari tangan
yang menggunakan sarung tanga kedalam rektum sejauh 2,5 sampai 3,7 cm dan menggerakkan jari
dengan gerakan melingkar atau dari satu sisi ke sisi yang lain.

Rangsangan ini segera menimbulkan respon melakukan defekasi. Prosedur ini harus dilakukan
pada waktu yang sama setelah makan dan pada waktu yang menyenangkan bagi pasien. Pasien juga
diajarkan mengenal gejala-gejala frekuensi defekasi dan konstipasi dan adanya hemoroid. Diit cairan
yang cukup dan serat penting untuk mencapai program latihan usus besar.

5. Konseling tentang ekspresi sosial

Beberapa pasien dengan kelumpuhan dapat mengalami beberapa bentuk hubungan seks yang
berarti. Penanganan ini memungkinkan pasien mengekspresikan seksual, tehnik-tehnik khusus, posisi,
menggali sensasi tubuh yang menimbulkan perasaan sensual dan kebersihan dalam defekasi dan
berkemih yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Penis buatan digunakan bagi pria yang
mengalami gagal ereksi. Pendidikan seksual dan pelayanan konseling mencakup rehabilitasi pada pusat
spinal. Pertemuan kelompok kecil pasien dapat memberikan tukar pengalaman dan perasaan, menerima
informasi dan konsentrasi dalam mendiskusikan seksual dan aspek-aspek praktis yang menolong dalam
tingkah lau efektif dan beradaptasi.

6. Mekanisme koping
Pengaruh yang kuat dari ketidakmampuan mereka akan menumpuk saat pasien kembali
kerumah. Setiap waktu segala sesuatu yang baru memasuki hidup mereka, mereka mengalami
keterbatasan baru. Reaksi berduka dan depresi sering dihadapi. Untuk mampu bekerja lagi dalam
keadaan depresi, pasien harus memilik harapan untuk gambaran masa depan. Mereka juga perlu
dipimpin menuju perasaan yakin dalam kemampuan mereka terhad pencapaian perawatan diri dan
relatif mandiri. Peran perawat adalah pemberi perawatan dari fase akut sampai sebagai guru, konselor,
fasilitator pada pencapaian kemandirian. Keluarga pasien juga memerlukan konseling untuk menolong
mengatasi perubahan gaya hidup dan status sosioekonomik.

7. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah

Pasien dengan kelumpuhan beresiko terhadap komplikasi akibat istirahat dalam kehidupan
mereka. Infeksi saluran kemih dan kondisi yang mengarah pada kontraktur dapat muncul dan
mengharuskan kembali dirawat dirumah sakit. Sepanjang kehidupan mereka, pasien beresiko
mengalami dekubitus yang serius dan mengancam kehidupan. Untuk menghindari komplikasi, pasien
dan anggota keluarga diajarkan merawat kulit, perawatan kateter, latihan rentang gerak dan tehnik
perawatan lain selama pasien ada dirumah sakit dan pusat rehabilitasi. Penyuluhan diberikan selama
kunjungan rumah melalui perawatan dirumah oleh perawat. Modifikasi lingkungan dan alat-alat khusus
perlu disediakan. Perawatan dirumah memberikan evaluasi tindak lanjut kontinyu untuk menguatkan
penyuluhan sebelumnya dan menentukan apakah diperlukan bantuan fisik lanjut. Pasien memerlukan
tindak lanjut sepanjang hidup oleh tim kesehatan karena defisit neurologik biasanya permanen dan
masalah baru dapat timbul dan memerlukan perhatian segera sebelum keadaan ini menimbulkan
kerusakan fisik, waktu, moral dan biaya tambahan.

8. Memantau dan mengatasi komplikasi

a. Kejang

Kejang otot merupakan komplikasi yang paling bermasalah pada pasien dengan kelumpuhan.
Penatalaksanaan spastisitas adalah menyeluruh dan akan ditentukan berdasarkan gejala yang berat dan
derajat ketidakmampuan. Obat-obatan spasmodik dan dantrium efektif dalam mengontrol spasme
namun dapat menyebabkan mengantuk, vertigo dan kelemahan pada beberapa pasien. Latihan rentang
gerak pasif dan sering mengubah posisi akan menolong jika kekakuan cenderung menimbulkan
spastisitas. Aktivitas juga penting dalam pencegahan kontraktur, dekubitus, disfungsi defekasi dan
berkemih. Masalah utama yang memperberat dari hari ke hari adalah kesulitan pemberian posisi dan
mobilisasi. Dengan keadaan ini sejumlah prosedur pembedahan menghasilkan derajat keberhasilan
yang bervariasi. Tehnik ini dipakai jika pendekatan konservatif gagal.

b. Infeksi dan sepsis

Pasien dengan kelumpuhan beresiko tinggi terhadap infeksi dan sepsi dari segala sumber.
Akibat sepsis yang luas menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada pasien. Hal ini dapat dicegah
dengan mempertahankan integritas kulit, pengosongan kandung kemih secara seksama dan teratur dan
pencegahan inkontinensia urin dan feses. Resiko infeksi paru-paru dapat diturunkan dengan menhindari
kontak, latihan nafas dalam dan batuk efektif, pemberian vaksin pencegah influenza setiap tahun dan
berhenti merokok. Diit tinggi protein penting dalam mempertahankan sistem imun yang adekuat.
Terapi antibiotik dan hidrasi yang adekuat merupakan tindakan yangs segera dimulai dan pengobatan
lokal diberikan ketika infeksi ditemukan.
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2007. Textbook Of Medical Surgical Nursing, Buku 2. Pennsylvania : Lippincott
Wiiliam & Wilkins Company

Doenges M, et al. Nursing Care Plans : Gudelines for Planning and Documenting Patient Care,
Edition 3. Davis Company

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing Volume 2 : Critical Thinking for
Collaborative Care. Elsevier Saunders : Philadelpia

Burnside, MC Glynn ( 1995 ) Adams Diagnosis Fisik, alih bahasa oleh Dr Henny L, Edisi 17. EGC
Jakarta

Joyce M.Black (1997) Medical Surgical Nursing ( Clinical Management For Continuity Of Care ), edisi
5. Saunders Company. USA

Price, Wilson ,Anatomi dan Fisiologi system saraf , Penerbit EGC, Jakarta 2006

Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Rhonda Byrne, www. Thesecret.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning.Kaifa, 2005

TIM POWER BRAIN INDONESIA, Latihan Otak.Nuansa, 2005

Taufik Pasiak, Manajemen kecerdasan, mizan, 2006

Mary, Ellen, Zator, Ester. (2002). Health Assesment & Physical Examination. New York : Delmar

Sim’s, Stiesmeyer, Webster.(2002). Health Assesment in Nursing. California : Addison Wesley.

Yetty Ramli. (2008). Bahan Kuliah ; Pemeriksaan Neurologis. Jakarta : FK-UI

Anda mungkin juga menyukai