Anda di halaman 1dari 25

BAB 1. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Proses pengemasan merupakan salah satu tindakan awal pada bahan hasil pertanian guna memperpanjang umur simpan bahan dalam jangka waktu lama. Karena melalui proses pengemasan dapat menghindarkan bahan dari kerusakan baik karena factor dalam bahan maupun dari factor luar bahan. Karena besarnya pengaruh sifat perishable pada bahan hasil pertanian dan cara menanggulanginya, maka perlu dilakukan pengkajian yang lebih dalam melalui praktikum ini agar nantinya dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan mutu dan kualitas bahan hasil pertanian lebih lanjut. Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan

1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengaruh berbagai macam jenis bahan pengemasan dengan kondisi penyimpanan yang berbeda

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kemasan /Pengemasan Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan

perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983). Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang. Pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983). Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan (dekorasi) yang bertujuan untuk: a) memberikan kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b) memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, c) menarik perhatian pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syaratsyarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat

kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemuadahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering. Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shiping/delivery package) dan pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package). Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk membeli (Peleg, 1985). Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganisme. Winarno dan Jennie (1982) mengemukakan bahan pengemas harus tahan serangan hama atau binatang pengerat dan bagian dalam yang berhubungan langsung dengan bahan pangan harus tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta tidak beracun. Bahan pengemas tidak boleh bereaksi dengan komoditi. Adanya pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan- kerusakan.

Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jenie (1983) dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen. Berbagai jenis bahan digunakan untuk keperluan kemasan, diantaranya adalah bahanbahan dari logam, kayu, gelas, kertas, papan, dan kertas. 2.2 Jenis-jenis Kemasan untuk Bahan Pangan Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang tersedia saat ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, plastik dan kemasan komposit atau kemasan yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan kemasan, misalnya gabungan antara kertas dan plastik atau plastik, kertas dan logam. Masing-masing jenis bahan kemasan ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk produk pangan. Karakteristik dari berbagai jenis bahan kemasan adalah sebagai berikut : 1. Kemasan Kertas - tidak mudah robek - tidak dapat untuk produk cair - tidak dapat dipanaskan - fleksibel 2. Kemasan Gelas - berat - mudah pecah - mahal - non biodegradable - dapat dipanaskan - transparan/translusid - bentuk tetap (rigid)

- proses massal (padat/cair) - dapat didaur ulang 3. Kemasan logam (kaleng) - bentuk tetap - ringan - dapat dipanaskan - proses massal (bahan padat atau cair) - tidak transparan - dapat bermigrasi ke dalam makanan yang dikemas - non biodegradable - tidak dapat didaur ulang 4. Kemasan plastik - bentuk fleksibel - transparan - mudah pecah - non biodegradable - ada yang tahan panas - monomernya dapat mengkontaminasi produk 5. Komposit (kertas/plastik) - lebih kuat - tidak transparan - proses massal - pengisian aseptis - khusus cairan - non biodegradable Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal kemasan edible dan kemasan biodegradable. Kemasan edible adalah kemasan yang dapat dimakan karena terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau lemak, sedangkan kemasan biodegradable adalah kemasan yang jika dibuang dapat didegradasi melalui proses fotokimia atau dengan menggunakan mikroba penghancur.

2.3 Pengaruh pengemasan terhadap kualitas produk Kemasan dari plastik sangat mempengaruhi terhadap bahan yang dikemas, meliputi tingkat warna produk, kerenyahan dan berat bahan. Kemasan dari plastic memiliki kelebihan antara lain : harga relatif murah, dapat dibenuk berbagai macam dan bentuk, mengurangi biaya pengepakan, biaya transportasi dan distribusi. Penggunaan bahan plastik sebagai pengemas sangat terbatas tergantung dari macam produk yang dikemas. Pengemas plastic juga memiliki kelemahan bagi produk kemasan, hal ini karena plastic tidak tahan panas pada suhu tinggi, mudah terjadi pengembunan uap air di dalamnya jika suhu diturunkan. Pengemas plastik mengandung beberapa aditif yang diperlukan untuk mempengaruhi dan memperbaiki sifat fisiko kimia plastic itu sendiri. Bahan additif sendiri berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti leakat, dll. Keunggulan sofatnya kuat, tetap ringan, inert, tidak karatan, bersifat termoplastik dan dapat diberi warna. Sedangkan kelemahannya adalah adanya zat-zat monomer dan molekul-molekul kecil lain yang terkandung dalam plastic yang dapat melakukan migrasi ke dalam yang dikemas.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pengemasan Bawang Plastik Tebal, agak tebal, Tipis Alat pengepres Pisau atau Gunting Timbangan Gunting Sealer Neraca Analitik Pisau Kulkas Freezer Nampan

2. Penyimpanan Bawang dengan perlakuan Suhu Rendah

3. Pengaruh KMNO4 dalam menghambat kematangan bawang press plastik neraca analytic pisau nampan

3.1.2 Bahan 1. Pengemasan Bawang Bawang Merah Label

2. Penyimpanan Bawang dengan perlakuan Suhu Rendah Bawang Tisue Plastik Label

3. Pengaruh KMNO4 dalam menghambat kematangan bawang

bawang plastik tissue KMnO4, serbuk gergaji, arang aktif

3.2 Skema Kerja 3.2.1 Pengemasan Bawang

3.2.2

Penyimpanan Bawang dengan perlakuan Suhu Rendah Bawang 2 biji Bawang 2 biji

Bawang 2 biji

Dipanaskan oven 60 oC ; 30

dalam

Bersihkan,cuci,keringkan

Dikemas kantong plastic


Ditimbang

Ditimbang

Simpan dalam

simpan dalam

Kulkas

freezer

suhu ruang

Diamati Kenampakan (keriput, bercak, noda, cacat) Berat dan warna Tekstur

(pengamatan hari ke- 0, 5, dan 10 hari)

3.2.3

Pengaruh KMNO4 dalam menghambat kematangan bawang

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN 4.1 Hasil Pengamatan

4.1.2 Pengemasan Bawang Warna Perla kuan 0 hari Su hu R ua ng Ku lka s 3 hari Su hu R ua ng Ku lka s 5 hari Su hu R ua ng Ku lka s

Kont rol, tanp a peng emas (A0) Kant ong plast ik tipis (A1) Kont rol, plast ik agak tebal (A2) Kont rol, plast ik agak tebal

++ +

+ + +

++

+ + +

+ + +

+ +

++

+ +

++ +

++ +

, vaku m (A3) Kont rol, plast ik agak tebal , berlu bang (A4) + + + ++ + + +

Tekstur Perla kuan 0 hari Su hu R ua ng + Ku lka s 3 hari Su hu R ua ng + + + Ku lka s 5 hari Su hu R ua ng + Ku lka s

Kont rol, tanp a peng emas (A0) Kant ong plast ik tipis (A1) Kont

++

++ +

+ + +

+ + +

rol, plast ik agak tebal (A2) Kont rol, plast ik agak tebal , vaku m (A3) Kont rol, plast ik agak tebal , berlu bang (A4) + +

++ +

++

++

Aroma Perla kuan 0 hari Su hu R ua ng + Ku lka s 3 hari Su hu R ua ng + Ku lka s 5 hari Su hu R ua ng + Ku lka s

Kont

++

++

rol, tanp a peng emas (A0) Kant ong plast ik tipis (A1) Kont rol, plast ik agak tebal (A2) Kont rol, plast ik agak tebal , vaku m (A3) Kont rol, plast ik agak tebal , berlu bang + +

+ +

+ + +

+ +

++

+ +

+ +

(A4)

Kenampakan Perla kuan 0 hari Su hu R ua ng + Ku lka s 3 hari Su hu R ua ng + + Ku lka s 5 hari Su hu R ua ng + Ku lka s

Kont rol, tanp a peng emas (A0) Kant ong plast ik tipis (A1) Kont rol, plast ik agak tebal (A2) Kont rol,

++ +

++ +

+ + +

+ + +

++

+ +

+ +

++

++

plast ik agak tebal , vaku m (A3) Kont rol, plast ik agak tebal , berlu bang (A4) + + + +

+ +

Berat Perla kuan 0 hari Su hu R ua ng 2, 8 gr a m Ku lka s 3 hari Su hu R ua ng 2, 8 gr a m Ku lka s 5 hari Su hu R ua ng 2, 7 gr a m Ku lka s

Kont rol, tanp a peng emas (A0) Kant ong plast

2,3 gr am

1,1 gr am

1,9 gra m

6, 0 gr

3,7 gr am

2, 4 gr

5,9 gr am

5, 9 gr

3,7 gra m

ik tipis (A1) Kont rol, plast ik agak tebal (A2) Kont rol, plast ik agak tebal , vaku m (A3) Kont rol, plast ik agak tebal , berlu bang (A4)

a m 5, 3 gr a m 5,3 gr am

a m 5, 2 gr a m 5,3 gr am

a m 5, 2 gr a m 5,2 gra m

4, 7 gr a m

2,6 gr am

4, 7 gr a m

1,6 gr am

3, 2 gr a m

2,5 gra m

5, 9 gr a m

5,7 gr am

5, 7 gr a m

3,5 gr am

5, 6 gr a m

5,3 gra m

4.2 Hasil Perhitungan Dalam percobaan tidak dilakukan perhitungan.

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Kemasan Plastik merupakan salah satu macam jenis bahan pengemas, bahan pembuat plastic dari minyak dan gas sebagai sumber alami yang dalam perkembangannya digantikan oleh bahanbahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastic yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al., 1989) Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen. Dalam pratikum pengemasan yang kita lakukan ini menggunakan bahan berupa bawang yang akan dikemas dengan menggunakan plastik. Plastik yang digunakan tersebut mempunyai tingkat ketebalan yang berbeda dari tipis, agak tebal dan tebal. Masing-masing kemasan plastik juga diberi perlakuan yang berbeda, seperti Kontrol tanpa pengemas (A0), kantong plastik tipis (A1), kontrol plastik agak tebal (A2), Kontrol plastik agak tebal vakum (A3) dan kontrol plastik agak tebal berlubang (A4). Perbedaan perlakuan di atas dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh perbandingan hasil masing-masing perlakuan terhadap pengaruh pengemasan pada bahan.

5.2 Penyimpanan Penyimpanan merupakan proses selanjutnya setelah melalui proses pengemasan pada bahan. Suhu penyimpanan merupakan aspek utama yang harus diperhatikan untuk menghindari adanya perubahan kualitas pada bahan. Seperti halnya pengemasan, penyimpanan bertujuan untuk menjaga agar bahan pangan tidak mudah rusak oleh pengaruh dari luar atau dalam bahan itu sendiri. Dalam percobaan ini penyimpanan bahan di lakukan pada dua tempat yang berbeda yaitu pada suhu rendah dan suhu ruang. Suhu rendah bahan di simpan di dalam kulkas (refrigerator) sedangkan pada suhu ruang baik kontrol maupun bahan yang telah dibungkus di biarkan di ruangan terbuka. Hal tersebut bertujuan untuk membandingkan pengaruh kondisi penyimpanan terhadap masa simpan dan kualitas bahan. Bahan di simpan dan diamati pada 0, 3 dan 5 hari. Pengamatan dilakukan dari aspek warna, tekstur, Aroma, kenampakan, dan berat. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa penyimpanan pada suhu rendah lebih mampu mempertahankan kualitas suatu bahan dibandingkan pada suhu ruang. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa suhu rendah mampu menghambat aktivitas microorganisme serta menginaktivasi enzim yang ada di dalam bahan sehingga bahan jauh lebih awet di bandingkan dengan suhu ruang. 5.3 Warna Warna merupakan parameter kualitas suatu bahan pangan. Dalam pengemasan diharapkan menjadi salah satu alternatif mempertahankan warna pada bahan. Sayur atau buah mudah sekali mengalami perubahan warna akibat interaksi dengan lingkungan luar misal udara. Hal tersebut menyebabkan terjadinya browning. Browning adalah proses kecoklatan pada buah yang terjadi akibat proses enzimatik atau polifenol oksidasi Bedasarkan pengamatan yang di lakukan, pada hari ke 0 semua bahan masih dalam kondisi segar. Setelah 2 dan 5 hari penyimpanan pengaruh kecerahan bawang pun terlihat karena pengaruh suhu selama penyimpanannya. Tetapi juga jenis plastik yang digunakan ternyata punya peranan yang cukup besar.

Kontrol plastik agak tebal, vakum (A3) lebih mampu mempertahankan kecerahan warna bawang di banding kemasan yang lain. Hal tersebut dikarenakan pada kondisi vakum dapat menyingkirkan oksigen atmosfer untuk mencegah pembusukan bahan dengan mengurangi pertumbuhan jamur. Serta mencegah penguapan dari beberapa komponen volatil, sehingga dapat digunakan untuk menyimpan bahan dalam jangka waktu lebih lama. Kondisi penyimpanan suhu rendah lebih baik di banding pada suhu kamar. Karena dalam suhu rendah mampu menginaktivasi enzim serta menghambat aktifitas metabolisme pada bahan. 5.4 Tekstur Tekstur pada bahan juga merupakan hal yang harus diamati dalam penentuan kualitas pada bahan khususnya percobaan pengemasan ini. Dari 4 perlakuan dan suhu penyimpanan yang berbeda akan menghasilkan tekstur bahan yang berbeda pula. Hal itu dibuktikan bahwa bawang yang dijadikan kontrol mula-mula (0 hari) masih dalam keadaan segar menjadi semakin lunak setelah 3 dan 5 hari kemudian. Perubahan tekstur pada control bahan tersebut disebabkan karena interaksi langsung bahan dengan lingkungan khususnya udara tanpa adanya pelindung (kemasan). Dibandingkan dengan Kontrol bahan, plastik agak tebal, vakum (A3) masih memiliki tekstur jauh lebih baik sebab bahan di dalamnya dilindungi oleh lapisan plastic serta tidak adanya udara di dalam kemasan sehingga menimbulkan penghambatan aktivitas mikroorganisme pada bahan. Semakin lunak tekstur suatu bahan pangan menandakan bahwa terjadi penurunan kualitasnya. 5.5 Aroma Dalam percobaan pengemasan bawang ini aspek aroma juga menjadi patokan dalam menentukan baik buruknya kualitas suatu bahan. Suatu bahan pangan yang menimbulkan bau menyengat/membusuk membuktikan bahwa aktivitas mikroorganisme yang tidak di inginkan tumbuh sehingga mengurangi kualitas dari bahan pangan tersebut. Bau menyengat yang timbul biasanya disertai dengan pembusukan bahan, Misal saja pengemasan kantong plastik tipis (A1) lebih menghasilkan bawang dengan bau yang menyengat dibandingkan dengan Kontrol,plastik agak tebal (A2). Tebal tipisnya suatu bahan pengemas seperti plastik ini berpengaruh sebab semakin tebal suatu kemasan mempunyai kemampuan menahan pengaruh luar sehingga bahan tetap awet.

5.6 Kenampakan Kenampakan bahan berupa bawang pada percobaan pengemasan ini terlihat dari semakin keriput atau tidaknya bawang tersebut. Apabila suatu bahan memiliki kenampakan yang semakin keriput membuktikan bahwa penurunan kualitas telah terjadi. Misalnya saja pada penyimpanan suhu ruang bahan kontrol mempunyai tingkat kenampakan paling rendah, sebab bawang langsung berinteraksi dengan udara dan lingkungan tanpa adanya perlindungan seperti pengemasan. 5.7 Berat Berat dalam percobaan pengemasan ini terkait dengan berat kemasan pada bahan. Suatu bahan yang telah terkontaminasi dengan lingkungan luar memiliki kenampakan yang semakin lunak. Sehingga berat bawang disini menjadi lebih kecil dari berat mula-mula. Seperti penyimpanan Kantong plastik tipis (A1) pada suhu ruang selama 2 hari penyimpanan menyusut dari 6,0 gram menjadi 5,9 gram di hari ke-5. Dapat disimpulkan bahwa penurunan berat bawang dari berat mula-mula disebabkan adanya akifitas mikroorganisme lain yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan bawang menjadi keriput dan beratnya menurun.

BAB 6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari praktikum yang dilakukan dapat diambil dari beberapa kesimpulan: 1. Pengemasan adalah proses penutupan permukaan bahan dengan suatu bahan yang mudah dibentuk dan diatur guna memberikan kondisi yang tepat bagi bahan tersebut 2. Pengemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bahan itu sendiri, bahan pengemas yang digunakan, kondisi lingkungan 3. Pengemasan dilakukan untuk menjaga agar kelembaban relatif pada bahan yang dikemas tidak berbeda jauh dengan luar bahan

4. Kemampuan pengemas dalam menjaga atau memperpanjang umur simpan bahan memiliki daya maksimum, hal ini ditandai oleh terjadinya kerusakan bahan yang dikemas selama penyimpanan 5. Bahan yang digunakan sebagai bahn pengemas harus memiliki syarat yang baik dan sesuai dengan standart bahan pengemas 6. Pengemasan yang dilakukan juga sebagai nilai tambah pada bahan yang dikemas, misalnya keindahan, informasi penggunaan, informasi kadaluarsa, dll

6.2 Saran Sebaiknya dalam melakukan pengamatan , asisten harus tetap mendampingi. Supaya tidak terjadi kesalahan perlakuan pada praktikan.

DAFTAR PUSTAKA Cenadi. C. S. 2000. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran. Jurusan Diskomvis. UK Petra. Surabaya. Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan TIP. IPB. Bogor. Herudiyanto, Marleen,Ir.,M.S. 2003. Pengemasan.Program Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Industri Pertanian Faperta UNPAD

Julianti. E, dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pengemasan.FP USU. Medan

Peleg, M. and Normand, M. D. 1985. Mechanical stability as the limit of the Fractal dimension of solid particle silhouette. Powder Technol. 43:187-188. Ryall M. and Lipton , 1972. Tomatoes commodity requirements of ryie fruits handling. Transportation and storage of fruit and vegetables. West point Connecticut. The AVI Publ. Con. Inc. Soekarto, S.T., 1990. Peranan Pengemasan dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dan Ekspor Produk Pangan di Indonesia. Di dalam : S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed), Risalah Seminar Pengemasan dan Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor Pangan. Jakarta.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB. Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat Antar-Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Winarno , F.G. 1983. Enzim pangan. PT. Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai