Anda di halaman 1dari 31

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode

90 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang ditemukan di daerah tropis dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (Anonim, 2008). Penyakit Demam Berdarah Dengue terdiri dari 4 derajat spektrum klinis yang harus ditangani dengan tepat (WHO, 1997).

Gambar 1.1 Aedes aegypti (Anonim, 2008) Pada tahun 1962, penyakit demam berdarah dengue sudah ditemukan di Indonesia dan sejak itu insidensi terkait penyakit ini terus meningkat hingga saat ini di berbagai wilayah di Indonesia. Meluasnya penyakit tersebut dapat terlihat dari penemuan penyakit yang semula terdapat di daerah perkotaan dengan cepat menyebar ke pedesaan dengan tingkat penduduk yang tinggi. Sedangkan penyakit ini telah ditemukan di Jawa Timur sejak tahun 1968 dengan peningkatan kasus serta penyebaran daerah terjangkit yang semakin luas (Departemen Kesehatan, 2007). Hingga tahun 2008 penyakit Demam Berdarah Dengue masih ditemukan bahkan

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 terus meluas dan memakan korban meski pemerintah sudah membuat dan menerapkan kebijakan untuk mengatasi meluasnya penyakit ini. Faktor lingkungan mempengaruhi cepatnya penyebaran vektor Demam Berdarah Dengue. Dengan memasuki musim penghujan akan timbul banyak genangan air yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak vektor sehingga besar kemungkinannya untuk penyebaran wabah cepat meluas. Keberhasilan pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian vektornya. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara peduli kebersihan lingkungan sekitar dengan menanam tanaman pengusir nyamuk maupun mengobati pasien Demam Berdarah Dengue dengan berbagai jenis tanaman obat. 1.2 Tujuan Mengetahui cara penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue pada setiap derajat spektrum klinis Mengetahui cara pencegahan dan pengatasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman obat. Mengetahui program yang telah dicanangkan pemerintah untuk mengatasi Demam Berdarah Dengue dan bagaimana keberhasilan program pemerintah tersebut. 1.3 Manfaat

Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue mulai dari: sara penanganan setiap derajat spectrum klinis, cara pengatasan penyakit terutama dengan tanaman obat, dan program yang dicanangkan pemerintah untuk mengatasi penyakit tersebut.

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Demam Dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yag disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro,et al, 2006). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (DEN=Dengue). Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia serotipe virus yang dominan adalah DEN-3 dan DEN-2. Di samping itu, urutan infeksi serotipe merupakan suatu faktor resiko karena lebih dari 20% urutan infeksi virus DEN-1 yang disusul DEN-2 mengakibatkan renjatan, sedangkan faktor resiko terjadinya renjatan untuk urutan virus DEN-3 yang diikuti oleh DEN-4 adalah 2%. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik yang berbeda pada ke4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu 3

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2,6; 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3; 7,7 % untuk tingkat protein (Fu et al, 1992). Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E), protein premembran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 & NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein M dan C. Sedangkan pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1 (Nurcahyo, 2008). 2.2 Patofisiologi Fenomena patofisiologi utama ialah tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit. Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut the secondary heterologous infection hypothesis yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotesis infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90

Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya renjatan oleh Suvatte Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi ananmestik yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran pencernaan hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan penyakit. Kelainan sistem koagulasi juga mempunyai peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi. Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian (Siregar, 2008). Disamping itu pada pasien DBD terjadi gangguan keseimbangan cairan akibat dari perembesan cairan plasma melalui dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh reaksi immunologis dari virus yang berbeda. Oleh karena plasma banyak keluar maka darah menjadi kental, yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan hematokrit (Ht) atau hemoglobin (Hb) yang meninggi. Reaksi immunologis yang terjadi dalam tubuh pasien dapat merusak trombosit sehingga jumlah trombosit menurun (trombositopenia).

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Selain itu terjadi perdarahan yang disebabkan karena adanya kelainan pada faktor pembekuan darah. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan di seluruh jaringan tubuh misalnya hidung, mulut, usus, lambung, paru, dan lain-lain. 2.3 Tinjauan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi: 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik. 2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena. 3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml). 4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb: Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia. Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu: Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2 : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain. Derajat 3 : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah. Derajat 4 : Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. Keempat derajat tersebut digambarkan sebagai berikut :

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90

Gambar 2.3 Derajat Spektrum Klinis DBD (WHO, 1997) 2.3.1 Gejala Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : 1. Demam tinggi yang mendadak selama 2-7 hari (38-40C), kemudian turut secara cepat biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah, penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi. 2. Sakit kepala, khususnya dirasakan di daerah belakang mata 3. Hepatomegali (pembesaran hati) 4. Syok, tekanan darah menurun menjadi 20/80 mmHg 5. Anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang 6. Mialgia atau rasa sakit pada otot dan persendian (punggung, lengan, pergelangan kaki, lutut, siku, bahu, tungkai bawah dan arthralgia) 7. Timbulnya bintik-bintik merah pada kulit (khususnya di dada dan lengan) akibat pecahnya pembuluh darah.

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 8. Pasien memperlihatkan gambaran bercak makulopapular atau makula di wajah atau dada. Bercak biasa dimulai hari ketiga dan berlangsung selama 2-3 hari. 9. Manifestasi perdarahan bisa berupa petekiae, purpura, mimisan (perdarahan hidung), perdarahan gusi hingga perdarahan saluran cerna. 2.3.2 Tanda Demam biasa terjadi pada hariketiga dan berlangsung selama 5-7 hari. Kadang menggigil, bercak kemerahan pada kulit. Demam kemudian turun dan membentuk grafik dengan gambaran pelana. 2. Uji Tourniquet positif. Dikatakan positif bila dijumpai lebih dari 20 petekiae per inci luas permukaan kulit 3. Temuan hematemesis atau melena dan trombositopenia (100.000 sel/L) dan adanya perembesan plasma akibat peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah 2.3 2.3.1 Penatalaksanaan Terapi Demam Berdarah Dengue Hari Pertama

1. Demam bisa mencapai 41C.

Pemberian cairan, pemberian pola makan normal, istirahat yang cukup, dan pemberian parasetamol dengan penyesuaian dosis (60 mg/kg tiap 24 jam). NSAID lain dikontraindikasikan. Pasien harus dipantau pada hari ketiga demam. 2.3.2 Hari Kedua Manajemen yang dilakukan sama dengan hari pertama, tetapi pasien dipantau pada jam ke 24. 2.3.3 1. Hari Ketiga Pembesaran tender hati (penting untuk memeriksa pada posisi horisontal) 9 Dilakukan pemeriksaan:

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 2. Capillary filling time dan aliran kapiler. Jika capillary filling time lebih dari 2 detik atau jika aliran kapiler cepat atau volumenya sedikit, dilakukan pemeriksaan tekanan darah (pengukuran tekanan darah dianjurkan untuk anak di atas 5 tahun). Tabel 2.1 Tabel pemeriksaan tekanan darah Umur Denyut nadi 0-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 1-4 tahun 4-6 tahun 6-12 tahun > 12 tahun 3. 4. 5. 2.3.4 100-150 90-120 80-100 70-110 65-110 60-95 55-85

Tekanan darah Sistol/Diastol 65-85 / 45-55 70-90 / 50-65 80-100 / 55-65 90-105 / 55-70 95-110 / 60-75 100-120 / 60-75 110-135 / 65-85

Memeriksa manifestasi pendarahan Memeriksa penurunan suhu pada bagian ekstrimitas (tangan dan kaki) Memeriksa berkurangnya udara yang masuk ke dalam paru-paru Hari keempat dan kelima

Terapi untuk menstabilkan dilakukan pemberian larutan normal salin diberikan secara bolus sebanyak 10 ml/kg BB selama 20 menit. 2.3.5 Terapi Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Penanganan pasien Demam Berdarah Dengue di rumah sakit didasarkan pada tingkat keparahan pasien. Tingkat keparahan ini dibagi menjadi 3 yaitu : Febrile phase: 2-7 hari Critical / Leakage phase: 1-2 hari Convalescent phase: 15 hari 1. Fase Febril 10

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Diberikan antipiretik yaitu parasetamol dengan dosis 60 mg/KgBB/hari yang terbagi dalam 4 kali pemberian (1 g tiap 6 jam pada dewasa) NSAID lain yang diberikan melalui rute manapun (oral, i.v. dsb) dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan pendarahan saluran cerna atau Reye Syndrom. Kompres dengan air hangat jika suhu tidak turun setelah pemberian parasetamol Untuk mencegah penyebaran secara nosokomial pasien dianjurkan untuk memakai insect repellent atau kelambu. Perlu diberikan diet dengan cairan yang adekuat. Jika tidak dapat diberikan asupan makanan padat maka harus diberikan susu, jus buah, atau ORS. Pemberian makanan yang berwarna merah atau hitam harus dihindari untuk menghindari kesalahan diagnosa hematemesis Terapi suportif lain meliputi: o Pemberian domperidon i.v. 1 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis terbagi (10mg/KgBB/hari secara i.v. untuk dewasa). o Untuk demam yang disertai kejang diberikan diazepam 0,5 mg secara rectal o Untuk pendarahan saluran cerna bagian atas dapat diberikan ranitidine 1 mg/KgBB setiap 8 jam secara i.v. (50 mg i.v. untuk dewasa) atau protonpump inhibitor pantoprazol. o Pemberian antibiotic tidak disarankan meskipun terjadi leukopeni. o Pemberian kortikosteroid juga tidak berguna untuk mencegah shock pada Demam Berdarah Dengue bahkan dapat membahayakan karena menginduksi pendarahan saluran cerna. Monitoring kadar hematokrit darah harian dianjurkan untuk memonitor tingkat plasma. Peningkatan kadar hematokrit darah sebesar 20 % menunjukkan deplesi plasma darah yang signifikan.

11

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Pemberian cairan secara i.v. hanya diberika pada pasien dengan dehidrasi berat atau pasien yang mengalami muntah dan tidak dapat diberikan makanan atau minuman. Infus cairan ini harus segera dihentikan setelah dehidrasi teratasi dan pemberian cairan secara oral telah adekuat. Jika infuse cairan ini diberikan lebih dari sehari maka jumlahnya harus seminim mungkin karena dapat menyebabkan kelebihan cairan. 2. Fase Kritis pada Demam Berdarah Dengue tipe I dan II (tanpa Shock) Periksa denyut nadi dan tekanan darah tiap 2-4 jam. Periksa kadar hematokrit darah paling tidak 2 kali sehari. Ukur jumlah urin tiap 2-4 jam dan catat Pemberian infus cairan tidak dianjurkan jika pemberian secara oral adekuat. Jika pemberian oral tidak dapat digunakan (pasien muntah) maka diberikan secara i.v. Total pemberian cairan secara i.v. selama 24 jam Anak-anak : maintenance + 5% deficit Dewasa : maintenance x 2

Tabel 2.2 Pemberian cairan maintenance berdasarkan berat badan Berat badan Volume cairan maintenance yang (Kg) diberikan selama 24 jam (mL) <10 100 mL/KgBB 1000 + 50 untuk penambahan tiap 10-20 Kg jika lebih dari BB > 10 Kg 1500 + 20 untuk penambahan tiap >20 Kg jika lebih dari BB > 20 Kg Berat badan maksimal untuk pemberian cairan secara i.v. adalah 50 Kg untuk dewasa dan pasien obesitas.

12

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 3. Fase penyembuhan Pemberian Infus cairan dapat dihentikan jika hematokrit turun menjadi 45% pada dewasa, 40% pada anak-anak dan 35% pada bayi. Pengembalian selera makan dan diuresis merupakan tanda pada fase ini.

Gambar 2.2 Skema manajemen terapi pada pasien Demam Berdarah Dengue fase I dan II 2.3.6 Manajemen Terapi DBD Fase III dan IV (1 sampai 2 hari) DBD dengan shock Dilakukan perbaikan cairan. Volume perbaikan cairan yang digunakan harus cukup efektif untuk menjaga sirkulasi selama periode kritis. Jika laju pendarahan plasma tidak sama (menjadi lebih cepat pada 6-12 jam pertama), kecepatan dan volume cairan harus disesuaikan dengan kondisi pendarahan. Hal ini dapat dilakuakn berdasarkan kondisi umum pasien, tanda-tanda vital, urin, dan HCT.

13

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Jenis cairan yang yang dapat digunakan adalah cairan yang isotonik dengan plasma, misalnya normal salin, N/2 salin + 5% dextrose. Pada kasus pendarahan yang parah, diberikaan larutan koloidal. Volume cairan yang direkomendasikan sebagai penjagaan pada orang dewasa diberikan dua kali selama 24 jam. Maksimum cairan yang dibutuhkan anak sesuai dosis penjagaan umumnya, ditambah defisit 5% BB (50 ml/kg BB/24 jam). Jika pendarahannya telah berhenti, pemberian cairan dihentikan. - Pemberian larutan koloidal diindikasikan untuk : 1. Pasien yang telah mendapatkan terapi larutan kristaliod sesuai yan ditentukan (2-3 injeksi bolus) tetapi tetap menunjukkan gejala vital yang stabil, yaitu jumlah Hct yang masih tetap tinggi. 2. Pasien dengan pendarahan yang parah. - Tranfusi darah diindikasikan untuk : 1. Kekurangan darah lebih dari 10% total volume darah tubuh (6-8 ml/kg BB). 2. Pasien yang tetap menunjukkan gejala vital yang stabil, jumlah Hct yang masih tetap tinggi. 3. Pasien dengan shock dan diterapi selama 6 jam, tetai pada akhir jam ke 6 pemberian cairan tidak dapat dikurangi. Pada tranfusi darah diberikan fresh whole blood 10 ml/kg BB tiap dosis atau packed red cells 5 ml/kg BB tiap dosis yang diberikan. - Tranfusi platelet diindikasikan untuk : Platelet diberikan hanya jika terjadi pendarahan lebih dari 6-8 ml/kg BB. - Terapi demam berdarah pada fase Shock 1. Resusitasi cairan sangat dibutuhkan yakni dengan menggunakan cairan isotonic (NaCl 0,9%) sejumlah 10-20 mL/KgBB/jam.yang diberikan secara intra vena drip (infuse). 2. Terapi penggantian cairan plasma (resusitasi) harus dilanjutkan sampai 24-48 jam atau sampai kondisi pasien stabil. Pemberian jumlah cairan yang tepat untuk mencegah volume overload. 14

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 3. Koreksi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit (asidosis metabolic atau hiponatremia) 4. Tranfusi darah dengan menggunakan darah lengkap segar diberikan jika terjadi pendarahan besar yang parah atau prolonged refractory shock, yang disertai penurunan kadar hematokrit darah meskipun sudah diberikan resusitasi cairan yang adekuat.

Gambar 2.3 Skema manajemen terapi Demam Berdarah Dengue fase III dan IV 2.3.7 Tanaman Untuk Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) Penggunaan tanaman untuk mencegah dan membantu mengatasi DBD bisa digunakan sebagai obat luar atau bisa juga untuk obat dalam untuk diminum. a. Tanaman untuk Pemakaian Luar

15

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Tanaman pengusir nyamuk adalah jenis tanaman yang dalam kondisi hidup dapat menghalau nyamuk. Tanaman ini tidak perlu diolah terlebih dahulu. Kemampuan tanaman ini sebagai pengusir nyamuk bisa dianggap istimewa karena baunya yang menyengat diduga tidak disukai serangga termasuk nyamuk. Pengunaan tanaman ini cukup mudah yaitu diletakkan didalam ruangan atau di tanam di pekarangan rumah. Berikuti ini beberapa insektisida hidup pengusir nyamuk yang dapat kita gunakan: Zodia (Evodia suaveolens) Mengandung zat evodiamine dan rutaecarpine. Daun zodia mengandung linalool 46% dan apinene 13,26%, linalool berfungsi sebai pengusir nyamuk. Zodia secara empiris di Papua digunakan sebagai pengusir nyamuk dengan cara menggosokkan daun pada kulit. Menurut Agus Kardinan (2004) daun zodiac dapat menghalau nyamuk selama 6 jam dengan daya halau lebih dari 70 %. Geranium (Pelargonium citrosa) Tanaman ini akan mengeluarkan bau wangi yang khas ketika daunnya digoyang atau tertiup angin. Bau tersebut berasal dari kandungan zat geraniol dan sitronelol yang bersifat antiseptic. Lavender ( Lavandula angustifolia) Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, tanaman ini tidak perlu diproses tapi cukup menggosokan bunga ini ketubuh. Lavender mengandung geraniol. Serai Wangi (Cymbopogon nardus)

16

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Batang dan daun serai wangi mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpene, terpene-alkohol, asam organic, dan utama sitronelal. Zat sitronelal ini memiliki sifat racun kontak yang menyebabkan nyamuk kehilangan cairan secara terus menerus sehingga tubuhnya akan kekurangan cairan, dan akhirnya mati. Akar Wangi (Vertiver zizanoides) Dari penelitian Sri Muwarni (2002) ekstrak akar wangi dapat membunuh jentik nyamuk aedes aegypti. Ekstak akar wangi dengan konsentrasi 0,2% dan 0,25% dapat membunuh larva nyamuk Aedes Aegypti dalam waktu sekitar 2 jam. Suren (Toona sureni, Merr.) Berdasarkan penelitian suren memiliki kandungan bahan surenon, surenin, dan surenol lakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedant (menghabat daya makan) pada larva ulat sutra. Bahan-bahan tersebut juga terbukti sebagai repellant serangga termasuk nyamuk. Selasih (Ocimum spp.) Selasih mengandung eugenol, linalool, dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga termasuk nyamuk (Suharmiati dkk, 2009). b. Tanaman untuk Pemakaian Dalam Jenis tanaman obat yang terpilih ada lima, yaitu pepaya gandul, kunyit, temu ireng, meniran, dan jambu biji. Tanaman tersebut diramu sedemikian rupa, baik dalam bentuk simplisia kering, serbuk maupun sirup. Jenis tanaman tersebut dipilih berdasarkan manfaatnya dalam mengatasi penyebab penyakit DBD dan gejalanya. Tanaman tersebut sudah digunakan secara empiris

17

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 sebagai obat tradisional, diketahui nama latin dan sistematikanya sehingga tidak salah dalam memilih jenis tanaman, diketahui kandungan zat berkhasiat dan golongan senyawa atau zat identitasnya, dan tanaman diproses sesuai dengan metode standar. Meniran biasanya tumbuh liar di pinggiran kebun, pekarangan/ halaman rumah, atau pinggir jalan, dan merupakan gulma di lahan pertanian. Kunyit, temu ireng, pepaya, dan jambu biji bisa ditanam di halaman/pekarangan rumah ebagai tanaman obat keluarga atau apotik hidup. Manfaat dari masing-masing tanaman diuraikan berikut ini. Pepaya (Carica papaya) Untuk ramuan DBD, digunakan daun pepaya jantan (pepaya gandul). Daun pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, arposid. pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, dan glikosida

Manfaat empiris daun papaya gandul adalah getah daun muda untuk obat pencahar, daunnya erangsang sekresi empedu serta sebagai obat sakit perut, demam malaria, dan penyakit cacing serta membantu proses pencernaan. Daun pepaya sudah digunakan sebagai bahan ramuan obat di 23 negara mendapat prioritas sebagai tanaman obat utama menurut WHO. Hasil penelitian mengenai khasiat daun pepaya menunjukkan bahwa papain pada daun pepaya memiliki efek terapi pada penderita inflamasi atau pembengkakan organ hati, mata, kelamin, dan usus halus. Pembengkakan organ hati ditemukan pada penderita demam berdarah. Di samping itu, daun papaya juga memiliki aktivitas antioksidan, antikoagulan, serta menyembuhkan luka lambung dan usus. Meniran (Phyllanthus niruri) Meniran memiliki khasiat sebagai obat antivirus. Senyawa yang ditemukanpada meniran antara lain adalah triterpenoid, flavoniod, tanin, alkaloid, dan asam fenolat. Secara empiris, rebusan daun meniran sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit hati, 18

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 sebagai diuretik untuk hati, ginjal, kolik, penyakit kelamin, obat batuk, ekspektoran, antidiare, seriawan/panas dalam, dan sebagai onik lambung. Penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus hepatitis B dan virus hepatitis sejenisnya, menghambat enzim everse transcriptase dari retrovirus, sebagai lainnya. antibakteri, antifungi, antidiare, dan penyakit gastrointestinal

Meniran juga memiliki fungsi meningkatkan ketahanan tubuh penderita dengan cara memacu agositosis sel makrofag, fungsi proliferative limfosit T, antibodi IgM dan IgG, aktivitas hemolitik, itotoksisitas sel NK, dan khemotaksis neutrofil dan makrofag. Kunyit (Curcuma domestica) Kunyit telah lama dimanfaatkan dalam ramuan obat tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti stomakik, stimulan, karminatif, haematik, hepato-protektor, mengobati luka lambung dan ulser, sebagai pewarna makanan, bumbu, antispasmodik, antiimflamasi, gangguan pencernaan, dan sebagai insektisida, bahan

kosmetik, dan antioksidan. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri turmeron, zingiberene) dan zat berkhasiat dari golongan kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunyit memiliki aktivitas sebagai antimikroba (berspektrum luas), antivirus IV, antioksidan, antitumor (menginduksi apostosis), menghambat perkembangan sel tumor payudara, antiinvasi sel kanker, antireumatoid artritis (rematik), dan untuk mengobati penyakit pencernaan (tukak lambung). Temu Ireng (Curcuma aeruginosa) Temu ireng telah banyak dimanfaatkan secara empiris untuk mengobati sel-sel hati yang rusak. Pada penderita demam berdarah, terjadi kerusakan sel-sel hati. Secara empiris temu ireng juga bermanfaat untuk mengobati kolik, luka lambung dan usus, asma, batuk, menambah nafsu makan, 19

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 mempercepat pengeluaran lokhia setelah melahirkan, mencegah obesitas, rematik, anthelmintik, dan sebagai sumber mengandung minyak atsiri (turmeron, tepung. Temu ireng kurkuminoid zingiberene),

(kurkumin I, II, dan II) serta alkaloid, saponin, pati, damar, dan lemak. Jambu Biji (Psidium guajava) Daun jambu biji sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Secara empiris, daun jambu biji bersifat antibiotik dan telah dimanfaatkan untuk antidiare, sedangkan buahnya untuk obat pencahar, tanin mempersempit urat darah. Daun jambu biji mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, dan minyak malat, sedangkan buahnya mengandung vitamin C yang tinggi. Hasil penelitian yang dikutip dari berbagai sumber menunjukkan daun jambu biji terbukti dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dari virus dengue, tanin menghambat enzim reverse transcriptase maupun DNA polymerase dari virus serta menghambat pertumbuhan virus yang berinti DNA maupun RNA. Hasil uji klinis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kering daun jambu biji selama 5 hari mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/l, pemberian ekstrak kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/l setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti. Dengan demikian, ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kuratif demam berdarah. Beragam tanaman obat dapat digunakan untuk mengatasi penyakit demam berdarah, baik berupa simplisia, serbuk, maupun sirup. Masih diperlukan penelitian untuk menghasilkan obat yang teruji mutu, keamanan, dan khasiatnya agar bisa dikembangkan sebagai obat fitofarmaka dan dimanfaatkan dalam pengobatan normal penyakitdemam berdarah (Bermawie, 2006). Ramuan dari kelima jenis tanaman yang dapat dibuat untuk membantu pengatasan DBD terdiri atas daun pepaya 7 tua 2 lembar, meniran 3-4 tanaman, daun jambu biji merah 2-3 lembar, kunyit 2-4 jari, temu ireng 2-3 buah, dan 20

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 garam secukupnya. Ramuan bisa digunakan dalam bentuk segar dengan cara ditumbuk atau diblender kemudian dicampur dengan satu gelas air putih. Ramuan diminum tiga kali sehari. Dapat pula digunakan dalam bentuk simplisia. Caranya, simplisia direbus dengan enam gelas air sampai menghasilkan tiga gelas, lalu air rebusan diminum tiga kali sehari, masing-masing satu gelas pada pagi, siang,dan malam hari.

BAB III ANALISA PERMASALAHAN 3.1 Kondisi Saat Ini Kejadian berjangkitnya demam berdarah dengue di suatu tempat dapat menimbulkan ledakan jumlah penderitanya. Dalam ukuran tertentu, ledakan jumlah penderita di suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah kejadian di tempat yang sama pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya disebut sebagai Kejadian Luar Biasa. Departemen Kesehatan mendefinisikan Kejadian Luar Biasa sebagai berikut: Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/Menkes/SK/VIII/2004). Kriteria penetapan KLB Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut: 1. 2. Timbulnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah Tingkat II. Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya. (Ditjen PPM & PLP 1987:2).

21

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dirumuskan indikator KLB Demam Berdarah Dengue yaitu: Angka kesakitan (morbiditas) DBD adalah jumlah kasus DBD di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000. (Departemen Kesehatan, 2003). Pemerintah menetapkan status wilayah yang terjangkit wabah penyakit berdasarkan perhitungan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Bila di suatu wilayah ditemukan jumlah penderita demam berdarah melebihi jumlah penderita di bulan yang sama pada tahun lalu di wilayah itu, atau angka kematiannya sudah melebihi 1%, status wilayah itu dinyatakan telah terjadi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah (KLB DBD). Di Jawa Timur, Demam Berdarah Dengue termasuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa yang terjadi setiap tahun di beberapa kota dan daerah yaitu Batu, Bojonegoro, Gresik, Lumajang, Malang, Nganjuk, Sampang, Pacitan dan Tulungagung. Bila dibandingkan dari tahun 2006, pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah penderita sebesar 27% yaitu dari 20.420 penderita menjadi 25.941 (Murtini, 2008).

22

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90

Keterangan : INS : insiden CFR : rasio penderita yang meninggal terhadap penderita yang hidup yang dinyatakan dalam persen

Gambar 3.1 Skema perbandingan insiden dan CFR Demam Berdarah Dengue dari tahun 1968-2007 (Murtini, 2008) Dari skema di atas terjadi peningkatan insiden seiring berjalannya tahun yang diimbangi dengan penurunan CFR. Peningkatan insiden menandai penyebaran Demam Berdarah Dengue semakin meluas sedangkan penurunan CFR dapat berarti bahwa menurunnya angka kematian penderita disebabkan diantaranya meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencegah terjadinya kematian penderita dan suksesnya dilaksanakannya kebijakan pemerintahan. 3.2 Kebijakan

23

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Untuk mengatasi meluasnya wabah Demam Berdarah Dengue lebih besar maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan penyebaran wabah. Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah meliputi kebijakan umum dan kebijakan khusus. Kebijakan umum pemberantasan penyakit menular antara lain dirumuskan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Dalam Undang-undang ini dikatakan bahwa Menteri Kesehatan menetapkan jenis-jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah (Pasal 3) dan daerah dalam wilayah Indonesia yang ditetapkan sebagai daerah wabah serta daerah yang sudah bebas wabah (Pasal 4). Dalam kebijakan khusus pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan upaya penanggulangan KLB DBD yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Pengobatan dan perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi dan sarang nyamuk penular DBD Pemberantasan vektor (yaitu nyamuk penularnya) Penyuluhan kepada masyarakat Evaluasi penanggulangan KLB (Ditjen PPM & PLP 1987). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan penderita, pelaporan, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat. Dalam Bab Pengertian dijelaskan bahwa, Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumahrumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. Sedangkan penanggulangan seperlunya adalah 24 penyemprotan insektisida dan/atau

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 juga menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah. Dengan perkembangan kebijakan desentralisasi kesehatan, pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue saat ini di Daerah Tingkat II menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Daerah, sebagaimana diatur dalam Undangundang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Pasal 2 ayat 10. Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak untuk memutuskan rantai penularan (WHO 2004), (Suroso 1983), (Suroso & Umar 1999), (Nadesul 2004), (Bang & Tonn 1993). Strategi yang dilakukan di Indonesia adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengasapan (fogging), dan larvasiding, yaitu memusnahkan jentik nyamuk dengan menaburkan bubuk abate ke air yang tergenang di dalam tampungan-tampungan air. Program yang dilakukan adalah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara massal dan nasional. PSN dilakukan dengan menerapkan 3Mplus (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau membakar barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan Menguras atau mengganti air di tempat tampungan air, plus penggunaan pengusir serangga atau penggunaan perlindungan terhadap nyamuk ). Kegiatan 3Mplus dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat minimal satu minggu sekali. Gerakan ini dicanangkan oleh Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim penghujan di mana wabah demam berdarah dengue biasa terjadi. Pada program pembangunan 2004-2005, pencanangan Gerakan PSN dimulai sejak November 2004 dan ditegaskan kembali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Februari 2005.

25

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Dalam program Indonesia Sehat 2010, salah satu indikator kesehatan masyarakat adalah terbebasnya masyarakat dari kejadian luar biasa demam berdarah dengue. Untuk itu ditetapkan target bahwa pada tahun 2010, diharapkan angka kematian karena demam berdarah dengue, tidak lebih dari 1% dari jumlah penderita demam berdarah. Data pada tahun 2000 menunjukkan angka kematian demam berdarah dengue masih sebesar 22,1% (Departemen Kesehatan, 2002). Kebijakan lainnya dalam upaya penanganan KLB-DBD: Pemerintah menginstruksikan semua rumah sakit baik negeri maupun swasta untuk tidak menolak pasien penderita DBD. Pemerintah merekomendasikan sejumlah rumah sakit milik pemerintah untuk memberikan pengobatan gratis kepada penderita DBD yang dirawat di ruang perawatan kelas III. Pemerintah merekrut juru pemantau jentik (jumantik) untuk memeriksa jentikjentik nyamuk Aedes aegypti di setiap rumah tangga. Pemerintah melakukan penyuluhan masyarakat melalui iklan layanan masyarakat di media massa, brosur dan penyuluhan melalui tenaga kesehatan. Pemerintah melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui perkembangan virus dengue. Pemerintah menerapkan sistem peringatan dini dan menetapkan status Kejadian Luar Biasa pada wilayah yang mengalami ledakan kejadian demam berdarah dengue. Pemerintah memberikan perlakuan seperti pada penanganan Kejadian Luar Biasa, walaupun kejadiannya belum sampai pada kriteria Kejadian Luar Biasa (Departemen Kesehatan, 2005). 3.3 Pemecahan Masalah Semakin meningkatnya jumlah penderita Demam Berdarah Dengue menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap penyebaran penyakit tersebut. Disamping itu kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah juga kurang 26

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Sebagian besar masyarakat menganggap upaya pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue tidak efektif sehingga tidak sedikit masyarakat yang menolak dilakukannya fogging dan menyebabkan wabah tidak kunjung berkurang. Namun penurunan angka CFR juga patut mendapat perhatian karena hal tersebut dapat digunakan sebagai indikator bahwa program pemerintah dalam menanggulangi masalah tersebut telah berhasil meskipun belum 100% dan kesadaran masyarakat untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah kematian penderita telah meningkat. Oleh karena itu pemerintah khususnya Dinas Kesehatan perlu lebih memberdayakan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menekan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue dan mencegah semakin banyaknya jumlah kematian penderita. Pemerintah dapat melakukan dengan menerapkan kebijakan yang telah dicanangkan dengan lebih giat. Disamping itu pemerintah dapat melakukan pemantauan secara berkala untuk melihat kecenderungan penyebaran Demam Berdarah Dengue dari waktu ke waktu. Diharapkan dengan pemantauan secara berkala tersebut pemerintah dapat lebih mengendalikan penyebaran Demam Berdarah Dengue dengan kerja sama bersama masyarakat untuk mengoptimalkan pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue secara makro mengurangi kerugian sosial, meningkatkan produktivitas kerja masyarakat serta berbagai efekefek lainnya. Dalam arti yang luas, pemberantasan penyakit demam berdarah dengue akan meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.

27

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 BAB IV PEMBAHASAN Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang ditemukan di daerah tropis dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (DEN=Dengue). Di Indonesia serotipe virus yang dominan adalah DEN-3 dan DEN-2. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (Anonim, 2008). Mekanisme patofisiologi dan patogenesis Demam Berdarah Dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut the secondary heterologous infection hypothesis yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Beberapa pengobatan dapat diberikan berdasarkan tingkat keparahan dan fase Demam Berdarah Dengue yang dialami. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanaman obat yang berada disekitar rumahnya untuk membantu pengatasan penyakit Demam Berdaerah Dengue. Tanaman untuk pemakaian luar antara lain: zodia, geranium, lavender, serai wangi, akar wangi, suren, selasih. Dan tanaman untuk pemakaian dalam antara lain: pepaya, meniran, kunyit, temu ireng, dan jambu biji. Pada tahun 1962, penyakit demam berdarah dengue sudah ditemukan di Indonesia dan sejak itu insidensi terkait penyakit ini terus meningkat hingga saat ini di berbagai wilayah di Indonesia. Sedangkan Demam Berdarah Dengue termasuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa yang terjadi setiap tahun di beberapa kota dan daerah di Jawa Timur, yaitu Batu, Bojonegoro, Gresik, Lumajang, Malang, Nganjuk, Sampang, Pacitan dan Tulungagung. Bila dibandingkan dari tahun 2006, pada tahun

28

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 2007 terjadi peningkatan jumlah penderita sebesar 27% yaitu dari 20.420 penderita menjadi 25.941 (Murtini, 2008). Untuk mengatasi meluasnya wabah Demam Berdarah Dengue lebih besar maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan penyebaran wabah. Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah meliputi kebijakan umum dan kebijakan khusus. Kebijakan umum pemberantasan penyakit menular antara lain dirumuskan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Dalam kebijakan khusus pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan upaya penanggulangan KLB DBD sesuai ketentuan Ditjen PPM & PLP tahun 1987. Semakin meningkatnya jumlah penderita Demam Berdarah Dengue menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap penyebaran penyakit tersebut. Disamping itu kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah juga kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Sebagian besar masyarakat menganggap upaya pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue tidak efektif sehingga tidak sedikit masyarakat yang menolak dilakukannya fogging dan menyebabkan wabah tidak kunjung berkurang. Oleh karena itu pemerintah khususnya Dinas Kesehatan perlu lebih memberdayakan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menekan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue dan mencegah semakin banyaknya jumlah kematian penderita. Pemerintah dapat melakukan dengan menerapkan kebijakan yang telah dicanangkan dengan lebih giat, diantaranya dengan mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan penyebaran wabah. Program yang dikeluarkan antara lain adalah dengan adanya gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara massal dan nasional. PSN dilakukan dengan menerapkan 3M (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau membakar barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan menguras atau mengganti air di tempat tampungan air). Gerakan ini dicanangkan oleh

29

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90 Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim penghujan di mana wabah demam berdarah dengue biasa terjadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1962 dan 1968 di Jawa Timur, insiden terus meningkat namun nilai CFR semakin menurun. Hal tersebut menandakan selama 40 tahun ini penyebaran Demam Berdarah Dengue oleh vektor Aedes aegypti semakin meningkat. Namun kesadaran masyarakat akan tindakan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue dengan memperhatikan lingkungan sekitar dan pemanfaatan tanaman obat dari luar maupun dalam ditambah keberhasilan program pemerintah dapat menurunkan jumlah kematian penderita. 5.2 Saran Perlunya pemerintah dalam melakukan pembinaan lebih lanjut kepada masyarakat yang salah satunya dapat melalui penggerakan tenaga kesehatan di daerah-daerah. Pencegahan semakin meluasnya Demam Berdarah Dengue dengan tanaman obat dan tindakan peduli lingkungan hendaknya menjadi prioritas utama untuk mencegah terjadinya jatuhnya penderita lebih banyak.

30

Laporan PKP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR Periode 90

DAFTAR PUSTAKA Abeysinghe, M.R.N., 2005, Guidelines on Clinical Management of Dengue and Dengue Haemorragic Fever, USA: Epidemiological Unit Ministry of Health Anonim, 2008. Demam Berdarah, Wikipedia Inc. id.wikipedia.org. tanggal akses 2312-2008. Anonim, 2008. Demam Berdarah Dengue, 2 Februari 2008, Jakarta.

www.aclab.co.id. Tanggal akses 23-12-2008 Asih, Y., 1999. World Health Organization : Demam Bedarah Dengue, Edisi 2, Jakarta EGC. Koban, A.W., 2005. Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit: KLB Demam Berdarah Dengue, www.theindonesianinstitute.com, tanggal akses 23-122008. Murtini, S., 2008. Situasi dan Kebijakan Penyakit DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2008. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Nurcahyo, 2008. Demam Berdarah. Jelsoft Enterprises Ltd. www.indonesiaindonesia.com, tanggal akses 23-12-2008. Suhendro, Nanniggolan, L., Chen, K., Pohan, H.T., 2006. Ilmu Penyakit Dalam : Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

31

Anda mungkin juga menyukai