Anda di halaman 1dari 9

A. BUAH JARAK Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbarui dan tidak terbarui.

Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber daya lam tak terbarui menjadi sumber energi utama. Penggunaan sumber daya alam tidak terbarui secara terus menerus akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi yang sudah diketahui, kenaikan atau ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, dan polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Menurut agus Syarif Hidayat (2005:2), selain angka konsumsi BBM yang tinggi, kecenderungan impor bahan bakar minyak di Indonesia juga terus meningkat. Pada tahun 1992 pemakaian BBM sebagai energi final sebesar 201.577 SBM sedangkan kilang minyak dalam negeri hanya mampu memasok sekitar 167.944 SBM, sehingga harus mengimpor sekitar 33.633 SBM. Angka impor BBM ini terus meningkat hingga mencapai 107.935 SBM pada tahun 2003 atau sekitar 32,75% dari total konsumsi BBM dalam negeri. Jika hal ini tetap berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor minyak sepenuhnya. Teman,, Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti BBM. Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah untuk membuat sumber energi alternatif yang berasal dari sumber daya alam terbarukan berupa tumbuh-tumbuhan. Selama ini tumbuhan yang dinilai dapat menghasilkan sumber energi alternatif adalah kelapa sawit. Namun kelapa sawit tergolong tumbuhan pangan, sehingga harga kelapa sawit akan terpengaruh permintaan di sektor pangan. Oleh karena itu, bahan baku sumber energi alternatif sebaiknya berasal dari sektor nonpangan misalnya jarak pagar. Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Sumber energi yang dihasilkan dari tanaman ini berupa biodiesel yang berguna untuk menggantikan fungsi solar pada mesin diesel.

Tanaman Jarak Pagar Tanaman Jarak penghasil biodiesel berasal dari jenis tanaman Jarak Pagar yang dalam bahasa Inggris bernama Physic Nut dengan nama Jatropha curcas (tanaman ini seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak yang dalam bahasa Inggris disebut Castor Bean dengan nama species Ricinus communis.). sedangkan yang dimaksud dengan Physic Nut Tanaman ini merupakan tanaman semak yang termasuk keluarga Euphorbiaceae. Tanaman Jarak Pagar memiliki cabang-cabang yang tidak teratur dengan tinggi batang 1-7 meter. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan memiliki tonjolantonjolan bekas tangkai daun yang gugur. Bila dipatahkan atau terluka batangnya akan mengeluarkan getah berwarna putih, kental dan agak keruh. Selain dikenal dengan nama lokal yang sama, tanaman jarak Physic Nut dan Castor Bean ini juga sama-sama banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, bahkan juga dari kedua jenis tanaman ini dapat diperoleh ekstrak minyak dari bijinya. Hanya saja tanaman jarak Castor Bean seringkali terkait dengan produksi ricin yaitu racun yang sangat berbahaya dan banyak digunakan untuk penelitian terapi penyakit kanker, sedangkan tanaman jarak Physic Nut lebih banyak terkait dengan informasi biodiesel atau biofuel. Meskipun nama lokal sama, tentu saja kedua tanaman ini jelas berbeda baik dalam bentuk morfologi tanaman maupun minyak yang dihasilkannya. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak jarak kasardan bungkil. Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.

Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh emisi gas buang.

B. TANAMAN SINGKONG Etanol atau etil alkohol C2H5OH, merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol. Salah satu metoda pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi. Bioetanol dapat diperoleh salah satunya dengan cara memfermentasi singkong. Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Bioetanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Etanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Etanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Etanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan mencampur etanol dengan bensin, akan mengoksigenasi campuran bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang (seperti karbonmonoksida/CO). Tujuan : 1. Memberikan alternatif atau model dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (khususnya bioetanol) di seluruh wilayah Indonesia. 2. Menyediakan sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif khususnya untuk daerah daerah yang sering mengalami

kekurangan

pasokan

BBM.

Bioetanol

dapat

dimanfaatkan

untuk

menggantikan bahan bakar bensin dan minyak tanah. 3. Optimalisasi potensi lahan marginal dan lahan di daerah beriklim tropis yang kering dengan mengembangkan kebun singkong sebagai alternatif sumber bahan pangan, energi, dan mendukung industri lainnya. 4. Menghasilkan produk seperti: terigu/ mocaf, alkohol, minyak kompor, spritus, bahan pembuat jamu, saos, dan lain-lain bahkan sisa ampas dapat diproduksi menjadi obat nyamuk bakar sampai buat makanan ternak. Manfaat : 1. Menyerap tenaga kerja setempat dalam budidaya tanaman mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan panen. 2. Meningkatkan pemasaran dan memberikan nilai tambah singkong dan meningkatkan kesejahteraan bagi petani singkong. 3. Menggerakan perekonomian lainnya yang terkait seperti: perdagangan sarana produksi, transportasi, dll. 4. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

C. TANAMAN JAGUNG Jika dulu sebutan emas hijau diberikan untuk kayu bulat karena kontribusinya yang cukup besar bagi penerimaan negara, ke depan tampaknya sebutan itu akan bergeser kepada tanaman yang mampu dijadikan energi alternatif. Mengalahkan emas hijau ini akan menggantikan kemilau emas hitam kita yang kini mulai memudar akibat berkurangnya ca-dangan minyak mentah. Apalagi impor minyak mentah dan produk minj'ak cenderung meningkat seti-ap tahun sejalan dengan tingginya harga komoditas itu di pasar inter-nasional.

Dengan alasan itulah pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 5/2006 dan Instruksi Presiden No. 1/2006 pada 25 Januari 2006 tentang Kebijakan Energi, khusus-nya pemanfaatan energi yang berasal dari nabati, seperti buah jarak. Meski penekanan pengembangan energi alternatif lebih kepada tanaman jarak, tidak berarti tanaman lain yang bisa menghasilkan bioetanol diabaikan. Seperti diungkapkan Ratna Ariyati, Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dalam satu workshop Pemanfaatan ethanol sebagai sumber energi alternatif campuran BBM, belum lama ini. "Pemerintah tetap mendorong pemanfaatan sumber energi alternatif berbahan baku tanaman lain- . nya yang banyak dan dapat dikem-bangkan di Indonesia ." Selain tanaman jarak, minyak sawit mentah, singkong, dan tebu, ternyata ada tanaman lain yang bisadimanfaatkan untuk dijadikan etanol (etil alkohol) seperti sugar-beet, gandum, danjagung. Agus Eko Tjahjono, Kepala Balai Besar Teknologi Pati, BPPT, meng-ungkapkan sejak lama BPPT telah meneliti berbagai macarn tanaman seperti singkong, tetes tebu, buah jarak sampai jagung sebagai bahan baku bioetanol. Hasilnya, bioetanol memiliki beberapa kelebihan, seperti tingkat emisi lebih rendah, ramah lingkung-an dan hasil pembakarannya yang berupa C02 sangat dibutuhkan untuk tanaman berkembang. Hanya saja, energi ini belum bisa menggantikan BBM yang ada mengingat produk ini hanya bisa dijadikan sebagai campuran saja. "Mungkin komposisinya 40% bioetanol dan 60% BBM." Salah satu potensi tanaman yang bisa dikembangkan adalah jagung. Andy Gumala, Asean Business Manager PT DuPont Indonesia , mengatakan bahwa potensi jagung Indonesia sangat besar dan memiliki multimanfaat.

"Selama ini jagung banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak. Padahal produk ini juga bisa dijadikan bioetanol seperti yang sudah dilakukan di Amerika Serikat. Bahkan energi ini dapat terus diperbarui," tambahnya. Menurut Andy, dari hitungan secara sederhana, jika asumsi etanol akan menggantikan 10% dari kebu-tuhan BBM dalam negeri yang mencapai 60 juta kiloliter/tahun, maka diperlukan 6 juta x 2,4 ton jagung yang berarti 14,4 juta ton jagung atau setara dengan 3 juta hektare lahan tanaman jagung. Lahan sebanyak itu bisa dikembangkan di daerah seperti Sumatra Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Aceh. Bahkan bisa lebih banyak lagi tanaman jagung yang bisa dikembangkan jika daerah lain juga merespons pengembangan bioetanol. Dengan harga bahan bakar berok-tan tinggi seperti Pertamax yang dijual dengan harga RpS.300 per liter, usaha produksi etanol berbahan baku jagung masih mengun-tungkan. Hitung-hitungannya untuk menghasilkan satu liter etanol dibutuhkan 2,4 kg jagung, di mana harga per kilogram jagung Rpl.300, sehingga biaya yang dikeluarkan Rp3.120. Sedangkan untuk menghasilkan energi setara satu liter Pertamax dibutuhkan 1,3 liter etanol atausetara dengan Rp4.200. Dengan memperhitungkan keuntungan produsen dan jalur distribusi, maka harga ke pemakai akhir sekitar Rp4.500-Rp5.000 per liter. Selain itu, residunya juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sebagai gambaran dari satuton jagung yang diproses akan menghasilkan residu atau ampas sekitar 318 kilogram. Pemenuhan kebutuhan jagung nasional tanpa mengandalkan impor (swasembada) tampaknya sudah bisa dicapai.

Sebagaimana diucapkan KetUc Dewan Jagung Nasional Fadel Muhammad yang meminta pemerintah menghentikan kebi-jakan mengimpor jagung mulai 2007 karena produksi dalam negeri sudah mulai meningkat dan memenuhi, kebutuhan nasional. Hanya saja pemerintah perlu mendorong pengembangan tanaman jagung baik yang biasa maupun hibrida serta tanaman lainnya agar pasokan bahan baku ke pabrik etanol bisa kontinu, sehingga inves-tasi di bidang ini akan semakin berkembang. Saat ini saja sudah ada 11 investor yang siap membangun pabrik bioetanol dan biodiesel di Indonesia dengan kapasitas 50.000 kiloliter hingga 150.000 kiloliter per tahun, dimana investasi setiap pabrik sekitar Rp300 miliar. Investor tentunya membutuhkan kepastian dan kelangsungan pasokan bahan baku, sehingga program pengembangan energi alternatif bisa berjalan sesuai harapan

D. MINYAK KELAPA SAWIT Potensi biomassa dari produk samping sawit sebagai sumber energi terbarukan mulai dikembangkan di beberapa negera produsen sawit utama. Malaysia sebagai salah satu negera produsen CPO utama telah mengembangkan teknologi produksi biogas dari POME. Dari sisi teknologi Malaysia lebih maju daripada Indonesia dalam mengembangkan teknologi ini. Sejak tahun 2001 Malaysia melaksanakan program pengembangan energi terbarukan yang disebut dengan Small Renewable Energy Programe (SREP) (Yeoh, 2004). Salah satu energi terbarukan yang dikembangkan dalam program ini adalah pengembangan biogas dari POME (Ma et al, 2003). Saat ini mereka telah berhasil mengembangkan bioreaktor untuk produksi biogas dari POME. Bumibiopower (Pantai Remis) Sdn. Bhd. adalah salah satu perusahaan di Malaysia yang melaksanakan proyek untuk mengembangkan pabrik produksi biogas dari POME (Mitsubishi Securities, 2004). Pabrik ini direncanakan akan mengolah POME dari salah satu pabrik kelapa sawit yaitu Pantai Remis Paml Oil Mill. Biogas yang dihasilkan juga akan digunakan untuk generator listrik dengan kapasitas 1 MW 1.5 MW.

COGEN bekerjasama dengan ASEAN melaksanakan proyek pengembangan energi terbarukan dari limbah biomassa sebanyak 8 proyek ( 3 proyek di Thailand, 3 proyek di Malaysia, dan 2 proyek di Singapura). Proyek ini memanfaatkan limbah biomassa, salah satunya adalah TKKS, sebagai bahan bakar generator listrik. Proyek pemanfaatan TKKS sebagai bahan bakar listrik dilaksanakan oleh TSH Bio Energy Sdn Bhn di Sabah, Malaysia. Kapasitas listrik yang dihasilkan adalah sebesar 14 MW (Lacrosse, 2004). Pengembangan produk samping sawit sebagai sumber energi terbarukan masih tertinggal dibandingkan negera-negara lain. Menurut Abdullah (2004) dari total potensi biomassa (TKKS termasuk di dalamnya) sebesar 178 MWe baru sekitar 0.36% yang dimanfaatkan. Melalui Kep.Men. No. 1122 K/30/MEM/2002 tentang Distribusi Pembangkit Listrik Skala Kecil, Indonesia mulai mengembangkan energi terbarukan. Tahun 2005 Indonesia mendapatkan bantuan sebesar $ US 500.000 dollar dari ADB (Bank Pembangunan Asia) untuk mengembangkan energi terbarukan dari limbah cair kelapa sawit (Kompas, 27 Desember 2004).

ENERGI ALTERNATIF YANG TERDAPAT PADA JANGUNG, SINGKONG, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUAH JARAK

Disusun oleh : Elvan tirta

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2012

Anda mungkin juga menyukai