I. SKIZOFRENIA I.1 Defenisi Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan perilaku. Prevalensi seumur hidup sekitar 1%. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Puncak usia dari onset penyakit ini antara 15 dan 35 tahun. Onset sebelum usia 10 tahun atau setelah 45 tahun adalah jarang.
Skizofrenia secara definisi merupakan suatu gangguan yang harus terjadi sedikitnya 6 bulan atau lebih, termasuk sedikitnya selama 1 bulan mengalami waham, halusinasi, pembicaraan yang kacau, perilaku kacau atau katatonik atau simtom-simtom negatif. Meskipun tidak dikenali secara formal sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Skizofrenia, sejumlah studi mengsubkategorikan gejala-gejala penyakit ini ke dalam 5 dimensi, yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom kognitif, simtom agresif/permusuhan, dan simtom depresif/cemas.
Simtom positif tampaknya merefleksikan suatu ketidaksesuaian dengan fungsi-fungsi yang normal dan secara tipikal meliputi waham dan halusinasi, ini termasuk bahasa dan komunikasi yang mengalami distorsi atau berlebih-lebihan (pembicaraan yang kacau) dan juga dalam memonitor perilaku (perilaku yang kacau atau katatonik atau teragitasi). Simtom negatif terdiri dari sedikitnya 5 gejala yaitu pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia, dan hendaya dalam atensi. Simtom kognitif mungkin gambarannya dapat bertumpang tindih dengan simtom negatif. Gejala ini secara spesifik termasuk gangguan pikiran dari Skizofrenia dan kadang-kadang penggunaan bahasa yang aneh termasuk inkoherensia, asosiasi yang longgar, dan neologisme. Hendaya dalam atensi dan memproses informasi adalah hendaya kognitif spesifik lainnya yang dihubungkan dengan Skizofrenia. Simtom agresif dan permusuhan bisa bertumpang tindih dengan simtom positif tetapi secara spesifik menekankan pada masalah mengontrol impuls. Simtom ini meliputi permusuhan yang jelas, seperti perlakuan yang kasar baik secara verbal atau fisik ataupun sampai melakukan penyerangan.
Gangguan Atensi Pada Skizofrenia 1
Beberapa simtom juga termasuk seperti perilaku melukai diri sendiri, bunuh diri, membakar rumah dengan sengaja atau merusakkan milik orang lain. Tipe lain dari ketidakmampuan mengontrol impuls seperti sexual acting out, juga termasuk kedalam kategori simtom agresif dan permusuhan. Simtom depresif dan cemas sering dihubungkan dengan Skizofrenia, tetapi adanya simtom ini bukan berarti memenuhi kriteria diagnostik untuk komorbid dengan gangguan ansietas atau gangguan afektif.
I.2 Gejala Klinis Skizofrenia Gambaran gangguan jiwa Skizofrenia beraneka ragam dari mulai gangguan pada alam pikir, perasaan dan prilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar. Sebelum seseorang sakit, pada umumnya penderita sudah mempunyai cirri-ciri kepribadian tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit (kepribadian pramorbid) seringkali digambarkan sebagai orang yang mudah curiga, pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik diri dan menyendiri serta eksentrik (aneh). Cirri atau tipe kepribadian tersebut dapat menjadi gangguan kepribadian (personality disorder) apabila seseorang tidak fleksibel dan sulit untuk menyesuiakan diri dengan lingkungan hidupnya sehingga mengakibatkan Hendayana (kendala/hambatan) atau impairment di dalam fungsi kehidupannya sehari-hari.
Pada umumnya gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok berikut:
1. Gejala-gejala Positif Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. Yang termasuk dalam gejala ini antara lain adalah halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif).
2. Gejala-gejala Negatif Gejala-gejala ini disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Yang termasuk dalam gejala-gejala ini antara lain adalah kurang atau tidak mampu menampakkan / mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-
kegiatan yang disenangi, kurangnya kemampuan bicara (alogia) dan gangguan atensi penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Dalam peraktek, gejala positif Skizofrenia baru muncul pada episode akut. Sedangkan pada stadium kronis gejala negative Skizofrenia lebih menonjol. Namun tidak jarang baik gejala positif maupun gejala negative saling berbaur tergantung pada stadium penyakitnya. Oleh sebab itu maka gangguan atensi pada Skizofrenia merupakan salah satu gejala klinis Skizofrenia yang masuk dalam gejala negatif Skizofrenia.
I.3 Pedoman Diagnostik Skizofrenia (PPDGJ-III) Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya ; dan thought broadcasting = isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
(b) -
kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of influence = waham tentang dirinya dipegaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya atau pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar ; atau delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
(c) halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien. mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau polotik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dangan mahluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) halusinansi yang menentap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan aktif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hariselama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. (f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. (g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, fleksebilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor. (h) gejala-gejala negatif, seperti sikap apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung sekurang-kurangnya selama kurun waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
II. ATENSI II.1 Defenisi Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan atensi pada suatu aktifitas, kemampuan untuk berkonsentrasi
II.2 Konsep Dasar Atensi Atensi dapat diartikan sebagai pemusatan tenaga pisikis yang tertuju pada suatu objek. Atensi berkaitan dengan kesadaran (awareness) dan ingatan (memory). Atensi juga sering disebut dengan konsentrasi yang dapat dibedakan menjadi bermacam-macam :
1. Berdasarkan intensitasnya Yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas atau pengalaman batin, maka atensi dibedakan menjadi : atensi intensif dan atensi tidak intensif. Makin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktifitas atau pengalaman batin atensi tersebut semakin intensif. Berkaitan dengan ini juga, tidak mungkin melakukuan dua aktifitas yang kedua-duanya disertai dengan atensi yang intensif.
2. Berdasarkan cara munculnya Atensi dapat dibedakan menjadi atensi spontan (tak sekehendak atau sengaja) dan atensi sekehendak (atensi disengaja / atensi reflektif). Dalam kenyataannya,
Gangguan Atensi Pada Skizofrenia 5
seringkali atensi spontan cenderung berlangsung lebuh lama dan intensif di bandingkan dengan atensi yang sekehendak. Contoh atensi spontan : melihat kunang-kunang di malam hari. Contoh refleks : kaget mendengar suara keras.
3. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai atensi atensi dapat dibedakan menjadi atensi terpancar (distributive) dan atensi memusat (konsentrative). Contoh atensi terpancar : sopir bus malam yang mengemudikan bus sambil mendengarkan music dan berbincang dengan kernet di sebelahnya ; seorang mahasiswa mendengarkan dosen memberi kuliayah sambil membaca sms, menjawab sms, dan ngobrol dengan teman sebelahnya. Contoh atensi memusat : tukang respirasi jam yang tekun memperbaiki arloji ; dua orang bermain catur ; mahasiswa mengerjakan soal ujian.
Dalam kehidupan manusia, ada hal-hal tertentu yang secara alamiah menarik atensi seseorang. Bila dilihat dari objeknya hal-hal yang menarik atensi tersebut diantaranya adalah hal-hal yang keluar dari konteksnya atau yang lain dari yang lain. Misalnya cara berpakaian yang aneh, iklan surat kabar yang terbalik, sesuatu yang baru. Intensitas datangnya rangsangan sangat kuat, misalnya bunyi yang keras, cahaya yang menyilaukan.
Sedangkan dilihat dari subjeknya, hal-hal yang menarik atensi diantaranya adalah halhal yang berhubungan dengan kebutuhan seseorang, memenuhi minat, hobi, kegemaran, terkait dengan keahlian-pekerjaan atau profesinya.
Jadi atensi berhubungan dengan kesadaran, pengindraan, objek, suasana, kebutuhan, minat, profesi dan sebagainya. Agar proses atensi dapat berlangsung dengan baik, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu :
1. Semua rangsangan yang tidak termasuk objek atensi harus disingkirkan. Jiwa harus dibatasi atau kesadaran harus dipersempit (inhibisi).
2. Objek atensi harus berhubungan dengan subjek yang melakukan atensi (apersepsi).
3. Alat-alat penerima rangsangan harus berfungsi dengan baik. Harus ada adaptasi, yaitu penyesuaian dengan objek (adaptasi).
Salah satu sifat persepsi ialah sifat selektif. Seseorang dihadapkan pada beribu-ribu rangsang.dari rangsangan-rangsangan tersebut seseorang harus memilih satu, yang terhadapnya akan diberikan atensi atau diberikan jawaban dengan tepat dan koheren. Dalam kenyataa, hanya sejumlah kecil kejadian-kejadian yang dapat diperhatikan. Kejadian yang secara jelas ada dalam pengalaman terletak dalam fokus atensi, sedangkan yang tidak begitu jelas ada di pinggir atensi.
Dalam keadaan wajar, atensi hadir dalam intensitas yang cukup kuat dan terkendali, serta berlangsung dalam durasi yang lama atau sebentar tergantung pada kehendak. Dalam keadaan abnormal, sifatnya bias lebih lemah dan kuat.
Pada orang yang atensi nya lemah, disebut vigilitasnya tinggi. Vigilitas adalah mudah-tidaknya atensi dialihkan. Semakin mudah teralihkan berarti vigilitasnya semakin tinggi.
Sedangkan pada orang yang tidak sanggup memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama disebut memiliki tenasitasnya rendah. Tenasitas adalah kesanggupan untuk mengarahkan atensi terhadap suatu masalah atau objek dalam jangka waktu yang relatif lama.
Lawan dari atensi adalah nanar. Bentuknya dapat kekurangan tenasitas disertai dengan hipervigilitas dan hipertenasitas yang disertai dengan hipovigilitas.
II.3 Jenis-jenis Gangguan Atensi Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan atensi pada suatu aktifitas, kemampuan untuk berkonsentrasi. Gangguan atensi dapat dibedakan menjadi beberpa jenis, yaitu :
1. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan atensi ; penariakn atensi pada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
3. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delisional atau paranoid.
4. Keadaan tak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada hypnosis, gangguan disosiatif dan pengalaman religious yang luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, I.H, Sadock, J.B, Grebb, A.J. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, 7th Ed, Jakarta : Binapura Aksara. 2010 2. Baihaqi MIF, Sunardi, Rinalti Akhlan RN.Psikiatri : Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan.Bandung : PT Refika Aditama. 2005 3. Hawari Dadang H. Skizofrenia : Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2001 4. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance PSIKIATRI, 4th Ed. Jakarta : Erlangga.2012 5. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri, 2th Ed. Jakarta : EGC.2011 6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.2001 7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28008/4/Chapter%20II.pdf [diakses tanggal 17 Desember 2012] 8. Gejala Skizofrenia http://www.vdshared.com/kesehatan/34-dunia.../110-gejala-skizofrenia.pdf [diakses tanggal 17 Desember 2012] 9. Attention Deficits in Schizophrenia: http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/1998Neuropsych414-425.pdf [diakses tanggal 17 Desember 2012]
LAMPIRAN
10