Anda di halaman 1dari 3

Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus, merupakan penyakit infeksi akut oleh

kuman Salmonela typhi yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit demam tifoid ini masih banyak dijumpai di negara berkembang seperti di beberapa negara Asia Tenggara dan Afrika, terutama di daerah yang kebersihan dan kesehatan lingkungannya kurang memadai. Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang terdapat sepanjang tahun) dan menduduki peringkat kedua setelah diare. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.

Penyebab demam tifoid


Kuman salmonela masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik pada waktu memasak atau pun melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih. Bersama makanan itu, kuman salmonela akan diserap oleh usus halus dan menyebar ke semua alat tubuh terutama hati dan limpa, sehingga membengkak dan nyeri. Kuman ini akan meneruskan perjalannya masuk peredaran darah dan masuk ke dalam kelenjar limfe, terutama di usus halus. di dalam dinding usus ini Salmonela membuat luka atau bahasa medisnya tukak berbentuk lonjong. Tukak tersebut suatu saat dapat menimbulkan perdarahan atau robekan sehingga terjadi penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Kalau sudah parah maka perlu tindakan operasi untuk mengobatinya. Tak jarang hal ini dapat menimbulkan kematian. Selain itu, kuman salmonela yang masuk ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun) yang akan menimbulkan gejala demam pada penderita.

Gejala Klinis demam tifoid


Gejala klinis demam tifoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga yang berat. Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada anak-anak. Kuman yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan gejala. Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih cepat bila kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman. Gejala-gejalanya:

Gejalanya diawali dengan perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, tidak nafsu makan, kemudian akan menyusul demam. Demam yang timbul biasanya akan lebih tinggi pada sore dan malam dibanding pada pagi atau siang hari. Sekalipun begitu, pada minggu kedua, demam akan terus menerus tinggi. Pada saat ini, lidah sering terlihat kotor dan mulut berbau serta bibir pecah-pecah.

Gejala yang lain adalah tidak dapat buang air besar. Namun, pada anak lebih sering disertai diare. Anak pun sering mengeluh nyeri pada perut, karena pembengkakan hati dan limpa. Pada anak yang lebih besar, serangan ini sering menyebabkan menurunnya kesadaran, disertai mengigau. Bila tidak mendapat obat secepatnya, maka dapat timbul komplikasi seperti buang air besar berdarah. Penyebaran infeksi ke dalam rongga perut atau pun kesadaran yang makin lama makin menurun sehingga dapat menimbulkan kematian.

Untuk memastikan diagnosa penyakit ini, maka bila seorang anak yang diduga menderita demam tifoid, dokter akan meminta pemeriksaan darah si anak. Hal ini dilakukan karena ada beberapa penyakit infeksi lain yang gejala klinisnya murip dengan demam tifoid, misalnya malaria, demam berdarah atau tuberkilosis.

Penanganan

Penderita demam tifoid dianjurkan istirahat di tempat tidur. Selain itu, dianjurkan diisolasi untuk menghindari penularan kepada orang lain. Bila hal ini tidak dapat dilakukan di rumah, maka dokter akan menyarankan agar penderita dirawat di rumah sakit. Perawatan yang baik diperlukan untuk mencegah komplikasi. Untuk itu penderita perlu beristirahat selama masih ada demam, sampai kurang lebih dua minggu setelah suhu badan normal kembali. Apalagi, penderita demam tifoid ini lemah dan tidak mau makan, sehingga jumlah cairan dan kalori yang masuk pun harus diperhatikan. Makanan untuk penderita ini harus mengandung cukup cairan, kalori dan protein. Bahan makanannya disarankan tidak banyak mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu perlu diberikan dua kali sehari. Bila anak mulai sadar dan nafsu makannya mulai membaik, dapat diberikian makanan lunak. Selain itu, kepada penderita juga diberikan obat-obatan yang harus diminum atau disuntikkan, tergantung pada keadaan penyakitnya.Seandainya penderita datang terlambat dan telah terjadi komplikasi, maka perlu tindakan perawatan yang lebih lama dan lebih cermat. Demam tifoid akan menyerang anak biasanya ringan, namun bila tidak segera diobati dapat menjadi berat. Penyakit ini menjadi berat bila ditemukan demam yang menerus tinggi, kesadaran yang sangat menurun, terjadi kekurangan cairan tubuh, keadaan gizi yang buruk, atau bila terdapat komplikasi lain.

Pencegahan

Penularan demam tifoid, dapat dihindarkan dengan menjaga kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan lewat kebiasaan sehari-hari. Misalnya saja, dengan mengurangi kebiasaan jajan. Oleh karena kuman salmonela typhi akan mati bila dipanaskan pada suhu 50 derajat celcius selama 15 menit, maka sebaiknya dibiasakan memasak air minum hingga mendidih selama 10-15 menit. Perlu diperhatikan, kuman ini dapat tahan selama beberapa minggu dalam es.

Kebiasaan-kebiasaan lain yang perlu diperhatikan, adalah mencuci bahan makanan yang akan dimasak dengan baik, membiasakan mencuci tangan sebelum masak, sebelum makan, atau sebelum menyuapi anak. Yang perlu diwaspadai adalah tidak jarang orang dewasa yang mengidap salmonela di dalam tinjanya, ternyata tidak menderita sakit. Orang seperti ini dapat menjadi sumber penularan. Oleh karena itu, usaha menjaga kesehatan lingkungan amat perlu diperhatikan. Misalnya saja, dengan membakar sampah dapur sehingga tidak dihinggapi lalat, membuat jamban keluarga, atau membuat sumur tidak terlalu dekat dengan jamban, akan menurangi kemungkinan penularan dan penyebaran penyakit ini. Bila di rumah Anda terdapat penderita yang diduga sakit demam tifoid, selain berbagai cara perawatan seperti tersebut di atas, perlu pula diperhatikan cara pembuangan tinja penderita. Tinja harus dibuang pada tempatnya, untuk menghindari penularan kepada anggota keluarga yang lain. Pencegahan dengan suntikan imunisasi tipa (imunisasi untuk mencegah penyakit tifus dan para tifus) yang masih banyak dipakai saat ini, dapat memberikan kekebalan secara aktif selama kira-kira 3 bulan. Akhir-akhir ini sedang dikembangkan imunisasi dengan cara oral (diminum) khusus untuk mencegah penyakit demam tifoid, namun sampai saat ini belum dipasarkan. Imunisasi cara oral ini diharapkan akan lebih mudah diberikan pada anak

Anda mungkin juga menyukai