Anda di halaman 1dari 4

PR PRE- TEST KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT PERIODE 3 JUNI- 6 JULI 2013 (HENRY, SYAFIQAH NAJWA, RUHAIZI,

SHAKILLA, FASIHAH)

1. Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan fisik rutin tenggorok? Oral hygiene Mucosa bucogingiva (warna, ulkus) Gigi Karies/radiks Lidah : Warna, Bentuk ,gerakan, parese, deviasi, massa Palatum mole : Simetris/tidak, Warna, Edema, Bercak/eksudat, pelekatan Arkus faring : Simetris/tidak, Warna, Edema, Bercak/eksudat, pelekatan Dinding Faring : Warna, Permukaan, Granul, Pseudomembran, Abses, Ulkus, post nasal drip Tonsil : Ukuran ,Warna, Permukaan, kripti Melebar/tidak, Detritus, Ulkus, Abses Uvula : Warna, berada digaris median/tidak, Ulkus 2. Pemeriksaan laring tidak langsung 1. Pasien duduk lurus tegak agak condong ke depan dengan leher agak fleksi. 2. Kaca laring dihangatkan dengan api lampu spiritus agar tidak terjadi kondensasi uap air pada kaca waktu dimasukkan ke dalam mulut. 3. Sebelum dimasukkan ke dalam mulut kaca yang sudah dihangatkan, dicoba dulu pada punggung kulit tangan kiri apakah tidak terlalu panas. 4. Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh mungkin. 5. Lidah dipegang dengan tangan kiri memakai kain kassa dan ditarik keluar dengan hati-hati sehingga pangkal lidah tidak menghalangi pandangan ke arah laring. 6. Kemudian kaca laring dimasukkan ke dalam mulut dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada uvula dan palatum mole. 7. Melalui kaca dapat terlihat hipofaring dan laring. 8. Bila laring belum terlihat jelas penarikan lidah dapat ditambah sehingga pangkal lidah lebih ke depan dan epiglottis lebih terangkat. 3. Sebutkan apa saja yang diperiksa pada laringoskopi tidak langsung. a. Epiglotis dan pinggirnya : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor b. Aritenoid kiri dan kana : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor c. Plika ari-epiglotika kiri dan kanan : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor

d. Sinus piriformis kiri dan kanan : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor e. Dinding posterior dan dinding lateral faring : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor f. Plika ventrikularis kiri dan kanan : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor g. Komisura anterior dan posterior : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor h. Korda vokalis kiri dan kanan : Radang (hiperemis atau tidak), Ulkus, Udem, Cairan, Tumor, Nodul, Polip Perhatikan gerakan dari korda vokalis kiri dan kanan normal, simetris, tidak bergerak (parese) unilateral atau bilateral. 4. Penyakit yang sering ditemukan pada tenggorok. Infeksi : i. Faringitis : akut dan kronis ii. Tonsillitis : akut dan kronis iii. Abses : peritonsil, retrofiring, parafaring, submandibular iv. Laryngitis : akut, kronis, kronis spesifik, tuberculosis, Tumor: i. jinak : papilloma laring, adenoma laring, ii. ganas : karsinoma nasofaring, karsinoma laring Kongenital: i. Laringomalasi, laryngral web, kista kongenital, Lesi : lesi jinak laring seperti nodul pita suara, polip pita suara, kista pita suara 5. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tonsilitis. Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara, tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama anak. Patofisiologi Staphilococcus, Streptococcus nonhemolitik, Lactobacillus, Bacteroides, Actinomyces merupakan bakteri aerob dan anaerob yang sering ditemukan di daerah orofaring dan cincin Waldeyer. Bakteri-bakteri ini merupakan flora normal yang juga dapat menyebabkan infeksi pada cincin waldeyer. Infeksi nakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Secara klinis detritus mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning di tonsil.

Perbedaan strain dan virulensi dari penyebab tonsillitis dapat menimbulkan variasi dalam fase patologi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Peradangan daerah tonsil Pembentukan eksudat Selulitis pada tonsil dan daerah sekitar Pembentukan abses peritonsilar Nekrosis jaringan.

Tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut sebagai tonsillitis folikularis. Bila bercak-bercak ini menjadi satu, membentuk alur disebut sebagai tonsillitis lakunaris.

Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu menelan, sehingga pasien mungkin menolak untuk makan dan minum. Biasanya disertai dengan demam dengan suhu tubuh yang tinggi, nyeri sendi, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. Pada pemeriksaan, ditemukan tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus atau dapat tertutup oleh membran semu.

Indikasi tonsilektomi 1. Indikasi tonsilektomi a. Penyakit infeksi i. Tonsillitis akut, rekuren, dengan lebih dari 6-7 episode dalam 1 tahun, 5 episode setahun dalam 2 tahun, atau 3 episode setahun dalam waktu 3 tahun. ii. Tonsillitis akut, rekuren, dengan kejang demam rekuren, atau penyakit katup jantung. iii. Tonsillitis kronik, tidak resposif terhadap terapi iv. Abses peritonsil dengan riwayat infeksi tonsil.

b. Penyakit obstruktif i. Tidur mendengkur (ngorok) dengan nafas berbau ii. Obstructive sleep apnea atau gangguan tidur iii. Hipertofi adenotonsil dengan disfagia atau kelainan berbicara iv. Hipertrofi adenotonsil dengan tumor craniofasial v. Mononucleosis dengan hipertrofi tonsil obstruktif, tanpa perbaikan dengan pemberian steroid.

c. Lain-lain i. Pertumbuhan tidak simetris atau lesi tonsil dengan kecurigaan neoplasma. 2. Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery, 1995 a. Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat. b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. c. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale. d. Rhinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil dengan pengobatan. e. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus B hemoliticus. f. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan. g. Otitis media efusa/ otitis media supuratif. 3. Kontraindikasi tonsilektomi a. Infeksi pernafasan bagian atas yang berulang b. Infeksi sistemik yang kronik c. Demam yang tidak diketahui penyebab d. Pembesaran tonsil tanpa tanda-tanda obstruksi e. Rhinitis alergi f. Asma

Anda mungkin juga menyukai