Anda di halaman 1dari 49

I.

GAS DAN KINETIKA GAS






1. Pendahuluan
Bentuk zat :
- padat
- cair
- gas
Dalam keadaan padat,
- molekul-molekul bergetar pada suatu
keadaan kesetimbangan tertentu
- praktis tidak berpindah tempat (gaya tarik
menarik yang kuat)
Dalam keadaan cair,
- molekul-molekul tidak bergetar pada suatu
keadaan kesetimbangan tertentu
- relatif bebas untuk bergerak ke segala arah
(gerakan dipengaruhi oleh molekul sekitar).
Dalam keadaan gas,
- jarak antara molekul-molekul cukup besar
- molekul-molekul bergerak secara bebas ke
segala arah dalam garis lurus
- kecepatan difusi paling besar
- dapat mengisi setiap ruangan yang
ditempatinya.
Keadaan dari suatu zat tunggal umumnya
digambarkan oleh 4 variabel:
massa
tekanan
volume
suhu
Hubungan antara besaran-besaran : persamaan
keadaan.
Persamaan keadaan untuk gas dapat diturunkan
dengan relatif mudah dari data eksperimen.
Pada tekanan rendah, secara pendekatan semua
gas memperlihatkan sifat-sifat yang sama (sifat-
sifat gas ideal)
Umumnya gas tidak bersifat ideal.
Perhitungan secara teliti hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan keadaan yang
rumit karena tiap gas mempunyai sifat yang khas.
2. Sifat-sifat Gas Ideal
Persamaan keadaan gas ideal
Robert Boyle (1663)
Dalam batas-batas penelitian, volume sejumlah
tertentu gas (V) berbanding terbalik dengan
tekanan (P) pada suhu tetap.
Secara matematik

) tetap T n, (
P
1
V
atau
P
1
k
V =
Persamaan ini dapat diubah menjadi
PV = k
1
(n, T tetap) (1)
k
1
= tetapan yang bergantung pada jumlah mol
gas dan suhu.
Persamaan (1) : hukum Boyle.
Aluran P terhadap V pada suhu tetap : isotermal
gas ideal
Gambar 1. Isotermal gas ideal
Charles (1787) dan Gay Lussac (1802)
Volume sejumlah tertentu gas berbanding lurus
dengan suhu pada tekanan tetap.
V T (n, P tetap)
atau
V = k
2
T (2)
k
2
= tetapan yang bergantung pada jumlah mol
dan tekanan
Aluran V vs T pada tekanan tetap disebut isobar
gas ideal
Gambar 2. Isobar gas ideal
T 0, V 0
Dari hukum Boyle dan Charles-Gay Lussac,
volume gas adalah fungsi dari n, P dan T
V = f (n, P, T) (3)
Persamaan ini dapat didiferensiasi
(4) dT
P n,
T
V
dP
T n,
P
V
dn
T P,
n
V
dV
|
|
|
.
|

\
|
|
|
|
.
|

\
|
|
|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
+
c
c
=
Pada P dan T tetap,
V n
V = k
3
n (P, T tetap)
) 5 (
n
V
3
k
T P,
n
V
= =
c
c
|
|
.
|

\
|
Menurut Hukum Boyle
tetap) T n, (
P
1
k
V =
) 6 (
P
V
T n,
P
V
=
c
c
|
|
.
|

\
|
Menurut hukum Charles-gay Lussac
V = k
2
T
) 7 (
T
V
2
k
P n,
T
V
= =
c
c
|
|
.
|

\
|
Substitusi pers (5), (6) dan (7) ke pers (4)
diperoleh
dT
T
V
dP
P
V
dn
n
V
dV + =
Bagi persamaan dengan V
T
dT
P
dP
n
dn
V
dV
+ =
Hasil integrasi
ln V = ln n ln P + ln T + ln R
ln R = tetapan integrasi
atau
P V = n R T (8)
Persamaan gas ideal
Hukum gas ideal tidak menggambarkan sifat-sifat
gas nyata secara eksak. Gas nyata hanya
memenuhi hukum ini untuk P 0
Harga R pada pers (8) dapat ditentukan dengan
mengingat bahwa satu mol gas ideal pada 0
o
C
dan 1 atm menempati volume 22,414 L.
1 - 1 -
K mol atm L 08206 , 0
K) 5 mol)(273,1 (1
L) (22,414 atm) (1
R = =
Hukum Dalton
Untuk campuran gas yang tidak bereaksi pada
suhu tetap, tekanan total dalam campuran =
jumlah tekanan parsial dari masing-masing
komponen.
P
t
= P
1
+ P
2
+ P
3
+ .........
atau
) 9 (
i
i
P
t
P

=
P
i
= tekanan parsial komponen i dalam campuran
gas
Jika tiap gas dalam campuran bersifat ideal
P
1
V = n
1
R T
P
2
V = n
2
R T
P
3
V = n
3
R T
(P
1
+ P
2
+ P
3
+ .....) V = (n
1
+ n
2
+ n
3
+ .......) R T

atau
P
t
V = n
t
R T

n
t
= jumlah total mol gas dalam campuran
Tekanan parsial, P
i

P
i
V = n
i
R T
P
t
V = n
t
R T

P
i
= X
i
P
t
(V, T tetap)

X
i
= fraksi mol komponen i dalam campuran gas
Hukum Amagat
Volume total gas dalam campuran pada suhu
tetap = jumlah volume parsial dari masing-masing
komponen.
V
t
= V
1
+ V
2
+ V
3
+ .........
atau
) 10 (
i
i
V
t
V

=
V
i
= tekanan parsial komponen i dalam campuran
gas
Jika tiap gas dalam campuran bersifat ideal
PV
1
= n
1
R T
PV
2
= n
2
R T
PV
3
= n
3
R T
P (V
1
+ V
2
+ V
3
+ .....) = (n
1
+ n
2
+ n
3
+ .......) R T

atau
P

V
t
= n
t
R T

n
t
= jumlah total mol gas dalam campuran
Tekanan parsial, P
i

P V
i
= n
i
R T
P V
i
= n
t
R T

V
i
= X
i
V
t
(P, T tetap)

X
i
= fraksi mol komponen i dalam campuran gas
Hukum Graham (1846)
Efusi : proses pengaliran gas melalui suatu
lubang kecil
Laju efusi berbanding terbalik dengan akar
rapat massa gas pada suhu dan tekanan tetap
Laju efusi relatif dari dua macam gas pada
suhu dan tekanan yang sama :

u
1
=
) tetap P T, (
1
2
2
1

u
u
=
Jika volume gas yang berefusi ke luar
sama
1
2
2
1
t
t
=
u
u
t
1
= waktu efusi gas 1
t
2
= waktu efusi gas 2
Rapat massa berbanding lurus dengan
massa molekul
sehingga
1
M
2
M
1
2
=

) tetap P T, (
1
M
M
t
t
2
1
2
2
1
= =
u
u
Persamaan ini dapat digunakan dalam
penentuan massa molekul gas jika massa
molekul gas lain diketahui
A. Penentuan Massa Molekul
3. Beberapa Penggunaan
Untuk gas atau uap yang dianggap ideal
P V = n R T
W = massa (gram)
M = massa molekul
T R
M
W
V P =
atau
P
T R
V
W
M =
P
T R
M =
Bila rapat massa udara kering adalah 1,146
g/L pada 27 oC dan 740 mm Hg, tentukan :
a) Massa molekul udara
b) Komposisi udara dengan menganggap
bahwa udara kering hanya mengandung N
2

dan O
2

Jawab 1:
Contoh 1:
Tekanan uap zat cair dapat ditentukan dengan
cara mengalirkan suatu gas tertentu ke
dalamnya kemudian campuran gas dan uap
dianalisis komposisinya
B. PenentuanTekanan Uap Zat Cair
Contoh 2:
Tentukan tekanan uap merkuri pada 23
o
C jika
50,4 g campuran N
2
dan uap Hg pada 745
mm Hg mengandung 0,702 mg Hg.
Jawab 2:
Teknik ini digunakan untuk memisahkan
isotop
235
U dan isotop
238
U dalam pembuatan
bom atom. Uranium diubah menjadi UF
6
(zat
padat yang mudah menguap. Gas UF
6

dialirkan melalui dinding berpori. 238
U
akan
berefusi ;ebih lambat karena massa
molekulnya lebih besar.
C. Pemisahan Dua Macam Gas
Berdasarkan Perbedaan Kecepatan
Efusi
235) - (U M
238) - (U M
) 238 U (
) 235 U (
=

u
u
4. Konsep Faktor Daya Mampat
Gas ideal :
1
T R n
V P
=
Gambar 3. Variasi P V/n R T dengan
tekanan untuk beberapa gas pada 0
o
C
Gas H
2
, CH
4
, NH
3
, dan C
2
H
4
menyimpang dari
keadaan ideal, terutama pada tekanan tinggi
Untuk menyatakan besarnya penyimpangan,
faktor daya mampat (Z) digunakan
T R n
V P
= Z
Untuk gas ideal, Z = 1
Untuk gas nyata, Z = 1
Gambar 3 mengungkapkan bahwa:
a) Jika tekanan diturunkan sampai
harga yang sangat rendah, Z 1
Untuk semua gas, jika P 0, Z = 1
atau gas bersifat ideal
b) Kecuali pada H
2
, kenaikan tekanan dari P
= 0 mula-mula menyebabkan penurunan
harga Z sampai nilai minimum, kemudian
pada tekanan tinggi naik sampai mencapai
harga > 1
Penyimpangan terhadap keadaan ideal
disebabkan oleh:
- Faktor pertama yang berperanan pada
tekanan yang relatif rendah dan
menyabablan harga Z < 1 : pengaruh
gaya tarik antara molekul-molekul
- Faktor kedua yang berperanan pada
tekanan tinggi : gaya tolak menolak
karena pada tekanan tinggi kedudukan
molekul-molekul sangat berdekatan (Z>1)
c) Untuk gas H
2
(pada 0
o
C), Z > 1 pada
semua tekanan.
Penelitian menunjukkan bahwa pada
suhu cukup rendah (< 166
o
C), gas
H
2
juga memperlihatkan titik minimum
Untuk gas metana, pada suhu di bawah 640
K semua kurva Z P memperlihatkan nilai
minimum dan
0
0 P
dP
d
<
=
|
|
|
.
|

\
|
Z
Pada suhu > 640 K, Z > 1 pada semua
tekanan dan
0
0 P
dP
d
>
=
|
|
|
.
|

\
|
Z
Garis Z = 1 menyinggung kurva Z P pada
640 K dan P = 0,
0
0 P
dP
d
=
=
|
|
|
.
|

\
|
Z
Dan untuk rentang tekanan yang cukup
besar, harga Z tidak banyak berbeda dari 1,
sehingga gas dapat dianggap ideal.
Suhu ini disebut suhu Boyle
Isotermal gas nyata berbeda dari isotermal
gas ideal
Gambar 4. Isoterm gas CO
2

Pada suhu dan tekanan rendah, misalnya
pada A, CO
2
berada sebagai gas.
Jika volume diturunkan pada suhu tetap,
dekat titik A, tekanan gas naik kira-kira
sesuai dengan hukum Boyle.
Penyimpangan yang besar terjadi jika volume
dikurangi sampai mencapai titik B
Pada C (P ~ 60 atm), semua sifat ideal hilang,
tekanan tidak berubah (garis CDE)
Hanya sedikit di sebelah kiri C, cairan
terbentuk.
Penurunan volume dari C melalui D ke E,
jumlah cairan bertambah. Tekanan yang
berhubungan dengan garis CDE disebut
tekanan uap (cairan dan uap berada dalam
kesetimbangan). Pada E semua gas telah
mencair.
Pada suhu yang lebih tinggi, pola sama
kecuali titik C dan E menjadi lebih dekat
Pada 31,04
o
C, kedua titik berimpit. Di atas
31,04
o
C, CO
2
tidak dapat dicairkan
meskipun pada tekanan tinggi.
Titik ini disebut titik kritis. Suhu, tekanan dan
volume molar pada titik kritis disebut suhu
kritik (T
c
), tekanan kritis (p
c
) dan volume
molar kritis (V
c
)
P
c
, T
c
dan V
c
: tetapan kritis
Persamaan gas ideal tidak berlaku untuk
gas nyata
5. Persamaan van der Waals
Van der Waals (1893) melakukan koreksi
terhadap tekanan dan volume dalam
persamaan gas ideal.
Koreksi terhadap tekanan karena adanya
gaya tarik menarik antara molekul-molekul.
Gaya tarik menarik di bagian dalam gas
yang dialami suatu molekul oleh molekul di
sekitarnya saling meniadakan.
Pada molekul yang berada di dekat
dinding, ada gaya sisa yang mengarah ke
dalam.
Karena tekanan gas disebabkan oleh
tabrakan molekul-molekul pada dinding,
gaya sisa menyebabkan tekanan menjadi
kecil.
P = P
id
P
Menurut van der Waals
P = tekanan sebenarnya
P
id
= tekanan ideal
P = besarnya pengurangan tekanan
yang disebabkan oleh gaya tarik
menarik
P berbanding lurus dengan konsentrasi
molar pangkat dua (c
2
) dan karena c = n/V,
maka
2
V
n
P'
|
.
|

\
|

atau
2
V
n
a P'
|
.
|

\
|
=
van der Waals menganggap molekul
sebagai bola kaku, sehingga volume bebas
molekul untuk gerakan molekul : V - nb
Koreksi terhadap volume karena molekul
gas mempunyai volume
b = tetapan
V = volume wadah
Persamaan Keadaan van der Waals:
( ) T R n nb - V
V
a n
P
2
2
=
|
|
.
|

\
|
+
Tetapan-tetapan a dan b dapat ditentukan
dari data P, V, T atau dari tetapan kritis
a dan b bergantung pada suhu dan
tekanan
Tetapan van der Waals
Gas a, L
2
atm mol
-2
b, L mol
-1

He 0.0340 0.0234
H
2
0.244 0.0266
O
2
1.36 0.0318
CO
2
3.61 0.0429
H
2
O 5.72 0.0319
Hg 2.88 0.0055

Anda mungkin juga menyukai