Anda di halaman 1dari 8

MODEL KUANTITATIF DAN KUALITATIF TEKANAN POPULASI DAN POTENSI KEGUNAANNYA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH : AKHMAD YARNIE (C1A109034) MIRWAN NAWAWI (C1A109075)

PENDAHULUAN Saat ini tekanan istilah populasi telah digunakan secara lepas dan hal ini memiliki makna yang tidak jelas. Sebuah upaya dilakukan untuk menganalisa hal ini secara kuantitatif ( Soemarwoto, 1984 ). Lambang bilangan semacam itu memberikan harapan manfaat dalam rencana pembangunan. Makalah ini secara khusus membahas tekanan populasi pada masyarakat agrarian ( Petani ) dimana mereka pada pokoknya bekerja diladang, karena ladang merupakan sumber mata pencaharian utama. Pada masyarakat tersebut tekanan populasi telah diakui sebagai faktor utama dari penebangan hutan dan oleh karena itu merupakan penyebab utama dari erosi tanah dan genetika serta bahaya banjir.

DAFTAR ISI Pendahuluan ................................................................................................................. Daftar isi ................................................................................................................. 1 2

Pembahasan : Model Kuantitatif dan Kualitatif Tekanan Populasi dan Potensi Kegunaannya dalam pembangunan I. Model kualitatif ..................................................................................................... .................................................................................. ............................................... 3 4 5 6 7

II. Tekanan populasi Indonesia

III. Beberapa penerapan dalam rencana pembangunan

......................................................................................................................................... Daftar Pustaka : ..............................................................................................................

I.

MODEL KUALITATIF

Seperti contoh seorang petani memerlukan Z hektar / anggota keluarga untuk sebuah standard kehidupan yang ia anggap cukup layak, dengan adanya jenis sistem pertanian tertentu di wilayah tesebut. Nilai Z adalah sebuah fungsi dari standard penghidupan yang dirasa cukup ( H ), Iklim ( C ), tanah ( S ), input teknologi ( T ) dan kandungan gizi ( N ) dan nilai pasar dari hasil bumi ( M ). Maka z = g ( H, C, S, T, N, M ). Untuk rata rata kepemilikan tanah per orang di wilayah tersebut adalah : L = L ha Jika L < z para ptani memiliki kebutuhan yang tak terpenuhi, dan untuk mencapai penghidupan yang layak sehingga harus memperluas lahan mereka dengan sebuah faktor z / L. Perbandingan z merupakan suatu ukuran untuk tekanan populasi kasar diwilayah tersebut. Tekanan populasi akan benar-benar mengakibatkan perluasan lahan pertanian dan tergantung pada dua faktor utama yaitu secara berturut-turut ketersediaan lahan untuk pengolahan baru, misalnya lahan hutan dan pekerja selain sawah, yaitu dikota-kota. Oleh karena itu di daerah terpencil, yang terletak didekat hutan, kemungkinannya tinggi bahwa tekanan populasi akan menyebabkan penebangan hutan, sedangkan daerah-daerah terpencil yang memiliki komunikasi yang baik dengan kota, terutama migrasi perkotaan akan timbul. Maka, tekanan populasi dapat diimpikan sebagai sebuah kekuatan yang mengendalikan para petani untuk meningkatkan jumlah lahan dibawah pengolahan guna memenuhi semakin banyaknya permintaan dengan sebuah faktor yang sama dengan nilai tekanan populasi atau yang mendorong petani keluar dari lahan pertanian mereka untuk menemukan mata pencaharian di tempat lain, sehingga jumlah petani di wilayah tersebut akan berkurang sebesar factor yang sama dengan nilai kebalikan dari tekanan populasi. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan lahan, kekuatan ini dapat didefinisikan sebagai potensi tekanan populasi kasar. Ketika L / F = z, tekanan populasinya adalah 1. Dalam kondisi ini tidak ada masalah tekanan populasi. Walaupun tekanan secara sistematis bisa kurang dari 1, hal itu tidak berguna, karena ketika L > z para petani secara normal tidak akan mengurangi kepemilikan lahan mereka, kecuali ketika faktor lainnya menjadi terbatas, seperti ketersediaan tenaga kerja atau modal. II. TEKANAN POPULASI DI INDONESIA

Model ini digunakan untuk menghitung tekanan penduduk di Indonesia, para ahli demografi dan ahli ekonomi pertanian meneliti data statistik dengan lebih hati hati agar sampai pada angka angka yang lebih baik dan memperbaiki model tersebut. Sebagai hasil pembangunan sejak akhir tahun 1960-an telah banyak perbaikan dalam standard kehidupan penduduk akan tercapai. Akan tetapi sebelum tahun 1960-an perekonomian negara ini porak poranda, dan penduduk Indonesia sudah sangat banyak, beberapa orang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan ketika kriteria Sayogo ( 1978 ) tentang pendapatan yang sama dengan 320 kg beras / org / th digunakan.. GNP Indonesia pada tahun 1980 adalah sebesar US$ 430 ( Bank Dunia , 1982 ) atau sekitar Rp 268, 750. Dari sudut pandang ini tingkat H yang diterima masih sangat kecil, tetapi sesungguhnya akan menjadi peningkatan yang cukup besar untuk masyarakat miskin terpencil, jika hal ini dapat dicapai dalam proses pembangunan.

III. BEBERAPA PENERAPAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN Karena depertementalisasi pemerintah rencana pembangunan telah dilakukan secara sektoral. Perencanaan terpadu masih sangat sulit walaupun beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai tujuan ini. Tujuan umum dari pembangunan adalah untuk meningkatkan standard penghidupan penduduk dalam jangka panjang. Karena tekanan populasi memainkan peran penting dalam tercapainya kesinambungan sangat bijak untuk memasukkannya dalam perencanaan pembangunan sehingga tekanan populasi tidak akan meningkat atau bila perlu jadi berkurang. Jika kita berharap untuk dapat mencapai tingkat berakhir pada tahun 1989, sedangkan , f, r, dan L akan tetap konstan seperti yag di hitung pada tahun 1980 dan karena intensifikasi pertanian koefisien z akan berkurang dari 0,59 Ha / org menjadi 0,40 Ha / org , tekanan populasi pada tahun 1989 menjadi 2,87. Oleh karena itu pendapata petani akan meningkat, hal ini akan mengakibatkan tingkat tekanan populasi yang berbahaya dan sudah tinggi sejak dari awal. Anggaplah bahwa 75 % dari tekanan populasi ini akan mengakibatkan perluasan lahan pertanian. Karena sebagian besar, meski tidak semua, potensi lahan pertanian telah dibawah pengolahan, perluasan ini akan terjadi di lahan- lahan pinggiran, seperti sungai, dan tepi jurang dan hutan. Efeknya akan membahayakan. Sebagai gantinya tentu saja upaya dapat dilakukan untuk memperbesar dan mengurangi koefisien z untuk menghindari pengurangan drastik pada presentase petani. Contoh tersebut jelas menunjukkan perpaduan antara perencanaan pembangunan pertanian dengan non pertanian. Selanjutnya, rencana pertanian tidak akan dikonsentrasikan pada beras saja, seperti biasa yang dilakukan, tetapi hal ini juga akan mencari tanaman dan produk binatang lain yang berpotensi tinggi. Pencarian tersebut akan meliputi pertimbangan ekologi serta ekonomi. Karena dalam jalannya pembangunan wilayah-wilayah lahan pertanian yang luas diubah menjadi penggunaan selain pertanian, misalnya area industri, jalan raya dan daerah pemukiman, yang berarti bahwa L terus menerus berkurang, tekanan populasi juga harus meningkat sebagai akibat dari pembangunan. Pembangunan semacam itu tidak akan berlangsung terus. Untuk mengimbangi dampak ini harus ditambah dan nilai z, f, dan r harus dikurangi. Salah satu contohnya adalah penggunaan model dalam Penilaian Dampak Lingkungan yang pada dasarnya merupakan sebuah alat dalam perencanaan proyek. Dalam hal ini, alat ini digunakan sebagai model prediktif untuk konsekuensi dari sebuah proyek yang diusulkan, misalnya sebuah dam ( bendungan ). Daerah lahan pertanian yang akan dibanjiri akan ada dilembah sungai, yang biasanya subur, hal ini akan memperbesar koefisien z. Peningkatan ini dapat dihitung dari jenis penggunaan lahan pertanian dan jumlah ha masing-masing. Oleh karena itu seluruh efek dari dam bisa jadi adalah peningkatan tekanan populasi diwilayah proyek yang diusulkan. Efek ini dapat diredakan dengan membangun perikanan, khususnya system air mengalir dan jarring mengapung yang memiliki nilai z rendah, bersamaan dengan industri pariwisata dan manufakturisasi yang akan meningkatkan dan mengurangi f, keduanya dengan menggunakan sedikit tenaga listrik yang dibangkitkan oleh bendungan. Pembangunan perikanan di waduk akibatnya akan mengganti kerugian lahan pertanian karena banjir. Pelatihan, ketentuan kredit dan pembangunan pasar akan meningkatkan pendapatan tambahan mereka dari aktivitas non pertanian dan untuk menjadi non petani. Maka dengan memperbesar dan menurunkan nilai z, f, dan r dengan intensifikasi program keluarga berencana, efek yang merugikan dari semakin tingginya tekanan populasi akan teratasi. Selanjutnya, dengan meningkatkan tingkat standard penghidupan untuk menghitung nilai z

diatas sebelum waktu pembangunan dam, rencana tersebut akibatnya akan ditujukan untuk membuat orang-orang didaerah proyek mendapatkan manfaat dari proyek bukan korban dari proyek tersebut. Model ini diusulkan dalam proyek pembangunan waduk Saguling di Jawa Barat ( Lembaga Ekologi,1982 ), dan sekarang sedang diterapkan.

Tabel 1.1 Daya Dukung Wilayah

1 No.

2 Tipe Pertanian

3 Daerah A 50

4 Luas (ha) Daerah B 701

6 7 8 9 Daya dukung wilayah z Daerah C (ha/orang) Daerah A Daerah B Daerah C 486 0,5 100 1402 972

1 Padi sawah Tanaman daerah 2 pegunungan (Tegalan) 2,1 Jagung 2,2 Ubi kayu 2,3 Ubi jalar 2,4 Kacang tanah 2,5 Kedelai Rata-rata 2.1 s/d 2.5 3 Murbei (Ulat sutera) 4 Perikanan air tawar dan air payau 5 Perikanan air deras 6 Perikanan jaring tepung 7 Bunga anggrek 8 Ayam petelur 9 Padi-padi 10 Padi-padi-ikan

100 39,3402 30,25 0 0 300 0 50 0 0 100 0 0

250 300 0 0 0 653 75

0 0 0 0 0 287 416

250

1,57 0,54 0,6 0,45 0,61 0,75 0,6 0,19 0,0004 0,0004 0,003 0,0025 0,3 0,24

63,694 72,852 50,417 0 0 500 0 125000 0 0 40000 0 0

159,236 555,556 0 0 0

0 0 0 0 0 382,66667 1088,3333 0 394,73684 2189,4737 0 0 0 0 0 0 100000 0 0 0 0 0

11 Padi-ikan-padi-ikan 12 Padi- (ketimun dan terong) Jumlah Penduduk Petani (Pertanian) Non-Petani (Non-Pertanian)

0 20,054 1500 900 45 11000 17000 70 10500 20000

0,18 0,23

0 87,19130 4 165874,2

0 0 195,6521 7 304,34783 103795,5 3848,488

DAFTAR PUSTAKA
Brannen, Julia. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Terj, Nuktaf Arfawie Kurde, Imam SafeI dan Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Editor. Malang: Kalimasahada Lili Rasjidi. 1991. Manajemen Riset Antardisiplin, editor. Bandung: Rosda Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya Mubyarto, Loekman Sutrisno dan Michael Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Studi Ekonomi dan Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Rajawali. Symon, Gillian & Catherine Cassell.1998. Qualitative Methods and Analysis in Organizational Research. A Practical Guide. New Delhi: Sage Weber, Max.1960. Sekte-sekte Protestan dan Semangat Kapitalisme dalam Taufik Abdullah, editor. 1979. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES. Myrdal, Gunnar. 1969. The political Element in the Development of Economic Theory. New York: Simon and Schuster. Smith, Adam. 1976. An Inquiry into tThe Wealth of Nations. Chicago: The University of Chicago. Capra, Fritjof. 2001. Tao of Physics.Menyingkap Paralisme Fisika Modern dan Mistisisme Timur. Terjemahan Pipit Maizer.Yogyakarta: Jalasutra. Capra, Fritjof. 2000 Titik Balik Peradaban Sains, masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan. Terjemahan M. Thoyibi. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Anda mungkin juga menyukai