Anda di halaman 1dari 20

ASKEP PADA KERATITIS

I.

Pengertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan pada epitel kornea. (Darling H Vera, 2000, hal 112). Keratitis didefinisikan sebagai peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. Etiologi Faktor penyebabnya antara lain: Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposurekeratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus. Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun. Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif. Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh : Bakteri Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas. Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium Reaksi hipersensifitas Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)

II.

III.

Tanda dan Gejala Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea. Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.

Fotofobia Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)

IV.

Macam-macam Ulkus Kornea Secara Detail Ulkus kornea dibagi dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral meliputi: a. Ulkus kornea oleh bakteri Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada factor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah : Streptokokok pneumonia Streptokokok alfa hemolitik Pseudomonas aeroginosa Klebaiella Pneumonia Spesies Moraksella Sedangkan dari ulkus kornea yang ada factor pencetusnya adalah bakteri pathogen opportunistic yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah : Stafilokokus epidermis Stafilokokus epidermidis Streptokokok Beta Hemolitik Proteus Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok. Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah Streptokok pneumonia (pneumokok) Streptokok viridians (streptokok alfa hemolitik) Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik) Streptokok faecalis (streptokok non hemolitik) Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokok viridians lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.

Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok : Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbentuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena aeksotosin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia. Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan Intra vena. Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus. Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresin, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : Gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara local, subkonjungtiva serta intra vena. Ulkus kornea oleh virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai oleh dalam bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

Ulkus kornea oleh jamur Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh : Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid.

Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik. 2. Ulkus Marginal Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topical akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman

lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokokus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. a) Ulkus cincin b) Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak terjadi infeksi adalah steroid saja. c) Ulkus Kataral Simplek Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanjut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin. d) Ulkus Mooren Merupakan kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif kearah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai. Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun. Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti. (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) V. Penatalaksanaan Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel. VI. Pemeriksaan Diagnostik a. Kartu mata/snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg c. Pemeriksaan oftalmoskopi d. Pemeriksaan darah lengkap, LED e. Pemeriksaan EKG f. Tes toleransi glukosa

VII. Proses Keperawatan Pengkajian a. a.Aktifitas/istirahat : perubahan aktifitas b.Neurosensori : penglihatan kabur, silau c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/ tekanan pada & sekitar mata d. Keamanan : takut, ansietas (Doenges, 2000) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan : 1. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat Intervensi : o Kaji derajat dan durasi gangguan visual o Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru o Jelaskan rutinitas perioperatif o Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu o Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien. 2. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : o Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil o Orientasikan pasien pada ruangan o Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan o Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma o Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata 3. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator Intervensi : o Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep o Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul o Kurangi tingkat pencahayaan o Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat 4. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : o Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter o Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat

o o

Evaluasi Ajari pasien

perlunya bantuan dan keluarga teknik

setelah panduan

pemulangan penglihatan

e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan Kriteria hasil : 1. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan 2. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat Intervensi: o Perkenalkan pasien dengan lingkungannya o Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan o Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas o Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas o Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya Kriteria hasil: 1. Pasien memahami instruksi pengobatan 2. Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan Intervensi: o Beritahu pasien tentang penyakitnya o Ajarkan perawatan diri selama sakit o Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga o Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan PATHWAYS 1. Kelainan pada 2. 3. 4. 5. Obat 1. 2. 3. 4. Hipersensitivitas bulu mata Trauma Kelainan Kelainan penurun dan sistem air mata kornea kornea sistemik imun Bakteri Virus Jamur

mekanisme

engertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112) B. Etiologi Faktor penyebabnya antara lain: - Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya - Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka - Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus. - Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun. - Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif. Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh : Bakteri Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas. Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium Reaksi hipersensifitas Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) C. Tanda dan Gejala - Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea. - Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion. Fotofobia Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112) D . MACAM-MACAM ULKUS KORNEA SECARA DETAIL Ulkus kornea dibagi dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral meliputi: a. Ulkus kornea oleh bakteri Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :

Streptokokok pneumonia Streptokokok alfa hemolitik Pseudomonas aeroginosa Klebaiella Pneumonia Spesies Moraksella Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah : Stafilokukkus epidermidis Streptokokok Beta Hemolitik Proteus Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah : Streptokok pneumonia (pneumokok) Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0 Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik) Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik) Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intra vena Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa

kontak yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus. Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena. b. Ulkus kornea oleh virus Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. c.Ulkus kornea oleh jamur Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh : - Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang - Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. - Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.

Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik. 2. Ulkus marginal Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. a. Ulkus cincin Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja. b. Ulkus kataral simplek Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan subu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin. c. Ulkus Mooren Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.

Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun. Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti. (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) E. Penatalaksanaan : Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel. F. Pemeriksaan Diagnostik : Kartu mata/snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15-20 mmHg Pemeriksaan oftalmoskopi Pemeriksaan darah lengkap, LED Pemeriksaan EKG Tes toleransi glukosa

G. Proses Keperawatan 1. Pengkajian a. aktifitas/istirahat: perubahan aktifitas b. neurosensori : penglihatan kabur, silau nyamanan, nyeri tiba-tiba/berat,

c. nyeri : ketidak menetap/tekanan pada dan sekitar mata d. keamanan (Doengoes, 2000) : takut, ansietas

2. diagnosa dan Intervensi Keperawatan

a. ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif pemberian obat Intervensi : - kaji derajat dan durasi gangguan visual - orientasikan pasien pada lingkungan yang baru - jelaskan rutinitas perioperaf - dorong untuk menjalankan hidup sehari-hari bila mampu

- Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien b. Risiko terhadap cederaa yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan intervensi : Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil Orientasikan pasien pada ruangan Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata

b. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator Intervensi : Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep Berikan kompres dingi sesuai permintaan untuk trauma tumpul Kurangi tingkat pencahayaan Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahay kuat

Dorong

penggunaan

kaca

mata

hitam

pada

cahaya

kuat

d. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : - Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter - Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan Kriteria hasil : a. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan b. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat Intervensi: Perkenalkan pasien dengan lingkungannya - Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan - Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya Kriteria hasil: a.Pasien memahami instruksi pengobatan b.Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan Intervensi: Beritahu pasien tentang penyakitnya Ajarkan perawatan diri selama sakit - Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga - Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA 1.Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998. 2.Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995. 3.Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta, 2000

sumber: http://teguhsubianto.blogspot.com

Deskripsi Interstisia lKeratitis kronis adalah peradangan nonulcerative lapisan tengah kornea (yaitu, pertengahan stroma) yang kadang-kadang dikaitkan dengan uveitis. Penyebabnya biasanya menular. Keratitis interstisial, manifestasi dari infeksi kornea tertentu. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak atau remaja sebagai komplikasi akhir kongenital sifilis. Pada akhirnya, kedua mata mungkin terjangkit. Gejala dan Tanda Ketakutan dipotret, rasa sakit, dan penglihatan kabur adalah gejala umum. Perawatan Keratitis dapat diatasi dengan pengobatan kondisi yang mendasarinya. Tambahan pengobatan lain berupa kortikosteroid, seperti prednisolone.
http://obat-penyakit.com/interstitial-keratitis.html

Keratitis Pungtat Superfisial


Posted on February 5, 2007 by Alhamsyah Blog

Keratitis pungtata superfisial yang disebut juga keratitis pungtata epitelial atau Thygesons disease merupakan salah satu tipe inflamasi atau peradangan pada kornea mata dengan hilangnya epitel kornea. Lesinya berupa pungtat yang terlihat seperti titik-titik meskipun dapat juga berupa dendritik dengan gambaran linear dan bercabang. Karakteristik dengan tidak adanya jaringan parut sisa dan jarang menyisakan gangguan penglihatan. Keadaan yang menyebabkan penyakit ini dapat berupa infeksi mata (virus, bakteri) maupun noninfeksi seperti:

Abnormalitas air mata Reaksi imun Denervasi Distrofi Light injury Trauma kimia ringan Lensa kontak Reaksi terhadap pengobatan sistemik, dll.

Pasien biasanya mengeluhkan adanya sensasi benda asing, fotofobia, dan air mata yang berlebih. Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Tidak ada terapi spesifik untuk keadaan ini, tergantung faktor penyebabnya. Penggunaan kortikosteroid topikal terbukti dapat mengurangi gejala.

Keratitis Ulserativa Perifer


DEFINISI
Keratitis Ulserativa Perifer adalah suatu peradangan dan ulserasi (pembentukan ulkus) pada kornea yang seringkali terjadi pada penderita penyakit jaringan ikat (misalnya artritis rematoid).

PENYEBAB
Keratitis ulserativa perifer bisa disebabkan oleh: Penyakit Artritis Lupus non-infeksi rematoid sistemik

eritematosus Sarkoidosis Rosasea Arteritis sel raksasa Penyakit peradangan saluran pencernaan Kelainan metabolisme Blefaritis Keratitis marginalis Pemakaian lensa kontak

- Cedera mata karena bahan kimia, trauma ataupu pembedahan Penyakit Tuberkulosis Sifilis Hepatitis Keratitis Disentri (karena virus, bakteri, jamur infeksi

basiler maupun

akantamuba).

Faktor resiko utama terjadinya penyakit ini adalah penyakit jaringan ikat dan penyakit pembuluh darah.

GEJALA
Terjadi gangguan penglihatan, peka terhadap cahaya ( fotofobia) dan penderita merasa ada benda asing di matanya. Gejala lainnya mata konjungtiva adalah: berair dan

peradangan

episklera.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata serta pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN
Pengobatan lokal bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kornea, sedangkan pengobatan sistemik diberikan untuk mengatasi penyebabnya. Untuk mengatasi penyebabnya, diberikan steroid sistemik dan obat penekan sistem

kekebalan (immunosupresan); obat peradangan mata Immunosupresan yang diberikan

tersebut juga efektif dalam mengontrol dan sistemik. biasanya adalah cyclophosphamide.

Jika diduga penyebabnya adalah penyakit infeksi, maka diberikan antibiotik. Beberapa teknik pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi keratitis ulserativa perifer: Perekat jaringan (misalnya lem sianoakrilat) digunakan pada ancaman perforasi dan perforasi yang berukuran kurang dari 1-2 mm. Prosedur tektonik, yaitu keratoplasti, keratoplasti penetrasi dan pencangkokan bercak korneoskleral.

Keratitis Pungtata Superfisialis


DEFINISI
Keratitis Pungtata Superfisialis permukaan kornea mati. adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada

PENYEBAB
Penyebabnya bisa berupa: Infeksi virus Infeksi bakteri Mata kering Sinar ultraviolet (sinar matahari, sinar lampu, sinar dari las listrik) Iritasi akibat pemakaian lensa kontak jangka panjang Iritasi atau alergi terhadap obat tetes mata Efek samping obat tertentu (misalnya vidarabin).

GEJALA
Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya ( fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur.

Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet, maka gejala-gejala biasanya munculnya agak lambat dan berlangsung selama 1-2 hari. Jika penyebabnya adalah virus, maka kelenjar getah bening di depan telinga akan membengkak dan nyeri bila ditekan. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih, gatal dan mengeluarkan kotoran.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah: Pemeriksaan ketajaman penglihatan Tes refraksi Tes air mata Pemeriksaa slit-lamp Respon refleks pupil Keratometri (pengukuran kornea) Pewarnaan fluoresensi kornea.

PENGOBATAN
Keratitis pungtata superfisialis biasanya berakhir dengan penyembuhan sempurna. Jika penyebabnya virus, tidak perlu diberikan pengobatan khusus dan penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu. Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah mata kering, diberikan salep dan air mata buatan. Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet atau lensa kontak, diberikan salep antibiotik dan obat untuk melebarkan pupil. Jika penyebabnya adalah reaksi terhadap obat-obatan, maka sebaiknya pemakaian obat dihentikan.

History Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan mata kiri silau untuk melihat. Mata kiri silau untuk melihat sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh matanya nrocos, mata merah, nyeri, dan penurunan penglihatan. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu berbarengan dengan matanya yang silau. Pasien mengalami sakit seperti ini yang berawal dari saat dia naik kendaraan motor, dan akhirnya matanya terasa gejala tersebut. Riwayat penyakit dahulu juga pernah sakit serupa. Riwayat penakit keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan vital sign keadaan umum baik, pemeriksaan status lokalis pada mata tampak kemerahan dengan injeksi kornea positif, injeksi konjungtiva positif, tampak sekret air mata berlebihan dan cair. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis OS Keratitis Terapi Diberikan tetes mata campuran antibiotik dan steroid berupa cendocitrol tiap 4jam sebanyak 2 tetes tiap kali dalam sehari pemberian selama 7 hari pada mata kiri, cendoliters tiap 6 jam 2 tetes pada mata kiri selama 7 hari dan pemberian NSAID berupa paracetamol tablet tiap 8 jam selama nyeri pada mata masih ada.

Anda mungkin juga menyukai