Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit ini telah lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik. Rheumatoid artritis lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1 (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Timbulnya kejadian rheumatoid arthritis sampai sekarang belum sepenuhya diketahui. Meskipun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur telah lama dicurigai, tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya. Penyebab rheumatoid arthritis merupakan masalah yang sangat aktif diteliti diseluruh dunia. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit rheumatoid arthritis dapat diwariskan secara genetik. Hal ini juga diduga infeksi tertentu atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada individu yang rentan (Shiel, 2010). Serangan rheumatoid arthritis sering terjadi

pada orang diantara umur 25 sampai 55 tahun. Penyakit ini memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

membuat kelemahan dan sangat menyakitkan diantara penyakit arthritis yang lain (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Walaupun arthritis bukan merupakan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit jantung, kanker, atau AIDS, namun arthritis adalah masalah kesehatan yang terjadi di mana-mana. Fakta statistik mengenai arthritis sangat mengejutkan yaitu 14,3 % dari populasi Amerika Serikat (Gordon, 2002). Data di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi dari rheumatoid arthritis adalah pada suku Amerika Indian dibanding dengan yang Non Indian. Lebih dari 36 juta penduduk Amerika menderita 1 dari 100 jenis artritis (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Di Indonesia sendiri diperkirakan kasus rheumatoid arthritis berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari jumlah penduduk Indonesia. Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Lebih lanjut awitan keadaan ini bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi (suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah

Universitas Sumatera Utara

berat). Bertambah beratnya gejala penyakit rheumatoid arthritis sehingga mengakibatkan terjadi perubahan aktivitas pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas merupakan suatu aksi energetik atau keadaan bergerak. Semua manusia yamg normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak. Kehilangan kemampuan dalam bergerak walaupun dalam waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien atau perawat. Orang yang menderita penyakit seperti rheumatoid arthritis mempunyai masalah dalam menjaga aktivitasnya (Priharjo Robert, 1993). Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatan berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas seharihari. Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum dan lain sebagainya. Disamping itu, kemampuan bergerak akan mempengaruhi harga diri seseorang. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskletal (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007). Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas kehidupan. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan fungsional seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon, 2002). Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti dari data rekam medik, pada tahun 2009 jumlah pasien yang menderita rheumatoid arthritis yang berobat

Universitas Sumatera Utara

ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah 24 orang. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari 3 orang pasien mengatakan bahwa mereka merasa terganggu aktivitasnya apabila nyeri rheumatoid arthritis kambuh. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola aktivitas sehari-hari pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat pendidik untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis dan mempersiapkan mahasiswa untuk menerapkannya dalam pemberian asuhan keperawatan. 1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai penambah bahan informasi dan wacana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan pengembangan penelitian tentang pola aktifitas pasien rheumatoid arthritis.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai