Anda di halaman 1dari 2

Korupsi Hambalang

Penyebabnya Korupsi Hambalang :


Proyek Hambalang mulai dipermasalahkan dikarenakan terjadinya pembengkakan biaya sekaligus perubahan konsep dari sekolah olah raga menjadi sport center. Semula untuk sekolah olah raga hanya dianggarkan sebesar Rp 125 miliar, namun akhirnya membengkak menjadi Rp 1,175 triliun, bahkan belakangan sampai Rp 2,5 triliun. Dari hasil investigasi yang dilakukan BPK, tingkat kerugian negara atas Proyek Hambalang tersebut sebesar Rp 243,9 miliar, yang diantaranya yaitu kerugian yang disebabkan perbedaan pembayaran uang muka sebesar Rp 116,9 miliar, kerugian karena mekanikal elektronik Rp 75,7 miliar, dan kerugian karena pekerjaan struktur sebesar Rp 51 miliar. Menpora Andi Mallarangeng diduga telah melakukan pembiaran korupsi. Dalam beberapa kali perbincangan saya dengan Jubir KPK Johan Budi, Hambalang memang masuk dalam kategori korupsi politik (political corruption). Dari yang diketahui, korupsi politik di negeri ini sudah tersusun rapi, semakin membusukkan dan merusak bangsa ini (Kata korupsi memang berasal dari kata berbaha Latin corrumpere yang berarti membusukkan atau merusak). Hambalang dianggap korupsi politik disebabkan oleh karena melibatkan para pembuat keputusan politik yang mempunyai kekuasaan membuat hukum, peraturan, dan kebijakan. Ini tidak akan pernah terjadi,

kalau tidak ada usulan atau propsal pembangunan untuk proyek-proyek itu dari Kemenpora dan persetujuan Badan Angaran DPR. Meski Hambalang merupakan korupsi politik, namun bukan berarti dunia olah raga kita steril dari korupsi. Kita pernah mendengar adanya dugaan korupsi pengelolaan dan penggunaan APBN dan APBD untuk sepak bola. Sayangnya ketiadaaan bukti material yang menjadi acuan utama bagi proses hukum, membuat kasus-kasus itu menguap di tengah jalan.

Analisis dari segi Hukum


Pemeriksaan hukum yang didasarkan atas hubungan peserta dengan tindak pidana yang dilakukan pelaku memungkinkan bahwa proses hokum terhadap peserta dapa mendahulu proses hokum terhadap pelaku, sepanjang ditemukan fakta bahwa tindak pidana terjadi dan peserta mempunyai hubungan dengan tindak pidana. Dalam kasus Wisma Atlet, misalnya, pemeriksaaan terhadap Aktor penting dapat dilakukan tanpa didahului dengan pemeriksaan Nazaruddin. Penyidikan dan persidangan dalam kasus Wisma Atlet cukup menjadi dasar bahwa penyidik telah menyimpulkan trjadinya tindak pidana. Pekerjaan yang tersisa bagi penyidik adalah membuktikan keterkaitan actor penting dengan tindak pidana tersebut. Untuk kasus Hambalang, tindak pidananya harus lebih dulu diperiksa pleh penyidik, Sebelum penyidikan menetapkan siapa saja yang berhubungan dengan kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai