Anda di halaman 1dari 67

PERLENGKAPAN FARMASI

Pendahuluan
Yang dimaksud dengan farmasetika dasar adalah salah satu bagian dari ilmu farmasi yang berkaitan dengan teknologi formulasi obat. Formulasi obat merupakan komposisi/formula suatu bentuk sediaan obat sekaligus teknik pembuatannya. Oleh sebab itu dalam membuat suatu formula atau bentuk sediaan obat sangat diperlukan pengetahuan tentang obat, bentuk sediaan obat, arti bobot maupun ukuran/takaran serta peralatan yang diperlukan.

A. Obat
Defenisi : obat adalah unsur/senyawa aktif, secara fisiologis digunakan untuk mendiagnosa, pencegahan, pengobatan serta penyembuhan penyakit baik pada manusia maupun pada hewan.

B. Bentuk Sediaan obat Adalah obat yang diformulasikan dengan penambahan bahanbahan pembantu atau bahan tambahan yang sesuai dengan bentuk sediaa yang akan dibuat. Contoh obat : Fenobarbital, penisilin, Codein, dll. Bentuk sediaan obat : Tablet, kapsul, Syrup, dll.

C. Bobot dan Ukuran (FARMAKOPE INDONESIA edisi IV, 1995)


Bobot dan ukuran yang digunakan di dalam Farmakope adalah istem metrik. Satuan bobot dan ukuran serta ingkatannya yang ering digunakan dalam Farmakope adalah sebagai berikut : Kg = Kilogram g = gram mg = Miligram

ugmkg ng pg Eq mEq mol mmol osmol mosmol Hz Khz Mev Kev

= Mikrogram = Nanogram = Pikogram = Gram Ekuivalen = Mill Ekuivalen = Gram molekul = Milimol = Osmol = Miliosmol = Hertz = Kilohertz = Mega Elektron Volt = Kilo Elektron Volt

Mv dl l ml ul m dm cm mm um nm

= Milivolt = Desiliter = liter = mililiter = mikroliter = meter = desimeter = centimeter = milimeter = mikrometer = nanometer

PERALATAN FARMASETIKA (Perlengkapan Farmasi)


1. Timbangan (balance) A. Timbangan biasa (bersifat Konvensional), ada 2 macam : 1. Timbangan miligram (miligram balance) digunakan untuk menimbang bahan obat < 1 gram 2. Timbangan gram (gram balance) digunakan untuk menimbang bahan obat mulai 1 gram

B. Timbangan Listrik (digital) Biasanya untuk menimbang tepat. Dari kedua jenis timbangan itu, sebelum dipakai biasanya dikalibrasi terhadap ketepatan timbangan. Pembacaan dengan timbangan biasa sedikit lebih lama dibandingkan timbangan listrik.

2. Alat Penakar yang dimaksud dengan alat penakar adalah alat-alat yang digunakan untuk menakar atau mengukur suatu bahan terutama bentuk cairan, antara lain :
Gelas tentukur, yang terdiri dari beberapa macam mulai dari volume 5 ml, 10 ml, 20 ml, 50 ml, 10 ml s/d 1 L Botol Volumetrik kapasitas mulai 5 ml s/d 1 L Beaker gelas : 50 ml s/d 2 L Erlenmeyer : 50 ml s/d 2 L

3. Pipet penakar
Pipet Volume Digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan yang diketahui secara teliti volumenya dari satu bejana (wadah) ke bejana yang lain. Kapasitas pipet volume ini bermacam-macam mulai : 1 ml, 2.5 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml, dan 50 ml. Pipet Ukur Hampir sama dengan pipet volume, tetapi diberi skala sama seperti hal nya buret. Digunakan untuk mengukur volume larutan lebih tepat dari pada dilakukan dengan gelas tentukur. Tetapi pipet ukur tidak umum digunakan apabila diperlukan ketepatan yang tinggi Pipet Makro tersedia dalam ukuran 0.001 s/d 2 ml dengan ketentuan 0.001 ml = lambda. Dan masih banyak peralatan lain yang digunakan dalam bidang farmasetika seperti cawan porselun, kaca arloji, spatula porselen, corong serta batang pengaduk.

4. Ukuran Serbuk (FARMAKOPE INDONESIA ed.IV) Kasifikasi serbuk menurut F. Ind. Ed IV adalah berdasarkan derajat halus Klasifikasinya :
sangat Kasar Kasar Setengah kasar Halus Sangat halus

PERATURAN UMUM
1. Farmakope Indonesia Ed. III, 1979 2. Ned. Ph. Ed. V A. 1. Jenis sendok a. Sendok kecil (5 ml) b. Sendok Besar (15 ml) 2. a.Cth = Cochlear tee = 5 cc b.Cp = Cochlear pultis = 8 cc c. C = Cochlear = 15 cc

B. Persen (%) Jenis persen : %, v/v,b/v,v/b,b/b Menurut F.Ind.Ed.III-% b/v Menurut F.Ind.Ed.IV (1995) % : - b/b = bobot = gram zat/100 gram larutan. - b/v = berat/volume= gram zat/100 ml larutan. - v/v = volum/volum = ml zat/100 ml larutan.

Tanpa disebut lain - Padat / Padat = b/b - Larutan/suspensi zat padat dalam cair = b/v - Cair dalam cairan = v/v - Gas dalam cairan = b/v Sifat kelarutan suatu zat padat dalam cair (Menurut Farmakope Indonesia Ed.III (1979) dan Ed. IV (1995) Istilah kelarutan : Jumlah pelarut yang diperlukan untuk melarutkan satu bagian zat : 1. Sangat mudah larut - Kurang dari 1 2. Mudah larut 1-10 3. Larut 10-30

4. Agak sukar larut - 30-100 5. Sukar larut 100-1000 6. Sangat sukar larut 1000-10.000 7. Praktir tidak larut - > 10.000

Suhu penyimpanan Suhu - Dingin : Suhu tidak lebih dari 80 C (lemari Es : 20- 80 C) Lemari pembeku (Freezer) -200-100 C - Sejuk : 80 -150 C - Suhu kamar terkendali : Suhu diatur 150- 300 - Hangat : 300 - 400 C, kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam F. Indonesia -0C
0

ALKOHOL A. Menurut Farmakope indonesia Edisi III 1. Alkohol encer : Etanol encer = 70 % 2. Alkohol / Etanol = 96 % B. Menurut Ph. Ned. Ed.V 1. Etanol Dilutus : Etanol Encer = 70 % 2. Etanol = 90 % 3. Etanol Alkohol Fortion = 96 %

SEDIAN CAIR
A. Sediaan Larutan Menurut F. Ind. Ed. IV, 1995 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut dalam pelarut yang sesuai atau pelarut campur. Bentuk sediaan larutan umumnyamemberikan jaminan keseragaman dosis, karena molekulmolekul obat dalam larutan terdispersi secara merata.

Pada umumnya sediaan larutan dibagi 4 golongan : 1. Larutan oral 2. Larutan untuk mulut dan kerongkongan 3. Larutan untuk rongga badan 4. Larutan untuk topical

1. Larutan Oral Merupakan sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat, dengan atau tanpa korigensia, saporis, koloris, dan odoris. Larutan oral mengandung alkohol kadar tinggi disebut eliskir, Kebaikan dan keburukannya. a. Kebaikan : 1. Untuk pasien yang sukar/tidak dapat menelan obat bentuk padat, dengan bentuk ini lebih mudah pemberiannya.

2. Beberapa bahan obat yang dibuat dalam bentuk cairlarutan yang memudahkan formulasi. 3. Anak-anak atau pasien sakit jiwa memerlukan obat dalam bentuk larutan. b. Keburukannya 1. Pencemaran bakteri sering terjadi dalam bentuk larutan. 2. Stabilitas obat dalam bentuk larutan kurang dibanding bentuk sediaan padat.

3. Reaksi kimia lebih mudah terjadi dalam bentuk larutan. 4. Dengan kemasan dalam botol, susah untuk dibawa kemana-mana.

Prinsip pembuatan sediaan larutan : oleh karena pelarut dalam sediaan larutan bisa pelarut tunggal dan pelarut capuran (misalnya air dan alkohol), maka bahan obat cukup dilarutkan didalam pelarut yang sesuai dengan kelarutan bahan obatnya.
Misalnya dalam formula sediaan larutan ada bahan obat yang larut dalam air dan ada yang larut dalam alkohol maka masing-masing bahan obat tersebut dilarutkan masing-masing dalam pelarut yang sesuai.

Eliksir Merupakan suatu cairan oral yang jernih, manis dan berasa enak. Sediaan ini selalu menggunakan air sebagai pelarut biasanya menggunakan alkohol dalam jumlah tinggi yakni antara 5-12 % dan kadang-kadang bisa mencapai 20 %. Selain didalam eliksir terdapat gula, gliserin atau propilen glikol, zat warna, pengharum dan pengawet.

Eliksir selalu mengandung obat-obat berkhasiat keras seperti antihistamin, antibiotik dan sedativa. Jenis eliksir yang digunakan sebagai pelarut misalnya untuk obat-obat batuk seperti CTM, NH4CI, dekstrometorfan, HBR dan lain-lain. 2. Larutan untuk mulut dan kerongkongan 1. Obat kumur-kumur (gargel = ` gargarisma)

Digunakan untuk mengobati infeksi pada kerongkongan dan menghilangkan bau mulut. Yang dimaksud dengan kumur-kumur disini adalah kumur-kumur sampai kekerongkongan. Bahan obat yang biasa digunakan adalah bersifat bakterisida seperti fenol, timol, metil, salisilat, boraks. Biasanya obat kumur tersedia dalam bentuk pekat (konsentred) sehingga pada kemasannya selalu disertai label yang menyatakan sebelum dipakai di encerkan terlebih dahulu

2. Obat cuci mulut (collutorium) Digunakan untuk membersihkan rongga mulut dan menghilangkan bau mulut. Biasanya mengandung bahan obat anti bakteri dan astringen. Sebagai anti bakteri, digunakan fenol dan sebagai astringen Zn SO4 dan Zn CI2 label yang tercantum dalam kemasannya, sebelum dipakai di encerkan terlebih dahulu dan tidak boleh ditelan.

3. larutan untuk rongga badan 1. Obat tetes hidung Larutan untuk hidung dapat tersedia dalam bentuk : Semprot (Spray) Tetes hidung Cuci hidung Pada umumnya yang digunakan adalah bentuk tetes hidung. Bahan obat yang biasa diberikan : antibiotik, anestesi lokal, dan vaksokontriksi. Pelarut yang digunakan adalah air. Obat tetes hidung baiknya isotoni atau boleh sedikit hipertoni dan viskositasnya sedapat mungkin sama dengan mukosahidung. Yakni setara dengan viskoitas 0.5 % metil selulosa.

2. Obat tetes telinga Adalah larutan yang dimasukan kedalam rongga telinga. Pelarut untuk obat tetes telinga biasanya yang kental seperti gliserin spissum atau propilen glikol. Larutan obat tetes telinga biasanya mengandung anti biotik seperti kloramfenikol, anestesi, peroksida (H2O2) dan fungisida. Ph larutan obat tetes telinga 5-7.8 (asam), larutan yang bersifat alkali dapat mempercepat pertumbuhan jamur. Obat tetes telinga digunakan untuk pengobatan infeksi pada rongga telinga serta digunkan untuk melunakan kotoran telinga yang mengeras.

4. Larutan untuk topikal 1. Lotion Sediaan lotion dalam bentuk larutan jernih karena mengandung bahan padat yang tidak larut; tetapi termasuk sediaan cair yang digunakan pada permukaan kulit. Penambahan alkohol di dalam sediaan lotion untuk memberikan rasa dingin, dan penambahan gliserin untuk melembabkan kulit. Misalnya obat biang keringat seperti caladine.

2. Linimenta Merupakan sediaan cair berminyak, berakohol untuk digookkan pada kulit. Linimen dapat menembus kulit kebih baik dari pada lotin. Biasanya mengandung minyak-minyak menguap, metil salisilat, mentol, kamper dan lain-lain.

B. Sediaan Suspensi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut terdipersi dalam fase cair. Untuk menstabilkan suspensi, perlu ditambahkan zat pensuspensi (suspending agent) Pada kenyataannya bahwa suspensi akan mengendap, dan perlu untuk mendispersikan kembali sebelum digunakan (F. Ind. Ed. IV, 1995)

Alasan pembuatan suspensi : 1. Masalah stabilitas Banyak obat secara kimia tidak stabil bila berada dalam bentuk larutan, tetapi lebih stabil bila disuspensikan. Contoh : fenobarbital Na dalam bentuk larutan air hanya bertahan dalam satu minggu; tetapi bila bentuk fenobarbital yang tidak larut dalam air dibuat dalam bentuk suspensi, stabilitasnya lebih lama lagi.

2. Masalah pemakaian Obat-obat yang memiliki rasa pahit seperti kloramfenikol akan menjadi tidak berasa. Jika diberikan dalam bentuk sediaan suspensi. Bentuk suspensi (cair) dapat diberikan kepada anak-anak. Sedangkan kloramfenikol (pahit) bila dalam bentuk kapsul hanya dapat diberikan kepada orang dewasa.

Sifat-sifat suspensi yang baik : 1. Endapannya mudah didispersikan kembali dengan pengocokan. 2. Tetap tersuspensikan cukup lama agar setiap kali pemberian dosisnya seragam. 3. Bila akan dipakai mudah dituang dan mengalir dari wadahnya. 4. Tidak boleh membentuk endapan yang mengeras (caking) pada dasar wadah 5. Khusus untuk suspensi yang diinjeksikan, tidak boleh menyumbat lubang jarum suntik.

Berdasarkan pemakaiaannya suspensi terdiri dari : 1. Suspensi Oral Adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai; dan ditunjukan untuk pemakaiaan oral. 2. Suspensi Topikal Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Salah satu preparatsediaan jenis ini misalnya lotion

Jenis-jenis zat penuspensi : Zat-zat pensuspensi berfungsi untuk mendispersikan bahan obat padat yang tidak larut dalam sediaan suspensi dengan cara menyaluti partikel-partikel obat, menambah kekentalannya sehingga partike obat tidak saling bersatu dan tidak mudah mengendap sehingga suspensi tetap stabil : 1. Golongan Karbohidrat (polisakarida) a. Gom arab (pulvis gummi arabici = PGA, akasia). Akasia merupakan suatu koloid pelindung yang baik. Dalam bentuk musilago ( larutan kental) tidak boleh disimpan lama, karena akan terjadi penguraiaan enzim dan bersifat asam.

b. Tragakan Digunakan dalam bentuk serbuk 0-2 %, dalam bentuk musilago sebanyak 25 %. Musilago tragakan tidak boleh disimpan, sebab viskositas (kekentalannya akan bertambah Hg)

c. Na alginat Bersifat mudah larut dalam air tetapi tidak larut alkohol. 1 % Na alginat mempunyai kemampuan mensuspensikan sama dengan larutan musilago tragakan. d. PGS (pulvis gummosus) Merupakan campuran sama banyak gon arab, tragakan dan serbuk gula putih. e. Derivat sellulosa-metil sellulosa Na CMC (Na karboxi metil sellulosa) pemakaian 0-2%. Na CMC mengenbang dalam air membentuk larutan yang jernih dan kental.

2. Golongan zat padat senyawa An organik - bentonit, veegum; pemakaian 2 % vegum dapat digunakan untuk obat luar dan dalam. 3. Golongan Protein Misalnya : gelatin; jarang digunakan lagi. 4. Golongan Surfaktan Zat aktif permukaan berfungsi untuk membentuk lapisan film pada partikelpartikel obat yang terdispersi. Contoh : - polisorbat 80 (tween 80) - sorbitol 20 (span 20)

Prinsip pembuatan suspensi : Kebaikan : 1. Obat dalam bentuk suspensi lebih tahan terhadap hidrolisa/ oksidasi dibanding bentuk larutan dalam air. 2. Supensi dapat menutupi rasa obat yang tidak enak. 3. Pemberiannya mudah terutama untuk anak-anak yang sukar menelan bentuk ediaan padat.

Keburukan : 1. Karena didalam penyimpanan terjadi pemisahan/pengendapan, maka bila pengocokan tidak sempurna akan dijumapai dosis yang tidak seragam. 2. Bila endapannya mengeras pada dasar wadah (caking), sukar untuk dihomogenkan kembali . 3. Karena bentuk cair memerlukan wadah yang besar, sukar untuk dibawa kemana-mana dan merupakan kerugian bagi industri farmasi.

SEDIAAN EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator (bahan pengemulsi) yang mencegah terjadinya koalensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya terjadi pemisahan. Tipe emulsi : Secara umum ada 2 tipe emulsi yaitu : 1. emulsi m/a: minyak merupakan fase terdispersi, air sebagai fase pendispersi. 2. emulsi a/m: air merupakan fase terdispersi , minyak sebagai fase pendispersi.

Cara pembuatan tipe emulsi : 1. Cara pengenceran Cara ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi dapat diencerkan dengan fase luarnya jika air ditambahkan kedalam suatu emulsi dan emulsi menjadi encer serta homogen, berarti tipe emulsi m/a; demikian sebaliknya. 2. Kelarutan zat warna Ada 2 macam at warna yang digunakan 1. Metil biru; berwarna biru larut dalam air. 2. Sudan III; bewarna merah, larut dalam minyak. Bila ke dalam suatu emulsi ditambahkan metil biru; eulsi bewarna biru merata berarti emulsi tipe m/a. 3. Daya hantar arus litrik Pengujian dengan cara ini berdasarkan prinsip bahwa air dapat menghantarkan / mengalirkan arus listrik; sedangkan minyak tidak. Jika suatu elektroda dimasukan kedalam suatu emulsi mengalirkan arus listrik , maka emulsi tersebut tipe m/a, jika tidak maka emulsi tipe a/m.

4. Uji Fluoresensi Minyak aka berfluoresensi apabila disinari dengan sinar u.v jika setetes emulsi diperiksa dibawah lampu u.v dan setetes itu berfluoresensi maka emulsi tersebut adalah tipe a/m, tetapi jika hanya bagian tengahnya saja berfluoresensi maka emulsi tipe m/a. Jenis-jenis bahan pengemulsi (emulgator), sama dengan jenis-jenis zat pensuspensi.

Prinsip pembuatan emulsi Emulgator dimasukan kedalam salah satu fase air atau minyak, setelah dihomogenkan ditambah dengan sejumlah tertentu air atau minyak, digerus samapai terbentuk inti emulsi (corpus emulsi), baru ditambahkan salah satu fasenya sedikit demi sedikit sehingga diperoleh sejumlah emulsi yang dikehendaki.

Ada 2 cara pembuatan emulsi skala kecil dilaboratorium dengan menggunakan lumpang (mortir dan stamfer). R/ Minyak ikan 24 kg Akasia 6 g Air secukupnya sampai 60 ml Cara 1;M Metode gom kering (metode kontinental), dikenal dengan metode 4:2:1 untuk 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian akasia digunakan untuk membuat corpus emulsi. Berdasarkan R1 diatas dibuat dengan cara sebagai berikut :

ke dalam lumpang dimasukan 6 gram akasia (gom), tambahkan sekaligus 12 gram air digerus dengan kencang (lebih kurang 3 menit) samapai terbentuk corpus emulsi yang berwarna krim atau putih seperti susu. Encerkan dengan sisa airnya sehingga diperoleh emulsi sebanyak 60 ml. Cara 2 ; Metode gom basah (metode inggris) perbandingan sama dengan metode 1.

Caranya: Kedalam lumpang dimasukan 6 gram gom, tambahkan 12 gram air gerus sampai terbentuk musilago. Tambahkan minyak sedikit demi sedikit (1-2 g setiap kali) sambil terus digerus sampai minyak teremulsi semuanya. Terakhir ditambahkan sisa air sehingga diperoleh 60 ml emulsi. Ketidak stabilan emulsi. Emulsi dikatakan tidak stabil bila : 1. emulsi pecah, apabila minyak dan air berpisah kembali.

2. Emulsi berubah tipe, jika emulsi semula bertipe a/m berubah menjadi m/a atau sebaliknya. 3. Emulsi berubah menjadi tengik karena pertumbuhan mikroba. 4. Emulsi membentuk masa seperti krim yang mengarah ke atas dan kearah bawah.

DOSIS OBAT
Dosis = Takaran Ukuran Defenisi dosis obat adalah : Jumlah takaran atau ukuran obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan usia pasien sehingga dapat memberikan efek terapi (efek pengobatan).

Jenis-jenis Dosis : 1. Dosis maksimal; adalah dosis yang paling tinggi yang diberikan kepada pasien untuk 1 x atau 24 jam, yang dapat memberikan efek terapi tetapi tidak menimbulkan toksisitas (keracunan). 2. Dosis minimal; adalah dosis yang paling rendah diberikan kepada pasien untuk 1x atau 24 jam yang masih memberikan efek terapi.

3. Dosis terapi = dosis lazim =dosis optimal; adalah dosis yang diberikan kepada pasien untuk 1x atau 24 jam memberikan efek terapi yang paling optimal. 4. Dosis toksis; adalah dosis obat yang apabila diberikan kepada pasien menyebabkan keracunan. 5. Dosis Letal (letal dosis); adalah dosis obat yang apabila diberikan kepada pasien menyebabkan kematian untuk dosis ini dikenal LD 50, maksudnya apabila obat dalam dosis tertentu diberikan kepada 100 ekor hewan percobaan menyebabkan 50 % dari hewAN TERSEBUT MATI.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis: 1. Umur (Usia) Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis obat. Dosis untuk manusia dari mulai 0 tahun hingga tingkat anak-anak, dewasa dan manula akan berbeda Hal ini disebabkan : - Anak yang baru lahir, (khususnya prematur) secara tidak normal peka terhadap obatobat tertentu. Hal ini disebabkan fungsi hati dan ginjal yang belum sempurna , Sehingga secara normal obat tidak diaktifkan dan dihilangkan dari tubuh.

- Manula (>65 tahun), kebanyakan fungsi biologis mulai berkurang. Misalnya : * Curah jantung mengecil. * Penurunan fungsi ginjal, proses filtrasinya tidak normal dan makin memburuk samapai usia 8 tahun, akhirnya penglihatan dan pendengarannya berkurang. Untuk menghitung dosis berdasarkan usia diutamakan untuk anak-anak Dua formula yang dapat digunakan untuk ini adalah

- rumus young - rumus dilling a. Rumus young

n x dosis maksimal n 12 dewasa (DMD)


Rumus ini digunakan untuk anak-anak dengan usia < 8 tahun.

Misalnya jika suatu obat mempunyai DMD 1x = 500 mg, hendak diberikan kepada anak-anak usia 6 tahun dan dapat diberikan 3x sehari, maka untuk anak tadi dosis yang diperlukan adalah :

6 6 12

X 500 mg = 166.6 (1x makan)

Berarti untuk 3x = 3x 166.6 mg = 499.8 mg (24 jam)

b. Rumus Dilling

n 20 x dosis maksimal dewasa (DMD)


Rumus ini digunakan untuk usia >8 tahun

2. Berat Badan (BB) Disamping umur, berat badan juga digunakan untuk menghitung dosis. Dosis terapi obat dianggap cocok untuk orang dengan BB 70 kg. Perbandingan antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat pada tempat kerjannya. Dosis obat untuk anak-anak yang tercantum berdasarkan unur dan berat badan, antara lain :

Obat jantung (digitalis) Umur < 1 tahun : 0.045 mg/kg. BB 1-2 tahun : 0.04 mg/kg.BB > 2 tahun : 0.03 mg/kg.BB Apabila dosis obat berdasarkan BB, selalu dinyatakan dalam mgkg.BB Misal : Kloramfenikol (50 mg/Kg.BB) Pirazinamid (35 mg/kg.BB)

3. Luas permukaan tubuh Perhitungan yang berdasarkan luas permukaan tubuh seseorang dapat dilakukan. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang dekat antara proses fisiologi dengan luas permukaan tubuh. Rumus yang digunakan :
Luas permukaan tubuh anak-anak Luas permukaan tubuh org.dewasa ket : 100 (dosis lazim orang dewasa) Tetapi di indonesia metode ini jarang digunakan x 100

4. Jenis Kelamin Wanita lebih sensitif terhadap obat-obat tertentu dibanding laki-laki, terutama dalam beberapa hal. Misalnya selama kehamilan harus hati-hati dalam pemakaian obat, sebab janin yang dikandungnya sangat peka terhadap efek obat-obat tertentu dari ibunya. Bila selama kehamilan ibunya menggunakan obat-obat narkotik atau alkohol maka si bayi baru lahir mengalami ketagihan. Hal ini juga terjadi selama si anak sedang menyusu. Jadi bagi wanita hamilmenyusui dalam penggunaan obat harus dengan petunjuk dokter.

Cara perhitungan dosis Yang dimaksud cara perhitungan dosis dalam hal ini adalah perhitungan berdasarkan usia dengan menggunakan rumus young maupun rumurs dilling; sesuai dengan usia pasien yang akan menggunakan obatnya. Untuk ini dijelaskan berdasarkan resep-resep berikut : 1. R Acetaminophen 0.250 Fenobarbital 0.030 CTM 0.004 Sakarum Laktis q.s m. f. pulv. Dtd No. X S.tdd. Pulv. I # Pro : Nenny AS (6 tahun)

Untuk menghitung dosis pad R/ tersebut karena usia pasien 6 tahun, maka digunakan rumus young (untuk usia < 8 tahun) Sedangkan DMD harus dilihat pada farmakope indonesia Ed.III (daftar dosis maksimum dewasa) Cara perhitungan (dijelaskan) *Apabila dosis pemakaian dalam R/ tersebut tidak melebihi dari 100% maka obat dapat diberikan, tetapi bila ternyata melebihi dari 100 %, perlu dikonsultasikan kepada dokter yang menulis R/ tersebut. Jika doktor menyetujui, maka dokter itu harus memberikan tanda seru untuk obat yang dodisnya > 100% serta diparaf.

* Pada R/ tersebut di atas yang dimaksud dengan pulv. Berarti pulveres (=serbuk yang terbagi-bagi) dalam bungkusan. Tanda DTD = da tales dosis = berikan dalam jumlah. Pada setiap resep mempunyai tanda dtd berarti komposisi jumlah obat adalah diperuntukan untuk setiap bagian (setiap bungkus). Maka bila diminta No.X, Berrti untuk 10 bungkus, maka angka-angka yang tertulis dalam R/ satuannya=gram (g)

2. R/

Metampiron 4.0 Codein Hcl 0.100 Salisilamid 3.0 Sakarum laktis 4. m.f. pulv. No. XV Sg dd. Pulv I

Pro : Ny. Nenny AS


Untuk menghitung dosis pada R/ tersebut di atas dengan usia pasien dewasa (Ny. Nenny AS), maka tidak perlu menggunakan rumus dilling apalagi rumus young. Cara perhitungan (dijelaskan)

* Pada R/ tersebut tidak ada tanda dtd, ini berarti jumlah obat yang tertulis adalah untuk 15 bungkus (pulv.=pulveres=serbuk terbagi-bagi) 3. R/ Kloramfenikol Palm Vit. B Komplex Tab. Papaverin Hcl PGS Alkohol Sirup Simpleks m.f. Potio S 4 dd cth 5 No. XII 0.200 2.5 % 5 cc 25 100 cc

Pro : Nenny AS (10 tahun)

Perhitungan dosis menggunakan rumus killing, usia pasien > 8 tahun Resep tersebut di atas merupakan resep sediaan cair yang pemakaiannya menggunakan sendok teh (1 cth = 5 cc) Cara perhitungan (dijelaskan)

Anda mungkin juga menyukai