Anda di halaman 1dari 15

Macam Vaksin dan Cara Pemberian a.

Vaksin Polio Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. b. Vaksin Campak Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. c. Vaksin BCG Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas. d. Vaksin Hepatitis B Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. e. Vaksin DPT, TT, dan DT Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple vaksin. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C kemasan yang digunakan: - 5 cc untuk DPT, - 5 cc untuk TT, - 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc.

f. Vaksin toxoid difteri Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin difteri akan rusak jika dibekukan dan juga akan rusak oleh panas. g. Vaksin pertusis Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis adalah bakteri, vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak. h. Vaksin tetanus Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan akan rusak bila kena panas. Efek Samping Imunisasi a. BCG 1. Reaksi normal Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm. 2.Reaksi berat Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi. 3.Reaksi yang lebih cepat Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG. b. DPT 1. Panas Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan

dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat. 2. Rasa sakit di daerah suntikan Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak. 3. Peradangan Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena:

Telah tersentuh, Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril, Sterilisasi kurang lama, Pencemaran oleh kuman.

4. Kejang-kejang Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT. c. Polio Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat. d. Hepatitis D Efek samping: tidak ada e. Campak Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas selama 1 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan. http://www.smallcrab.com/anak-anak/713-efek-samping-imunisasi

Arti Definisi/Pengertian Imunisasi, Tujuan, Manfaat, Cara dan Jenis Imunisasi Pada Manusia Submitted by godam64

on Sun, 30/11/2008 - 08:37 Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat. Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-dan-jenis-imunisasipada-manusia

2.1.1. Pengertian Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005). Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Depkes-Kessos RI, 2000).

a. Macam & Pembentukan Antibodi Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif. 1) Kekebalan Antibodi Aktif Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Perhatikan Gambar 11.4. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami. Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi. Apakah Anda ingat bahwa pada saat masih kecil mendapatkan imunisasi polio? Sekarang ini di Indonesia sudah dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal ini dilakukan agar Indonesia terbebas dari virus polio. Apa sebenarnya yang terkandung di dalam vaksin? Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk antibodi. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya.

Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa. Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.

Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Perhatikan Gambar 11.5 Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B. Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi

dan merespon antigen. Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen. 2) Kekebalan Antibodi Pasif Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.

Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja. b. Struktur Antibodi Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (-s-s-) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi anti-gen-antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun. Struktur antibodi dapat Anda amati pada Gambar 11.6 di samping ini untuk memudahkan dalam membayangkan bentuk antibodi.

c. Cara Kerja Antibodi Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi. 1) Netralisasi Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi. 2) Penggumpalan Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan anti-gen-antigen yang

berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat. 3) Pengendapan Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya. 4) Aktifasi Komplemen Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis. Perhatikan Gambar 11.7.

Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut ini adalah gambaran respon primer dan sekunder.

Gambar 11.8 menunjukkan bahwa setelah injeksi antigen A yang kedua, respon imun sekunder jauh lebih besar dan lebih cepat daripada respon primer. Dengan demikian respon sekunder sebenarnya lebih penting peranannya dalam sistem imun. http://www.sentraedukasi.com/2011/09/pembentukan-macam-struktur-cara-kerja.html Klasifikasi imunoglobulin Imunoglobulin A (IgA). Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen. Fungsi dari IgA ini ialah: - Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa - Tidak efektif dlam mengikat komplemen - Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam cairan sekretori yang mengandung IgA - Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif Imunoglobulin D (IgD) Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA. Imunoglobulin E (IgE)

Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit. Imunoglobulin M (IgM) Imunoglobulin m ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen. Imunoglobulin G (IgG) Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta. Kemampuannya melewati plasenta untuk setiap jenis hewan berturut-turut adalah: Rodentia>primata>anjing/kucing> manusia=babi=kuda. IgG adalah opsonin yang baik sebagai pagosit pada ikatan IgG reseptor. Imunoglobulin ini merangsang antigen-dependen cel-mediated cytotoxicity (ADCC)-IgG Fab untuk mengikat target sel, Natural Killer(NK) Fc-reseptor, mengikat Ig Fc, dan sel NK membebaskan citotoksik pada sel target. IgFc juga mengaktifkan komplemen, menetralkan toksin, imobilisasi bakteri dan menghambat serangan virus. Tabel 3. Sifat dan kemampuan imunoglobulin dan fungsinya Sifat IgA1, IgD IgE IgM IgG1 2 Bentuk Dimer Monom Monom Pentam Monom YY er er er er Y Y YYYY Y Y dalam 3,5 0,03 0,00005 1,5 9 serum (mg/ml) Aktifasi (-) (-) (-) +++ +++ komplem en Transfer (-) (-) (-) (-) +

IgG2 Monom er Y 3

IgG3 Monom er Y 1

IgG4 Monom er Y 1,5

+++

(-)

plasenta Ikatan dengan makrofag / Fc reseptor Ditemuk an dalam jaringan eksresi eksternal

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Caira n muku s Dsb.

(-)

(-)

Cairan mukus dsb

Susu

Susu

Susu

Susu

Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)- Tubuh selalu kontak dengan lingkungan yang banyak terdapat kumankuman. Kuman-kuman dapat masuk melalui udara pernapasan maupun makanan. Dalam hal ini tubuh memiliki sistem kekebalan untuk menghalangi dan bahkan membunuh kuman-kuman tersebut. Agar tidak merugikan tubuh. Sistem kekebalan pada tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a. Sistem Kekebalan Tubuh bawaan Kekebalan bawaan merupakan potensi yang terdapat dari dalam tubuh sendiri. Kekebalan ini ada sejak manusia dilahirkan. Kekebalan bawaan meliputi: 1) Perlindungan permukaan Apabila ada kuman masuk ke dalam tubuh, ada sistem pertahanan luar pada bagian kulit yang akan menghalangi dan mematikan kuman tersebut sehingga kuman tidak dapat masuk ke dalam tubuh. Apabila kuman masih dapat lolos dan menembus kulit, maka akan dijerat oleh lendir yang dihasilkan oleh bagian membran mukosa. Perlindungan yang diberikan oleh kulit dan membran mukosa, antara lain sebagai berikut. a) Kulit selalu mengelupas secara periodik dan menghasilkan minyak yang bersifat asam yang dapat membunuh kuman. Kulit yang utuh merupakan pertahanan terluar untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Dalam kulit manusia normal selalu terdapat bakteri Stophyloccis pyogenes. Selama kulit tidak mengelupas oleh luka atau lecet maka bakteri ini tidak akan menimbulkan penyakit. b) Kelenjar air mata mengeluarkan lisosim yang dapat menghancurkan bibit penyakit yang menempel pada mata. c) Keasaman pada vagina dan urin akan menghambat pertumbuhan bibit penyakit tertentu. d) Lambung memproduksi asam lambung (HCl) untuk membunuh kuman-kuman yang masuk pada makanan.

e) Gerakan peristaltik pada usus mendorong bibit penyakit yang ada di dalam usus segera keluar bersama feses. f) Gerak rambat getar, pengeluaran lendir pada saluran pernapasan dan refleks batuk dapat mencegah masuknya bibit penyakit dari debu ke dalam paru-paru. 2) Kekebalan dalam tubuh Dengan pertahanan pada kulit dan membran mukosa yang sudah dijelaskan pada uraian di atas maka kuman akan mati dan tidak berhasil masuk ke dalam tubuh. Namun, apabila dalam hal ini kuman masih dapat lolos melewati kulit dan membran mukosa maka tubuh memiliki pertahanan yang lain, yaitu kekebalan dari dalam tubuh yang disebut pertahanan nonspesifik. Pertahanan ini dilakukan oleh sel darah putih (leukosit) yang akan mematikan segala jenis mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit memiliki sifat fagositosis, yaitu memakan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit yang berperan adalah sel PMN (plymorpho nuclear), monosit, makrofag, dan limfosit. b. Sistem Kekebalan Tubuh adaftif Kekebalan adaptif dapat disebut juga kekebalan spesifik karena kekebalan ini mampu mengenali dan mengingat patogen spesifik. Pertahanan ini dilakukan oleh antibodi dan antitoksin yang dapat menahan serangan bibit penyakit, baik sel mikronya maupun toksin yang dihasilkan oleh bibit penyakit tersebut. Daya kerja zat anti ini sangat spesifik, misalnya antibodi untuk menahan Mycobacterium tuberculosis tidak dapat menahan serangan Bacillus anthracis. Antitoksin tetanus juga dapat digunakan untuk mencegah serangan dipteri. Pertahanan spesifik dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai kekebalan tubuh (imunitas). Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan asalnya, kekebalan (imunitas) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a. Sistem Kekebalan Tubuh aktif Kekebalan aktif merupakan jenis kekebalan yang dapat dibuat oleh tubuh dengan sendirinya karena respon tubuh terhadap suatu antigen (benda asing) yang masuk ke dalam tubuh. Jenis kekebalan ini akan bertahan lama, bahkan dapat bertahan seumur hidup. Jenis kekebalan ini ada pula yang sengaja dibuat dengan tujuan agar tubuh dapat membuat antibodi untuk melawan dan menghasilkan kekebalan yang baru. Misalnya, dengan memasukkan antigen (benda asing) berupa vaksin ke dalam tubuh. Vaksin ini berupa bibit penyakit atau virus yang sudah dilemahkan. Percobaan untuk memperoleh kekebalan buatan pernah dilakukan oleh seorang peneliti dari Inggris, yaitu Edward Jenner pada abad ke-18. Dia melakukan percobaan dengan mengambil nanah (bibit penyakit) dari penyakit cacar yang diderita oleh seekor sapi. Bibit penyakit itu selanjutnya diberikan pada seorang anak. Ternyata anak tersebut tidak menderita sakit cacar seperti sapi, tetapi justru dapat membuat antibodi terhadap penyakit cacar itu. Berdasarkan

percobaan itu muncul teori bahwa kekebalan aktif bisa dibuat dengan memberikan atau memasukkan antigen yang berupa bibit penyakit yang dilemahkan agar tubuh dapat merespon sehingga akan membentuk kekebalan tertentu. b. Sistem Kekebalan Tubuh fasif Kekebalan pasif berbeda dari kekebalan aktif. Pada kekebalan pasif, tubuh seseorang langsung menerima antibodi yang sudah jadi sehingga tidak perlu membuatnya sendiri. Antibodi ini diperoleh dengan cara menyuntikkan suatu antigen ke dalam tubuh hewan yang sesuai. Hewan itu selanjutnya akan membuat antibodi untuk merespon antigen tersebut. Antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh hewan tersebut lalu diambil dan dimasukkan ke dalam tubuh seseorang yang memerlukan. Contoh lain kekebalan pasif yaitu pemberian air susu ibu (ASI) pada anaknya. Pemberian ASI ini selain bertujuan untuk memberikan makanan yang terbaik bagi anaknya juga untuk memberikan kekebalan pada bayinya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa air susu ibu yang baru menyusui mengandung antibodi yang baik untuk bayi sehingga bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Kekebalan pasif ini sifatnya sementara sehingga dalam jangka waktu tertentu antibodi tersebut akan hilang dari dalam tubuh.

ANTIGEN Pengertian antigen Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Sifat Antigen Antigen memiliki beberapa sifat khas pada antigen tersebut, antara lain : 1. Keasingan Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syrat sebagai imunogen adalh bahwa zat tersebut secara genetic asing terhadap hospes 2. Sifat-sifat fisik Agar suatu zat dapat menjadi suatu imunogen, ia harus mempunyai ukuran imunogen yang mempunyai berta molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan protein jaringan 3. Kompleksitas

Factor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul 4. Bentuk-bentuk Tidak adanya dari bentuk molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karboidrad linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun 5. Mutan Imunogenitas tidak terbatas pada molekul tertentu, tidak terbatas pada molecular tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negative, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibody yang tanpa kekuatan 6. Kemampuan masuk Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menetukan hasil respon imun

Anda mungkin juga menyukai