Anda di halaman 1dari 14

AISYAH KHALDA 1102011016 1. Memahami dan Menjelaskan Saluran Pernafasan atas 1.1 Makroskopik saluran pernafasan atas 1.

Hidung

2. Sinus Paranasalis

3. Larynx

1.2 Mikroskopik saluran pernafasan atas 1. Hidung Hidung terdiri atas kerangka tulang dan tulang rawan yang dibungkus jaringan ikat dan kulit. Ia dibagi dalam rongga hidung (cavum nasale) kiri dan kanan oleh septum hidung (septum nasale). Bagian dalam hidung dilapisi 4 epitel. Epitel berlapis gepeng kulit berlanjut ke dalam melalui nares ke dalam vestibulum, dimana sejumlah rambut kaku dan besar menonjol ke saluran udara. Epitel berlapis gepeng ini beralih menjadi epitel bertingkat silindris bersilia dan sel goblet (epitel respirasi) yang menutupi sisa rongga hidung, kecuali daerah kecil di dinding dorsal, yang dilapisi epitel olfaktoris sensoris. Epitel hidung terdiri atas sel-sel bertingkat silindris bersilia, sel goblet, dan sel-sel basofilik kecil pada dasar epitel, yang dianggap sebagai sel-sel induk bagi penggantian jenis sel yang lebih berkembang. Selain mucus, epitel juga mensekresikan sedikit cairan yang membentuk lapisan diantara bantalan mucus dan permukaan epitel. Dibawah epitel terdapat lamina propia tebal yang mengandung kelenjar submukosa, terdiri atas sel-sel mukosa dan serosa. Di dalam laminapropia juga terdapat sel plasma, sel mast, dan kelompok jaringan limfoid. Dibawah epitel konka inferior terdapat pleksus vena luas yang merupakan tempat terjadinya mimisan.

2. Sinus Paranasal Sinus-sinus nasal tambahan yang berhubungan dengan rongga hidung dan ruang-ruang dalam tulang-tulang adalah: sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus maxillaris, sinus sphenoidalis. Mereka dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet (sedikit). Mukus yang dihasilkan mengalir ke dalam saluran nasal sebagai akibat aktivitas sel2 epitel bersilia

3. Faring Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng. Terdiri dari : Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia, dengan sel goblet) Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk) Laringofaring (epitel bervariasi)

4. Larynx Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Tulang rawan yang lebih besar (tulang rawan hyalin): a. Thyroid b. Cricoid c. Arytenoid Tulang rawan yang kecil (tulang rawan elastis): a. Epiglottis b. Cuneiform c. Corniculata d. Ujung arytenoid e. Kornikulata f. Ujung aritenoid

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu: 1. Pernapasan luar (eksternal) Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan. 2. Pernapasan dalam (internal) Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya. fungsi pernapasan Mengeluarkan air dan panas dari tubuh Proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dalam paru Meningkatkan aliran balik vena Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin Mekanisme pernafasan Mekanisme pernapasan berdasarkan antomi Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior vestibulum nasi cavum nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju nares posterior (choanae) masuk ke nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) daerah larynx trakea.masuk ke bronchus primer bronchus sekunder bronchiolus segmentalis (tersier) bronchiolus terminalis melalui bronchiolus respiratorius masuk ke organ paru ductus alveolaris alveoli.pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra ventrikel sinistra dipompakan melalui aorta ascendens masuk sirkulasi sistemik

oksigen (O2) di distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal,selanjutnya CO2 kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi CO2 keluar bebas. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot otot ,inspirasi akan meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi 6 mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi. Mekanisme / proses batuk dan bersin Batuk diawali dengan inspirasi dalam dan diikuti oleh ekspirasi kuat melawan glotis yang tertutup,hal ini meningkatkan tekanan intrapleura mencapai 100 mm Hg / lebih,glotis terbuka secara tiba-tiba mengakibatkan ledakan aliran udara ke luar dengan kecepatan mencapai 965 km(600 mil) / jam.bersin merupakan hal yang serupa dengan glotis yang terus terbuka ,kedua reflex ini membantu pengeluaran iritan dan menjaga saluran udara tetap bersin.

3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi 3.1 Definisi Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. 3.2 Etiologi Karena adanya paparan dari alergen tertentu. Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas: 1. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dan bulu binatang serta jamur. 2. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan, udang. 3. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan/tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah. 4. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit/jaringan mukosa, misalnya bahan komestik, perhiasan.

Penyebab terbanyak adalah virus. Beberapa penyakit dapat disebabkan oleh bakteri baik infeksi primer maupun super infeksi. Berikut penyebab dari ISPA atas yang paling sering dijumpai di klinik. Tonsilo Tonsilo Tonsilo Rhinofaringitis Usia Rhinofaringitis Faringitis (Strep (influenza) (common cold) Throat) <6 bulan 6 bulan 4 tahun RSV Rhinovirus RSV Rhinovirus Coronavirus Enterovirus Rhinovirus Coronavirus Enterovirus Adenovirus Influenza virus (Tipe A, B, dan C) -

> 4 tahun

Influenza virus (Tipe A, B, dan C)

Group A Streptococcus

Manifestasi Klinis Gejala Mata gatal berair Sekret hidung Kongesti hidung Bersin Nyeri tenggorokan Batuk Nyeri sinus Sakit kepala Demam Lesu, lemas, mialgia Gejala saluran cerna Durasi Tonsilo Rhinofaringitis (common cold) Jarang, kecuali pada adenovirus + + ++ ++ Tonsilo Rhinofaringitis (influenza) -, nyeri dibelakang mata + Tonsilo Faringitis (Strep Throat) () () () () +++ + + + -

+ + Mulai dari ringan Batuk kering, dapat hingga sedang berat Jarang + ++, umumnya tinggi biasa hingga mengigil ++ berat -

3 14 hari

Memburuk 5-7 hari + beberapa setelah 5- 7 hari hari batuk + lemas atau berlanjut > 10 hari Tonsilo Tonsilo

Tanda

Tonsilo

Rhinofaringitis (common cold) Suhu Mata Hidung Mulut Laring Faring Tonsil Kelenjar getah bening Normal demam ringan Konjuntivitis pada adenovirus Eritema & edema (+) Sekret (+) Halitosis (-) N N N

Rhinofaringitis (influenza) Demam tinggi Nyeri retroorbita (+) Eritema & edema (+) Sekret (+) Halitosis (-) N Eritema (-) Eritema (+) HIpertrofi (-)

Faringitis Bakteri Demam tinggi N

Halitosis (-) N Eritema (+) Eksudat (+) Eritema (+) Eksudat (-) HIpertrofi (-)

Limfadenopati Limfadenopati servikal anterior servikal anterior (-) (+)

3.3 Epidemiologi Studi scandavian telah menunjukkan tingkat prevalensi 15% pada pria dan wanita 14 %. Tiap negara akan berbeda karena lingkungan geografi yang berbeda. Rhinitis alergi tidak mengacam nyawa kecuali jika disertai asma yang parah dan anafilaksis. Dari rhinitis alergi bisa juga terdapat komplikasi di antaranya otitis media, disfungsi tuba eustachius, sinusitis akut dan sinusitis kronik. Telah terbukti bahwa rhinitis alergi yang tidak terkontrol yang berhubungan dnegan asma bisa memperparah inflamasi. Ini bisa menyebabkan morbiditas bahkan kematian. Ras Rhinitis alergi bisa terjadi pada ras manapun Jenis kelamin Pada masa kanak-kanak, laki-laki lebih mudah terkena rhinitis alergi dibandingkan anak perempuan. Tapi saat dewasa, prevalensinya hampir sama. Usia Rhinitis alergi bisa terjadi pada usia berapapun. 80% kasus, rhintis alergi meningkat saat usia 20 tahun 3.4 Patofisiologi kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan HLA II membentuk kompleks peptoda MHC II yang dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC akan melepas interleukin 1 yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi T helper 1 dan T helper 2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5, IL 13. IL 4 dan IL 13 diikat reseptornya di permukaan limfosit B sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan

memproduksi Ig E. Ig E di sirkulasi darah masuk ke jaringan dan diikat reseptor Ig E di permukaan sel mastosit atau basofil sehingga kedua sel ini aktif. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, kedua rantai Ig E mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan terlepasnya mediator kimia terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan prostaglandin, leukostrin D4, leukotrin C4, bradikinin, PAF dan berbagai sitokin. Terjadilah reaksi alergi fase cepat. Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga rinore. 3.5 Diagnosis a. Anamnesis Gejala rhinitis alergi yang khas adalah bersin berulang. Bersin merupakan mekanisme fisiologi yang berfungsi membersihkan sendiri. Gejala lain adalah keluar ingus, hidung tersumbat, mata gatal, banyak keluar air mata. b. Pemeriksaan fisik Pada rinoskopi anterior terdapat mukosa, edema, basah, berwarna pucat atau livid dengan sekret encer banyak. Jika gejala persisten, mukosa inferior tanpak hipertrofi. Gejala lain pada anak yang spesifik yaitu ada bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Disebut juga allergic shiner. Karena gatal, dengan punggung tangan mengosokgosok hidung. Disebut juga allergic salute. Keadaan menggosok hidung akan mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagia sepertiga bawah yang disbut allergic crease. Dinding posterior faring tanpak granuler dan edema (cobblestone appearance). Dinding lateral faring menebal. Lidah seperti gambaran peta. c. Pemeriksaan penunjang 1. In vitro Hitung eosinofil dalam darah tepi bisa normal atau meningkat. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test). Pemeriksaan sitologi hidung walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Jika basofil >5 sel/lap mungkin karena alergi makanan. Jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri. 2. In vivo Alergen penyebab bisa dicari dengan pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End point Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Keuntungan SET adalah selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Pada alergi makanan, uji kulit yang akhir ini banyak digunakan adalah intracutaneus provocative dilutional food test (IPDFT), tapi sebagai baku emas bisa dilakukan diet eleminasi dan Challenge test. Alergen ingestan akan lenyap dalam 5 hari secara tuntas. Pada challenge test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis menu makanan dihilangkan, gejala juga menghilang.

3.6 Diagnosis banding Rinitis nonalergi rinitis infeksi common cold.

3.7 Penatalaksanaan Antihistamin Mekanisme Menahan aktifitas sel mast untuk tidak mengalami degranulasi Terdapat 2 blocker : AH1 dan AH2 Antihistamin 1 Farmakodinamik : Antagonis kompetitif pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan. o Farmakokinetik : Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati. o Penggolongan AH1 AH generasi 1 Contoh : etanolamin Etilenedamin Piperazin Alkilamin Derivat fenotiazin Keterangan : AH1 = - sedasi ringan-berat - antimietik dan komposisi obat flu - antimotion sickness Indikasi AH1 berguna untuk penyakit : 1. Alergi 2. Mabuk perjalanan 3. Anastesi lokal 4. Untuk asma berbagai profilaksis - Efek samping Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan. Antihistamin golongan 1 lini pertama Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak, mempunyai efek pada SSP dan plasenta. Kolinergik Sedatif : Oral : difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin Topikal : Azelastin

Antagonis Reseptor H2 (AH2) Contoh : simetidin dan ranitidin Farmakodinamik

Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi asam lambung dihambat. - Farmakokinetik 1. Bioavibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian intravena atau intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan segera setelah makan. 2. Bioavibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. - Indikasi : efektif untuk mengatasi gejala tukak duodenum. - Efek samping : pusing, mual, malaise, libido turun, disfungsi seksual. Dekongestan Dekongestan nasal adalah alfa agonis yang banyak digunakan pada pasien rinitis alergika atau rinitis vasomotor dan pada pasien ISPA dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor alfa 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Obat golongan ini disebut obat adrenergik atau obat simptomimetik, karena obat ini merangsang saraf simpatis. Kerja obat ini digolongkan 7 jenis : 1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, misal : vasokontriksi mukosa hidung sehingga menghilangkan pembengkakan mukosa pada konka. 2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus dan bronkus, misal : bronkodilatasi. 3. Perangsangan jantung : peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi. 4. Perangsangan Sistem Saraf Pusat : perangsangan pernapasan dan aktivitas psikomotor. 5. Efek metabolik : peningkatan glikogenolisis dan lipolisis. 6. Efe endokrin : modulasi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis. 7. Efek prasipnatik : peningkatan pelepasan neurotransmiter. Obat Dekongestan Oral 1. Efedrin Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral, masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta 2. Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat, tekanan nadi membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena vasokontriksi dan stimulasi jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif lama. Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yanf dapat diatasi dengan pemberian sedatif. Dewasa : 60 mg/4-6 jam Anak-anak 6-12 tahun : 30 mg/4-6 jam Anak-anak 2-5 tahun : 15 mg/4-6 jam 2. Fenilpropanolamin Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi Dosis.

pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung. Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg/hari sebagai dekongestan. Dosis. Dewasa : 25 mg/4 jam Anak-anak 6-12 tahun : 12,5 mg/4 jam Anak-anak 2-5 tahun : 6,25 mg/4 jam 3. Fenilefrin Adalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga menaikkantekanan darah.

Obat Dekongestan Topikal Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin). Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat kerjanya lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat menimbulkan depresi Sistem Saraf Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil.

3.8 Komplikasi Komplikasi rinithis alergi yang sering adalah Polip Hidung Alergi hidung merupakan salah satu factor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung. Otitis Media Efusi yang sering residif terutama pada anak. Sinusitis Paranasal 3.9 Pencegahan Jagalah kebersihan diri dan lingkungan Sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular atau mengurangi jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang penderita (FKUI, 1997) 3.10 Prognosis Terjadi pada kebanyakan diusia muda 50%-70% dapat menyebabkan iritasi Pada umum nya baik apabila ditangani dengan cepat dan memburuk jika dibiarkan berlanjut.

4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan islam Tentang Saluran Pernafasan Al(attaurat) bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengfan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada qisasnya. Penyebutan beberapa anggota tubuh yang penting di atas dan penyamaannya dengan jiwa itu sendiri menunjukkan adanya kesamaan kepentingan dan fungsi yang esensial bagi seseorang, sehingga jika terjadi kekerasan atau penganiayaan terhadap salah satu anggota tubuh tersebut diharuskan untuk memberlakukan hukum qisas (selain jiwa). Kesehatan rohani mempengaruhi kesehatan jasmani. Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin yaitu mengukuhkan iman dan taqwa dengan mendekatkan diri kepada. Jika iman dan taqwa kita kukuh maka menjalankan perintah Allah akan terasa sangat mudah, kita akan semakin dekat kepada Allah dan kita akan dianugrahi rohani yang kuat dan jasmani yang sehat. Karena itu mengamalkan iman dan taqwa kita merupakan solusi pemeliharaan kesehatan yang paling jitu. Adapun pengamalan itu dapat kita lakukan dengan Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (Q.S Al-maidah:6) Dan bersihkanlah pakaianmu.(QS.Al-Muddatsir:4)

Daftar Pustaka http://www.scribd.com/doc/70948213/Penggunaan-Nasal-Steroid-Dalam-PenatalaksanaanRinitis-Alergi LeesondanPaparo. 1996. BukuAjarHistologi, ed. 5.Jakarta : EGC Bloom danFawchett. 1994. Buku Ajar Histologi,ed.12.Jakarta :EGC Sherwood lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system.Jakarta.EGC Sobotta Vol 1 Sulistia Gan Gunawan al. 2009. Farmakologi Dan Terapi Edisi V. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai