Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan sebuah kata yang tidak asing di telinga kita. Bencana sendiri menurut UU no 24 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.1 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bencana memberikan efek negatif bagi kehidupan manusia. Bencana merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia. Sayangnya manusia sulit mencegah terjadinya bencana, terutama bencana yang disebabkan oleh alam. Ketika bencana tersebut terjadi, hal yang bisa dilakukan manusia hanyalah menghindar dan mengupayakan agar akibat dan kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tersebut tidak terlalu besar. Namun ketika bencana memang tidak dapat dihindari lagi maka hal yang tersisa adalah upaya penyelamatan korban dan pemulihan. Upaya penyelamatan korban merupakan hal yang utama untuk dilakukan ketika sebuah bencana terjadi. Penyelamatan korban memang harus menjadi suatu hal yang diprioritaskan sebab kerusakan bangunan ataupun infrastruktur akan dapat diperbaiki, namun ketika yang dibicarakan adalah nyawa manusia maka tidak akan ada kompromi. Penyelamatan korban yang dimaksudkan disini bukan hanya korban selamat ataupun korban luka namun juga korban yang meninggal akibat terjadinya bencana. Penyelamatan korban antara korban yang masih hidup dan meninggal memiliki prioritas yang berbeda. Korban selamat lebih diprioritaskan pada keselamatan dan kesehatannya sedangkan korban meninggal diprioritaskan pada penguburan yang layak serta pemberian informasi pada keluarganya. Penyelamatan korban bencana ini bukanlah suatu hal yang mudah. Dibutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit untuk melakukan penyelamatan korban bencana. Dimulai dengan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya jadi sebelum dilakukan penyelamatan dilakukan observasi terlebih dahulu mengenai keadaan daerah yang terkena bencana serta jumlah tim penyelamat yang tersedia. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan status keadaan darurat bencana, dengan begitu penentuan strategi penyelamatan akan lebih mudah dilakukan.
1

UU no 24 tahun 2007 pasal 1 ayat 1

Setelah strategi penyelamatan terbentuk, maka penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana mulai dilakukan. Korban yang selamat ataupun terluka kemudian diselamatkan dan dievakuasi ke tempat yang aman serta dipenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini termasuk pelindungan dan rasa aman khususnya kelompok rentan seperti wanita, anak-anak dan lanjut usia serta korban luka.2 Dalam melaksanakan kegiatan ini, diperlukan adanya integrasi dan pemberian informasi yang lengkap dan jelas sehingga tim penyelamat, relawan ataupun orang-orang yang akan memberikan bantuannya dapat memberikan pertolongan yang cepat dan sesuai dengan kebutuhan korban. Dalam sistem yang konvensional, pertukaran berita dilakukan melalui walkie talkie maupun alat komunikasi seperti handphone dan telepon rumah biasa. Alat ini memang mampu mempermudah komunikasi dua arah yang dilakukan untuk bertukar informasi mengenai kegiatan penyelamatan. Sayangnya alat komunikasi ini tidak begitu efektif sebab walkie talkie dan handphone tidak bisa mengintegrasikan data maupun informasi yang didapat, maupun hanya terbatas pada segelintir pihak saja. Selain itu informasi yang dipertukarkan tidak dapat diakses oleh semua orang padahal terkadang terdapat hal-hal penting yang harus diberitahukan pada semua orang yang terkait dengan bencana. Misalnya saja seseorang yang ingin mencari keluarganya yang terkena bencana. Ia akan kesulitan memperoleh informasi tentang keluarganya sebab informasi hanya dipertukarkan melalui walkie talkie ataupun handphone atau dengan kata lain informasi tersebut hanya akan diketahui oleh si pengirim dan penerima pesan. Memang dalam hal ini media informasi juga ikut serta dalam penyebaran informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Sayangnya media tidak bisa setiap waktu memberitahukan perkembangan yang ada.3 Lagipula ada beberapa informasi yang ingin diketahui oleh seseorang namun tidak ditampilkan di media. Perkembangan IT yang terjadi saat ini nampaknya menjadi salah satu solusi jitu untuk mengatasi masalah tersebut. Saat ini banyak sekali software yang diciptakan untuk membantu penanganan bencana. Penggunaan software dan jaringan internet merupakan upaya yang sangat baik dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan penyelamatan korban bencana. Penggunaan internet dan sotware akan membantu terintergrasinya seluruh data korban dan informasi terkait daerah bencana. Salah satu aplikasi yang mampu melakukan hal tersebut adalah SAHANA. SAHANA merupakan aplikasi manajemen bencana berbasis web untuk
2

UU no 24 tahun 2007 pasal 48 Aditya Rizki. Keampuhan Jejaring Informasi dan Sosial dalam Menghadapi Bencana di Indonesia

http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/05/30/keampuhan-jejaring-informasi-dan-sosial-dalammenghadapi-bencana-di-indonesia/ diunduh 24 November 2011 pukul 19.15

mengelola informasi selama operasi penyelamatan, pemulihan dan rehabilitasi yang dikembangkan oleh kelompok relawan TI dari Sri Lanka, yang dipimpin oleh Lanka Software Foundation. SAHANA terinspirasi dari tsunami besar yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Gempa ini melanda beberapa negara, diantranya Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand 4 Dalam upaya penyelamatan korban yang terjadi pada saat itu, para relawan dan tim penyelamat mengalami kesulitan dalam memberikan pertolongan pada korban. Luasnya daerah serta banyaknya korban menyebabkan adanya kesulitan dalam pencarian korban. Hal ini diperparah dengan tidak adanya suatu informasi yang terintegrasi sehingga menyulitkan kegiatan penyelamatan. SAHANA sebagai suatu aplikasi penanggulangan bencana mampu menjawab tantangan tersebut. Berkat adanya SAHANA maka kegiatan penyelamatan dan penyebaran informasi bencana lebih mudah dilakukan. SAHANA sendiri nampaknya memiliki beberapa kelebihan dibanding satu aplikasi bencana lain sehingga aplikasi ini digunakan oleh banyak negara dalam membantu penanganan bencana di negaranya. Beberapa negara tersebut adalah:5 Tsunami Srilanka Gempa Kashmir, Pakistan Tanah longsor Guinsaugon, Filipina Gempa Jogjakarta, Indonesia Gempa Peru, Peru Badai Katrina, Amerika Serikat Gempa sinchuan, Cina

2005 2006 2007 2008

Salah satu kelebihan SAHANA dibanding aplikasi penanggulangan bencana lain adalah SAHANA berbasis free and open source software (FOSS), yang berarti semua pengguna dapat menggunakan, menyalin, mendistribusikan, dan mengubah perangkat lunak tersebut dengan biaya yang sangat rendah.6 Hal ini penting bagi kebanyakan negara di kawasan Asia Pasifik yang notabene kemampuan ekonominya masih terbilang rendah. FOSS juga memungkinkan sistem untuk dimodifikasi untuk kondisi tertentu atau bencana tertentu. Hal ini pulalah yang mendorong Indonesia untuk menggunakan SAHANA ketika terjadi bencana gempa tahun 2006 di DIY.
4

Arfi Bambani Amri, Elin Yunita Kristanti, Indonesia di Bawah Ancaman Tsunami. http://fokus.vivanews.com/news/read/239709-indonesia--no-1-terancam-tsunami diunduh 25 November 2011 pukul 13.14 5 Mifan Careem, et al. SAHANA: Overview of a Disaster Mangement System. disampikan dalam International Conference on Information and Automation, December 15-17, 2006, Colombo, Sri Lanka 6 ibid

1.2 Pokok Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara pengguna SAHANA. SAHANA digunakan di Indonesia ketika gempa DIY tahun 2006 berlangsung. Penggunaan SAHANA di Indonesia dengan Sri Lanka memiliki beberapa perbedaan. SAHANA sebagai aplikasi berbasis FOSS dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Dengan adanya sistem yang seperti ini maka penggunaan SAHANA di DIY disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat. Keadaan dan kebutuhan masyarakat ini tentu saja berbeda dengan yang ada di Sri Lanka. Indonesia dan Sri Lanka merupakan dua negara yang sama-sama sedang berkembang. Kedua negara ini juga sama-sama terletak di benua Asia, merupakan negara maritim, menganut sistem multipartai serta banyak kesamaan lainnya. Kesamaan yang paling signifikan adalah jumlah korban kedua dari bencana yang menimpa Sri Lanka dan DIY hampir sama, yaitu sekita 30.000 orang.7 Dengan adanya berbagai kesamaan ini, seharusnya tidak banyak perbedaan yang muncul antara Indonesia dan Sri Lanka dalam hal penggunaan SAHANA. Namun pada kenyataannya berbagai modifikasi dan penyesuaian SAHANA telah dilakukan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan SAHANA di Sri Lanka dan Indonesia cukup berbeda. Ini merupaka suatu hal yang menarik untuk dibahas, oleh sebab itu penulis mengambil tema Pemanfaatan SAHANA sebagai Aplikasi Disaster Management pada Bencana Tsunami Sri Lanka Tahun 2004 dan Bencana Gempa DIY Tahun 2006

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan SAHANA sebagai aplikasi Disaster Management pada bencana Tsunami Sri Lanka tahun 2004 dan bencana gempa DIY tahun 2006.

Rita Uli. Korban Meninggal Akibat Tsunami Asia Mendekati 160.000 http://www.detiknews.com/read/2005/01/08/141048/269632/10/korban-meninggal-akibat-tsunami-asia mendekati-160000-jiwa. diunduh 27 November 2011 pukul 00.53

Jiwa.

BAB 2 KERANGKA TEORI

2.1.

Electronic Government

2.1.1. Definisi Electronic Government Menurut Bank Dunia, pengertian electronic government yaitu: ....the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with

citizen, businesses, and other arms of government. These technologies can serve a variety of different ends: better delivery of governmetn services to citizens, improved interactions with business and industry, citizen empowerment through access to information, or more efficient government management. The resulting benefits can be less corruption, increased transparency, greater convenience, revenue growth, and/or cost reductions.8 Selain itu, terdapat definisi lain mengenai e-government. E-governance entails the digitised coding, processing, storage and distribution of data relating to three key aspects of governing societies: the representation and regulation of social actors; the delivery of public services; and the generation and circulation of official information.9 Berdasarkan dua pengertian diatas, dapat ditarik satu kesimpulan mengenai electronic government atau yang disebut juga digital government. E-government merupakan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah yang mampu mentransformasi hubungan antara tiga aktor, yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta yang mana terdiri dari proses coding, penyimpanan, pendistribusian data dalam tiga aspek utama pemerintahan, yaitu dalam hal perwakilan dan regulasi, penyelenggaran pelayanan publik dan sirkulasi informasi. 2.1.2. Ruang Lingkup Electronic Government e-Government merupakan penggunaan teknologi informasi oleh organisasi sektor publik. E-government tidak hanya sekedar mengenai penggunaan internet saja. eGovernment merupakan otomatisasi kantor dan manajemen internal sistem informasi, serta expert system. Oleh karena itu, dalam memahami e-government diperlukan pula pemahaman mengenai teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan proses mengelola data menjadi informasi. Tahap selanjutnya untuk memahami e-government adalah dengan memahami egovernment sebagai sistem informasi.10 E-government system merupakan suatu sociotechnical systems karena e-government merupakan gabungan antara aspek sosial yaitu manusia dan aspek teknis. Ruang lingkup e-government tidak hanya terbatas pada pengggunaan internet saja, melainkan juga meliputi penggunaan hardware, software, telecoms, paper dan juga meliputi sumber daya manusia.

World Bank, Definition of e-government, http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTINFORMATIONANDCOMMUNICATIONAN DTECHNOLOGIES/EXTEGOVERNMENT/0,,contentMDK:20507153~menuPK:702592~pagePK:148956~pi PK:216618~theSitePK:702586,00.html [23 November 2011] 9 Chen, et.all. 2008. Digital Government: E-Government Research, Case Studies, and Implementation. New York. Springer Science+Business Media, hlm. 6. 10 Richard Heeks, 2006, Implementing and Managing E-government: An International Context , London: SAGE Publications Ltd, hlm. 4

Walaupun e-government merupakan suatu sistem informasi yang melibatkan berbagai aktivitas dan aktor, ada tiga ruang lingkup e-government yang dapat teridentifikasi. Tiga ruang lingkup e-government tersebut meliputi government-to-government (G2G), government-to-business (G2B), and government-to-citizen (G2C). Beberapa pengamat mengidentifikasi ruang lingkup yang keempat, yaitu government-to-employee (G2E). Namun demikian, karena operasional G2E merupakan kegiatan internal organisasi, G2E dapat dianggap sebagai bagian dari G2G. 11 Government-to-Government (G2G) Sektor G2G merepresentasikan tulang punggung dari e-government. Pemerintah harus meningkatkan dan meng-update sistem internal dan prosedur mereka sebelum melakukan transaksi elektronik dengan masyarakat dan swasta secara sukses. G2G meliputi berbagi data dan melaksanakan pertukaran elektronik antar aktor pemerintahan. Government-to-Business (G2B) Sektor G2B meliputi baik penjualan surplus barang pemerintah kepada publik, sama halnya dengan pengadaan barang dan jasa. G2B berpotensi untuk mengurangi biaya melalui peningkatan sistem pengadaan dan kompetisi. Government-to-Citizen (G2C) G2C didesain untuk memfasilitasi interaksi masyarakat dengan pemerintah, yang mana merupakan tujuan utama dari e-government. G2C berusaha untuk melakukan transaksi, seperti pembaruan lisensi dan sertifikat, pembayaran pajak, dan dilaksanakan dengan tujuan mengurangi waktu pelayanan dan mudah untuk dilaksanakan. G2C harus dapat didukung dengan peningkatan penggunaan alat-alat diseminasi, seperti web site atau kiosks. Selain dapat mendorong interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, G2C juga diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, seperti dalam pemilihan umum dan pengambilan keputusan. 2.1.3. Manfaat Penerapan Electronic Government E-government dapat membawa perubahan dari segala aspek penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan tersebut bertujuan untuk mempromosikan transparansi, integritas

11

Jeffrey W. Seifert, 2003, A Primer on E-government: Sector, Stages, Opportunities, and Challenges of Online Governance, diunduh dari www.fas.org/sgp/crs/RL31057.pdf , [24 November 2011], hlm. 3.

dan efisiensi dari sektor keuangan dan sektor lainnya yang berhubungan.12 Selain ketiga hal diatas, manfaat lain yang didapatkan dari penerapan e-government yaitu pemerintah dapat berkembang dan semakin canggih, masyarakat dapat secara elektronik berinteraksi dengan pemerintah dalam berbagai ruang. 13 Adapun manfaat e-government dapat dirasakan oleh tiga aktor, yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta.14 1. Bagi pemerintah Hukum dan Pengambilan Keputusan; e-government dapat menjadi sebuah katalis bagi terjadinya reformasi administrasi; Pembuatan kebijakan yang lebih cepat dan lebih baik; Sosialiasi suatu peraturan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih luas. Peraturan yang lebih baik; proses perizinan lebih cepar; pengumpulan pajak lebih tepat; regulasi lingkungan lebih mudah dipenuhi. Pelayanan kepada masyarakat dan bisnis yang lebih efisien; wajah yang lebih baik, pemangkasan biaya; kontrol terhadap korupsi. 2. Bagi Swasta Meningkatkan kecepatan dalam bertransaksi bisnis Kemudahan melaksanakan bisnis dengan pemerintah Iklim investasi yang lebih baik Transparan 3. Bagi Masyarakat Hemat dalam biaya dan waktu Kepastian dalam mendapatkan pelayanan Kualitas hidup yang lebih baik Kemudahan untuk mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan Memberikan kenyamanan dengan berbagai saluran dan media layanan yang ditawarkan Adanya kemungkinan masyarakat melakukan self-service. 2.1.4. Tahapan Electronic Government
12

United Nations, 2010, United Nations E-government Survey 2010: Leveraging e-government at atime of financial and economic crisis, New York: United Nations Publishing, hlm. 26. 13 Ibid. 14 J. Satyanarayana, (n.d), e-Government Principles, National Institute for Smart Government, http://siteresources.worldbank.org%2FINTEGOVERNMENT%2FResources%2FeGovPrinciplesJS5Nov06.ppt, [diunduh 24 November, 2011], slide 13-15.

Terdapat empat tahapan e-government yaitu15: 1. Presence Presence merupakan tahap pertama dalam pengembangan dan penerapan egovernment dalam penyaluran informasi. Tahap ini merupakan tahapan yang paling sederhana dan tidak terlalu mahal, tetapi hanya menawarkan sedikit pilihan kepada masyarakat. Contohnya adalah Web site yang menyediakan informasi mengenai organisasi tersebut, seperti jam operasional, alamat email, atau nomor telepon, tapi tidak memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi. Web site hanya bersifat pasif dalam memberikan informasi. Beberapa pengamat mengatakan bahwa jenis web site seperti ini merupakan brochureware, yang mana brosur yang berbentuk elektronik. 2. Interaction Tahap kedua adalah interaksi. Adanya web site teleh berupaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat berinteraksi dengan pemerintah. Namun demikian, jenis interaksi yang dilakukan masih sangat terbatas dalam hal berhubungan dengan fungsi pemerintahan. Interaksi masih relatif sederhana dan berkisar tentang pemberian informasi. Jenis interaksi ini didesain untuk membantu para pelanggan agar tidak harus datang langsung ke kantor atau menelpon. Hal-hal yang dapat ditemui pada tahap ini adalah tata cara mendapatkan pelayanan, formulir yang dapat diunduh, atau alamat e-mail yang dapat merespon pertanyaan-pertanyaan pengunjung web site. 3. Transaction Tahap ini lebih kompleks dibandingkan dengan hanya sekedar pemberian informasi. Tahap ini membuat para klien dapat menyelesaikan seluruh tahapan pelayanan secara elektornik kapan saja. Dengan demikian, para klien dapat melakukan self-service untuk melakukan perbaruan lisensi, pembayaran pajak, pendaftaran kontrak pengadaan. 4. Transformation Tahapan akhir dari evolusi e-government adalah transformasi. Pada tahap ini, kapasitas teknologi dimanfaatkan secara maksimal untuk mentransformasi bagaimana fungsi pemerintah diorganisasi dan dilaksanakan. Dengan kata lain, egovernment yang telah sampai pada tahap ini diharapkan mampu menghilangkan agency-centric solution dan mewujudkan costumer-centric solution. Pada tahap
15

Jeffrey W. Seifert, Op.cit, hlm. 10-11.

10

yang lebih maju lagi, e-government dapat berpotensi mengorganisasi ulang, mengkombinasi dan menghilangkan organisasi yang telah ada dan menggantikannya dengan organisasi yang virtual. Selain tahapan diatas, terdapat tahapan e-government lainnya, yaitu16: 1. Emerging Presence Tahap ini merupakan tahap embrionik e-government, dimana menyediakan feature yang interaktif seperti e-mail atau formulir on-line. Penerapan e-government suatu organisasi yang masih berada pada tahap ini ditandai dengan adanya website yang masih kurang maksimal, artinya kurangnya interaksi yang dapat dilakukan pemerintah dengan masyarakat. Selain itu, masih sedikitnya informasi mengenai cara mengakses suatu pelayanan dan masih tidak memiliki links dengan badan pemerintahan lainnya. 2. Enhanced Presence Pada tahap ini, e-government sudah lebih baik dibandingkan dengan tahap pertama. Informasi yang ada disediakan lebih bervariasi terkait informasi ekonomi, peraturan, investasi, kesehatan, dan lain sebagainya. 3. Interactive Presence Tahap ini mulai mengarah kepada pendekatan citizen-centric yang dapat dilihat dari isi, informasi, dan layanan yang diberikan. Isi, informasi dan layanan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Layanan dan informasi harus dapat dengan mudah didapatkan dan digunakan merupakan prioritas. Adanya pelayanan yang interaktif antara pemerintah dengan masyarakat. Selain itu, interaksi juga terjadi antara pemerintah dengan masyarakat melalui e-mail dan feature pendapat lainnya. 4. Transactional Presence Pada tahap ini, suatu organisasi pemerintah sudah secara sepenuhnya memanfaatkan e-government dalam melakukan transaksi dengan masyarakat, misalnya pembayaran secara on-line melalui kartu kredit. Review dari beberapa model tahapan e-government
16

dapat digunakan

untuk

menghasilkan model empat tahapan berikut (Ebrahim et al., 2003)17: Informasi: publikasi dasar dari informasi pada sebuah web site statis

United Nations Division for Public Economics and Public Administration, 2002, Benchmarking Egovernment: A Global Perspective, New York, hlm. 17-19. 17 Richard Heeks, Op.cit, hlm. 48

11

Interaksi: Komunikasi dua arah yang mungkin terjadi anatara pemerintah dengan penggunan web, contohnya pengisian formulir pendaftaran online. Transaksi: Semua proses pemerintahan dapat dilaksanakan secara online, termasuk pembayaran, mendapatkan manfaat, dan mendapatkan izin/lisensi. Integrasi: Proses back-office diubah dengan melakukan integrasi vertikal tingkatan yang berbeda atau integrasi horisontal yang menyatukan fungsi. dari

2.2.

Disaster Management Sebelum membahas mengenai bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi dalam disaster management, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai disaster management itu sendiri. Berikut adalah definisi dari disaster management: Disaster management encompasses all aspects of planning for and responding to disasters, including hazard analysis, vulnerability reduction (preparedness), prevention, mitigation, response, recovery and rehabilitation.18 Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa disaster management merupakan suatu proses yang sangat komplek dimulai dari tahapan perencanaan penanggulangan bencana sampai pada tahap merespon bencana yang sedang terjadi. Disaster management mencakup proses penilaian kerusakan akibat bencana, pencegahan, mitigasi, respon, pemulihan dan rehabilitasi. Disaster management dikenal sebagai dimensi dari tanggung jawab pemerintah, sehingga tidak jarang baik di tingkat nasional, regional maupun loka terdapat badan yang mengurusi masalah penanggulangan bencana. Disaster management dapat dibagi kedalam dua fase, yaitu fase penyelamatan darurat (emergency rescue) dan fase rehabilitasi.19 Fase penyelamatan darurat dilakukan dengan pendistribusian makanan dan selimut kepada para korban bencana. Oleh karena itu, sangat penting pemerintah lokal yang bertugas mampu mengetahui kebutuhan para korban dan mendistribusikan bantuan secepat mungkin.20 Fase rehabilitasi dan rekonstruksi juga merupakan fase yang sangat penting dilakukan pasca bencana. Dampak jangka panjang dari bencana alam sanag penting untuk diperhatikan. Misalnya adanya dampak penyakit epidemik seperti korela dan malaria harus segera ditangani oleh dinas kesehatan dengan membangun

18

Steven Donohue et al., (n.d), Disaster Management, www.hst.org.za/uploads/.../chapter24_00.pdf [24 November 2011], hlm. 457 19 Ibid, hlm. 459 20 Ibid, hlm. 460

diunduh

dari

12

pusat operasional kesehatan di tempat bencana untuk segera memberikan pengobatan. Selain itu, juga melakukan perbaikan dan pembangunan kembali infrastruktur yang rusak.21 Belum ada suatu standarisasi yang mendefinisikan fase-fase dari siklus disaster management. Berbagai badan menggunakan siklus berbeda sesuai dengan tujuan mereka. Namun demikian, terdapat suatu kesepakatan bahwa aktivitas disaster management harus dilaksanakan dalam suatu siklus. Gambar berikut ini mengilustrasikan fase-fase dari siklus disaster management.

Gambar Disaster Management Cycle Sumber: Baskoro, et al. (2008)22

Fase-fase dari siklus disaster management dapat dijelaskan sebagai berikut23: Mitigasi (mitigation): aktivitas yang mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya atau resiko dan mengurangi kemungkinan resiko menjadi bencana.
21 22

Pengurangan resiko (Risk Reduction): tindakan antisipatif yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi resiko dari hasil bencana.

Ibid, hlm. 461 D Ajie Baskoro, Firma Hadi dan Diki Andeas, SAHANA Disaster Management System, FOSS GIS & SAHANA Training, UNDP International Open Source Network, dan Ristek, diunduh dari http://SAHANAcentral.iosn.telehealth.ph/files/presentationSAHANA/SAHANA%20%28Indonesia%29.pdf [24 November 2011], hlm. 7. 23 Chanuka Wattegama, 2007, ICT for Disaster Management , Bangkok: United Nation Development Programme-Asia-Pasific Development Information Programme (UNDP-APDIP) and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development (APCICT), hlm. 5.

13

Pencegahan (Prevention): mencegah terjadinya bencana Kesiapan (Preparedness): persiapan atau perencanaan dibuat untuk melindungi nyawa atau properti, dan membantu operasional pelayanan tanggap darurat dan pelayanan. Fase ini meliputi implementasi, sistem peringatan dini, pembangunan kapasitas masyarakat agar dapat bereaksi dengan tepat saat terjadi bencana.

Tanggap (Response): tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa korban dan mencegah kerusakan properi, dan untuk menjaga lingkungan saat terjadi bencana. Fase ini merupakan tahap implementasi dari rencana tindakan (action plans).

Pemulihan (Recovery): tindakan memantau dan membantu masyarakat untuk kembali kepada kondisi semula setelah bencana.

2.3. Pemanfaatan ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam Disaster Management Tahap penting pertama dalam mengurangi dampak bencana adalah dengan menganalisis potensi resiko dan mengidentifikasi ukuran yang dapat mencegah, memitigasi atau mempersiapkan bila terjadi hal yang darurat. Teknologi informasi dan Komunikasi (ICT) memainkan peran yang signifikan dalam memperlihatkan area yang beresiko, vulnerabilities, dan berpotensi mempengaruhi populasi dengan memproduksi analisis berbasis geografi, contohnya sistem informasi geografi (geographic information system). Dengan adanya penggunaan teknologi misalnya dalam peringatan dini bencana, dapat mengurangi jumlah korban jiwa dan kerusakan properti. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu kunci implementasi yang efektif dari sistem peringatan dini bencana dan prosedur evakuasi.24 Peringatan dapat didefinisikan sebagai proses mengkomunikasikan informasi mengenai resiko atau ancaman kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang berpotensi terhadap jiwa dan properti mereka.25 Suatu bencana memang tidak dapat dihindari tetapi kerusakan dan dampak negatif dari bencana tersebut dapat dimimalisir atau dikurangi. Oleh karena itu, penting adanya
24 25

Ibid, hlm. 6 Ibid, hlm. 7

14

sistem peringatan dini bencana. Tujuan dari adanya peringatan dini adalah untuk menjamin pada tahap terbaik bahwa resiko tidak menjadi suatu bencana. Peringatan bencana seharusnya tidak ambigu, mengkomunikasikan setiap resiko secara ringkas dan menyediakan petunjuk penting.26 Dalam perkembangannya, terdapat berbagai mana media dan channel yang dapat digunakan untuk mendukung implementasi disaster management, khususnya media dan channel berbasis teknologi informasi. Berikut adalah beberapa media-baik yang tradisional maupun modern-yang dapat digunakan secara efektif dalam upaya peringatan bencana. Beberapa media atau channel dapat lebih efektif bila dibandingkan dengan yang lain, tergantung kepada bencana, wilayah, status sosial elonomi masyarakat dan arsitektur politik mereka. Namun demikian, semua media dapat dikombinasikan. Adapun media dan channel yang dapat digunakan dalam disaster management, yaitu sebagai berikut27: Radio dan televisi, dianggap sebagai media elektronik paling tradisional dalam peringatan bencana. Efektifitas penggunaan kedua media ini sangat tinggi bahkan di negara berkembang, karena kedua media ini dapat dengan cepat menyebarluaskan peringatan bencana kepada masyarakat luas. Namun demikian, efektifitas kedua media ini dapat menurun ketika keduanya pada malam hari tidak dinyalakan. Telepon (Fixed and Mobile), dapat memegang peranan penting dalam mengurangi jumlah korban jiwa. Di beberapa negara, mekanisme yang digunakan berbentuk telephone trees dimana seorang individu yang mendapat peringatan bencana harus melakukan panggilan telepon dengan lima orang secara acak. Pesan Singkat (Short Message Service), merupakan layanan yang tersedia dalam telepon genggam yang mampu mengirimkan pesan singkat antara pengguna telepon genggam Cell Broadcasting, saat ini sistem wireless dapat mendukung cell broadcasting. Dengan menggunakan media ini, peringatan bencana dalam bentuk teks dapat dikirim dalan ditampilkan pada semua layar dari mobile devices di seluruh penjuru negeri. Keuntungan dari media ini adalah tidak memerlukan biaya tambahan dalam menggunakannya, tidak mempengaruhi lalu lintas, sangat mampu menjangkau jutaan orang antar benua dalam satu menit, dan sangat geo-spesific sehingga mencegah dari kepanikan dan kemacetan.
26 27

Ibid. Ibid, hlm. 9-

15

Radio Satelit, merupakan radio digital yang dapat menerima sinyal, yang mana mampu mencakup wilayah geografis yang lebih luas bila dibandingkan dengan radio signal. Radio satelit dapat memainkan peranan penting baik dalam peringatan bencana maupun pada proses pemulihan bencana.

Sirene Internet/email, peran internet dan email dapat berperan dalam peringatan bencana tergantung kepada penetrasinya dalam komunitas dan penggunaannya oleh professional, seperti responden dan badan terkait. Media ini dapat memainkan peran penting pada negara-negara maju yang tingkat koneksi internetnya sudah tinggi, tetapi belum demikian pada negara-negara berkembang.

2.3.1. Aktor dalam Disaster Management United Nation International Strategy for Disaster Reduction (UN/ISDR)

mengidentifikasi beberapa aktor penting dalam proses disaster management, khususnya peringatan bencana. Berikut adalah aktor yang memainkan peran penting dalam proses disaster management, yaitu28: Komunitas, Komunitas merupakan aktor yang sangat penting dalam peringatan bencana karena masukan dari mereka kedalam sistem dan kemampuan mereka merespon menentukan sejauh mana resiko yang berhubungan dengan bencana. Komunitas harus peduli terhadap dampak negatif yang mungkin terjadi dan mampu mengambil tindakan spesifik untuk mengurangi kerusakan dan kehilangan. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh lokasi geografis dari komunitas tersebut. Pemerintah daerah, pemda harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bencana apa saja yang dapat menimpa komunitasnya, dan juga harus aktif terlibat dalam mendesain dan menjaga sistem peringatan dini, dan mengerti informasi yang ada sehingga bisa menginstruksikan kepada masyarakat untuk mengambil langkahlangkah tertentu demi meningkatkan keamanan mereka. Pemerintah Nasional, bertanggung jawab dalam hal pembuatan kebijakan dan kerangka kerja yang memfasilitasi peringatan dini, dan bertanggungjawab dalam

28

Ibid, hlm. 8

16

hal pengadaan sistem teknis yang diperlukan untuk persiapan dan pemasangan sistem peringatan bencana yang efektif. Institusi dan organisasi regional, seharusnya menyediakan pengetahuan dan saran untuk mendukung upaya nasional dalam mengembangkan kemampuan operasional suatu negara dalam disaster management. Badan internasional harus menyediakan dukungan kepada aktivitas peringatan dini dan mendorong terjadinya pertukaran pengetahuan dan data antar negara. Dukungan dapat berupa pengadaan informasi, technical assistance, dan dukungan kebijakan dan organisasional untuk menjamin pengembangan dan perkembangan kemampuan operasional negara dan badan yang bertanggungjawab dalam praktek peringatan dini. Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs) memainkan peranan penting dalam meningkatkan kepedulian individu dan organisasi yang terlibat dalam peringatan dini dan implementasi peringatan dini, khususnya pada level pemerintah. Selain itu, NGO memainkan peran advokasi penting dalam memastikan bahwa sistem peringatan bencana tetap berada dan menjadi agenda dari pembuat kebijakan pemerintah.

2.3.2. GIS (Geographic Information System) dalam Disaster Management GIS dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem hardware dan software yang digunakan untuk penyimpanan, perolehan kembali, pemetaan, dan analisis data geografis. GIS menampilkan data spasial sebuah wilayah yang dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, manajemen sumber daya dan perencanaan pengembangan. Pekerjaan dan proses disaster management melibatkan sejumlah besar badan yang bekerja di area berbeda, sehingga kebutuhan akan informasi geografi dalam rangka pengambilan keputusan penting sangat tinggi. Dengan menggunakan GIS, badan yang terlibat dapat berbagi informasi melalui database dalam komputer. Tanpa adanya GIS tersebut, para pekerja penanggulangan bencana harus mengakses sejumlah manajer departemen dengan peta dan data unik mereka. Kebanyakan bencana tidak bisa mentoleransi waktu untuk pengumpulan data tersebut. Jadi,

17

GIS dapat menyediakan suatu mekanisme untuk menyebarkan dan menvisualisasikan informasi penting pada saat darurat.29 Sedangkan, pendapat lain menjelaskan GIS yang sudah maju sebagai berikut: More advanced GIS applications also include such capabilities as statistical analysis, operation research modeling and automated spatial modeling, mobile computing features using real time or near real time data (e.g., global position systems data), enterprise-wide database integration, user-controlled customization of analytical and modeling tools, and deployment of expert systems and artificial intelligence agents.30 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa GIS bukan hanya sekedar alat atau aplikasi namun lebih kepada suatu sistem yang sangat kompleks yang dapat digunakan untuk membantu proses disaster management. GIS sendiri memiliki manfaat pada setiap fase disaster management31: Tahap perencanaan, mengidentifikasi potensi masalah merupakan prasyarat utama dalam disaster management. Dengan menggunakan GIS sangat dimungkinkan untuk mengetahui tren dari resiko atau bencana yang akan terjadi dan mulai untuk mengevaluasi konsekuensi dari keadaan darurat dan bencana. Ketika bencana dilihat dengan peta data, seperti bangunan, area pemukiman, sungai, jalan, pipa air, hutan dan fasilitas lainnya, maka para pekerja penanggulangan bencana dapat memformulasikan upaya mitigasi, persiapan, respon dan kemungkinan kebutuhan pemulihan. Tahap penanggulangan (Mitigation), setelah situasi potensi darurat berhasil diidentifikasi, maka upaya mitigasi bencana dapat segera ditujukan dan dilaksanakan. Dengan adanya data dari GIS, maka dapat mengevaluasi kerusakan bencana dan menentukan fasilitas yang perlu dikonstruksi atau yang dapat dijadikan tempat relokasi. Penggunaan database yang terhubungan dengan geographic feature yang ada pada GIS dapat membuat tugas monitoring bencana dapat dilakukan. Tahap persiapan (Preparedness), pada tahap persiapan dan respon ini, GIS dapat secara akurat mendukung proses respon dengan menentukan rute evakuasi. GIS juga dapat mendukung proses perencanaan penyebaran logistik melalui jalan, jembatan, bandara, rel kereta api dan pelabuhan. Selain itu, perencanaan kamp-kamp pengungsian dapat pula dilakukan melalui GIS. Melalui informasi yang ditampilkan
29 30

Ibid, hlm. 16-17 Alexei Pavlichev and G. David Garson (eds), 2004, Digital Government Principles and Best Practices , Hershey: IDEA GROUP PUBLISHING, Chapter 16: Digital Government and Geographic Information Systems. 31 Chanuka Wattegama, Op.cit, hlm. 17-18

18

oleh GIS, maka para pekerja penanggulangan bencana dapat mengetahui lokasi bencana dan dapat mengestimasi jumlah makanan, kantong tidur, pakaian dan obatobatan yang diperlukan di setiap tempat penampungan korban. Di tambah lagi, GIS dapat menampilkan real-time monitoring, artinya dengan GIS, para pekerja penanggulangan bencana dapat memantau dan memonitor secara langsung dan kapan saja keadaan daerah bencana serta keadaan tempat penampungan para korban.

19

BAB 3 GAMBARAN UMUM

3.1.

Gambaran Umum Negara Sri Lanka Sri Lanka merupakan suatu negara yang bernama Republik Sosial Demokratis Sri

Lanka. Jumlah penduduk Srilanka pada tahun 2010 mencapai 20,4 Juta jiwa. Ibukota Srilanka adalah Colombo (sebagai kota komersial) dan Sri Jayawardenepura (kota administratif). Berikut adalah gambaran umum mengenai Republik Sosial Demokratis Sri Lanka. Negara Sri Lanka memiliki wilayah seluas 65,610 sq km (25,332 sq miles). Angka harapan hidup masyarakat Sri Lanka bagi pria 71 tahun, sedangkan wanita 79 tahun. Dari segi ekonomi, pendatan per kapita Sri Lanka pada tahun 2009 : US $1,990. Ekspor utama Sri Lanka yaitu pakaian, tekstil, teh, karet, dan kelapa. Sedangkan dari segi telekomunikasi, Sri lanka memiliki domain internet, yaitu .lk. Untuk kode telepon internasional +94.32 Untuk lebih jelas, berikut adalah peta negara Sri Lanka:

32

BBC, 15 December 2010, Srilanka Profile, diunduh darri http://www.bbc.co.uk/news/world-south-asia12000326, [24 November 2011]

20

Gambar 3.1 Peta Sri Lanka


Sumber: http://travel.state.gov/travel/cis_pa_tw/cis/cis_1025.html,

Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa batas negara Sri Lanka, yaitu bagian utara berbatasan dengan India, bagian selatan berbatasan dengan samudra india. Sebelah barat berbatasan dengan teluk bengal dan bagian timur berbatasan dengan gulf of mannar. Dari aspek mutu manusia dan pendidikan, Human Development Index Sri Lanka berada pada peringkat 184 dunia. Sedangkan untuk indeks kesetaraan berada pada peringkat 134, indeks kesetaraan gender berada pada peringkat 146, dan indeks kemiskinan multidimensional berada pada peringkat 109.33 Hal ini memperlihatkan bahwa Sri Lanka masih sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama dari aspek kesehatan, akses pada pendidikan dan standar hidup. Sistem pemerintahan Sri Lanka adalah semi presidensial dan semi parlementer dengan ekonomi yang sedang berkembang. Keadaan politik dan keamanan negara Sri Lanka masih memprihatinkan. Sri Lanka mengalami perang saudara selama lebih 26 tahun. Namun demikian, akhirnya pada tahun 2009, konflik yang terjadi selama 26 tahun tersebut berakhir dengan kemenangan Pemerintah Sri Lanka atas Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE). Pada masa perang, LTTE memiliki sejarah melawan kemanusian. Sekarang, keadaan politik dan keamanan Sri Lanka sudah semakin membaik. Saat ini sudah tidak ada lagi serangan teroris dan pemerintah telah memiliki kewenangan atas seluruh wilayah pulau Sri Lanka. 34. Berikut adalah gambar bendera Sri Lanka. 35 Dari aspek kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, Sri Lanka merupakan negara yang masih rendah dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Hal ini ditunjukkan dari tabel berikut ini:
33

United Nation Development Programme, 2011, Human Development Report 2011:Sustainability and Equity:A Better Future for All, diunduh dari hdrstats.undp.org/images/.../LKA.pdf [24 November 2011] 34 U.S Departement of State, Sri Lanka Country Specific Information, diunduh dari http://travel.state.gov/travel/cis_pa_tw/cis/cis_1025.html, [24 November 2011] 35 Flags of Sri Lanka, diunduh dari http://www.geographic.org/flags/sri_lanka_flags.html, [24 November 2011].

21

Tabel 3.1. Tingkat Intensitas Penggunaan TIK dengan Analisis Kluster


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Negara Korea Selatan Singapura Taiwan Jepang Hongkong Malaysia UEA Bahrain Makao Israel Arab Saudi Qatar Kuwait Brunei Lebanon PNG Maldives Iran Cina Tingkat TIK No. Sangat Tinggi 20. Sangat Tinggi 21. Sangat Tinggi 22. Sangat Tinggi 23. Sangat Tinggi 24. tinggi 25. tinggi 26. tinggi 27. tinggi 28. tinggi 29. Menengah 30. Menengah 31. Menengah 32. Menengah 33. Menengah 34. rendah 35. rendah 36. rendah 37. rendah 38. Sumber: Budi Hermana, (n.d). Negara Filipina Mongolia Palestina Yordania Oman Thailand Kyrgyzstan Syria Sri Lanka Indonesia India Vietnam Pakistan Yaman Kamboja Myanmar Nepal Bangladesh Laos Tingkat TIK rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

Tingkat intensitas penggunaan ICT di Sri Lanka masih rendah. 36 Namun demikian, sama halnya dengan pemerintah lain di dunia, Pemerintah Sri Lanka juga mengembangkan egovernment. Pada tahun 2010, e-government rangking Sri Lanka, yaitu menempati peringkat ke-tiga di wilayah Asia Selatan, peringkat 31 di Asia dan menempati peringkat 111 global. Sedangkan untuk kategori online service index, Sri Lanka menempati peringkat 97.37 2.2 Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat propinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 38

36

Budi Hermana, (n.d). Teknologi Informasi dan Komunikasi di Negara-Negara Asia: Hubungannya dengan Variabel Ekonomi Makro dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, diunduh dari bhermana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../ICT+di+Asia.pdf [24 November 2011],hlm. 7. 37 S.K. Belal Hassan, 2010 E-government Survey and Sri Lanka, diunduh dari unpan1.un.org/intradoc/.../UNPAN047294.pd... [24 November 2011], slide. 29. 38 Pemda DIY.Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). http://www.pemda-diy.go.id/ diunduh 23 November 2011 pukul 21.34

22

Gambar 3.2 Peta DIY


Sumber: Indonesia.go.id

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km, terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Setiap kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah. 39 Dari sisi demografi, menurut sensus penduduk yang dilaksanakan pada oleh Biro Pusat Statistik, diketahui bahwa pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk DIY adalah adalah sebagai petani. Selain potensi bencana yang telah disebutkan sebelumnya, DIY juga memiliki potensi gempa. Hal ini ditunjukkan dengan sering terjadinya gempa di tempt tersebut. Pada tahun 1867 terjadi gempa yang memberi catatan korban meninggal dan luka-luka yang cukup banyak, dan meninggalkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur pada daerah yang cukup luas. Pada tahun 1943 terjadi lagi gempa bumi yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 213 orang (31 korban meninggal di Jogjakarta), 2800 rumah hancur, dan daerah yang mengalami kerusakan paling parah yaitu Kebumen dan Purworejo. Pada tahun 1981 terjadi kembali gempa di daerah Jogjakarta dan sekitarnya, meskipun tidak sampai menimbulkan korban jiwa dan kerusakan parah pada bangunan. Gempa terbesar yang pernah terjadi di DIY adalah gempa dengan kekuatan sekitar 5,9 skala Richter yang melanda DIY dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006.
39

3.457.491 jiwa dengan 1.708.910

penduduk laki-laki dan 1.748.581 penduduk perempuan.40 Mata pencarian utama penduduk

40

Pemda DIY. Kondisi Fisik DIY http://www.pemda-diy.go.id/ diunduh 24 November pukul 20.58 BPS Yogyakarta. Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin http://yogyakarta.bps.go.id/ diunduh 23 November pukul 21.27

(Final).

23

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum SAHANA Permasalahan yang sering dihadapi setelah terjadinya bencana adalah pencarian orang

hilang dan segera mengungsikan korban yang selamat, mengkoordinasikan seluruh organisasi dan kelompok dan membantu mereka untuk dapat bekerja sama secara efektif, mengelola berbagai macam permintaan dari daerah yang terkena bencana dan berupaya menyesuaikan permintaan para korban dengan berbagai bantuan yang diberikan, dan yang terakhir adalah melacak seluruh lokasi tempat penampungan. 41 Berbagai permasalahan ini harus dapat segera ditangani agar para korban bencana tidak terjangkit penyakit setelah adanya bencana. Upaya dalam rangka mengatasi berbagai tantangan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan
41

Isuru Samaraweera, SAHANA Disaster Management System and Tracking Disaster Victims, 24th APAN Meeting, diunduh dari [25 November 2011], slide 3.

24

teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka penanggulangan bencana, salah satunya adalah aplikasi SAHANA.

4.1.1. Pengertian dan Manfaat SAHANA SAHANA adalah sebuah sistem disaster management. SAHANA merupakan web berbasis portal yang memiliki berbagai sub aplikasi yang bertujuan mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan segala informasi mengenai bencana tersebut dalam satu sumber. 42 SAHANA sangat bermanfaat dalam menyatukan segala informasi terkait orang hilang, daerah yang terkena bencana, kebutuhan para korban, dan dapat mengkoordinasikan berbagai tindakan organisasi penanggulangan bencana nasional dan internasional agar terintegrasi dan terkomando. SAHANA dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat, pemerintah, sektor swasta, para sukarelawan dan para korban sendiri. 43 SAHANA dapat berfungsi menghubungkan masyarakat, pemerintah, swasta dan sukarelawan dalam upaya pemberian pertolongan dan rehabilitasi kepada masyarakat. SAHANA merupakan suatu sistem yang digunakan pasca bencana. Selain pemaparan diatas, terdapat beberapa keterangan lain mengenai SAHANA. SAHANA is a Free and Open Source Software (FOSS) application that aims to provide a comprehensive solution for information management in relief operations, recovery and rehabilitation. (SAHANA adalah sebuah software gratis dan open source applications yang bertujuan untuk menyediakan suatu solusi komprehensif dalam manajemen informasi pada proses operasi, pemulihan dan rehabilitasi).44 SAHANA yang merupakan software open source sehingga sangat mudah untuk digunakan dan dapat digunakan oleh siapa saja. Proyek SAHANA lahir sebagai aplikasi FOSS yang ditujukan untuk disaster management, kolaborasi dan koordinasi pasca bencana tsunami 2004. SAHANA mendapatkan banyak perhatian dari para pengembang dan para konsultan kemanusiaan dari penjuru dunia. Alasan utama dari suksesnya SAHANA karena sifatnya yang open source dan untuk tujuan kemanusiaan.45

42 43

Ibid, slide.4 Ibid. 44 Mifan Careem et al., SAHANA: Overview of a Disaster Management System , Proceedings of the International Conference on Information and Automation, December 15-17, 2006, Colombo, Sri Lanka, diunduh dari [23 November 2011], hlm. 1. 45 Ibid.

25

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan FOSS, yaitu bebas digunakan dan dibagi; standar dan kodenya terbuka; multiplatform; dibangun bersama-sama berdasarkan kebutuhan, berdasarkan kasus di lapangan, berdasarkan pengalaman; didukung oleh komunitas baik teknikal maupun humanitarian FOSS. Sedangkan, kelemahan dari FOSS adalah dokumentasi belum lengkap.46 Hal yang menjadi alasan para pengembang proyek SAHANA membuatnya berbasis FOSS adalah sebagai berikut: berbasis internet sehingga mudah diakses; handal dan teruji; mudah didapatkan (time critical); transparansi data; interoperabilitas; legal; terjangkau; spesifikasi teknis terbuka; multiplatform; support atau dukungan dari komunitas.47 Pada perkembangannya, SAHANA selanjutnya dibedakan atas dua fase, yaitu fase I dan fase II. Fase I dikembangkan pasca tsunami Asia 2004 di Sri Lanka oleh center of humanitarians agencies.48 SAHANA fase I secara resmi digunakan oleh CNO ( Center of National Operations) Sri Lanka sebagai bagian portal resmi mereka pada tahun 2005.
49

Sedangkan SAHANA fase II dipergunakan pada beberapa jenis bencana lainnya, seperti

pada bencana gempa Jogjakarta tahun 2006. Berbeda dengan SAHANA fase I, SAHANA fase II dikembangkan dan didesain kembali oleh Lanka Software Foundation serta disponsori oleh Swedish International Development Agent. Ada beberapa kelebihan SAHANA fase II, yaitu lebih fleksibel dan lebih kuat serta melayani dan mengurus lebih banyak jenis bencana. SAHANA fase II dikembangkan oleh tim pengembang yang terstruktur dan proses pengembangan yang juga lebih terstruktur. SAHANA fase II ini memiliki tim inti yang menjamin kualitas dan stabilitasnya serta didukung oleh pengembang komunitas. Model ini sangat mirip dengan model pengembangan proyek Mozilla Firefox. Walaupun SAHANA fase II disponsori oleh pemerintah Swedia, saat ini mayoritas pengembangan SAHANA dilakukan di Sri Lanka bersama dengan 60 orang dari komunitas global yang berkontribusi di berbagai area. Adapun tiga manfaat utama dari proyek dan pengembangan SAHANA fase I dan fase II tersebut yaitu50: 1. Menolong dan mengurangi penderitaan korban dengan pemanfaatan ICT yang efisien 2. Menyediakan kolaborasi untuk semua pihak 3. Memberdayakan/ memandirikan korban 4. Menangani dan melindungi data korban
46 47

D Ajie Baskoro et al., Op.cit, slide. 13. Ibid, slide 14. 48 Ibid, slide 15. 49 Mifan Careem, Op.cit, hlm. 3 50 D Ajie Baskoro et al., Op.cit, slide 16.

26

4.1.2. Teknologi dan Modul SAHANA Teknologi dan feature yang terdapat pada SAHANA yaitu FOSS/LAMP,

Synchronization, Web Services, Messaging (SMS, CAP,SMTP), Localization, Spatially enabled (GIS), PDA/Mobile Accessibility dan LiveCD, LiveUSB.51 SAHANA sebagai salah satu aplikasi penanggulangan bencana memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:52 Sebuah rancangan yang fleksibel dan modular, termasuk front-end controller yang membuatnya lebih mudah mensinkronisasikan seluruh modul. SAHANA memiliki rancangan yang fleksibel dan modular sehingga dapat diubah, dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan pemakaian serta jenis bencana yang ada. Sistem ini juga memungkinkan adanya sinkronisasi dan integrasi data dari semua data yang ada. Keamanan data yang terjamin SAHANA merupakan sebuah aplikasi yang membutuhkan adanya suatu server induk yang mengintegrasikan dan mensinkronisasikan keseluruhan data yang ada di dalam SAHANA. Server induk ini memiliki server-server turunan lain yang akan membantunya mengintegrasi dan mensinkronisasi data. Server ini juga bertugas untuk untuk mengendalikan data yang akan ditampilkan. Data yang akan ditampilkan dan disebarluaskan secara umum ini sebelumnya akan dicek kebenarannya sehingga data yang ditampilkan adalah data yang akurat dan benar. Selain itu karena berbasis web, maka data tidak akan hilang meski terjadi bencana lain di daerah yang bersangkutan. Berbasis web sehingga mudah diatur dan diakses Aplikasi SAHANA yang berbasis web membuat SAHANA mudah untuk diakses. Selain itu aplikasi yang berbasis open source memudahkannya untuk diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dari pengguna. Dukungan untuk deteksi modifikasi serta penambahan modul baru serta instalasi yang dinamis bagi konsfigurasi modul pihak ketiga. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, SAHANA dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dari si pengguna. Namun modifikasi ini haruslah memiliki standar yang baku karena apabila tidak ada standar yang berlaku sama maka SAHANA tidak
51 52

Isuru Samaraweera, Op.cit., slide 5. Mifan Careem, et al. SAHANA: Overview of a Disaster Mangement System. disampikan dalam International Conference on Information and Automation, December 15-17, 2006, Colombo, Sri Lanka

27

akan dapat diintegrasikan. Maka dari itu SAHANA memiliki server induk yang juga berfungsi untuk menetapkan standar bagi penggunaan SAHANA di suatu daerah. Theme dan layout yang sederhana untuk diaplikasikan Theme dan layout yang dipergunakan dalam SAHANA terbilang cukup sederhana sehingga mudah dimengerti dan tidak menimbulkan kerancuan bagi orang awam. Dapat diaplikasikan pada database (komputer) biasa Dalam pengaplikasian SAHANA tidak diperlukan alat atau sistem tertentu. Hanya dengan komputer biasa, SAHANA dapat diaplikasikan. Sistem administrasi yang berfungsi untuk modul administrasi SAHANA hanya membutuhkan satu sistem administrasi sebagai server induk. Server induk inilah yang nantinya akan mengintegrasikan dan mengsinkronisasi semua modul yang ada. Selain teknologi yang ada, SAHANA juga memiliki beberapa modul, yaitu aplikasi yang memiliki fungsinya tersendiri yang kesemuanya akan saling berkolaborasi untuk membantu penanganan bencana. Modul yang ada dalam SAHANA adalah sebagai berikut53: Missing Persons Registry (MPR) yaitu sebuah papan buletin online yang menampung informasi mengenai orang hilang dan ditemukan. Modul ini berisi mengenai Informasi tentang orang hilang, orang yang mencari mereka juga informasi mengenai pencarian yang dilakukan. Modul ini membantu para keluarga untuk mencari anggota keluarga lainnya. Berikut ini adalah skema informasi yang ada dalam MPR.

53

ibid

28

Gambar 4.1 Alur Pelaporan Orang Hilang dalam SAHANA Sumber: www.apan.net/meetings/xian2007/presentations/dm/SAHANA.ppt Organization Registry (OR) berfungsi untuk melacak semua organisasi-organisasi bantuan, masyarakat sipil serta relawan yang ada di wilayah bencana. Modul ini berisi contact information, area dimana mereka memberikan bantuan serta jangkauan pelayanan yang diberikan.

29

Gambar 4.2 Modul Organization Registry


Sumber: www.apan.net/meetings/xian2007/presentations/dm/SAHANA.ppt

Shelter Registry (SR) berfungsi melacak lokasi semua kamp di wilayah bencana dan menyediakan beberapa data dasar tentang fasilitas yang disediakan dan jumlah orang di dalamnya. Melalui modul ini juga dapat diketahui menganai cara mengontak kamp yang diinginkan.

Gambar 4.3 Modul Shelter Registry


Sumber www.apan.net/meetings/xian2007/presentations/dm/SAHANA.ppt

30

Request Management System (RMS) yaitu sebuah pusat papan buletin online dimana organisasi yang akan memberikan bantuan, relawan, pemerintah dan manager kamp dapat mencocokkan sumbangan yang sakan diberikan dengan sumbangan yang dibutuhkan. Modul ini membantu pemerintah untuk memastikan tidak ada korupsi yang terjadi serta mengawasi transparansi bantuan.

Gambar 4.4 Modul Request Management System


Sumber : www.apan.net/meetings/xian2007/presentations/dm/SAHANA.ppt

Selain empat modul utama yang ada, SAHANA juga memiliki beberapa modul lain yang dapat dimanfaatkan dalam penanggulangan bencana, yaitu: Child Protection System (CPS). Inventory Control and Catalog System (ICCS) Situation Mapping (SM): Kolaborasi aplikasi pemetaan untuk monitoring bencana. Data Import (DI): Data import dipergunakan untuk mendukung interoperabilitas denga aplikasi dan dataset lainnya. Mobile Messaging (MM): pesan multi format cocok untuk SAHANA.

4.2. Pemanfaatan SAHANA dalam Penanggulangan Bencana Tsunami Sri Lanka 2004

31

Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 mendorong terwujudnya proyek disaster management yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Proyek tersebut bernama SAHANA. Proyek SAHANA dikembangkan pertama kali dalam rangka menanggulangi bencana tsunami di Sri Lanka. Pengembangan proyek SAHANA di Sri Lanka terinspirasi dari konsep humanitarian-FOSS.54 Diantara negara-negara yang terkena dampak tsunami tersebut, Sri Lanka termasuk salah satu negara yang terkena dampaknya, lebih dari 1,000,000 Jiwa terkena dampaknya. Bencana tsunami yang dahsyat telah melanda Sri Lanka pada tahun 2004. Bencana silam tersebut telah merengut 30,000 jiwa dan sekitar 1,000,000 jiwa harus kehilangan tempat tinggal dan harus tinggal di barak-barak pengungsian yang tersebar di Sri Lanka. 55 Dampak dari adanya tsunami tersebut yaitu, korban jiwa dan kerugian material. Pemerintah Sri Lanka mengestimasi kerusakan yang disebabkan oleh tsunami tersebut mencapai $1,5 Miliar. Sedangkan, berdasarkan hasil penilaian gabungan yang dilakukan oleh Asian Development Bank, The Japan Bank for International Cooperation, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Bank Dunia mengestimasi kerugian Sri Lanka mencapai $2,15 Miliar.
56

Tsunami 2004 yang

terjadi di Srilanka merupakan bencana alam terburuk dalam sejarah Sri Lanka. Tsunami telah merengut nyawa 35,322 orang dan 150,000 kehilangan tempat tinggal, kerusakan rumah, infrastruktur, sekolah, hotel turis, dan bangunan komersil lainnya. Bahkan, sampai saat kejadian tersebut terjadi, kata tsunami sama sekali belum dikenal oleh kalangan profesional dan masyarakat Sri Lanka.57 Dampak bencana tsunami yang begitu besar mendorong banyaknya bantuan dari seluruh dunia ke Sri Lanka. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu sistem disaster management yang mampu mengkoordinasikan berbagai bantuan agar lebih efektif. Para sukarelawan yang berasal dari industri ICT yang ada di Sri Lanka bersama-sama membangun SAHANA Disaster Management System dalam kurun waktu 2-3 minggu dan akhirnya SAHANA digunakan secara resmi untuk melacak para keluarga korban dan mengkoordinasikan seluruh bantuan selama dan pasca krisis tsunami di Sri Lanka. 58
54

Nah Soo Hoe, 2006, Breaking Barriers: The Potential of Free and Open Source Software for Sustainable Human Development, New Delhi: UNDP ASIA-PACIFIC DEVELOPMENT INFORMATION PROGRAMME, hlm. 55. 55 Sri Lanka Tsunami Disaster, 28 Desember 2004, diunduh dari http://www.sinhaya.com/tsunami.htm [25 November 2011] 56 Tsunami Information Project Tamil Information Centre, 15 March 2006, Report Number 6: Sri Lanka Tsunami Situation Report, United Kingdom: Thulasi, hlm. 12. 57 A.K.W. Jayawardane, Disaster Mitigation Initiatives in Sri Lanka, diunduh dari http//management.kochitech.ac.jp%2FPDF%2FIWPM%2FIWPM_Jayawardane.pdf. [25 November 2011], hlm. 2 58 Nah Soo Hoe, Op.cit, hlm. 56

32

Pada awalnya, proyek SAHANA di Sri Lanka dikembangkan oleh inisiatif dari masyarakat (civil society). Proyek SAHANA dikembangkan dan dijaga oleh suatu tim berdedikasi yang terdiri dari enam pengembang dengan pendampingan dan bantuan dari komunitas FOSS dunia. Pengembang SAHANA di Sri Lanka merupakan sebuah organisasi lembaga swadaya masyarakat yang bernama Lanka Software Foundation (LSF).59 Pemakaian dan pemanfaatan SAHANA pasca bencana tsunami Sri Lanka tahun 2004 merupakan pemanfaatan SAHANA fase I. SAHANA fase I merupakan sistem asli SAHANA digunakan pertama kali pada bencana tsunami Asia dan dikembangkan oleh sukarelawan di Asia. SAHANA fase I ini dibangun sebagai sebuah kesatuan dari interkoneksi subsistem yang dapat berinteraksi satu sama lain melalui suatu shared database. FOSS LAMP digunakan sebagai platform yang menjalankan aplikasi ini. Sistem operasi yang digunakan yaitu Debian GNU/Linux, Apache sebagai web server, MySQL sebagai database, dan PHP or Java language digunakan untuk menulis (write) aplikasi ini. 60 Dengan adanya konsep shared database, setiap organisasi di Sri Lanka, baik pemerintah maupun non-pemerintah, mengumpulkan data lapangan dan mengolahnya di kantor masing-masing. Selanjutnya, setiap dari mereka akan memilih data dan informasi mana yang akan dibagi dan dipertukarkan ke server induk SAHANA melalui jaringan internet. Server induk SAHANA akan merangkum semua data dari berbagai organisasi tersebut sebagai database dan bisa diakses oleh siapapun. Sistem ini memungkinkan adanya cek silang dan saling melengkapi antar data yang terangkum. Dengan demikian, masyarakat luas dan organisasi pemberi bantuan lain akan dengan mudah bisa mendapatkan data dan informasi yang diperlukan melalui satu pintu, sebagai hasil kolaborasi bersama.

59 60

Ibid, hlm. 55 Ibid, hlm.57

33

Gambar 4.5 Sistem Server SAHANA di Sri Lanka


Sumber: Isuru Samaraweera (Core Team SAHANA Project). SAHANA Disaster Management System and Tracking Disaster Victims disampaikan dalam APAN Meeting

4.2.1. Aktor-Aktor Pengembang dan Pengguna Aplikasi SAHANA di Sri Lanka SAHANA merupakan suatu web berbasis portal yang dapat digunakan dan diakses oleh pihak mana saja dan kapan saja. SAHANA dapat dipergunakan oleh pemerintah nasional, pemerintah lokal, komunitas, organisasi regional, institusi internasional, lembaga swadaya masyarakat (NGOs). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing aktor pengguna SAHANA: Komunitas: Proyek SAHANA pada awalnya dikembangkan atas inisiatif komunitas. Komunitas tersebut terdiri dari ahli manajemen darurat, konsultan humanitarian, akademik dan pengembang FOSS.61 Citizen (masyarakat): Masyarakat dapat mengakses informasi terkait anggota keluarga mereka yang hilang. Masyarakat dapat menjadi user SAHANA setelah melakukan registrasi dan mendapatkan user id dan password. Pemerintah Nasional: Sistem SAHANA selanjutnya pada tahun 2005 digunakan secara resmi oleh organisasi pemerintah Sri Lanka, yaitu Center of National
61

Nah Soo Hoe, Op.cit, hlm. 58.

34

Operations (CNO). Adapun peran dan fungsi CNO dalam pemanfaatan dan penggunaan SAHANA tersebut adalah untuk memonitor dan mengkoordinasikan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah, badan, dan institusi lainnya yang terkait dengan usaha bantuan pasca tsunami. Tujuan CNO adalah untuk memastikan bahwa semua upaya penanggulangan bencana tsunami sesuai dengan tujuan dari program bantuan pemerintah dan mencegah terjadinya duplikasi kerja serta memaksimalkan penggunaan sumber daya secara efisien.62 Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, CNO memanfaatkan dan menggunakan SAHANA. CNO bertugas mengkoordinasikan dan mengumpulkan segala informasi terkait korban bencana dan upaya penanggulangan bencana serta meng- input data dan informasi tersebut ke SAHANA. CNO juga bertugas meng- update setiap data dan informasi yang ada. CNO berperan sebagai administrator SAHANA bencana tsunami Sri Lanka 2004. Pemerintah daerah dan organisasi regional: Kedua jenis organisasi ini yang memiliki kewenangan dalam hal penanggulangan bencana juga dapat mengakses dan memasukkan data dan informasi terkait bencana tsunami Sri Lanka. Institusi internasional: Dukungan institusi internasional diberikan
63

kepada

pengembangan dan pemanfaatan SAHANA Sri Lanka, diantaranya yaitu oleh Google Inc, IBM, CISCO, MIT Lincoln Laboratory dan lain sebagainya. Selain itu, organisasi donor internasional (World Bank dan UNHCR) juga dapat dengan mudah mengakses setiap informasi mengenai kondisi para korban sehingga memudahkan mereka memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan para korban. Institusi internasional ini harus mendaftar terlebih dahulu untuk mendapatkan user id dan password untuk dapat mengakses data dan informasi yang terdapat pada SAHANA. Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs): Dukungan formal kepada para komunitas selain berasal dari pemerintah Sri Lanka, juga berasal dari level organisasi non-profit dalam negeri Sri Lanka, seperti Lanka Software Foundation. Lanka Software Foundation (LSF) yang pertama kali memberikan dukungan dalam pengembangan proyek SAHANA di Sri Lanka guna menanggulangi bencana tsunami Sri Lanka. LSF
62

Center for National Operations,diunduh dari http://www.globalhand.org/en/organisations/23389, [26 November 2011]. 63 Avelino J. Cruz, Jr. (2005), SAHANA Free and Open Source Software for Humanitarian Assistance and Disaster Management, diunduh dari http://www.slideshare.net/SAHANAFOSS/SAHANA-open-world-forumslides [26 November 2011, slide 11

35

sendiri mendapatkan dukungan dari sponsornya seperti, perusahaan komersial, institusi bantuan internasional, universitas dan individu. Dukungan dan bantuan yang diberikan dapat berupa bantuan keuangan, peralatan, infrastruktur, pelayanan dan sumber daya manusia. Pengembang software di LSF terdiri dari orang kontrakan dari berbagai perusahaan, dan mahasiswa industrial.64

4.2.2. SAHANA sebagai Bentuk Penerapan Electronic Government di Sri Lanka SAHANA merupakan salah satu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mentransformasi hubungan antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta atau pihak lainnya, khususnya dalam hal penanggulangan bencana. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu sistem penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah saja, masyarakat saja, atau organisasi sukarelawan saja, tapi harus melibatkan semua pihak. Oleh karena itu, kehadiran SAHANA menjadi sangat penting sebagai alat penghubung dan komunikasi antara para aktor penanggulangan bencana agar proses penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat sasaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa SAHANA merupakan salah bentuk penerapan electronic government di Sri Lanka. Berdasarkan ruang lingkup e-government, SAHANA merupakan suatu aplikasi yang dapat mengakomodasikan semua ruang lingkup e-government, yaitu government to citizen, government to government. Government to citizen (G2C): Pemerintah dalam hal ini CNO berperan dalam memonitor dan juga selalu melakukan up-date terhadap data-data dan informasi mengenai upaya penyelamatan dan upaya pemulihan pasca tsunami. Selanjutnya, informasi yang diunggah oleh CNO dapat diakses oleh masyarakat luas, baik para keluarga korban secara individu, maupun berbagai lembaga swadaya masyarakat dan institusi donor internasional yang ingin memberikan bantuan kepada para korban. Government to government (G2G): Data dan informasi yang diunggah oleh CNO terkait segala upaya penanggulangan bencana tsunami dapat pula diakses oleh pemerintah lainnya yang juga terkait dalam upaya penanggulangan bencana, yaitu
64

Ibid, hlm. 56.

36

Task Force for Rescue and Relief (TAFRER), Task Forces for Law and Order and Logistics (TAFLOL) dan Task Forces to Rebuild the Nation (TAFREN).65 Selain itu, SAHANA juga bisa menjadi media interaksi dan sharing data antara CNO sebagai pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang terlibat langsung dalam proses dan kegiatan penanggulangan tsunami.

Berdasarkan tahapan e-government yang telah disebutkan pada bab 2 kerangka teori, pemanfaatan dan penggunaan SAHANA dalam upaya penanggulangan bencana tsunami Sri Lanka tahun 2004 telah memasuki tahapan interactive presence. Tahap ini mulai mengarah kepada pendekatan citizen-centric yang dapat dilihat dari isi, informasi, dan layanan yang diberikan. Isi, informasi dan layanan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. SAHANA berupaya untuk memenuhi hal tersebut. Sebagai sebuah sistem yang terbuka, SAHANA berfungsi untuk saling berbagi informasi dan data terkait keadaan daerah bencana (database geospasial, pemetaan situasi, laporan situasi dan keadaan terkini), manajemen sumber daya (manajemen sukarelawan, logistik, donasi, manajemen kegiatan pencarian korban, bantuan makanan, perawatan kesehatan), manajemen korban (registrasi korban, pencarian korban, identifikasi korban bencana, registrasi korban hilang, penemuan orang hilang), manajemen bantuan (registrasi organisasi donor, registrasi penampungan). Adanya SAHANA membuat lebih cepat proses pertolongan para korban karena para sukarelawan dan tim penanggulangan bencana dapat mengetahui dengan cepat dan tepat mengenai kebutuhan dan bantuan yang segera diperlukan oleh para korban di daerah bencana, sehingga tidak terjadi ketidaksesuian antara bantuan dengan kebutuhan para korban. Selain berfungsi memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang bencana yang terjadi, SAHANA juga memberikan sarana interaksi antara para pengguna SAHANA. Interaksi yang dapat dilakukan dapat berupa e-mail, mobile apps (iphone dan android), alerting system (CAP). Masyarakat dapat langsung mengakses ke situs www.SAHANA.lk untuk melihat berbagai informasi bencana tsunami Sri Lanka dan dapat pula mengirimkan email kepada administrator yang pada saat pasca tsunami Sri Lanka dikelola oleh National Center Operation (NCO).

65

Abeygunawardena et al., Sri Lanka: Post Tsunami Recovery and Reconstruction , Joint Report of the Government Sri Lanka and DevelopmentPartners, Decemeber 2005, hlm. 3.

37

4.3.

Pemanfaatan SAHANA dalam penanggulangan Bencana Gempa DIY 2006 SAHANA digunakan di DIY untuk membantu penanggulangan gempa yang terjadi

pada 27 Mei 2006. Gempa ini terjadi di pagi hari tepatnya pada waktu 5:53:58 WIB dengan kekuatan 5,9skala richter. Pusat gempa terletak pada koordinat 7,962 LS dan 110,458 BT, kurang lebih 20 km sebelah tenggara Jogjakarta atau 455 km sebelah tenggara Jakarta dengan kedalaman cukup dangkal yaitu 10 kilometer. Gempa yang berlangsung selama kurang lebih 52 detik ini disusul dengan beberapa gempa susulan dengan skala lebih kecil dari gempa utama, meski demikian gempa susulan dengan skala 5 ke atas juga masih tercatat. Penyebab gempa bumi 27 Mei 2006, adalah aktivitas sesar mendatar ke arah barat daya menuju timur laut, berkedudukan N231E, Dip 86 Slip 3. Gempa tersebut terjadi pada kedalaman rendah di lempeng Sunda di atas zona lempeng Australia. Gerakan tektonik di Jawa didominasi oleh gerakan lempeng Australia ke arah timur laut di bawah lempeng Sunda dengan kecepatan relatif sekitar 6 cm/tahun.66 Kekuatan gempa bumi yang tergolong cukup kuat ini, kemudian terjadinya di daratan (inland) mengakibatkan timbulnya kerusakan gedung, bangunan dan infrastruktur lainnya yang cukup parah di daerah Jogjakarta, Bantul, dan sekitarnya, serta cukup banyak menelan korban jiwa. Menurut hasil catatan survey, lebih dari 5792 orang meninggal dunia, dan sekitar 37.927 ribu orang mengalami cedera. Sementara itu 86.000 rumah hancur dan kurang lebih sebanyak 283.000 rumah mengalami kerusakan dengan masing-masing tingkat kerusakan berat, sedang, dan ringan. Kerusakan bangunan paling parah terdapat disekitar Bantul, Imogiri, Piyungan, dan Klaten.67 Gempa ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 29,2 triliun.68 SAHANA diterapkan di Indonesia sebagai upaya penanganan gempa di DIY tersebut. Penggunaan SAHANA ini bukannya tanpa alasan. Sebenarnya mulanya, ada beberapa sistem penanggulangan bencana yang dipertimbangkan akan digunakan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang bertugas untuk melakukan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana.69 Dalam melaksanakan tugasnya ini, BNPB harus memiliki
66

Donum Theo. Mengingat Gempa Jogja 27 Mei 2006. http://gudeg.net/id/news/2006/10/4071/Mengingat-Gempa-Jogja-27-Mei-2006.html. diunduh 24 November 2011 pukul 18.24

67

Redaksi. Studi mekanisme gempa bumi jogja 2006 menggunakan GPS. http://geodesy.gd.itb.ac.id/? page_id=79 diundeh 23 November 2011 pukul 21.24 68 Niken Widya Yunita. Kerugian Akibat Gempa Jogja dan Jawa Tengah Mencapai Rp 29,2 T. http://www.detiknews.com/read/2006/06/13/102809/615008/10/kerugian-akibat-gempa-yogya-jawa-tengahcapai-rp-292-t. diunduh 24 November 2011 pukul 18.13 69 BNPB, Tupoksi, http://www.bnpb.go.id/website/asp/content.asp?id=27 diunduh 26 November 2011 pukul 12.51

38

sebuah sarana yang dapat memberi dan menyebarkan informasi terkini. Adanya sarana ini sangat krusial agar BNPB dapat mengatur penanganan bencana sekaligus memberi informasi pada masyarakat luas. Untuk menjawab kebutuhan akan sarana ini, digunakanlah teknologi informasi yang berbentuk aplikasi penanggulangan bencana. Di antara banyak aplikasi yang ada, SAHANA dipilih sebagai aplikasi yang digunakan dalam menanggulangi gempa di DIY. Sebenarnya beberapa aplikasi penanggulangan bencana telah coba digunakan di antaranya sistem penanggulangan bencana dari Perancis. Hanya saja, sistem yang berasal dari Prancis tersebut cukup sulit untuk dioperasikan, belum lagi membutuhkan anggaran dana yang lumayan besar sebab sistem tersebut berbentuk proprietary software yang untuk menggunakannya harus melakukan pembelian.70 Selain itu diperlukan adanya beberapa perizinan dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh aplikasi tersebut. Namun, disadari bahwa dengan aplikasi itu, akan sulit mengurus persyaratan perizinan yang kaku pada masa-masa krisis. Kebutuhan akan anggaran ini mempersulit pemerintah untuk menggunakan sistem tersebut sebab anggaran yang ada terlebih dahulu digunakan untuk memenuhi kebutuhan korban. Berbeda dengan SAHANA, SAHANA memanfaatkan teknologi free and open source software (FOSS) sehingga BNPB sama sekali tidak mengeluarkan anggaran dana untuk menerapkannya. Sistem open source ini juga menguntungkan sebab bisa diakses oleh siapa saja, termasuk BPK maupun KPK untuk keperluan audit sehingga korupsi bantuan dapat dihindari. Penggunaan SAHANA di DIY juga disesuaikan dengan keadaan di tempt tersebut. Hal ini dimungkinkan karena sebagai sistem free and open source software (FOSS) SAHANA dapat dirubah sesuai dengan keinginan pengguna. SAHANA di Indonesia dapat diakses melalui http://osdm.rakyat.web.id. Dalam penggunaan SAHANA di DIY, prioritas utama yang dilakukan adalah membuat standar bagi pengguna SAHANA sebab tanpa adanya standar tertentu maka sistem tidak dapat diintergrasikan, malah sistem akan menjadi kacau. Selain itu, dilakukan pula kustomisasi modul-modul dilakukan agar aplikasi ini bisa lebih aplikatif untuk kondisi di DIY. Penyesuaian lain yang dilakukan antara lain adanya konversi berbagai jenis satuan dari bantuan yang diberikan, atau penyederhanaan form isian agar lebih cocok digunakan di DIY.71 Peran pemerintah di SAHANA juga lebih besar, pemerintah nasional
70

Imam Indra. Yang perlu Anda Ketahui Mengenai http://www.oocities.org/imamindrap/articles/software.html diunduh 26 November 2011 pukul 12.59
71

Software.

Indra Darmawan, Sistem Informasi Bencana SAHANA Diterapkan. http://teknologi.vivanews.com/news/read/103979-sistem_informasi_bencana_SAHANA_diterapkan diunduh 24 November 2011 pukul 23.22

39

(BNPB) bertugas sebagai server induk dimana semua data yang ada akan diverifikasi dan diintegrasikan oleh BNPB. BNPB selain berperan sebagai server utama juga berperan sebagai satu-satunya server yang ada. Tidak seperti yang di Sri Lanka dimana terdapat banyak server turunan yang berada di bawah server induk. SAHANA yang digunakan di DIY ini merupakan SAHANA fase II. Berbeda dengan SAHANA fase I, SAHANA fase II ini lebih terstruktur, berkualitas dan lebih mudah dioperasikan dari pada SAHANA fase I. SAHANA fase I memang dibuat dalam keadaan krisis dan chaos sehingga memiliki banyak kekurangan. Salah satunya adalah keamanan data dalam SAHANA fase I kurang terjamin, data dapat di-hack oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk dapat menyempurnakan SAHANA fase I maka dibuatlah SAHANA fase II. Proyek yang mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 ini melibatkan Swedish International Development Cooperation Agency dan LSF Sri Lanka. Platform yang digunakan dalam SAHANA fase II sama dengan platform yang digunakan dalam SAHANA fase I, hanya saja aplikasi ini dibuat lebih sederhana agar mudah dimengerti serta lebih ditekankan sisi keamanan datanya.72

4.3.1. Aktor-Aktor Pengembang dan Pengguna Aplikasi SAHANA di DIY SAHANA merupakan salah satu bentuk penerapan e-government di Yogyakarta. Adanya SAHANA menyebabkan terjalinnya kerjasama yang lebih baik antara masyarakat, pemerintah dan swasta dalam hal penanggulangan bencana. Kemunculan SAHANA ini membantu pemerintah berkoordinasi dengan pihak swasta dan masyarakat secara lebih mudah.SAHANA digunakan sebagai penghubung antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penanggulangan gempa DIY. Berikut ini penjelasan mengenai aktor-aktor pengguna SAHANA dan fungsi SAHANA sebagai penyambung koordinasi antar aktor-aktor tersebut: Pemerintah nasional: Pemerintah nasional, dalam hal ini diwakili oleh BNPB, berperan sebagai server induk dalam penggunaan SAHANA di DIY. Dengan adanya SAHANA maka pemerintah dapat mengupdate informasi mengenai sejauh apa penanganan bencana yang telah dilakukan. Mulai dari jumlah

72

Nah Soo Hoe, 2006, Breaking Barriers: The Potential of Free and Open Source Software for Sustainable Human Development, New Delhi: UNDP ASIA-PACIFIC DEVELOPMENT INFORMATION PROGRAMME, hlm. 55.

40

relawan yang ada, jumlah sumbangan yang telah sampai, korban jiwa, korban selamat dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan penanggulangan bencana menggunakan berbagai modul yang ada dalam SAHANA, misalnya Organization Registry (OR), Request Management System (RMS), Shelter Registry (SR), Missing Persons Registry (MPR) dan modul-modul lainnya. Selain dapat memberikan informasi mengenai bencana yang terjadi, pemerintah juga dapat menggunakan SAHANA untuk memantau keadaan di lokasi bencana. Hal-hal yang dapat dipantau misalnya jumlah sumbangan yang sudah diterima, relawan yang bertugas, shelter bencana yang terdapat di lokasi bencana dan lain-lain. Secara singkat, SAHANA membantu pemerintah nasional untuk mengupdate informasi di lokasi bencana. Masyarakat (citizen): Masyarakat sudah tentu akan merasa terbantu dengan adanya aplikasi ini, bukan hanya masyarakat yang menjadi korban bencana namun juga masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat terbantu dalam mencari anggota keluarganya yang berada di daerah bencana menggunakan modul Missing Persons Registry (MPR) yang ada di aplikasi ini. Melalui aplikasi ini masyarakat akan dapat mengetahui bagaimana status anggota keluarganya (meninggal, selamat ataupun hilang). Ketika anggota keluarganya dikabarkan hilang maka SAHANA juga akan menjelaskan mengenai bagaimana kondisi pencarian dari orang tersebut. Hal ini tentu saja akan membantu penyebaran informasi bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi yang cepat dan benar mengenai anggota keluarganya. Bagi masyarakat yang ingin memberikan bantuan ataupun menjadi relawan, SAHANA membantu menunjukkan bantuan apa saja yang dibutuhkan serta daerah-daerah yang menjadi titik pusat bencana. Aplikasi ini akan membantu pendistribusian relawan dan bantuan agar menjadi lebih efektif dan terkoordinasi menggunakan Organization Registry (OR), Request Management System (RMS). Pemerintah daerah dan organisasi regional: Kedua organisasi ini akan terbantu untuk melihat bagaimana keadaan di lokasi bencana serta dapat menyebarkan informasi mengenai apa yang terjadi di lokasi bencana. Kedua organisasi ini bertugas membantu BNPB dalam pengaplikasian SAHANA. Namun

41

kewenangan yang dimiliki BNPB lebih besar dibanding kewenangan kedua organisasi ini. Pihak asing : SAHANA merupakan sebuah sistem yang baru digunakan di Indonesia khususnya di DIY. Oleh karena itu tidak heran bila pemerintah Indonesia tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengoperasikan sistem ini, apalagi sebagai server induk. Bantuan dari berbagai pihak yang lebih ahli sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu pemeritah meminta bantuan dari Australian Computer Society (ACS) dan UrRemote Group yang terlebih dahulu telah mempelajari penggunaan SAHANA, untuk membantu dan mengajari cara menggunakan SAHANA. Komunitas dan LSM: Diwakili oleh Indonesian Whitewater Association dan Indonesian Rescue Source. Bantuan dari pihak LSM maupun komunitas dalam negeri, khususnya yang berkecimpung di bidang IT sangat diperlukan sebab para pegawai pemerintah tidak semuanya melek akan teknologi, terutama pegawai di daerah73. Sedangkan pemerintah tidak mungkin sepenuhnya bergantung kepada pihak asing yang tidak mungkin selamanya akan terus membantu pemerintah. Karena itulah LSM dan komunitas IT dimintai bantuannya untuk mengoperasikan SAHANA serta mempelajari cara penggunaannya. Apabila cara penggunaan sudah diketahui, maka pemerintah tidak perlu meminta bantuan dari pihak asing lagi. Cukup LSM dan komunitas IT inilah yang nantinya akan membantu pemerintah. Selain itu SAHANA juga digunakan oleh berbagai komunitas serta LSM yang mengirimkan relawan atau bantuan saat bencana DIY berlangsung. LSM dan komunitas, sebagaimana masyarakat hanya memanfaatkan SAHANA secara umum sebagai pengguna, yaitu melihat dan memasukkan informasi tertentu yang ingin mereka ketahui atau mereka bagi dengan orang lain. Swasta: Bagi pihak swasta, aplikasi ini berguna salah satunya untuk melihat status bantuan yang sudah diberikan. Misalnya ada pihak swasta yang memberikan suatu bantuan pada korban bencana, SAHANA dapat digunakan untuk melihat bagaimana status bantuan tersebut, apakah sudah sampai atau belum dan didistribusikan kemana bantuan tersebut. adanya aplikasi ini

73

Redaksi. PNS Jangan Gaptek. http://radarlampung.co.id/read/opini/tajuk/33817-pns-jangan-gaptek diunduh 27 November 2011 pukul 00.24

42

memastikan bahwa bantuan yang ada sampai ke tangan orang yang tepat, tanpa perlu khawatir adanya korupsi. Modul yang ada di dalam SAHANA ini memberikan berbagai kegunaan baik bagi masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Koordinasi di antara tiga aktor ini akan menjadi lebih cepat dan mudah berkat SAHANA. Selain itu pertukaran informasi yang dilakukan atara ketiga pihak ini akan menjadi lebih efisien karena menggunakan internet yang berbiaya rendah.

4.3.2. SAHANA sebagai Bentuk Penerapan Electronic Government di di DIY. Dalam pengimplementasian SAHANA, SAHANA telah memasuki tahapan Interactive Presence dalam e-government. Dalam tahapan ini, terjadi interaksi antara pemerintah dan masyarakat dimana masyarakat atupun swasta dapat memasukkan suatu informasi dalam SAHANA yang akan direspon pemerintah dengan cara mengecek kebenaran dari informasi tersebut dan seandainya informasi tersebut dianggap benar maka pemerintah akan memasukkan info tersebut dalam SAHANA. Respon pemerintah tidak hanya sebatas mengecek kebenaran mengenai suatu informasi yang dimasukkan ke dalam SAHANA tapi juga kegiatan tindak lanjut lain yang diperlukan. Misalnya ketika ada masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya saat gempa dan memasukkan info pencariannya dalam SAHANA, maka pemerintah akan berusaha mencari orang tersebut. Dalam pencarian, pemerintah tidak akan bekerja sendiri, namun akan membagi informasi tesebut dan meminta bantuan dari relawan, tim penyelamat asing serta masyarakat sekitar. Nantinya apabila orang tersebut telah ditemukan, maka informasinya akan kembali dimasukkan ke dalam SAHANA. SAHANA sendiri merupakan suatu bentuk e-government yang melingkupi: Government to citizen (G2C) : Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah memiliki peran yang penting dalam penggunaan SAHANA di DIY. Pemerintah disini berperan sebagai administrator ataupun server induk. SAHANA di DIY telah dimodifikasi untuk menjaga akuntabilitas dan kesahihan datanya. Pemerintah tidak akan memberikan otorisasi setingkat administrator kepada pihak lain, semisal LSM serta organisasi non pemerintahan lainnya. Mereka hanya dapat melihat namun tidak dapat merubah data yang telah ada. Dengan cara ini pemalsuan data tidak akan terjadi. Meski begitu, Teknologi

43

open source yang dimiliki SAHANA tetap memberikan ruang dibuatnya semacam versi Wiki dari SAHANA BNPB, sehingga setiap orang bisa berkontribusi untuk berbagi informasi, sebelum pada tahap berikutnya, data tersebut diklarifikasi dan dijadikan data resmi yang telah diverifikasi BNPB. 74 Di Indonesia satu-satunya server yang sekaligus berfungsi sebagai server induk adalah BNPB meski pengoperasian sistem tidak dilakukan oleh BNPB secara langsung. Sistem ini dioperasikan oleh Indonesian Whitewater Association dan Indonesian Rescue Source dengan dukungan dari UrRemote Group dan Badan Teknologi Komunikasi Australian Computer Society (ACS).75 Mereka adalah pihak swasta yang terdiri dari LSM, komunitas serta pihak asing yang membantu pemerintah dalam pengoperasian SAHANA. Government to government (G2G): Semua informasi yang ada di dalam SAHANA dapat diintegrasikan dengan sebuah database yang mencakup semua informasi dari seluruh SAHANA yang digunakan di dunia. Sistem pengintegrasian ini sama dengan yang digunakan di Sri Lanka. Aplikasi ini dapat membuat pemerintah-pemerintah di dunia menjadi saling terhubung. 4.4. Pemanfaatan SAHANA dalam Sistem Disaster Management Sri Lanka dan DIY Berdasarkan teori disaster management yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat lima fase siklus disaster management, yaitu mitigasi (mitigation), pengurangan resiko (Risk Reduction), pencegahan (Prevention), persiapan (Preparedness), tanggap (Response): tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa korban dan mencegah kerusakan properi, dan untuk menjaga lingkungan saat terjadi bencana. Fase ini merupakan tahap implementasi dari rencana tindakan (action plans), dan tahap. pemulihan (Recovery): tindakan memantau dan membantu masyarakat untuk kembali kepada kondisi semula setelah bencana. Pemanfaatan SAHANA pasca bencana tsunami Sri Lanka merupakan bagian dari siklus disaster management. Pemanfaatan SAHANA pada bencana tsunami di Sri Lanka lebih diperuntukkan kepada tindakan untuk menyelamatkan korban yang selamat pasca bencana tsunami, sehingga SAHANA digunakan pada tahap tanggap (response). SAHANA berada
74

Indra Darmawan, Sistem Informasi Bencana SAHANA Diterapkan. http://teknologi.vivanews.com/news/read/103979-sistem_informasi_bencana_SAHANA_diterapkan diunduh 24 November 2011 pukul 23.22 75 Elanto Wijoyono. SAHANA dari Bencana. Buletin KOMBINASI Edisi 20/Mei 2007 Hlm 16-17. combine.or.id

44

pada tahap response dimana SAHANA dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pasca bencana tsunami, yaitu untuk mengetahui perkembangan jumlah korban, pencarian korban hilang, pemberian bantuan dan data tempat penampungan. Selanjutnya, SAHANA di Sri Lanka juga dimanfaatkan pada tahap recovery (pemulihan). SAHANA digunakan sebagai sumber informasi tentang keadaan terkini dari daerah bencana melalui aplikasi situasion mapping. Melalui gambar dan informasi yang terdapat di SAHANA, badan pemerintah terkait dan organisasi donor internasional yang akan melakukan upaya rekonstruksi dan pemulihan pasca bencana tsunami Sri Lanka dapat melihat kondisi dari daerah bencana. Informasi yang didapatkan sangat bermanfaat dalam rangka proses perencanaan rekonstruksi pasca bencana tsunami Sri Lanka. Setelah berakhirnya masa recovery, SAHANA masih dapat dipergunakan. SAHANA dapat dipergunakan pada tahap preparedness, yaitu rencana dan persiapan apabila terjadi bencana, seperti early warning system dan capacity building/edukasi. SAHANA selanjutnya dapat dipergunakan pula sebagai alat peringatan dini bencana kepada masyarakat dan juga sebagai media edukasi disaster management bagi masyarakat Sri Lanka. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pemanfaatan SAHANA pada bencana gempa DIY tahun 2006. SAHANA sebagai bagian dari disaster management memiliki beberapa tahapantahapan tertentu yang menunjukkan bagaimana peranannya di dalam penanggulangan sebuah bencana. SAHANA sendiri berada di dalam tahapan tanggap atau response. SAHANA berada di dalam tahapan ini sebab SAHANA membantu dalam hal penyelamatan. SAHANA memang sebuah aplikasi yang dilakukan untuk penanggulangan bencana, bukan untuk antisipasi, prediksi ataupun pencegahan bencana. Oleh sebab itu SAHANA tidak termasuk dalam tahap mitigasi (mitigation), pengurangan resiko (risk reduction) ataupun pencegahan (prevention). SAHANA merupakan aplikasi yang digunakan saat bencana telah terjadi, bukan dalam tahap persiapan bencana. Meskipun begitu SAHANA juga belum bisa dimasukkan dalam tahap pemulihan (recovery). Hal ini disebabkan oleh SAHANA yang memang hanya berfokus pada penyelamatan dan penanganan korban, belum digunakan hingga tahapan pemulihan bangunan fisik ataupun mental dari para korban bencana.

45

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan SAHANA merupakan suatu web portal yang berbasis Free Open Source Software (FOSS) yang bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan segala informasi mengenai bencana dalam satu sumber, sehingga dapat dengan mudah digunakan dan diakses oleh siapa saja. SAHANA memiliki berbagai teknologi dan feature yang beragam seperti, FOSS/LAMP, Synchronization, Web Services, Messaging (SMS, CAP,SMTP), Localization, Spatially enabled (GIS), PDA/Mobile Accessibility dan LiveCD, LiveUS. SAHANA juga memiliki berbagai modul, misalnya Organization Registry (OR), Request Management System (RMS), Shelter Registry (SR), Missing Persons Registry (MPR) dan modul-modul lainnya. SAHANA fase I digunakan dalam upaya penanggulangan bencana tsunami Sri Lanka 2004 dan SAHANA fase II digunakan dalam upaya penanggulangan bencana gempa DIY 2006. Walaupun berbeda fase, pemanfaatan SAHANA baik di Sri Lanka maupun di DIY tidak terlalu jauh berbeda. Pemanfaatan SAHANA merupakan salah satu bentuk penerapan electronic government baik di Sri Lanka maupun di DIY karena merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat mentransformasi hubungan dan interaksi antara aktor-aktor yang terlibat dalam fase disaster management agar proses penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat sasaran. Dengan adanya SAHANA, dapat tercipta interaksi antara para aktor, yaitu badan pemerintah, masyarakat, swasta, organisasi non-profit (LSM) dan organisasi internasional, artinya aplikasi SAHANA berada pada tingkatan interactive presence. Pemanfaatan SAHANA dalam sistem disaster management di Sri Lanka masuk ke dalam tahap response dan recovery, sedangkan pemanfaatan SAHANA dalam sistem disaster management DIY berada pada tahap response dan belum masuk ke tahap recovery. Pemanfaatan SAHANA sangat membantu dalam proses penanggulangan bencana tsunami Sri Lanka dan gempa DIY, khususnya dalam proses penyelamatan korban, pencarian korban hilang, dan pemberian bantuan kepada korban di tempat-tempat pengungsian.

46

5.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan dalam rangka pemanfaatan SAHANA ini, yaitu: Sebaiknya pemerintah maupun dari perusahaan komersial dapat lebih mendukung program pengembangan proyek SAHANA Untuk kedepannya, alangkah baiknya bila SAHANA juga dapat dimanfaatkan pada fase preparedness (persiapan sebelum bencana), seperti sistem peringatan dini dan edukasi disaster management kepada masyarakat. Sebaiknya penggunaan SAHANA lebih disosialisasikan kepada masyarakat karena masih banyak masyarakat tidak mengetahui mengenai aplikasi ini

Anda mungkin juga menyukai