Anda di halaman 1dari 20

ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS I.

Pengertian Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Patogenesis Ensefalitis Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak. Penyebab Ensefalitis: Penyebab terbanyak : adalah virus Sering : - Herpes simplex - Arbo virus Jarang : - Entero virus - Mumps - Adeno virus Post Infeksi : - Measles - Influenza - Varisella Post Vaksinasi : - Pertusis Ensefalitis supuratif akut : Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan T. Pallidum. Ensefalitis virus:

I.

Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,variola. Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis : - Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen. - Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang. II. PENGKAJIAN 1. Identitas Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur. 2. Keluhan utama Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun. 3. Riwayat penyakit sekarang Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala. 4. Riwayat penyakit dahulu Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll. 6. Imunisasi Kapan terakhir diberi imunisasi DTP Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis. - Pertumbuhan dan Perkembangan POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat a. Kebiasaan sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh) b. Status Ekonomi Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah. 2. Pola Nutrisi dan Metabolisme a. Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi

III.

Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh., b. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan. . c. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat badan kurang dari normal. Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun Umur (dalam tahun) x 2 + 8 Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir. Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang. Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi. Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal. 3. Pola Eliminasi a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. b. Kebiasaan Miksi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal. Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun ,konsentrasi urine pekat. Pola tidur dan istirahat Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma. Pola Aktivitas

4.

5.

a Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan. b Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk . Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi ane berat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan pertumbuhan. Pola Hubungan Dengan Peran Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma. Pola Persepsi dan pola diri Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri Yang meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan. Pola sensori dan kuanitif a. Sensori - Daya penciuman - Daya rasa - Daya raba - Daya penglihatan - Daya pendengaran Pola Reproduksi Seksual Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada. Pola penanggulangan Stress Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan - Stress fisiologi biasanya anak hanya dapat mengeluarkan dengan afasia. Stress Psikologi tidak di evaluasi air mata saja ,tidak bisa menangis keras (rewel) karena terjadi

6.

7.

8.

9. 10. kesadaran :

11.

Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Anak umur 3-4 tahun belumbisa dikaji

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI 1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun. 2. Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia. 3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu. 4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah. 5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas. 6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. 7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat. 8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual. 9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun. 10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN I. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun Tujuan: - tidak terjadi infeksi Kriteria hasil: - Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen

Intervensi 1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung. R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas. 2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi. R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia . 3. Berikan antibiotika sesuai indikasi R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu. DIAGNOSA KEPERAWATAN II Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum Tujuan : - Tidak terjadi trauma Kriteria hasil : Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain

Intervensi : 1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas. R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak Tergigit. Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi. 2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut. R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo. 3. Kolaborasi. Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb. R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang. 4. Abservasi tanda-tanda vital R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN III Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang Tujuan : Ktiteria hasil Intervensi 1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , Terjadi kekacauan sendi. R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau Membantu program perawatan . 2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor 3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh . 4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera 5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi R/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang Tidak terjadi kontraktur : Tidak terjadi kekakuan sendi Dapat menggerakkan anggota tubuh

DAFTAR PUSTAKA Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998 Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997. Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986. Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993. Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

PATO FISIOLOGI ENSEFALISTIS Virus / Bakteri Mengenai CNS Insevalitis

Tik Panas/Sakit kepala Muntah- muntah Nyaman Mual BB Turun Nutrisi Kurang -

Kejaringan Susu Non Saraf Pusat

Kerusakan- kerusakan susunan Saraf Pusat

Rasa

Gangguan Penglihatan Gangguan Bicara Gangguan Pendengaran Kekemahan Gerak

Kejang Spastik Resiko Cedera Resiko Contuaktur

- Gangguan Sensorik Motorik PATO FISIOLOGI GIZI KURANG Asupan Makanan Kurang Defisiensi Protein Energi ( EDP ) Defisiensi Vitamin A

gangguan Penurunan keadaan aktivitas sintensis ennim pertumbuhan albumin fagosit BB rendah oediem/asites ganguan Pencernaan Daya tahan thd Infeksi Nutrisi gangguan nutrisi Kurang kulit gangguan integritas

Hb

anemia dan metabolisme Gangguan Pengankutan O2 mudah infeksi

/terkena infeksi

I.

Pengkajian tanggal 16-07-2001 Nama : an . K Jenis kelamin : Laki-laki Tempat dan tgl lahir : Surabaya ,28-9-1997 Umur : 3th, 10 bulan Anak ke : II Nama Ayah : Tn. Lr Nama Ibu : Ny. N Pendidikan Ayah : S.M.P Pendidikan Ibu : S D. Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Alamat : Kedurus IV A/ 20 Tgl masuk : 7-7-2001 Diagnosa medis : Ensefalistis + gizi kurang Sumber informasi : Ibu pasien Riwayat Keperawatan. 1.1 Riwayat keperawatan penyakit sekarang Mulai tgl 29-06 panas badan meningkat,napsu makan menurun makan mau kurang lebih 2 sendok, dibawah ke. Puskesmas tidak sembuh. Tgl 01-07. keluar gabagan ,panas mulai tiurun .tgl 04-07kejang dibawah ke RS. sumber kasih MRS terus tgl 07-07 di rujuk MRS ke RS Dr soetomo,R Anak. 1.2 Keluhan Utama Pasien mengalami kejang spastik selama kurang lebih 10 menit dan kurang lebih 4x / jam.

II.

1.3 Upaya untuk mengatasi Selama kejang spastik di RS mendapatkan terapi : - O2 nasal prong 2 lpm - Delantin 3x 25 mg per oral (sonde) - K.P valiun 2. Riwayat keperawatan sebelunya 2.1 2.2 2.3 2.4 Prenatal Natel : umur kehamilan 9 bulan lahir spontan BB lahir 3 kg, Pb 50 cm, waktu lahir anak segera menangis, napas spontan Aler gi Menurut ibunya klien belum pernah alergi terhadap makanan maupun minuman Tumbuh kembang Anak mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bl, tengkurap Umur 4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama, Papa, dada sebelum sakit Imunisasi : siudah lengkap Bcrl 1x, Dtp 3x, Polio 4x, Campak 1x, Hepatitis 2x belum boster Status Gizi B.B sebelum sakit 15 kg Saat ini BB 11,9 kg Seharusnya BB : 2x 310+8= 15,8 kg Jadi 11,9kg / 15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.

2.5 2.6

3. Riwayat Kesehatan keluarga. 3.1 Komposisi keluarga Keluarga yang tinggal dalam rumah adalah ayah, ibu dan tiga orang anaknya. Sebelum klien sakit kakaknya sakit dahulu. Riwayat penyakit keturunan (kencing manis,Hipertensi,jantung, penyakit jiwa,tidak ada) 3.2 Lingkungan Rumah dan Komunitas Keadaan rumar bersih tapi ukuran kecil ukuran 3x5 m dihuni 5 orang lantai tekel biasa. Kebiasaan mandi dengan air sumur, cuci baju, cuci piring, dll dengan air sumur. Sumber air minum dari PDAM mempunyai kamar mandi dan wc sendiri.

Selokan sekitar rumah lancar, mengalir dengan baik. Rumah berdekatan dengan tetangga. 4. Pengkajian dengan pendekatan pola 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Persepsi ibu tentang hidup sehat adalah keluarga tidak sulit Dan menyangkut pemberian makanan yang bergizi 4 sehat 5 lima sempurna. Pola nutrisi dan metabolisme 1. Pemenuhan nutrisi . Saat ini anak tidak dapat menelan , tidak dapat makan / minum peroral . karena terjadi paralysis Pada nekvius vagus sehingga terjadi gangguan proses menelan . Makan dan minum per-sonde , yang terdiri dari: 3x100 cc tem sonde . 1x1cc juice buah . 5x1cc susu dancow . 2. Status Gizi. Yang berhubungan dengan ,keadaan tubuh . -postur tubuh, kurus , anak dalam keadaan gizi kurang : 75,3% dari BB normal, LLA13,5 cm seharusnya 16 cm. BB 11,9 kg. Seharusnya 15,8 kg - Ubun-ubun sudah menutup / tidak umur 18 bulan. - Turgok normal,mulutagak kering dan 3.

2.

cekung mulai pecah-pecah

Pala eliminasi. 1. Kebiasaan defikasi terjadi gangguan frekuensi 1x sehari faeces keras,warna kuning bau normal. Upaya untuk mengatasi kesulitan untuk defikasi Minum juices kotes 1x 100 cc /hari dan K.P Microlac. 2. Kebiasaan mictic sehari-hari : mengalami gangguan,anak sering ngompol

jumlah normal. 4. Pola tidur dan istirahat 1. lamanya tidur kurang lebih jam/hari. 2. Penggunaan obat tidur 3x25 mg delantin (0800-14 00- 20 00 ). 3. Suasana lingkungan rumah sakit cukup terang Anak sering tidur karena mendapat obat penenang Delantin . Pola aktivitas Klien tidak dapat bergerak karena paralysis dan 7. Kesadaran Sobmolen-sopor Upaya penggerakkan sendi dilakukan latihan Secara bertahap mulai dari ujung jari sampai Kekuatan otot- otot Pola hubungan dan peran 1. Interaksi dengan orang lain Saat ini tidak dapat dilakukan dengan 2. sering untuk anak. 7. kekacauan identitas tidak dapat dievaluasi karena belum dapat diajarkan salah atau benar mulai umur >4 tahun 8. Pola sensori dan kognitif: 1. sensori Daya penciuman Daya rasa Daya raba Daya lihat Daya pendengaran melakukan komunikasi satu arah dengan banyak bicara / ngomong sendiri, merangsang pendengaran Pola persepsi dan konsep diri meliputi body image, self Estim, Lain karena anak menderita apasia . Interaksi dengan keluarga orang tuanya

5. 6.

8. orang

9. Kognitif Tidak dapat dievaluasi karena anak afasia 10. 11. Pola reprodoksi Seksual Testis sudah turun tidak ada pemosis Pola penanggulangan Stress Pada anak K terjadi afasia anak tidak dapat menangis, hanya dapat mengeluarkan air mata Pola tata nilai dan kepercayaan pada anak K belum dapat dievaluasi karena baru dapat diajarkan membedakan baik dan buruk setelah anak berumur > 4 tahun

. 12.

ANALISA DATA PENGELOMPOKAN DATA Tgl 16/7/2001 Data subyektif - Ibu klien mengatakan anaknya sering spastik Data Obyektif - Anak sering spastik 3-4 kali dalam 3 jam KEMUNGKINAN PENYEBAB POHON MASALAH Virus/Bakteri Mengenai CNS Kerusakan Susunan Saraf Pusat Kejang / spastik MASALAH

Resiko Kontruaktur

- Kontraktur - Resiko Trauma Data S Data Obyektif : - Teropong Sonde - Diet 3x100 cc tem sonde - Susu Dancow 6x100cc Data : S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya Paralisys Otot- otot Menelan Asupan Nutrisi per-oral kurang Nutrisi kurang Daya Tahan Terhadap Infeksi Resiko Gannguan Integritas Kulit Gangguan Pemenuhan Nutrisi

Mudah Infeksi Gangguan Integritas Data Obyektif : - Tidak bisa bergerak

- Klien sering ngompol (kulit sering basah )

Diagnosa keperawatan yang timbul : 1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d replek batuk tidak ada (paralysis) 2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan pola makan 3. Resiko kontraktur b/d kejang spastik berulang 4. Terjadi abstipasi b/d kurangnya mobilisasi dan intake cair 5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun dan immobilisasi 6. Resiko trauma b/d kejang spastik Diagnosa keperawatan prioritas I Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d replek batuk yang tidak Ada Tujuan : Jalan napas bebas ( bersih / selam perawatan ) Kriteria Hasil - Jalan nafas bebas ( bersih ) - Tidak ada suara napas tambahan - Tidak ada ronchi kanan / kiri - Tidak ada whezing kanan /kiri - R.R antara 20-28 x / menit Intervensi 1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab ketidak efektifan yang akan diberikan R/ dengan diberi penjelasan diharapka ibu klien mengerti dan mau membantu semua tindakan yang diberikan. 2. berikan nebulezer 2x sehari(pagi sore) R/ mengencerkan riak 3. Lakukan seetion setiap ada riak / sekrit di mulut dan tenggorokan

R/ sekrit atau ludah yang berada di mulut dan tenggorokan hilang, jalan napas bebas. 4. Abservasi tanda-tanda kardinal dan tanda-tanda sumbutan jalan napas setiap 3jam (09 00-1200-1510-18002100-2410-0310-0600) R/ Diteksi dini agar dapat dilakukan intervensi lanjutan. Diagnosa keperwatan prioritas II Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan pola makan. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi (2 minggu) Kriteria hasil : - Berat badan naik,LLA bertambah - Turgor baik - Conjungtifa merah mudah - Hb bertambah

Intervensi 1.Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, pentingnya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya R/ Dengan diberi penjelasan keluarga diharapkan mengerti,dapat mendukung program perawatan yang diberikan 2.Berikan makan personde 3x100cc tim sonde 1x100cc juice buah 5x100cc susu dancow dengan rincian : Jam 0800 tim sonde 100cc Jam 1000 juice buah 100cc Jam 12 tim sonde 100cc Jam 1500 susu dancow 100cc Jam 1800 tim sonde 100cc Jam 2000 susu dancow 100cc Jam 2300 susu dancow 100cc Jam 0200 susu dancow 100cc Jam 0600 susu dancow 100cc R/ Dengan diberi makanan pen sonde diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi 3. Lakukan penimbangan berat badan setiap 3kali sekali R/ Deteksi perubahan berat badan penurunan atau kenaikan berat badan sehingga evaluasi pemberian diit. Observasi gejala kardinal setiap 3jam(0900-1200-15001800-2100-2400-0300-

4.

0600) R/ Deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan intervensi segera Diagnosa keperawatan prioritas III Resiko terjadi kontuaktur b/d kejang spastik berulang Tujuan : Tidak terjadi kontruktur (2minggu) Kriteria hasil : - Tidak terjadi kotruktur - Klien dapat menggerakkan anggota gerak Intervensi : 1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastikdan terjadinya kekakuan sendi R/ Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau mambantu rencana tindakan yang akan diberikan 2. Lakukan latihan pasif secara bertahap mulai dari ujung jari secara bertahap. R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktur. 3. Lakukan perubahan posisi setiap 2jam R/ Dengan melakukan perubahan posisi di harapkan melatih otot-otot.

Anda mungkin juga menyukai