Refrat Jurnal B
Refrat Jurnal B
Depresi yang resisten terhadap pengobatan dan mortalitas setelah sindrom koroner akut
Oleh:
Rossy Marlina Ngahu Nur Ain binti Hida Fitriana RP Elsa Rosalina
Dika Ambar Kusuma Indana Zulfa Zakiah Adelia Kartikasari Anisa Prastiwi
Kepaniteraan Klinik SMF/ Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran UNS/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Depresi yang resisten terhadap pengobatan dan mortalitas setelah sindrom koroner akut
Robert M. Carney, Kenneth E. Freedland
Depresi
faktor risiko morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit jantung koroner,
Mengembangkan pengobatan efektif dalam menangani depresi pada pasienpasien dengan penyakit jantung koroner.
Kumpulan keterangan dari beberapa studi terbaru menyarankan adanya kemungkinan depresi utama yang resisten pengobatan
mungkin merupakan bentuk depresi yang jelas memiliki risiko tinggi pada pasien-pasien setelah sindrom koroner akut
50% dari pasien depresi memiliki respon yang adekuat pada terapi 15% memiliki respon partial 20% - 35% diklasifikasikan sebagai tidak berespon
Beberapa pasien menjadi depresi yang lebih berat setelah diberikan terapi inisiasi
Terdapat jangkauan yang luas dari respon pengobatan depresi, meluas mulai dari remisi penuh hingga respon partial, tidak berespon, atau deteriorasi
usaha yang paling luas dalam mengidentifikasi strategistrategi yang efektif untuk mengatasi depresi yang sukar disembuhkan pada kondisi-kondisi yang serupa yang dijumpai pada praktek klinis
hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian diantara pasien pada kelompok intervensi yang menerima baik sertraline dan CBT dibandingkan mereka yang hanya menerima CBT.
diantara pasien-pasien pada kelompok perawatan yang mengambil bukan studi antidepresan, terdapat perbedaan dua kali lipat pada mortalitas diantara mereka yang menunjukkan respon terbaik dan terburuk
meyakinkan bahwa paparan pada intervensi ENRICHD mengidentifikasi pasien-pasien dengan risiko tinggi berdasarkan sub tipe depresi, misalnya depresi yang tidak berespon dengan standar terapi antidepresan
Hubungan antara perubahan skor-skor depresi dan risiko mortalitas pada studi ENRICHD
Intervensi
Perawatan Biasa
Mengalami perbaikan
terdapat hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian
CBT
terdapat hubungan yang kuat antara terapi yang tidak berespon dan kematian
Perawatan biasa
Mirtazapine
placebo
+ CITALOPRAM YANG DIBUKA LABELNYA (untuk pasien yang tidak berespon terhadap pengobatan)
MIND-IT = ENRICH
GAGAL
De Jonge et.al
De Jonge et.al
MIND-IT (18 bulan)
berespon
Tidak berespon
MIND-IT Berespon
Tidak berespon
Umur Fraksi ejeksi ventrikel sinistra kelas Killip Charlson Comorbidity index Prevalensi penyakit diabetes, CVD, peripheral vaskuler, hiperkolesterolemia Prevalensi merokok
MHART
(12 bulan)
Intervensi
Perawatan Biasa
MHART
Intervensi
MHART ( intervensi)
Hubungan antara perubahan BDI dari awal hingga 3 bulan dengan kebertahanan hidup selama 5 tahun tidak pada perawatan biasa 6% pasien yg BDInya meningkat meninggal dalam tahun pertama 17% pasien yg BDInya rendah meninggal di tahun pertama
MHART
Perawatan biasa
SADHART
Mengetes keamanan dan kemanjuran Sertraline pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome
SADHART
Intervensi
Kontrol
Sertraline
Plasebo
SADHART
Sertraline vs Plasebo
Tidak berbeda pada HAMD secara keseluruhan
Secara statisik ada perbedaan signifikan pada HAM-D outcome Terdapat tren angka kejadian penyakit jantung yang lebih sedikit
Investigasi SADHART
Hubungan signifikan antara perbaikan depresi selama 24 minggu pengobatan dan survival pada ikelompok sertraline dan plasebo walau setelah + faktor risiko kematian lainnya
Investigasi SADHART
SADHART
Tidak seperti ENRICHD dan MHART kelompok kontrol menunjukkan hubungan antara perbaikan depresi dengan survival
HAM-D perbedaan nilai HAM-d antara sertraline dengan plasebo hanya 2 poin Dari 248 pasien dengan PJK perbaikan depresi pada pasien dengan pengobatan klinik > pasien pengobatan klinik + interpersonal psikoterapi
522 pasien penyakit jantung koroner di program rehabilitasi jantung dengan latihan aerobik
Kesimpulan
Risiko kematian pasien yang tetap depresi setelah program latihan lebih besar 3-4x
Oleh karena itu latihan aerobik dapat dimasukkan ke dalam daftar intervensi pada pasien depresi
Secara keseluruhan, temuan dari percobaan klinis klinis ENRICHD, MIND-IT, SADHART, dan MHART, menunjukkan bahwa pengobatan depresi yang
Komorbiditas Medis
Kelainan Tidur
Kualitas tidur yang buruk
Sleep apnea
C-reactive protein pada pasien yang tidak berespon terhadap pengobatan C-reactive protein pada pasien yang depresinya membaik dengan pengobatan.
C-reactive protein pada pasien yang resisten terhadap pengobatan > tinggi dibandingkan pada pasien yang berespon terhadap pengobatan
Depresi Vaskuler
Cerebrovascular disease
Neuroimaging
memperparah menyebabkan
Depresi
ENRICHD Study
Tidak ada perbedaan antara kelompok depresi yang mengalami perbaikan atau tidak, berdasarkan :
Durasi episode depresi saat ini Proporsi pasien dengan riwayat keluarga depresi
SADHART
ENRICHD
Memprediksi mortalitas dan morbiditas cardiac disease
MIND-IT
Tidak ada perbedaan kemampuan fisik antara kelompok responsive dan non responsive terhadap terapi depresi
Faktor Risiko
Tidak terdeteksi
Terdeteksi
PENELITIAN
PENELITIAN
Sindrom Koroner Akut Episode pertama depresi yang muncul setelah serangan ACS lebih dapat memprediksi mortalitas dan morbiditas
Episode pertama depresi 18,4%
Tidak depresi
3,4%
Merespon Sentraline lebih baik daripada episode depresi yang pertama (awitan ) (Glassman, et al)
Sehingga, respon terapi dan survival rate dapat berkaitan apakah episode depresi berulang atau episode pertama depresi berat
Penelitian lebih lanjut tentang respon pengobatan, riwayat depresi, survival rate
Pemberian suplemen T3
TERIMA KASIH