Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

ACARA DAN PRAKTIK PERADILAN PERDATA

OLEH THERISYA KARMILA 1103005101

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Pertanyaan: 1. Tentukan pengecualian-pengecualian yang terdapat dalam kompetensi relatif! 2. Apa yang anda ketahui tentang penggabungan/komulasi? 3. Apa saja yang termasuk tindakan-tindakan untuk menjamin hak?

JAWAB! 1. Adapun pengecualian-pengecualian yang terdapat dalam kompetensi relatif diantaranya: Pasal 142 (1) R.Bg/118 (1) HIR gugatan dapat diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana tergugat senyatanya berdiam jika tempat tinggal tergugat tidak diketahui. Pasal 142 (2) R.Bg/118 (2) HIR jika tergugat terdiri dari dua orang atau lebih, gugatan dapat diajukan pada pengadilan diwilayah hukum salah satu tempat tinggal tergugat. Akan tetapi jika salah satu adalah pihak yang berhutang sedangkan yang lain sebagai penjamin, maka gugatan diajukan pada pihak berhutang. Pasal 142 (3) R.Bg/118 (3) HIR jika tempat tinggal tergugat tidak diketahui, maka gugatan dapat diajukan pada pengadilan diwilayah hukum penggugat bertempat tinggal. Pasal 142 (4) R.Bg/118 (4) HIR jika ada tempat tinggal yang dipilih, maka gugatan diajukan pada pengadilan diwilayah hukum tempat tinggal yang dipilih. Pasal 99 ayat (8) Rv, Pasal 142 (5) R.Bg/118 (5) HIR jika objek sengketa adalah berupa barang tetap, maka gugatan dapat diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana objek sengketa berada. Pasal 21 KUHPerdata jika tergugat adalah orang yang tidak cakap, gugatan diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana walinya bertempat tinggal. Pasal 15 RV tentng kepailitan, gugatan diajukan pada pengadilan yang menetapan pailit. Pasal 63 ayat (1) b UU no.1 tahun 1974 jo. Pasal 20 ayat (2) dan (3) PP No. 9 tahun 1975 gugatan perceraian dimana tergugatnya berada diluar negeri diajukan pada pengadilan diwilayah hukum tempat tinggal penggugat.

Surat Edaran Mahkamah Agung No.2 tahun 1979 masalah pengangkatan anak, gugatan ataupun permohonan diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana anak yang akan diangkat bertempat tinggal.

Pasal 38 PP No. 9 tahun 1975 permohonan pembatalan suatu perkawinan diajuan pada pengadilan diwilayah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya perkawinan atau tempat tinggal kedua suami atau isteri.

2. Komulasi atau penggabungan gugatan sebenarnya tidak ada ketentuan yang jelas yang mengaturnya baik didaalam HIR ataupun R.Gb, namun biasanya komulasi dilakuan karena dapat menghemat biaya dan waktu. Adapun 2 (syarat) pokok penggabungan gugatan, yaitu: a. Terdapat hubungan erat : Menurut Soepomo antara gugatan-gugatan yang digabung itu harus ada hubungan batin (innerlijke samenhang). Dalam praktek, tidak mudah mengkonstruksi hubungan erat antara gugatan yang satu dengan yang lain; b. Terdapat hubungan hukum: Terdapat hubungan hukum antara para penggugat atau antara para tergugat. Jika dalam komunikasi subyektif yang diajukan beberapa orang sedangkan diantara mereka maupun terhadap obyek perkara sama sekali tidak ada hubungan hukum, gugatan wajib diajukan secara terpisah dan sendirisendiri. Dalam hal ini pun tidak mudah menentukan apakah di antara para penggugat atau tergugat terdapat hubungan hukum atau tidak. Dalam teori dan praktek, dikenal 2 (dua) bentuk penggabungan, yaitu: a. Kumulasi Subjektif Dalam bentuk ini yang digabung adalah pihak dalam gugatan, misalnya dalam surat gugatan terdapat penggugat atau beberapa penggugat melawan seorang atau beberapa orang tergugat, sehingga dapat terjadi variable sebagai berikut: penggugat terdiri dari beberapa orang berhadapan dengan seorang tergugat saja. Dalam hal ini, kumulasi subjektifnya terdapat pada pihak penggugat; sebaliknya, pengugat satu orang, sedangkan tergugat terdiri dari beberapa orang. Kumulasi subjektif yang terjadi dalam kasus ini, berada pada pihak tergugat; dapat juga terjadi kumulasi subjektif yang meliputi pihak penggugat dan tergugat .Pada kumulasi yang seperti itu, penggugat terdiri dari beberapa orang berhadapan dengan beberapa orang tergugat. Sebagai syarat kumulasi gugatan ini harus terdapat adanya hubungan hukum di antara para pihak; b. Kumulasi Objektif

Dalam bentuk ini, yang digabung adalah materi gugatan. Penggugat menggabungkan beberapa gugatan dalam satu surat gugatan. Jadi yang menjadi faktor kumulasi adalah gugatan, yaitu beberapa gugatan digabung dalam satu gugatan. Namun agar penggabungan gugatan tersebut sah dan memenuhi syarat , maka di antara gugatan itu harus terdapat hubungan erat (Innerlijke samenhangen). Penggabungan objektif tidak boleh dilakukan dalam hal: Hakim tidak berwenang secara relatif untuk memeriksa satu tuntutan yang diajukan secara bersama-sama dalam gugatan. Satu tuntutan tertentu diperlukan satu gugatan khusus sedangkan tuntutan lainnya diperiksa menurut acara biasa. Tuntutan tentang penguasaan suatu benda (bezit) tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan tentang hak atas suatu benda (eigendom) dalam satu gugatan

3. Ada beberapa bentuk upaya menjamin hak yang dilakukan oleh hukum, yaitu dengan a. Permohonan Sita Adapun pengertian sita / beslaag yaitu suatu tindakan hukum oleh hakim yang bersifat eksepsional, atas permohonan atas salah satu pihak yang bersengketa, untuk mengamankan barang-barang sengketa atau yang menjadi jaminan dari kemungkinan dipindahtangankan, dibebani sesuatu sebagai jaminan, dirusak atau dimusnahkan oleh pemegang atau pihak yang menguasai barang-barang tersebut, untuk menjamin agar putusan hakim nantinya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Untuk menjamin hak-hak tersebut, maka hukum memberi jalan dengan hak baginya untuk mengajukan permohonan sita terhadap barang-barang sengketa atau yang dijadikan jaminan. b. Hakikat Sita sita merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh hakim. Sita bersifat eksepsional. Sita dilakukan atas permohonan pihak yang bersengketa. Sita untukmengamankan barang-barang sengketa atau yang dijadikan jaminan.

Tujuan akhir dari sita yaitu untuk menjamin agar putusan hakim nantinya, sekiranya tuntutan dalam pokok perkara dikabulkan, dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

c. Pelaksanaan Sita Penyitaan dilakukan oleh panitera pengadilan agama, yang wajiub membuat berita acara tentang pekerjaannya itu serta memberitahukan isinya kepada tersita bila dia hadir. Dalam melaksanakan pekerjaan itu, panitera dibantu oleh dua orang saksi yang ikut serta menandatangani berita acara. d. Unsur-unsur Dalam Penyitaan - pemohon sita - permohonan sita - obyek sita - tersita - hakim - pelaksana sita 5. Macam-macam Sita a. sita conservatoir Sita conservatoir adalah sita terhadap barang-barang milik tergugat yang disengketakan setatus kepemilikannya, atau dalam hal utang piutang atau tuntutan ganti rugi. Sita conservatoir artinya jaminan atau tanggung jawab. Sita conservatoir diatur dalam pasal 227HIR/ps.261 RBg. Cirri-ciri sita conservatoir, Sita dapat dilakukan atas: Harta yang disengketakan status kepemilikannya, atau Harta kekayaan tergugat dalam sengketa utang piutang atau tuntutan ganti rugi

obyek kekayaan dapat meliputi atas: barang bergerak dan tidak bergerak, barang yang berwujud dan tidak berwujud pembebanan sita dapat diletakkan: hanya atas benda tertentu(yaitu jika sita didasarkan atas sengketa kepemilikan atau mengenai barang tertentu).

Atas seluruh harta kekayaan tergugat sampai mencukupi jumlah seluruh tagihan(yaitu apabila gugatan didasarkan hutang piutang atau ganti rugi).

Permohonan sita harus ada alasan bahwa: Tergugat dikhawatirkan akan memindahtangankan atau mengasingkan dan sebagainya barang-barang sengketa atau jaminan. Terdapat tanda-tanda atau fakta-fakta yang mendasari kehawatiran itu.

Permohonan sita tanpa ada alasan seperti diatas tidak dapat dikabulkan. Tatacara sita conservatoir yaitu: penggugat dapat mengajukan permoihonan sita bersama-sama (menjadi satu) dengan surat gugatan, mengenai pokok perkara. Permohonan diajukan kepada pengadilan yang memeriksa perkara pada tingkat pertama. Alasan tersebut disertai data-data atau fakta-fakta yang menjadi dasar kehawatiran. Hakim mengeluarkan penetapan yang isinya menolak atau mengabulkan permohonan sita tersebut. Apabila permohononan sudah ditolak tapi timbul hal-hal baru yang

menghawatirkan, maka dapat mengajukan permohonan lagi.

b. sita revindicatoir Sita revindicatoir ialah sita terhadap barang milik kreditur(penggugat) yang dikuasai oleh orang lain (tergugat). Sita revindicator telah diatur dalam pasal 226 HIR, pasal 260 R.Bg. Sita revidicatoir bukanlah untuk menjamin suatu tagihan berupa uang, melainkan untuk menjamin hak kebendaan dari pemohon berakhir berakhir penyerahan barang yang disita. Kata revindicatoir berasal dari kata revindiceer, Tatacara sita revindicatoir, Pelaksanaan sita ini sama seperti sita conservatoir. c. sita marital Sita marital ialah sita yang diletakkan atas harta perkawinan. Dan sita ini diatur dalam pasal 78 huruf c UU.No. 7/1989 jo pasal 24 PP.No. 9/1975, pasal 95 Kompilasi Hukum Islam. Syarat-syarat sita marital

- Sita marital dapat dimohonkan oleh suami atau istri dalam sengketa perceraian, pembagian harta perkawinan dan pengamanan harta perkawinan. - Sita apat diletakkan atas semua harta perkawinan yang meliputi harta suami, istri dan harta bersama suami isteriyang disengketakan dalam pembagian harta bersama. - Sita marital dapat diajukan bersama-sama dalam pemeriksaan perceraian atau setelah perceraian terjadi. Tatacara sita marital sama seperti dengan sita pada umunya. d. Sita Persamaan Istilah dalam bahasa belandavergelind beslaag.ada yang memakai sita perbandingan, adapula yang memakai sita persamaan yang mana istilah ini dipakai oleh mahkamah agung. Dan sita persamaan ini diatur dalam pasal 463 RV. Apabila juru sita hendak melakukan penyitaan dan menemukan bahwa barang-barang yang akan disita itu sebelumnya telah disita terlebih dahulu, maka juru sita tidak dapat melakukan penyitaan sekalilagi, namun ia mempunyai kewenangan untuk mempersamakan barang-barang yang disita itu dengan berita acara penyitaan, yang untuk itu oleh pihak tersita harus diperlihatkan kepada jurusita tersebut. Berita acara sita persamaan ini berlaku sebagai sarana pencegahan hasil lelang kepada penyita pertama.

Anda mungkin juga menyukai