Anda di halaman 1dari 22

UNIFIKASI HUKUM KEBIASAAN

INTERNASIONAL MENGENAI DOCUMENTARY


CREDIT DI DALAM UNIFORM CUSTOMS AND
PRACTICE FOR DOCUMENTARY CREDIT 600
TAHUN 2007

Oleh:
CHITRA M. LESTARI
05020051Y
Latar Belakang
 Perdagangan Internasional
Revolusi informasi dan transportasi
Interdependensi kebutuhan
Liberalisasi ekonomi

 Pembayaran Transaksi Pembayaran Internasional


cash in advance
open account
Documentary Collection
Documentary Credit
Pokok Permasalahan
 Bagaimana perkembangan hukum
perdagangan internasional dan
Documentary Credit?
 Bagaimana hukum internasional mengatur
sistem pembayaran transaksi perdagangan
internasional dengan menggunakan
Documentary Credit?
 Bagaimana implementasi dan keberlakuan
pengaturan hukum kebiasaan internasional
mengenai penggunaan Documentary Credit
di dalam UCP Indonesia?
Perkembangan Documentary Credit
 Pada awal perkembangannya (Mediaeval Lex
Mercatoria)
Self Regulating dengan hukum kebiasaan
→“Merchant’s credit”
 Lex Mercatoria
hukum kebiasaan internasional diresepsi atau
dimasukkan ke dalam hukum nasional negara-negara

→ Bankers Commercial Credit” (L/C)


 New Lex Mercatoria
unifikasi hukum perdagangan internasional secara
global
→ Documentary Credit atau biasa disebut Letter of
Credit (L/C).
Pengaturan Documentary Credit di
Dalam Hukum Internasional
 Sumber Hukum Internasional

Perjanjian Internasional

Prinsip Hukum Umum

Keputusan Pengadilan dan Pendapat Para Sarjana


Terkemuka di Dunia

Kebiasaan Internasional
Definisi Kebiasaan Internasional
(Customary International Law)
 Mochtar Kusumaatmadja
Unsur material
Unsur psikologis

 Francesco Parisi
Praktek yang muncul diluar batasan dari hukum,
yang mana baik individu maupun lembaga secara
spontan mengikutinya di dalam interaksi mereka
sama lain yang disebabkan adanya rasa kewajiban
secara hukum
kebiasaan ≠ Hukum kebiasaan
Definisi Kebiasaan Internasional
(Customary International Law)
 Boer Mauna
Praktek-praktek negara-negara melalui sikap dan
tindakan yang diambilnya melalui suatu
kebijaksanaan dan kebijaksanaan tersebut diikuti
oleh negara-negara lain dan dilakukan berkali-kali
serta tanpa adanya protes atau tantangan dari pihak
lain

 Starke
Adat Istiadat, adalah kebiasaan yang belum
memperoleh pengesahan hukum dan mungkin
bertentangan satu sama lain
Kebiasaan, harus terunifikasi dan berkesesuaian
Ciri-Ciri Hukum Kebiasaan
Internasional
 Material
tindakan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama, dalam waktu yang lama tanpa adanya
protes atau tantangan dari pihak lain

 Psikologis
Diterima sebagai hukum oleh masyarakat
internasional yang berhubungan dengan hukum
internasional

 Unifikasi
Terunifikasi dan berkesesuaian
Documentary Credit
 Documentary Credit atau Letter of Credit
(L/C) atau Surat Hutang adalah suatu
dokumen keuangan yang dikeluarkan oleh
bank yang menyatakan komitmennya kepada
seseorang (pemasok/eksportir/penjual) untuk
mebayarkan sejumlah uang tertentu atas
nama pembeli atau importer dengan
ketentuan pemasok, eksportir atau penjual
memenuhi persyaratan dari kondisi tertentu.
Uniform Customs and Parctice for
Documentary Credit No. 600 (UCP
600) tahun 2007
 Merupakan unifikasi hukum kebiasaan
internasional mengenai Documentary Credit
 Dibuat oleh International Chamber of
Commerce
 Pertama kali diterbitkan tahun 1933 dengan
nama Uniform Customs and Practice for
Documentary Credit (UCP) ICC Publication
No. 82
Subyek UCP 600
 Yang menjadi subjek berlakunya UCP adalah para
pihak di dalam Documentary Credit yang
menundukkan diri kepada UCP 600, sesuai
ketentuan Artikel 1 UCP 600

 “The Uniform Customs and Practice for Documentary


Credits, 2007 Revision, ICC Publication no. 600
("UCP") are rules that apply to any Documentary
Credit ("credit") (including, to the extent to which they
may be applicable, any standby letter of credit) when
the text of the credit expressly indicates that it is
subject to these rules. They are binding on all parties
thereto unless expressly modified or excluded by the
credit.”
Prinsip-Prinsip Utama UCP 600
 Prinsip independensi
Article 3 UCP 600 huruf a:
“A credit by its nature is a separate transaction from
the sale or other contract on which it may be based.
Banks are in no way concerned with or bound by
such contract, even if any reference whatsoever to it
is included in the credit. Consequently, the
undertaking of a bank to honour, to negotiate or to
fulfil any other obligation under the credit is not
subject to claims or defences by the applicant
resulting from its relationships with the issuing bank
or the beneficiary”
Prinsip-Prinsip Utama UCP 600
 Prinsip bank hanya terkait dengan dokumen.
Artikel 5 UCP 600:
“Banks deal with documents and not with
goods, services or performance to which the
documents may relate
 Doktrin Kesesuaian Mutlak
Kelebihan UCP
 Ketentuan mengenai UCP dapat digunakan
bersama-sama dengan hukum nasional
dalam pelaksanaan suatu pembayaran
transaksi perdagangan internasional yang
menggunakan Documentary Credit.

 UCP sebagai kompilasi atau unifikasi


kebiasaan-kebiaasaan internasional
mempermudah pemahaman dan
kesepakatan pelaku perdagangan
internasional ,
Kekurangan UCP
 Kekuatan Mengikat UCP 600

 Pengaturan mengenai teknis

 Penyelesaian sengketa

 Pengaturan mengenai penipuan (fraud)


Ketentuan Penggunaan
Documentary Credit
 Peraturan Pemerintah No. I Tahun 1982 tanggal 16
Januari 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor
dan Lalu Lintas Devisa
 Surat Edaran Bank Indonesia (BI) No. 26/34/ULN
tanggal 17 Desember 1993 tentang Uniforms
Customs and Practice for Documentary Credits
(UCP) 1993 Revision- International Chamber of
Commerce (ICC) Publication No. 500 yang
 Peraturan Bank Indonesia No. 5/11/PBI/2003 tanggal
23 Juni 2003 tentang Pembayaran Transaksi Impor
Kasus Pembelian mesin Flo-Ice antara Koperasi Pegawai
PT. Asabri (PERSERO) dan Inham Refrigeration, B.V.
Putusan No.: I25 PK/Pdt/2006
Para Pihak
 Penggugat
Koperasi Pegawai PT. Asabri (PERSERO), sebuah badan
hukum Indonesia selaku importer/pembeli/Applicant atas
mesin Flo-Ice yang diproduksi oleh Inham Refrigeration

 Tergugat
 Inham Refrigeration, B.V, sebuah badan hukum Belanda
yang memproduksi mesin Flo-Ice yang menjadi objek
sengketa selaku Beneficiary
 Bank Dagang Negara Cabang Plaza Indonesia, selaku
Issuing bank dari Apllicant yang menerbitkan Letter of
Credit (L/C) No.006/009/2240 tanggal 8 September 1997
 Algemene Bank Netherland-AMRO (ABN-AMRO) Bank
Koresponden atau Advising Bank Issuing Bank di Belanda
Ringkasan Kasus
 Penggugat membeli 6 unit mesin pembuat es Flo-Ice
dari Tergugat I untuk keperluan pembekuan dan
pengawetan ikan Penggugat. Setelah diuji coba di
Indonesia, ternyata mesin Flo-Ice tidak memenuhi
standar dan kualifikasi sebagaimana yang
diharapkan Penggugat dan sebagaimana dijanjikan
oleh
 Pengugat mengajukan pembatalan perjanjian atas
dasar wanprestasi kepada pengadilan negeri Jakarta
Pusat, dan meminta pemblokiran atas L/C yang telah
diterbitkan untuk menghindari pencairan L/C oleh
Tergugat. Sekaligus mengajukan permohonan
pembatalan atas L/C yang telah diterbitkan
Putusan
 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Mengabulkan gugatan penggugat
 Pengadilan Tinggi Jakarta
Mengabulkan banding tergugat,
membatalkan putusan PN Jak Pus
 Mahkamah Agung
Menolak Kasasi, menguatkan putusan PT
Jakarta
Analisa
 Turut Tergugat I & II bukan sebagai pihak
Artikel 4 UCP 600: Documentary Credit atau L/C
adalah perjanjian yang terpisah dari perjanjian induk
 Bank Hanya Berurusan Dengan Dokumen
Artikel 5 UCP 600 Turut Tergugat I hanya berurusan
dengan dokumen, bukan dengan barang, jasa atau
performa pelaksanaan yang mungkin berhubungan
dengan Kontrak Induk
 Artikel 4 UCP 600: pembatalan perjanjian induk tidak
semerta-merta membatalkan Documentary Credit
Kesimpulan
 Documentary Credit masih merupakan metode
pembayaran transaksi bisnis internasional yang
dianggap paling aman dan paling banyak digunakan
di dalam transaksi bisnis internasional
 Hadirnya Uniform Custom and Practice for
Documentary Credit (UCP) sebagai suatu kompilasi
hukum kebiasaan internasional mengenai
Documentary Credit dapat memberikan suatu
keseragaman di dalam praktek-praktek kebiasaan
tersebut sehingga dapat menghindari adanya
perbedaan persepsi
 Di Indonesia belum ada suatu ketentuan perundang-
undangan yang khusus mengatur masalah
penggunaan Documentary Credit
Saran
 Perlu dinyatakan di dalam ketentuan UCP apabila
suatu Documentary Credit tidak ingin menggunakan
ketentuan UCP maka di dalam Documentary Credit
sebaiknya dinyatakan demikian.
 pengaturan mengenai pengaturan mengenai teknis,
pilihan hukum, pilihan forum di dalam penyelesaian
sengketa dan pengaturan mengenai penipuan (fraud)
 Di Indonesia masih perlu dibuat suatu ketentuan
perundang-undangan yang mengatur masalah
penggunaan Documentary Credit

Anda mungkin juga menyukai