Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman, salah satu dampak kemajuan teknologi adalah semakin padatnya arus lalu lintas dewasa ini mengakibatkan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya, yang dapat menyebabkan cedera pada anggota gerak atau yang di sebut fraktur, fraktur atau patah tulang ini merupakan salah satu kedaruratan medik yang harus segera ditangani secara cepat, tepat, dan sesuai dengan prosedur penatalaksanaan patah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini dilaksanakan secara keliru oleh masyarakat atau orang awam di tempat kejadian kecelakaan. Menyinggung angka kematian di Indonesia, kecelakaan lalu lintas adalah merupakan salah satu penyebabnya, selain menyebabkan kematian masalah yang timbul dari kecelakaan lalu lintas adalah trauma berupa fraktur atau patah tulang yang dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan kecacatan dan immobilisasi. Fraktur adalah Diskontinuitas jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009). Pasien post operasi fraktur cenderung untuk mengalami immobilisasi karena pada hari pertama post operasi fraktur tidak dianjurkan untuk duduk dan pasien masih mengalami nyeri sehingga perlu dipertimbangkan toleransi pasien melakukan aktivitas termasuk pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal higiene. Dampak dari immobilisasi post operasi fraktur antara lain menurunnya kemandirian dan otonomi dalam melakukan aktivitas hidup sehari hari (Activity Daily Living / ADL), intoleransi aktivitas akibat penurunan mobilisasi dan hambatan mobilitas fisik akibat

Universitas Sumatera Utara

penurunan rentang gerak, tirah baring, dan penurunan kekuatan otot (Asmadi, 2008). Dampak langsung immobilisasi post operasi fraktur yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan personal hygiene karena terbatasnya kemampuan untuk memenuhinya. Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Dengan membantu memelihara personal hygiene

perorangan bermanfaat untuk mencegah penyakit penyakit tertentu akibat dari penekanan tubuh yang terlalu lama. Selain itu dengan memelihara personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur membantu mencegah terjadinya luka pada jaringan menjadi nekrosis yang disebut dekubitus, mencegah terjadinya beberapa penyakit nosokomial serta mencegah berlanjutnya keadaan immobilisasi seseorang (Haryati, 2007). Sejalan dengan pendapat Sudarto (1996) dalam Pratiwi (2008) bahwa personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, penyakit saluran cerna, dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit. Penelitian Purwaningsih (2000) dalam Setiyawan (2008) pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang mengalami tirah baring menyatakan bahwa dari 78 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar sebanyak 15,8% mengalami luka dekubitus. Sementara penelitian hampir sama pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang mengalami tirah baring di Rumah Sakit Moewardi Surakarta, dimana kejadian luka dekubitus sebanyak 38,2% (Setiyajati, 2000 dalam Setiyawan, 2008). Pasien immobilisasi post operasi fraktur cenderung mengalami tirah baring sehingga dapat mengalami keterbatasan dalam

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan kebutuhan personal hygiene maka beresiko untuk mengalami dekubitus dan infeksi nosokomial. Menurut Soejadi (1996) dalam Pratiwi (2008) pasien immobilisasi post operasi fraktur tidak mampu bergerak bebas sehingga memerlukan bantuan perawat dan keluarga dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. Pasien immobilisasi post operasi fraktur cenderung mengalami tirah baring sehingga pemenuhan kebutuhan personal higiene pasien sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai dampak yang timbul akibat keadaan immobilisasi pasien. Sejalan dengan pendapat Potter (2005) jika pasien tidak mampu melakukan personal hygiene maka tugas perawat memberikan bantuan dan mengajarkan keluarga dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien. Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto, 2004). Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pertiwi, 2008). Pada keadaan sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan personal hygiene. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu dimana individu akan semakin lemah dan jatuh sakit (Mubarak, 2008). Hasil penelitian Pertiwi (2008) di rumah sakit Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47 pasien mengatakan tidak pernah dibantu baik

Universitas Sumatera Utara

untuk mandi, menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% mengatakan tidak pernah membersihkan atau memotong kuku, serta 42% tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau merapikan rambut. Berdasarkan data pada rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan khususnya Ruang Rindu B3 terhitung mulai bulan Januari hingga September 2009 jumlah pasien fraktur yang dirawat di Ruang Rindu B3 386 orang. Dari jumlah tersebut pasien immobilisasi post operasi fraktur 208 orang, jumlah pasien rata-rata perbulan selama satu tahun adalah 23 orang. (catatan Kepala Perawat Ruangan Rindu B3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Oktober 2009). Dimana pasien post operasi fraktur di Ruang Rindu B3 cenderung mengalami tirah baring dan tidak mampu untuk aktivitas sehari-hari sehingga pemenuhan kebutuhan personal higiene pasien sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai dampak yang timbul akibat keadaan immobilisasi pasien. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur di Ruang Rindu B3 RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal higiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur di Ruang Rindu B3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?

Universitas Sumatera Utara

3. TUJUAN PENELITIAN 3.1. Tujuan umum Mengetahui pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi di Ruang Rindu B3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 3.2. Tujuan khusus a. Mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang dilakukan oleh pasien. b. Mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang dilakukan oleh perawat. c. Mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang dilakukan oleh keluarga.

Universitas Sumatera Utara

4. MANFAAT PENELITIAN 4.1. Pendidikan keperawatan Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur. 4.2. Pelayanan keperawatan Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan efisien selama memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur. 4.3. Penelitian keperawatan Hasil penelitian dapat menjadi data dasar dan masukan maupun informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai pentingnya pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur. 4.4. Pasien dan keluarga pasien Sebagai tambahan pengetahuan dan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penting pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai