Anda di halaman 1dari 15

Fungsionalisme dan Peran WTO di Dalam Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi Antara Negara Anggota ( Sengketa Rokok Kretek

Antara Indonesia dan Amerika Serikat) Tri Ferdiansyah Rizky, Oktavia Chandra, Miftahul Jannah Marisa, Mufli Akbar M, Juliadi, Maulidina Arum Abstrac Paper ini membahas tentang fungsionalisme dan peran dari world trade organization (WTO) di dalam penyelesaian sengketa yang dihadapi antara negara anggotanya Kelompok kami mengambil kasus sengketa rokok kretek antara Indonesia dengan amerika serikat. WTO baru saja menyelesaikan masalah kasus rokok kretek antara Indonesia-Amerika Serikat. Kasus rokok kretek ini berawal ketika Amerika Serikat memberlakukan Family Smoking Prevention and Tobacoo Control Act yang bertujuan agar mengurangi konsumsi rokok dikalangan anak muda di Amerika Serikat, pertaturan tersebut melarang peredaran semua rokok yang mengandung aroma rasa, termasuk rokok kretek. Kami juga membahas tentang bagaimana WTO berperan dan bagaimana dampak dari peran WTO dalam sengketa rokok kretek. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif analitik. Penelitian bersumber dari data primer berupa data dari pemerintahan dan data sekunder dari internet dan buku-buku kepustakaan, media massa, serta jurnal. Analisa di dalam paper ini menggunakan paradigma ekonomi politik dan konsep-konsep proteksi, kepentingan nasional, perdagangan dunia, peran organisasi internasional, dan penyelesaian sengketa. Terkait konsep itu maka teori yang kami anggap relevan untuk menganilis kasus ini adalah teori keunggulan kompetitif, Teori Fungsionalisme struktural, merkantilis, dan organisasi internasional. Hasil dari penelitian ini yaitu WTO berperan sebagai instrument arena dan aktor independen dalam hubungan internasional yang mengatur perdagangan dunia termasuk sengketa. Hal ini dibuktikan melalui peran WTO dalam sengketa rokok kretek dengan aturan dan prinsip penelitian di dalamnya. Kata Kunci : WTO, Sengketa Rokok Kretek, Proteksi, Perdagangan Dunia, Organisasi Internasional

Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini perdagangan internasional yang terjadi di dunia telah mengalami ekspansi besar-besaran selama tiga dekade terakhir ini. Perubahan teknologi di dalam bidang transportasi dan komunikasi, keuangan dunia dan sistem perdagangan yang lebih terbuka telah mendorong peningkatan pendapatan negara-negara di berbagai kawasan. Perdagangan internasional inilah yang menimbulkan terdapatnya pasar dunia yang menyebabkan beberapa Negara memberikan peluang bagi Negara lain untuk memperkenalkan produknya ke dalam negaranya, dan beberapa Negara yang sudah maju teknologinya dapat memasarkan produknya ke Negara yang masih berkembang teknologinya. Dengan adanya pasar dunia yang di dalamnya juga terkait dengan perdagangan dunia, sehingga hal ini mendorong beberapa Negara untuk saling berinteraksi, maka dirasa perlu adanya sebuah instansi atau sebuah wadah untuk mengatur supaya perdagangan dan pasar dunia ini agar tetap stabil sehingga disini muncullah sebuah organisasi multilateral yang dibentuk untuk memastikan bahwa system perdagangan duniaberjalan dengan mulus karena banyak yang percaya bahwa masalah ekonomi adalah penyebab utama Itulah yang menjadi dasar dari kasus ini. WTO baru saja menyelesaikan masalah kasus rokok kretek antara Indonesia-Amerika Serikat. Kasus rokok kretek ini berawal ketika Amerika Serikat memberlakukan Family Smoking Prevention and Tobacoo Control Act atau Undang-undang Pencegahan Merokok Keluarga dan Pengendalian Tembakau yang disahkan pada tanggal 22 Juni 2009. Amerika mengatakan bahwa UU ini bertujuan agar mengurangi konsumsi rokok dikalangan anak muda di Amerika Serikat, peraturan tersebut melarang peredaran semua rokok yang mengandung aroma rasa, termasuk rokok kretek. Namun, ketentuan tersebut mengecualikan rokok beraroma mentol produksi dalam negeri Amerika Serikat. Padahal semua jenis rokok beraroma apapun termasuk mentol juga merusak kesehatan. Hal ini jelas-jelas merugikan Indonesia karena menurunkan tingkat ekspor rokok kretek yang sudah menjadi salah satu sumber penghasilan Indonesia. Indonesia lalu menggugat Amerika Serikat pada WTO. Sehingga WTO melakukan proses penyelesaian sengketa sesuai dengan prosedur dan tata cara yang sudah ditentukan di dalam penyelesaian kasus sengketa.

Metologi Penelitian Metodelogi yang digunakan di dalam penelitian paper ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber yang memiliki keterkaitan dengan tema yang kami angkat. Disini kami memiliki dua sumber data, yang pertama adalah sumber data primer yang berasal dari data pemerintahan dan data sekunder dari internet, buku kepustakaan dan jurnal. Selain itu teori-teori yang kami gunakan di dalam penelitian ini juga akan dijabarkan. A. Perspektif Merkantilis Paham merkantilis berpendapat bahwa dalam hubungan internasional negaranegara saling bersaing untuk memenuhi kepentingan ekonominya masing-masing. Untuk menjadi Negara kaya adalah dengan melakukan sebanyak mungkin eksport dan sedikit impor. Kegiatan produksi dalam negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa subsidi dan fasilitas-fasilitas lain dari pemerintah. Sebaliknya, impor mesti dibatasi melalui serangkaian hambatan impor hingga pelindungan.1 Dalam pelaksanaan politik luar negeri suatu negara, paham ini kerap memunculkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan proteksi, regulasi, subsidi, dan pengenaan pajak yang kesemuanya itu di arahkan untuk menghasilkan keuntungan dan surplus ekonomi bagi negara tersebut dengan membatasi ketergantungan produk dari Negara lain. Dalam kasus ini terlihat bahwa Amerika Serikat betul-betul memproteksi negaranya dengan melarang produksi dan perdagangan rokok-rokok beraroma, termasuk rokok kretek yang berasal dari indonesia. namun produksi rokok mentol dalam negeri tetap diperbolehkan. Tindakan tersebut bahkan bisa diniliai diskriminatif dan sewenang-wenang karena Amerika Serikat tidak melarang peredaran rokok mentol yang banyak diproduksi oleh pengusaha domestik.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19830/3/Chapter %20II.pdf diakses pada tanggal 04 Juni 2013 pukul 08.52

B. Teori Keunggulan Kompetitif Michael Porter (1991) yang terkenal dengan teorinya yaitu teori keunggulan kompetitif mengemukakan bahwa perusahaan harus menciptakan daya saing khusu supaya memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam persaingan. Meenurut porter, bahwa perusahaan dapat mencapai keberhasilan apabila tiga faktor utama dapat terpenuhi2, yaitu : 1. Adanya tujuan perusahaan dan fungsi-fungsi manajemen, seperti fungsi produksi dan pemasaran harus memperlihatkan posisi yang terkuat di pasar. 2. Tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan serta diperbarui turus secara dinamis sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman eksternal. 3. Perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaannya, misalnya dengan brand image reputation. Kompetensi khusus tersebut harus dikembangkan terus secara dinamis. Bila kompetensi khusu ini tidak diubah,maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun. Pada intinya, perusahaan harus menciptakan daya saing khusus untuk emperkuat posisi tawar menawar dalam persaingan, dan untuk menampung tuntutan persaingan di pasar yang berasal dari para pemasok, pembeli, ancaman pendatang baru, produk pengganti, dan tantangan yang gencar dari para pesaing.

Research
Sejarah Terbentuknya World Trade Organizations

Mendongkrak keunggulan bersaing melalui kompetensi distitive sumber daya intern dan Kapab, Prof Dr. H Suryana M.Si

WTO (World Trade Organization) merupakan organisasi perdagangan dunia yang berkedudukan di Genewa, Swiss. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995 sebagai hasil perundingan putaran Uruguay/Uruguay Round (19861994) dan pada saat ini telah beranggotakan 150 negara. Organisasi perdagangan Dunia (WTO) menggantikan posisi GATT karena orgnisasi tersebut merupakan organisasi yang lebih menyeluruh. Tujuan utamanya adalah memperkuat GATT dan memberikan system penyelesasian perselisihan yang lebih berdaya secara potensial.3 Fungsi Dibentuknya WTO Terkait dengan perdagangan antar negara, WTO memiliki sejumlah fungsi, antara lain : Mengatur perjanjian perdagangan WTO (administering WTO trade agreement). Sebagai forum negosiasi perdagangan (forum for trade negotiations). Menyelesaikan sengketa perdagangan (handling trade dispute). Memonitor kebijakan perdagangan suatu negara (monitoring national trade policies). Memberikan bantuan teknis dan pelatihan bagi negara-negara berkembang (technical assistance and training for development countries). Bekerjasama dengan organisasi internasional lainnya (cooperation with other international organizations).

Prinsip-Prinsip WTO

Bisnis dan Perdagangan Internasional, Ratya Anindita dan Micheal R. Reed hal 73 Negosiasi Perdagangan di masa depan, penerbit Andi Jogjakarta tahun 2008

Ada beberapa prinsip dasar sebagai aturan main dalam penyelenggaraan perdagangan internasional dan wajib ditaati oleh Negara anggotanya 4, yaitu antara lain : 1) Prinsip Non Discrimination in Trade (tidak ada diskriminasi dalam perdagangan internasional) 2) National Treatment (perlakuan yang sama atas barang export import di dalam negeri) 3) Eleminating non tarif barriers ( menghapus/melarang hambatan non tarif) 4) Restriction of quota ( melarangsecara sepihak menetapkan quota perdagangan 5) Anti dumping and subsidi adalah perdagangan tidak fair (unfair trade) 6) Membentuk kawasan perdagangan regional yang lebih liberal

Berdasarkan Pasal 17 DSU, suatu pihak yang bersengketa dapat memulai prosedur tinjauan banding terhadap laporan panel dihadapan Appellate Body melalui pemberitahuan banding. Appellate Body merupakan suatu kedudukan, dengan kata lain adalah pengadilan internasional yang permanen yang beranggotakan tujuh orang independen yang reputasinya diakui dalam bidang hukum, perdagangan internasional dan pokok persoalan yang terdapat dalam covered agreements. Anggota-anggotanya ditunjuk oleh DSB untuk bertugas dalam kurun waktu 4 tahun dan yang hanya dapat diperbaharui satu kali. Komposisi anggota, dari Appellate Body harus mewakili kalangan luas dalam keanggotaan WTO. Appellate Body meneliti dan memutuskan upaya banding dalam kelompok tiga orang dari tujuh anggota tetapnya. Upaya banding adalah terbatas kepada masalah hukum yang terdapat di dalam laporan panel dan interpretasi hukum yang dikembangkan oleh panel. Permasalahan yang menyangkut fakta tidak dapat dibanding. Ketika panel atau Appellate Body menemukan suatu tindakan yang tidak konsisten dengan Persetujuan WTO, dia akan merekomendasikan anggota yang terkait untuk menyesuaikan tindakan tersebut dengan Persetujuan WTO. Seperti yang telah disebutkan di atas, ketika suatu laporan panel dan/atau Appellate Body memuat rekomendasi yang telah disyahkan oleh DSU, maka rekomendasi terebut mengikat secara hukum.
4

Pusdiklat Bea dan Cukai, Syaiful anwar, Mengenal World Trade Organization,

Manfaat WTO Disini kehadiran WTO memberikan manfaat yang besar dalam proses perdagangan internasional karena menjadi forum bertemunya berbagai kepentingan bangsa dan Negara dalam upaya mereka memperjuangkan kepentingan dan kemakmuran bangsanya sekaligus forum menuntut keadilan bagi Negara kurang maju dalamupaya meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi bangsanya dalam skema prinsip-prinsip multilateral perdagangan yang adil dan saling menguntungkan (mutual benefit). Perdagangan internasional melibatkan kepentingan masing masing Negara anggota dan untuk mengatur dan memenuhi rasa keadilan antar bangsa dalam perdangan internasional dibutuhkan sebuah wadah instansi yag bisa menaturnya. WTO adalah lembaga internasional yang menggantikan posisi GATT karena organisasi tersebut merupakan organisasi yang menyeluruh.5 WTOadalah lembaga internasional yang memberikan ruang negoisasi dan antar bangsa berkaitn dengan teknik perdagangan internasional agar tidak merugikan Negara-negara terbelakang dan sekaligus berhak secara internasional menghukum Negara anggota yang melanggar prinsip WTO. Dengan cara demikian prinsip-prinsip WTO dapat dipaksakan menjadi aturan bersama yang harus ditaati Negara anggotanya dalammelakukan perdagangan internasional dengan Negara lain. TBT Agreement TBT Agreement merupakan salah satu perjanjian WTO yang berhasil disepakati pada saat Tokyo Round tahun 1970an. Pada tahun 1994, dengan terbentuknya WTO, perjanjian WTO yang baru memasukkan TBT Agreement yang telah dimodifikasi, diperkuat dan juga dikenal hingga sekarang. Perjanjian tentang Hambatan Teknis Perdagangan (TBT Agreement) merupakan instrumen internasional utama yang diadopsi hingga saat ini dalam bidang regulasi teknis guna untuk melindungi kepentingan negara tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk dan Perjanjian ini bertujuan untuk menjamin kualitas suatu barang, melindungi keselamatan manusia, hewan dan lingkungan, memastikan bahwa peraturan, standar dan pengujian dan prosedur sertifikasi tidak menimbulkan diskriminatif dan hambatan yang tidak perlu dalam perdagangan internasional.
5

Ratya Anindita, Michael R. Reed di dalam Bisnis dan Perdagangan Internasional, Hal. 73, Andi Yogyakarta, 2008

TBT Agreement mengakui hak setiap negara untuk mebuat regulasi teknis untuk melindungi kepentingan negara tersebut. Namun faktanya, seringkali regulasi dan standar yang diberlakukan mengahmbat perdagangan negara lain yang pada akhirnya negara produsen mengalami kerugian. Hal inilah yang dialami oleh Indonesia, regulasi teknis yang dibuat Amerika Serikat telah menghamat kegiatan perdagangan Indonesia bahkan berpengaruh terhadapa perekonomian Indonesia. Pangsa pasar ekspor kretek Indonesia sekitar 50% ke Amerika Serikat. Data Bea Cukai menyebutkan data ekspor hasil tembakau ke Amerika Serikat pada tahun 2008 yaitu 298.932.400 batang atau US$ 6,662 juta, dan tahun 2009 (sampai Agustus 2009) yaitu 267.308.800 atau US$ 6,451 juta. Namun sejak Tobacco Control Act diberlakukan, devisa dari hasil penjualan ke Amerika Serikat langsung berubah menjadi nol.6

Tobacco Control Act Pencegahan Merokok Keluarga dan Pengendalian Tembakau Act (Tobacco Control Act) menjadi undang-undang pada tanggal 22 Juni 2009.7 Ini memberikan Food and Drug Administration (FDA) kewenangan untuk mengatur pembuatan, distribusi, dan pemasaran produk tembakau untuk melindungi kesehatan masyarakat. Isi dari Tobacco Control Act antara lain: Mengakui bahwa hampir semua pengguna baru produk tembakau berada di bawah 18 - usia hukum minimum untuk membeli produk ini. Banyak pengguna baru akan menjadi ketagihan sebelum mereka cukup umur untuk memahami risiko dan pada akhirnya akan mati terlalu muda penyakit yang berhubungan dengan tembakau. The Tobacco Control Act berusaha untuk, antara lain, mencegah dan mengurangi penggunaan tembakau oleh orangorang muda.
6

http://www.jurnalhet.com/dokumen/ringkasan-skripsi-indri.pdf , diakses pada tanggal 04 Mei 2013 pukul 09.03


7

http://www.jurnalhet.com/dokumen/ringkasan-skripsi-indri.pdf , diakses pada tanggal 04 Mei 2013 pukul 10.20

Mengakui bahwa produk tembakau adalah produk hukum yang tersedia untuk digunakan oleh orang dewasa, melarang label palsu atau menyesatkan dan iklan untuk produk tembakau dan menyediakan industri tembakau dengan beberapa mekanisme untuk mengajukan permohonan kepada FDA untuk produk baru atau produk tembakau dengan klaim risiko dimodifikasi.

Memberikan FDA otoritas penegak serta satu set luas sanksi atas pelanggaran hukum, dan mengarahkan FDA untuk kontrak dengan negaranegara untuk membantu FDA dengan inspeksi pengecer.

Membatasi rokok dan tembakau tanpa asap penjualan ritel kepada kaum muda dengan mengarahkan FDA untuk menerbitkan peraturan yang, antara lain:

Minta bukti usia untuk membeli produk ini tembakau - usia minimum federal untuk membeli adalah 18 - Sec. 102

Mengharuskan penjualan tatap muka, dengan pengecualian tertentu untuk mesin dan menampilkan self-service vending pada orang dewasa-hanya fasilitas - Sec. 102

Ban penjualan paket kurang dari 20 batang - Sec. 102 Izinkan pengecualian tertentu pada orang dewasa-hanya fasilitas - Sec. 102;

dll Tobacco Control Act membatasi iklan produk tembakau dan pemasaran untuk pemuda dengan mengarahkan FDA untuk menerbitkan peraturan yang, antara lain:

Batas warna dan desain kemasan dan iklan, termasuk iklan audio visual Sec. 102 (Namun, penerapan ketentuan ini tidak pasti karena tuntutan hukum. Lihat Diskon Tembakau Kota & Lottery v USA, sebelumnya Commonwealth Brands v FDA)

Ban tembakau produk sponsor untuk acara olahraga atau hiburan di bawah nama merek rokok atau tembakau tanpa asap - Sec.102

Ban contoh gratis dari rokok dan merek-nama barang-barang promosi nontembakau - Sec. 102

Prosedur Penyelesaian Sengketa Proses penyelesaian sengketa WTO terdiri dari empat langkah utama:Konsultasi wajib antara pihak yang bersengketa untuk mencapai penyelesaian yang disetujui oleh para pihak.Sidang panel;Tinjauan banding; danPelaksanaan dan penyelenggaraan rekomendasi dan ketentuan yang disahkan oleh DSB. Karakteristik acara penyelesaian sengketa WTO adalah: Bersifat rahasia (rapat panel dan sidang Appellate Body hampir selalu tertutup untuk umum); danBatas waktu yang sangat ketat bagi setiap langkah di proses persidangan. Ketika panel atau Appellate Body memberikan rekomendasi kepada suatu Negara anggota WTO untuk menyesuaikan tindakannya dengan ketentuan hukum WTO, anggota tersebut harus melakukannya dengan segera sesuai dengan Pasal 21.1 DSU. Jika rekomendasi tersebut tidak dapat dilakukan, anggota tersebut harus dalam jangka waktu tertentu (reasonable period of time) dalam prakteknya bervariasi antara enam dan lima belas bulan. Jika responden gagal untuk melaksanalcan rekomendasi dan ketentuan mengenai jangka waktu tertentu dan perjanjian untuk memberikan kompensasi tidak dapat dicapai, penggugat dapat meminta kewenangan dari DSB untuk menghentilcan konsesi atau kewajiban lainnya, dengan kata lain kewenangan untuk melakukan tindakan retaliasi (lihat Pasal 22 DSU). Seperti yang disebutkan dalam bagian 8.3, DSB memberikan kewenangannya berdasarkan consensus negatif, jadi berlaku otomatis. Tindakan retaliasi biasanya dilakukan dalam bentuk menaikkan bea masuk secara drastis bagi produk responden yang bersifat strategis (lihat Bananas III, EC-Hormones and US-Foreign Sales Corporations). Produsen produk ini kemudian akan menekan pemerintahnya untuk mencabut atau mengubah tindakan yang tidak konsisten dengan ketentuan WTO secepat mungkin. Tindakan retaliasi dapat juga

dilakukan dalam bentuk penghentikan kewajiban penggugat akan perlindungan hak kekayaan intelektual dari perusahaan negara anggota WTO yang belum mengubah atau menarik tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan WTO tepat waktu (lihat EC - Bananas III and US Gambling dimana DSB memberikan kewenangan masing-masing kepada Ecuador dan Antigua dan Barbuda untuk melakukan tindakan retaliasi terhadap Masyarakat Eropa dan AS). Tingkatan suatu tindakan balasan tidak boleh melebihi tingkat manfaat yang gagal didapatkan atau yang dikurangi oleh tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan WTO. Sengketa mengenai tingkat retaliasi dapat dibawa ke panel arbitrasi, yang biasanya terdiri dari anggota tlari panel yang menangani kasus tersebut (lihat Pasal 22 DSU). Barang Sejenis (Like Products) Konsep 'barang sejenis', sebaliknya, merupakan hal yang problematik. Pelanggaran kewajiban perlakuan MFN dapat terjadi hanya ketika barang barang yang menjadi sengketa adalah merupakan 'barang sejenis'. Konsep 'barang sejenis' tidak hanya dipergunakan dalam Pasal I:1 GATT 1994, tetapi juga dalam Pasal III:2 dan III:4 GATT 1994, yang didiskusikan pada bagian 2.4. 'X' ataupun istilah 'barang sejenis' adalah kunci dalam penerapan aturan-aturan non-diskriminasi dalam GATT 1994, GATT 1991 tidak menyediakan definisi dari istilah ini. Selama bertahun-tahun, Case Law pada masa GATT dan WTO mengenai 'barang sejenis' telah mengklarifikasi konsep ini sedemikian rupa, tapi tidak menghasilkan definisi yang jelas. Sebaliknya, dalam kasus japan-Alcoholic Beverages II dan EC-Asbestos, Appellate Body membandingkan konsep 'barang sejenis' dengan kutipan yang keluasan variasinya tergantung kepada aturan-aturan di mana istilah ini ditemukan. 'Barang sejenis' menurut Pasal III:4 tidaklah harus 'serupa' seperti yang tercantum dalam Pasal I atau Pasal III:2 GATT 1994. Dalam kasus manapun, penentuan apakah barang tersebut merupakan 'barang sejenis', pada dasarnya, meru;nkan sebuah penentuan mengenai sifat dan sejauh mana hubungan kompetitif antara barang-barang tersebut pada suatu pasar domestik tertentu. Seperti sejauh mana barang-barang yang bersaing tersebut meningkat, hal tersebut juga dapat merupakan kemungkinan yang mengakibatkan barang-barang tersebut dianggap sebagai 'barang sejenis'. Faktor-faktor yang diperhitungkan menjadi

penentu sifat dan sejauh mana hubungan kompetitif antara barang-barang tersebut adalah di antaranya: karakteristik fisik barang tersebut; kebiasaan dan pilihan konsumen terhadap barang tersebut; kegunaan akhir dari barang tersebut; dan klasifikasi tarif internasional dari barang tersebut.

Analisis Kasus Jika dilihat dari kacamata realis Sengketa rokok yang terjadi antara Indonesia dengan amerika serikat menjadi pembicaraan banyak orang, karena di dalam kasus rokok kretek tersebut terlihat bahwa amerika melakukan diskirminasi produk rokok kretekyang berasal dari Indonesia, sehingga membuat Indonesia harus melakukan tindakan tegas melalui pengajuan protes terhadap pemerintah amerika serikat melalui lembaga internasional yang mengatasi masalah perdagangan internasional, yaitu WTO, secara realis disini terlihat bahwa sebenarnya terjadi persaingan yang dilakukan amerika serikat dengan Indonesia di dalam kasus rokok kretek. Mereka sama-sama mempertahankan asumsi mereka untuk memenangkan keputusan yang telah mereka ambil. Disebutkan di salah satu media massa yaitu Jakarta - Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan proses penyelesaian konflik dengan Indonesia terkait kasus pelarangan impor rokok Indonesia ke negeri Paman Sam. Wakil Menteri Perdagangan Urusan Perdagangan Internasional Amerika Serikat Fransisco J. Sanchez menyatakan pihaknya akan menjalankan proses penyelesaian konflik Indonesia-Amerika Serikat terkait larangan impor rokok Indonesia. "Kita lanjutkan prosesnya," ujar Sanchez saat ditemui di Gedung Sampoerna Strategic, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (3/4/2011). Disini sikap amerika serikat mendapatkan perlawanan dari pemerintah Indonesia dan hal ini akan juga yang menyebabkan pemerintah Indonesia melayangkan surat protes melalui WTO terhadap kebijakan pemerintah Amerika serikat, sehingga seperti yang diketahui, RI telah mengdukan larangn rokok

kretekamerika serikat ini ke WTO. Indonesia secara resmi telah mengjukan permintaan pembentukan panel yang disampaikan dalam sidang badan penyelesaian sengketa / Dispute Sattlement Body (DSB) WTO pada tanggal 22 juni 2010 di janewa, delegasi RI menyampaikan kepada siding alas an dan dasar hukum ketentuan WTO mengenai permintaan pembentukan Panel Kepada DSB. Indonesia meminta supaya panel memeriksa pelanggaran yang telah dilakukan oleh pemerintah amerika serikat terhadap ketentuan Pasal III GATT tahun 1994. Sebelumnya pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya tetapi semuanya gagal memberikan keputusan sesuai yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia. Indonesia disini menilai bahwa AS telah melakukan diskriminasi terhadap rokok Indonesia dan hal ini melanggar prinsip di dalam WTO yang memiliki prinsip tidak ada diskrimasi terhadap barang sejenis. Sehingga dalam kasus sengketa rokok ini WTO memenangkan Indonesia, sehingga hal initelah menunjukan bahwa WTO adalah lembaga independen dalam penyelesaian sengketa yangterjadi antar Negara anggota WTO. Sehingga WTO memutuskan bahwa Amerika Serikat telah terbukti melakukan pelanggaran yaitu national treatmen obligations. Di dalam prinsipnya, di dalam setiap Negara anggota WTO berkewajiban memberikan perlakuan yang sama terhadap produk sejenis yang diproduksi di dalam negeri maupun dari import Negara anggota WTO lainnya. Panel WTO telah menemukan bahwa kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah amerika serikat merupakan tindakanyang tidak sesuai dengan ketentuan WTO karena rokok kretek dan rokok mentol adalah produk sejenis dan keduannya memiliki daya tarik yang sama di kalangan kaum muda. Menurut WTO kebijakan yang telah membedakan perlakuan terhadpa produk yang sejenis merupakan tindakan yang tidak adil (less favourable).

Discussion
Menurut kami sebenarnya Pengaturan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa GATT diatur dala the Understanding onrules and Procedures Governing the Settlement of Disputes (DSU) yang ditetapkan pada bulan april 1994. DSU

ini berada dalam annex 2 (lampiran 2) dari perjanjian WTO. Namun dalam pelaksanaannya the understanding menetapkan tiga bagian utama penyelesaian sengketa dala WTO, yaitu Dispute Settlement Body, Applate Body, dan Arbitrase. Badan yang paling berperan penting dalam proses penyelesaian sengketa adalah DSB. Sendiri merupakan Dewan Umum, yang salah satu dari tugasnya yaitu salah satu badan kelengkapan utama WTO. Dalam kasus sengketa rokok kretek , ndonesia sudah menang ditingkat banding maupun tingkat panel, banyak orang berpendapatt bahwa ini adalah keberhasilan diplomasi perdagangan kita. Tetapi dibalik semua itu ini adalah merupakan sebuah hasil dari fungsionalisme struktural yang dimiliki oleh organisasi internasional yang benar-benar menjalankan tugas sesuai dengan prinsip dan fungsinya dengan baik. Kemenengan ini penting tidak hanya bagi indonesia, tetapi juga penting bagi semua negara dalam menghargai hasil keputusan WTO. Setiap negara anggota WTO berkewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap produk sejenisdan keduanya memeliki daya tarikyang sama. Menurut WTO perlakuan tidak sama terhadap barang yang sejenis merupakan sikap tidak adil di dalam perdagangan bebas.

Daftar Pustaka
Astim Riyanto, World Trade organization (Organisasi Perdagangan Dunia), Penerbit Yapemdo, 2003. Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Ratya Anindita, Michael R.Reed, Bisnis dan Perdagangan Internasional, Andi Yogyakarta, 2008 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Radjawali Press, Jakarta, Jakarta, 2011.

Peter van den Bossche, Daniar Natakusukmah, dan Joseph Wira Koesnadi, Pengantar Hukum WTO (World Trade Organization), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010. Salvatore, D. 1996. International Economics. Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey. Peluang Gugatan Rokok Kretek Indonesia di WTO Besar, di akses dari http://jaringnews.com/ekonomi/umum/1752/peluang-gugatanrokokkretekindonesia-di-wto-besar pada tanggal 31 mei 2013 www.wto.org diakses pada tanggal 04 juni 2013 www.bppk.depkeu.go.id diakses pada tanggal 04 juni 2013 www.tobaccofreeunion.org diakses pada tanggal 05 juni 2013

Anda mungkin juga menyukai